Disusun Oleh :
1. Vilzha Putri Setyowati 09.2016.1.00520
2. Dinda Resmi Permatasari 09.2016.1.00527
3. Mifta Alwan Dzakwan 09.2016.1.00540
4. Dwiki Aditya 09.2016.1.00541
5. Rizqita Ekayani 09.2016.1.00544
6. Komang Ardya Putri S. 09.2016.1.00547
7. Devi Novitasari 09.2016.1.00548
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, nikmat serta anugrah-Nya sehingga Makalah Teknik Sampling Air Sungai
Mulyorejo ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan dalam
penyusunan Laporan ini, terkhusus kepada Ibu Ro’dhu Dhuha Afrianisa, S.T, M.T selaku dosen
pengajar mata kuliah Biomonitoring.
Demikian Makalah Biomonitoring yang kami buat. Tidak lupa kritik dan saran kami
harapkan agar laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi. Dan laporan ini bisa bermanfaat bagi
semua dan terkhusus bagi kami sebagai penulis.
Penyusun
DAFTAR ISI
Debit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Sedangkan dalam laporan -
laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.
Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan
karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan
pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim
lokal.
Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan
bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui
pendekatan velocity-area method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk
kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller
dihubungkan dengan kotak pencatat (monitor yang akan mencatat jumlah putaran
selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang
akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip
akan berputar karena gerakan lairan air sunagi. Kecepatan lairan air akan ditentukan
dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor
kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu. Pengukuran dilakukan
dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian dengan leber permukaan
yang berbeda. Kecepatan aliran sungai pada setiap bagian diukur sesuai dengan
kedalaman.
2.1.2 Sedimen
Sedimen adalah suatu kepingan/potongan material yang terbentuk oleh proses fisik
dan kimia dari batuan/tanah yang melayang-layang dalam air, udara maupun yang
dikumpulkan di dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya.
Partikel tersebut bervariasi dalam ukuran (dari bongkahan sampai lempung/koloidal),
bentuk dari bulat sampai tajam. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material
yang diangkut oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang
terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material
yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun
dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.
2.2 Biomonitoring
Biomonitoring kualitas air adalah upaya pemantauan kualitas air secara biologi
yang dilakukan dengan melihat respon biologis organisme indikator (bioindikator) yang
hidup di dalam air untuk mengontrol dan menilai perubahan kualitas lingkungan secara
berulang. Biomonitoring ini meliputi proses pengumpulan organisme indikator, analisis
fisik dan analisis kimia. Bioindikator adalah spesies atau organisme yang memiliki
toleransi terhadap lingkungan yang sangat terbatas, sehingga dengan kehadiran
organisme indikator ini dapat mengasumsikan keadaan suatu lingkungan, serta
menandakan bahwa keperluan fisik, kimia, dan nutrisi dapat terpenuhi di lingkungan
tersebut.
Hewan bioindikator di lingkungan sangat beranekaragam tergantung kepada
fungsinya. Kelompok organisme indikator yang umum digunakan dalam pendugaan
kualitas air terdiri dari plankton, periphyton, makrophyton, nekton, dan
makroinvertebrata akuatik. Namun demikian dari kelima jenis hewan air tersebut, yang
paling baik dan cocok digunakan sebagai indikator biologis dan ekologis adalah dari
grup makroinvertebrata akuatik.
2.3 Makroinvertebrata
Makroinvertebrata akuatik digunakan sebagai bioindikator karena organisme ini
mudah ditemukan hampir disemua perairan, siklus hidupnya panjang, dapat
menunjukan bukti mengenai suatu kondisi dalam rentang waktu yang panjang. Selain
itu, makroinvertebrata akuatik juga memiliki jenis yang cukup banyak dan memberikan
respon yang berbeda akibat gangguan yang berbeda, pergerakannya terbatas, tubuhnya
dapat mengakumulasi racun, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk pencemaran.
makroinvertebrata akuatik merupakan biota akuatik yang mudah diidentifikasi dan
dikoleksi karena sifatnya yang menetap, selain itu makroinvertebrata akuatik peka
terhadap perubahan lingkungan perairan sehingga akan mempengaruhi komposisi dan
kemelimpahannya. Makroinvertebrata akuatik juga memainkan peran penting dalam
komunitas dasar, karena fungsinya di dalam proses mineralisasi dan dalam rantai
makanan sebagai detritivor. Makroinvertebrata akuatik, terutama yang bersifat herbivor
dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati
dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil
sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen
perairan.
BAB III
METODOLOGI
Pengambilan data sungai ini dilakukan di Sungai yang terletak di Jalan Mulyorejo lokasi
di belakang Unair Kampus C, sekitar sungai terdapat Perumahan, pemukiman warga,
Rumah Sakit dan Fasilitas Pendidikan.
3.2.2 Bahan
1. Sampel air sungai
3.3 Prosedur Kerja
1. Pengukuran Debit
Pembuatan Profil Sungai
- Pilih lokasi yang representatif (dapat mewakili) untuk pengukuran debit
- Ukur lebar sungai (penampang horisontal)
- Bagi lebar sungai menjadi 10-20 bagian dengan interval jarak yang sama
(Gambar 2.1).
- Ukur kedalaman air di setiap interval dengan mempergunakan tongkat
- Mengukur Luas Penampang sungai
Pengukuran
Mengukur lebar
2 menggunakan tali
sungai
rafia dan meteran
Membagi lebar
3 sungai menjadi Interval jarak 30 cm
10 bagian
Mengukur
Pengukuran
4 kedalaman air
menggunakan tongkat
sungai
Mengukur luas
Menggunakan
5 penampang
perhitungan rumus
sungai
4.1.2 Pengukuran Debit Sungai
Pengukuran
Mengukur lebar
2 menggunakan tali rafia
sungai
dan meteran
Menentukan
Penentuan waktu 20
3 lintasan jarak
detik
benda
Mencatat waktu
Menggunakan
4 tempuh benda
stopwatch
apung
Mengulangi
5 pengukuran pada sebanyak 3 kali
benda apung
4.2 Pengukuran Kecepatan Aliran
Pengukuran
Mengukur lebar
2 menggunakan tali
sungai
rafia dan meteran
Membagi lebar
Interval jarak 30
3 sungai menjadi 10
cm
bagian
Mengukur
Menggunakan
4 Kecepatan aliran
perhitungan rumus
sungai
4.3 Pengambilan Sampel Air
Memasukkan
Sampel air diisi
2 jerigen kedalam
hingga penuh
ember
Mencatat
Pengukuran
3 ketinggian muka
menggunakan tongkat
air
BAB V
ANALISA PEMBAHASAN
= (30 x 34) + (30 x 46) + (30 x 78) + (30 x 83) + (30 x 135) + (30 x 93) + (30 +
88) + (30 x 87) + (30 x 62) + (30 x 45)
= 22.530 cm2
= 225,3 m2
= 0,034 m/s
Dari rumus didapatkan nilai kecepatan aliran yaitu 0,034 m/s. Kecepatan ini
sangat kecil karena jika dilihat secara langsung pada kenyataan air sungai Mulyorejo
dalam kondisi tenang dan tidak memiliki arus serta terdapat banyak lumpur yang
terlihat.
5.3 Penentuan Kedalaman dan Kecepatan Aliran
Penentuan kedalaman dan kecepatan aliran dihitung dari kedalaman per interval
serta 3 benda apung yang digunakan dalam pengukuran kecepatan aliran. Maka dari
pengukuran sebelumnya didapatkan kecepatan rata-rata dalam tabel :
Rumus:
= (0,3 x 0,34 x 0,02) + (0,3 x 0,46 x 0,02) + (0,3 x 0,78 x 0,017) + (0,3 x 0,83 x
0,017) + (0,3 x 1,35 x 0,017) + (0,3 x 0,93 x 0,017) + (0,3 x 0,88 x 0,017) +
(0,3 x 0,87 x 0,017) + (0,3 x 0,62 x 0,017) + (0,3 x 0,45 x 0,02)
= 0,04 m3/dt
5.5 Pengambilan Sampel Air Sungai
Derajat keasaman (pH) digunakan untuk menentukan sifat asam atau basa dari
suatu larutan. Hasil pengamatan pH menggunakan pH meter didapatkan hasil yaitu nilai
pH adalah 7,5.Yang artinya kondisi pH air sungai normal. Suhu air yaitu sebesar 30°C
dan dari hasil pengukuran didapatkan nilai DO yaitu 3,93 ppm. Oksigen terlarut (DO)
adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam
proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Nilai ini sangat kecil karena
memang air sungai terlihat tercemar yaitu berwarna keruh dan terdapat banyak endapan
sampah serta lumpur.
Tidak banyak makroinvertebrata yang bisa kami jumpai saat penelitian dikarenakan
kondisi cuaca yang sedang hujan, kedalaman sungai yang terlalu dalam, serta kurang
kaca pembesar untuk mengamati species makroinvertebrata. Dari hasil penelitian maka
kondisi Air Sungai Mulyorejo dikatakan cukup tercemar namun perlu diketahui nilai
FBI nya agar memastikan pencemaran sungai. Dan keberadaan makroinvertebrata
sangat penting dalam usaha pengkajian kondisi habitat perairan dari ditemukan nya
Artrophoda hal ini menunjukan organisme memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi
lingkungan tercemar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kualitas Air Sungai Mulyorejo didapatkan luas penampang
sungai atau A = 225,3 m2, lalu nilai kecepatan maksimum atau V maks = 00,34 m/s dan
Debit sungai 0,04 m3/s. Debit adalah jumlah air yang melewati sungai dalam suatu
periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan m3/detik atau liter/detik. Dengan
hasil pengukuran tersebut, maka kondisi hidrologis suatu daerah aliran sungai (DAS)
akan dapat diketahui. Dan hasil pengamatan makroinvertebrata yang ditemuka yaitu
terdapat family Artrophoda yang berada pada permukaan sungai. Informasi dari hasil
penelitian dapat menggambarkan hidrologi sungai serta kondisi sungai. Keterlibatan
masyarakat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran mereka dalam
memantau kondisi lingkungan, khususnya fungsi sungai.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui kandungan air seperti
BOD, COD, dan TSS sehingga diketahui kondisi pecemaran sungai.
2. Perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut terkait dengan makroinvertebrata penanda
kualitas sungai serta perhitungan nilai FBI sehingga menganalisis kondisi
pencemeran sungai.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. Croom Helm,
London.
[4] Zoer'aini Djamal Irwan. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem
Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara.