Anda di halaman 1dari 8

Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

MODUL XII
STRATEGI PRODUKSI TEPAT WAKTU
(Just In Time)

NAMA DOSEN : NURUL DIENA NOVANIA, ST

I. Pendahuluan
Konsep dasar produksi tepat waktu waktu JIT adalah memproduksi
produk yang diperlukan, pada waktu yang dibutuhkan oleh konsumen, dalam
jumlah yang sesuai kebutuhan konsumen, pada setiap tahap proses dalam
sistem produksi, dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien.
Dalam situasi persaingan pasar yang amat sangat kompetitif sekarang
ini, dimana pasar yang menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga
pasar yang berlaku) serta konsumen hanya membeli produk pada saat
dibutuhkan dengan harga yang kompetitif pada tingkat kualitas yang
diinginkan, maka strategi produksi tepat waktu (JIT) lebih tepat dibandingkan
strategi produksi konvensional, yaitu : menghasilkan output maksimum pada
tingkat penggunaan input tertentu, melebihi kebutuhan konsumen (pasar).
Sistem produksi tepat waktu (Just-In-Time Production System)
pada awalnya dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor
Corporation di Jepang, sehingga sering disebut juga sebagai sistem produksi
Toyota. Strategi ini kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan Jepang
terutama setelah adanya krisis minyak dunia pada tahun 1973. Tujuan utama
dari sistem produksi tepat waktu ini adalah mengurangi ongkos produksi dan
meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan melalui
menghilangkan pemborosan (waste) secara terus menerus (lihat John
A.White, Production Hand Book, Georgia Institute of Technology, 1987).

Mengapa kita perlu mempelajari Just In Time ?


Ada beberapa alasan mengapa kita harus belajar dan memahami Just
In Time ini : Untuk mempelajari kembali bagaimana memenangkan
persaingan, terutama dari pesaing semacam perusahaan-perusahaan
Jepang. Perusahaan-perusahaan di Jepang merupakan perusahaan-
perusahaan yang unggul dalam persaingan terutama disebabkan oleh
kemampuan perusahaan tersebut menghilangkan pemborosan. Perusahaan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 1


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

di Jepang bisa mengurangi pemborosan karena memang kondisi alamnya


yang serba terbatas. Menghindari berbagai kesulitan seperti dalam industri-
industri di Amerika.
Industri-industri di Amerika biasanya mengalami kesulitan dalam
menghemat sumber daya yang ada, karena memang di Amerika sumber
daya tersebut tersedia dalam jumlah besar, sehingga Amerika tidak
mengenal Just In Time Just In Time yang ada adalah Just In Case.
Memperbaiki kualitas produk, produktivitas, dan pelayanan
pelanggan.
Dengan menghilangkan berbagai pemborosan yaitu dengan
menghilangkan kegiatan yang tidak perlu maka produktivitas perusahaan
akan meningkat.

JIT mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu :


1. Menghasilkan produk sesuai jadwal yang didasarkan pada permintaan
2. Memproduksi dalam jumlah kecil (small lot size).
3. Menghilangkan pemborosan
4. Memperbaiki aliran produksi
5. Menyempurnakan kualitas produk
6. Orang-orang yang tanggap
7. Menghilangkan ketidakpastian
8. Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang

Pada dasarnya pemborosan didefinisikan sebagai segala aktivitas


yang tidak mempunyai atau memberikan nilai tambah. Dalam sistem produksi
paling sedikit dikenal ada tujuh sumber pemborosan, yaitu :
1. Pemborosan karena kelebihan produksi dari permintaan konsumen
(pasar)
2. Pemborosan karena waktu menunggu
3. Pemborosan karena transportasi dalam pabrik
4. Pemborosan karena inventori
5. Pemborosan karena pergerakan (motion)
6. Pemborosan karena pembuatan produk cacat
7. Pemborosan karena proses produksi itu sendiri tidak efektif dan efisien
(apabila produk itu tidak seharusnya dibuat atau proses itu tidak
seharusnya digunakan)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 2


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

II. Srategi Produksi Just In Time (JIT)


Strategi produksi JIT diterapkan pada seluruh sistem produksi modern
sejak proses rekayasa (engineering), pemesanan material dari pemasok
(suppliers), manajemen material dalam industri, proses fabrikasi industri,
sampai kepada distribusi produksi industri kepada konsumen. Tampak
bahwa sistem industri modern berorientasi kepada kepuasan konsumen
dengan jalan mengintegrasikan ketiga komponen utama, yaitu : pemasok
material (suppliers), proses fabrikasi (factory process), dan pelanggan
(customers) sebagai satu sistem yang utuh.
Beberapa sasaran utama yang ingin dicapai dari sistem produksi JIT
adalah : (1) reduksi scrap dan network (2) meningkatkan jumlah pemasok
yang ikut JIT, (3) meningkatkan kualitas proses industri (orientasi zero
defect), (4) mengurangi inventori (orientasi zero inventory), (5) reduksi
penggunaan ruang pabrik, (6) linearitas output pabrik (berproduksi pada
tingkat yang konstan selama waktu tertentu), (7) reduksi overhead, (8)
meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan.
Untuk menerapkan strategi JIT, sistem informasi dalam industri harus
bersifat transparan dan komprehensif, dimana beberapa mode informasi
yang diperlukan adalah: (1) daftar pemasok material dalam program JIT
(2) laporan kualitas yang komprehensif dalam perusahaan, (3) laporan
secara rutin kepada pemasok material dan departemen pembelian
material dari perusahaan, serta (4) pertemuan secara periodik dengan
setiap pemasok material.
Agar strategi JIT yang diterapkan menjadi efektif, tentu saja perlu dibuat tindakan
korektif dalam program ini apabila berjalan tidak sesuai dengan harapan yang ada.
Beberapa tindakan korektif dalam program JIT adalah : (1) membuat daftar masalah
kepada pemasok material, (2) meminta komitmen pemasok untuk menyelesaikan
masalah, (3) memberikan dukungan teknik dan manajemen kepada pemasok apabila
diperlukan, (4) diskualifikasi pemasok material itu apabila tidak ada respons terhadap
masalah dalam waktu tertentu, (5) melakukan inspeksi secara berkala, dan (6)
diskualifikasi terhadap pemasok yang tidak

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 3


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

STRATEGI PRODUKSI JUST-IN-TIME (JIT)

REDUKSI BIAYA MENINGKATKAN ARUS PERPUTARAN


MODAL (CAPITAL TURNOVER RATIO)

MENGHILANGKAN PEMBOROSAN
(WASTE)

MENCIPTAKAN ALIRAN PRODUKSI


KONTINU

SISTEM SISTEM
PRODUKSI JIT AUTONOMOUS

METODE ALIRAN KONTROL MELALUI PERALATAN


KERJASAMA
PRODUKSI INFORMASI OTOMATIS
(TEAM WORK)

INVENTORI MINIMUM MENGGUNAKAN


WAKTU SETUP PENDEK KARTU (KANBAN)
PEKERJA MULTIFUNGSI ATAU ALAT LAIN
SIKLUS WAKTU PENDEK

Gambar 11.1 Sistem Produksi Just In Time (JIT)

melakukan peningkatan atau perbaikan kualitas.

III. Tujuan Just In Time (JIT)


Tujuan JIT adalah menghilangkan pemborosan melalui perbaikan terus-menerus
(Continous Improvement). Dibawah filosofi JIT, segala sesuatu baik material,
mesin dan peralatan, sumber daya manusia, modal, informasi, manajerial,
proses, dll, yang tidak memberikan nilai tambah pada produk, disebut
pemborosan (waste). Nilai Tambah produk, merupakan kata kunci dalam JIT.
Nilai tambah produk diperoleh melalui aktivitas aktual yang dilakukan langsung
pada produk, tidak melalui : pemindahan, penyimpanan, penghitungan, dan
penyortiran produk. Pemindahan, penyimpanan, penghitungan, dan penyortiran

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 4


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

produk, tidak menambah nilai pada produk itu, tetapi merupakan biaya, dan biaya
yang dikeluarkan tanpa memberikan nilai tambah pada produk merupakan
pemborosan. Untuk memahami filosofi JIT secara lengkap, kita harus memahami
pendekatan JIT pada kualitas dan pengendalian kualitas (quality control). Secara
tradisional, para pembuat produk (manufactures) biasanya melakukan inspeksi
terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat (setelah berbentuk produk
jadi), dengan jalan menyortir produk yang baik dari yang jelek (menyortir produk
dari yang memenuhi syarat dari yang tidak memenuhi syarat), kemudian
mengerjakan ulang (rework) bagian-bagian yang cacat atau tidak memenuhi
syarat itu. JIT justru bertujuan untuk mencegah pendekatan pada pengendalian
kualitas secara tradisional diatas. Pandangan JIT adalah jangan membuang-
buang waktu dengan hanya menyortir bagian-bagian yang baik dari yang jelek
atau bagian-bagian yang memenuhi syarat dari yang tidak memenuhi syarat,
tetapi pergunakanlah waktu itu untuk mencegah memproduksi bagian-bagian
yang jelek atau tidak memenuhi syarat itu. Dengan kata lain, prinsip JIT adalah
Kerjakanlah Secara Benar; Pada Waktu Awal (Do It Right; At the First Time).
Pendekatan JIT pada pengendalian kualitas terpadu Total Quality Control
(TQC) bertujuan untuk membangun suatu sikap yang berdasarkan pada tiga
prinsip utama, yaitu :
1. Prinsip pertama : output yang bebas cacat adalah lebih penting
daripada output itu sendiri.
2. Prinsip kedua : cacat, kesalahan-kesalahan, kerusakan,
kemacetan, dll., dapat dicegah.
3. Prinsip ketiga : tindakan pencegahan adalah lebih murah
daripada pekerjaan ulang (rework).

Dari Gambar 11.1, dapat diketahui bahwa untuk menghilangkan pemborosan,


kita perlu menciptakan aliran produksi kontinu, dalam pengertian bahwa
proses produksi perlu dibuat bersifat kontinu di mana semakin lancar aliran
produksi itu akan semakin baik. Aliran produksi kontinu ini dapat
dilaksanakan menggunakan sistem produksi JIT yang dibantu dengan sistem
autonomous.
Pengertian autonomous di sini tidak sekedar berupa penggunaan alat-alat
otomatis tetapi lebih merupakan suatu sikap untuk menghentikan produksi
secara otomatis apabila ditemukan adanya bagian-bagian yang cacat dalam
sistem produksi itu. Dengan demikian bagian-bagian yang cacat itu sejak
awal telah disingkirkan secara otomatis, tidak membiarkan lolos sampai

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 5


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

menjadi produk cacat yang merupakan pemborosan. Dari sini terlihat bahwa
JIT memberikan tanggung jawab lebih besar kepada pekerja, dimana mereka
secara langsung diberikan kewenangan untuk tidak meloloskan bagian-
bagian yang tidak memenuhi syarat dalam proses produksi itu.
Pengendalian kualitas semacam ini dilakukan melalui kerjasama (kontrol
melalui teamwork) serta menggunakan peralatan otomatis yang secara awal
mampu memberikan secara signal akan adanya proses yang mampu
menghentikannya. Di pabrik-pabrik modern, peralatan otomatis ini telah
dipergunakan, misalnya telah diprogram bahwa apabila ada bagian-bagian
yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan, secara otomatis proses
akan berhenti (mesin mati, dll).
Dari Gambar 11.1, juga tampak bahwa sistem produksi JIT menggunakan
metode produksi yang berorientasi pada : inventori minimum, waktu setup
mesin dan peralatan yang pendek, menciptakan pekerja multifungsional
(memiliki keterampilan multifungsi), serta menyelesaikan pekerjaan dalam
siklus waktu yang pendek sesuai standar yang ditetapkan. Sistem produksi
JIT menggunakan aliran informasi berupa tanda (kanban) atau peralatan
lainnya seperti lampu, dll. Kanban dalam bahasa Jepang berarti tanda
(signal), dengan demikian aliran informasi dalam sistem produksi JIT
menggunakan kartu-kartu berisi catatan-catatan singkat yang mendukung
metode produksi JIT itu. TOYOTA mengembangkan sistem Kanban untuk
memindahkan material dalam suatu lingkungan yang terkontrol melalui
pengendalian penggunaan bagian-bagian (parts) itu.
Sistem produksi Toyota (JIT) yang dikemukakan diatas merupakan
hasil dari proses evolusioner selama bertahun-tahun sejak mulai diterapkan
pertama kali pada awad dekade tujuhpuluhan. Toyota telah memperoleh
pengakuan dunia industri tentang keberhasilannya mengurangi inventori
sampai ke tingkat minimum (orientasi zero inventory), meskipun pada masa
awal masih dianggap sebagai suatu impian dalam dunia industri. Impian
tentang inventori minimum dalam dunia industri telah menjadi kenyataan
berkat jasa Toyota; oleh karena itu sistem produksi JIT disebut juga sebagai
sistem produksi Toyota.

IV. Contoh Penerapan Just In Time (JIT)


Contoh penerapan strategi produksi JIT telah berhasil dilakukan oleh
perusahaan TOYOTA di Jepang, yang pada saat ini menduduki peringkat
atas dalam daftar 200 perusahaan terbesar di Jepang. TOYOTA merupakan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 6


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

salah satu perusahaan yang paling banyak meraih kentungan di Jepang.


Namun pihak manajemen belum merasa puas terhadap hasil kerja yang telah
diraih itu. Pihak manajemen TOYOTA seringkali melakukan pengurangan
jumlah tenaga kerja di suatu divisi. Kemudian membebani tenaga kerja yang
tinggal untuk tetap mencapai tingkat produktivitas yang sama sebelum
adanya pengurangan. Pada kondisi itu, para pekerja biasanya akan berusaha
keras mencari gagasan baru agar target produksi atau produktivitas dapat
dicapai. Pengurangan tenaga kerja pada suatu divisi, bukan berarti
pemecatan, namun dipindahkan divisi lain atau tempat kerja lain untuk
menciptakan unit kerja baru yang produktif. Bahkan TOYOTA pernah
menutup salah satu gudang pemasok (supplier’s ware house) yang isinya
menyimpan material untuk TOYOTA, dan mengangkut material tersebut
langsung ke pabrik TOYOTA. Berkat TOYOTA, pemasok tersebut dapat
menerapkan strategi produksi JIT.
Beberapa manfaat yang diperoleh di perusahaan-perusahaan industri
Amerika Serikat maupun Jepang, setelah menerapkan strategi produksi JIT
dapat dilihat pada Tabel 12.1 dibawah ini.

Tabel 12.1 Ringkasan Manfaat Strategi Produksi Just-in-Time (JIT)

Perbaikan
Persen Persen
Item
Agregat (3-5 Tahunan (1
tahun) tahun)
Reduksi Siklus Waktu Manufakturing 80-90 30-40
Reduksi Inventori
- Material (Bahan Baku) 35-70 10-30
- Barang setengah jadi (Work-in-Process =
WIP) 70-90 30-50
- Produksi akhir (barang jadi) 60-90 25-60
Reduksi Ongkos Tenaga Kerja
- Langsung 10-50 3-20
- Tak-langsung 20-60 3-20
Reduksi Kebutuhan Ruang 40-80 25-50
Reduksi Ongkos Kualitas 25-60 10-30
Reduksi Ongkos Material 5-25 2-10

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 7


Diktat Pengendalian Kualitas-Modul XII-By : Nurul Diena Novania, ST

V. Perbaikan Secara Terus-menerus (Kaizen)

Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa Jepang yang dapat diartikan
sebagai perbaikan secara terus-menerus (continous improvement).
Kaizen merupakan suatu kesatuan pandangan yanga komprehensif dan
terintegrasi yang meliputi :

Berorientasi pada pelanggan

Pengendalian mutu secara menyeluruh (Total Quality


Management)

Robotik

Gugus Kendali Mutu

Sistem Saran

Otomatisasi

Disiplin di Tempat Kerja

Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh dan terpadu

Kanban

Penyempurnaan dan perbaikan mutu

Tepat waktu

Tanpa Cacat

Kegiatan kelompok-kelompok kecil

Hubungan kerjasama manajer dan karyawan

Pengembangan produk baru

Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus

dan berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat :

” Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari

ini, Tidak boleh ada hari yang lewat tanpa perbaikan ”.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Nurul Diena Novania ST PENGENDALIAN KUALITAS 8

Anda mungkin juga menyukai