Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KURIKULUM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (KURIKULUM 2013)


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi
Pembelajaran Matematika

Disusun Oleh:

Rina Triani 172151031


Sylvia Nurisalia Hadani 172151159
Fajar Ramadhan Permana 172151103

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas izin dan
ridha-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kurikulum
Pembelajaran Matematika” sebagai salah satu tugas kelompok Mata Kuliah
Metodologi Pembelajaran Matematika.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada
Dosen pengampu mata kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika (Dr. H. Ebih
Abdul Rachim Arhasy, Drs., M.Pd.) yang telah memberikan bimbingan, teman-
teman yang telah memberikan dukungan serta semua pihak yang telah membantu
terselesainya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Tasikmalaya, 24 september 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4
D. Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Pengertian dan Komponen K13 ........................................................... 5
B. Kerangka Dasar dan Struktur K13 ....................................................... 7
C. Implementasi K13 Pada Pembelajaran Matematika ........................... 8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 20
B. Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21
LAPORAN HASIL PRESENTASI .............................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu, jam
pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran
matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang
pendidikan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah dan
perguruan tinggi. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata
pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini
mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, matematika
juga memrlukan pemahaman konsep yang baik, karena untuk memahami
konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya.
Matematika yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan
pendidikan menengah adalah matematika sekolah (Erman Suherman, dkk,
2003:55). Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas,
2006:346) salah satu tujuan matematika pada pendidikan menengah adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah. Pemahaman konsep tersebut perlu ditanamkan kepada peserta
didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk dibangku sekolah
dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Disana
mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan
masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan
menjadi bekal dalam memperlajari matematika pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Agar penguasaan siswa dalam matematika dapat tercapai dengan
baik, maka siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep dalam
matematika tersebut. Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman
prinsip dan teori, hal ini sesuai dengan jenjang kognitif tahap pemahaman
menurut Bloom, dkk, sehingga untuk memahami prinsip dan teori terlebih
dahulu siswa harus memahami konsep-konsep yang menyusun prinsip dan
teori tersebut. Karena itu hal yang sangat fatal apabila siswa tidak
memhamai konsep-konsep matematika, jika mereka ingin menguasai
matematika dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dapat dilihat
dari hasil dalam laporan hasil belajar siswa.
Aspek-aspek yang dilaporkan kepada orang tua siswa tentang hasil
belajar siswa adalah (1) pemahaman konsep, (2) penalaran dan komunikasi,
(3) pemecahan masalah. Berarti pemahaman konsep disini sangat

21
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang
telah diajarkan.
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai program pendidikan
yang dikehendaki. Sebagai sarana, kurikulum tidak akan berarti jika tidak
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang diperlukan seperti sumber-sumber
belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan tenaga pengajar,
metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan
dicapai.
Pelaksanaan suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan
suatu masyarakat. Perkembangan kurikulum di Indonesia pada zaman pasca
kemerdekaan hingga saat ini terus mengalami perubahansesuai dengan
tuntutan zaman serta terus akan mengalami penyempurnaan dalam segi
muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Perubahan kurikulum dapat bersifat
sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan
yang menyangkut semua komponen kurikulum. Pembaharuan kurikulum
biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang
diikuti oleh perubahan structural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian
bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja,
isi saja, metode saja, atau system penilaiannya saja. Pembaharuan
kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen
kurikulum. Dalam perjalan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun pra-75, 1984, 1994,
2004, 2006 dan tak ketinggalan juga kurikulum terbaru yang diterapkan di
tahun ajaran 2013/2014 yaitu Kurikulum 2013. Sebelum pelaksanaan
penerapan kurikulum 2013, pemerintah melakukan uji publik untuk
menentukan kelayakan kurikulum ini dimata publik. Kemudian mulai tahun
ajaran baru 2013/2014 kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap.
Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan menghasilkan insan
Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini,
pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan
karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang dipelajarinya. Kurikulum 2013 memungkinkan para
guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran
belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang
dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria
penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar
penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan
dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter
tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan
kompetensi dan karakter berikutnya. Merupakan hal yang menarik apabila

21
kita dapat mengetahui tingkat pemahaman konsep matematika siswa setelah
diterapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Melihat latar
belakang diatas maka dalam pembelajaran khususnya matematika
diperlukan analisis pemahaman konsep matematika siswa setalah
diterapkan kurikulum 2013, sehingga dapat diketahui bagaimana
pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika
dengan diterapkan kurikulum 2013.
Proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan kompetensi
guru, siswa, kurikulum serta sarana dan prasarana pendukungnya.
Pemerintah memalui departemen pendidikan dan kebudayaan melakukan
pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah
pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Lebih
lanjut Kunandar mengatakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan dengan
penyempurnaan pola pikir sebagai berikut : (1) pola pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi menjadi pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; (2) pola pembelajaran
satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif
(interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media
lainnya); (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana
saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif; (5) pola belajar sendiri
menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (6) pola pembelajaran alat tunggal
menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran
berbasis missal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat
potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajran ilmu
pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak; dan
(9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan langkah yang
berkesinambungan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penyempurnaan
kurikulum sebagai langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Perubahan kurikulum dilakukan sebagai salah satu langkah mengatasi
berbagai persoalan kualitas moral bangsa, kualitas sumber daya manusia,
dan tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut kemampuan guru dalam
penguasaan konsep esensial dan kemampuan pedagogik guru. Kurikulum
2013 menekankan pada domain sikap (spiritual, sosial), domain
pengetahuan dan domain keterampilan. Keempat aspek ini selanjutnya akan
menjadi dasar untuk penyusunan kompetensi dasar (KD). Dalam kurikulum
2013, panduan pembelajaran dan buku ajar sudah ditetapkan dari pusat.

21
Namun demikian guru dituntut untuk tetap dapat mengemas pembelajaran
yang berorientasi pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu :
1. Apakah pengertian kurikulum 2013 dan komponen kurikulum 2013?
2. Bagaimana perubahan dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum 2013?
3. Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran
matematika?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan tujuannya
yaitu :
1. Agar dapat mengetahui kurikulum 2013
2. Agar dapat menerapkan kurikulum 2013 di setiap jenjang sekolah
D. Manfaat
1. Dapat memberikan pandangan mengenai kurikulum 2013 yang
digunakan pada pendidikan Indonesia
2. Dapat menerapkan kurikulum 2013

BAB 2
TINJAUAN TEORETIS

A. PENGERTIAN DAN KOMPONEN KURIKULUM 2013


Pemahaman kita tentang kurikulum saat ini adalah susunan mata pelajaran
yang akan diajarkan di setiap jentang pendidikan. Pemahaman ini tidak keliru,
namun masih kurang lengkap. Pemahaman kita tentang kurikulum harus
diperluas karena ketika membahas tentang nama-nama mata pelajaran pada
suatu kurikulum, kita akan terjebak dengan banyak istilah.
Saat ini guru harus mempelajari Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata
pelajaran lalu dijejerkan satu dengan yang lain. Setelah itu dicari satu kata yang
bisa menaungi semua KD dalam bentuk tematik. Memang tidak dapat
dipungkiri, alasan kita melaksanakan pembelajaran tematik adalah agar guru
lebih kreatif dan juga mengakomodasi keragaman potensi dari setiap satuan
pendidikan di tanah air.
Oleh karena itu, para ahli mencoba memahami persoalan kurikulum dengan
memperluas pengertiannya. Murray Print (1993) menyatakan bahwa:
kurikulum adalah semua kesempatan belajar yang direncanakan untuk peserta

21
didik di sekolah dan institusi pendidik lainnya. Selain itu, kurikulum juga dapat
dimaknai sebagai rancangan pengalaman yang akan diperoleh peserta didik
ketika kurikulum tersebut diimplementasikan. Kurikulum juga dapat diartikan
sebagai langkah kegiatan perancangan kegiatan interaksi peserta didik dengan
lingkungan belajarnya yaitu interaksi dengan dirinya sendri sebagai guru
dengan sumber belajar dan lingkungan belajar lainnya rancangannya selalu
disusun dalam dokumen tertulis dan dilaksanakan serta dikendalikan oleh guru.
Murray print (1993) menggarisbawahi empat hal penting dalam definisi
kurikulum yang diajukannya yaitu adanya:
1. Planned learning experiences
2. Offered within educational institusional
3. Represented as a document
4. Includes experiences resulting from implementing that document
Dari definisinya Murray Print tidak menyebut kurikulum sebagai kumpulan
dari nama-nama mata pelajaran tetapi menyebutnya sebagai pengalaman
belajar. Nama suatu mata pelajaran bisa mengambil dari istilah keilmuan
(misalnya mata pelajaran Matematika, Bahasa, Geografi, Biologi, dan lain-lain)
atau bisa juga dengan menggunakan istilah dan tema yang dikenal di
masyarakat.
Point kedua adalah bahwa kurikulum merupakan suatu tawaran program
yang diajukan oleh institusional tertentu. Dalam hal ini pemerintah akan
meneruskan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
sebaiknya sekolah memanfaatkan sebagai bentuk tawaran program terbaiknya.
Sekolah sebaiknya memiliki visi dan misi unggulan sehingga masyarakat dapat
memilih jenis tawaran program dari setiap sekolah.
Point ketiga dan keempat merupakan suatu program pembelajaran yang
berlaku di sekolah tidak dapat dikatakan sebagai kurikulum yang akuntabel
manakala tidak direncanakan secara sistematis dan terukur. Oleh karena itu
perlu didokumentasikan sebagai wujud dari tanggung jawab sosial bagi pihak
guru dan sekolah.
Untuk memperjelas arti atau pengertian kurikulum, sebaiknya melihat
terlebih dahulu komponen kurikulum. Nasution (1993) menyebut empat
komponen pokok kurikulum yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar
mengajar, dan penilaian. Subandijah yang dikutip Abdullah Idi (2007)
menyebutkan komponen kurikulum atas lima komponen ditambah komponen
penunjang, yaitu tujuan, isi materi, organisasi atau strategi, media dan proses
belajar mengajar. Adapun komponen pendukungnya adalah administrasi dan
supervisi, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi. Abdullah
Idi (2007) sendiri menyebutkan enam komponen kurikulum yaitu komponen:
1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Media atau sarana dan prasarana,

21
4. Strategi pembelajaran,
5. Proses pembelajaran, dan
6. Evaluasi atau penilaian.
Tujuan kurikulum merupakan komponen penting dari setiap sistem
kurikulum. Untuk keperluan teknis, komponen tujuan dalam kurikulum
dibedakan menjadi tiga yaitu: aims, goals, dan objectives (Murray Print, 1993).
Aims merupakan rumusan tujuan yang bersifat umus dan biasanya dirumuskan
pada tingkat tujuan pendidikan nasional. Goals merupakan tujuan yang lebih
spesifik. Tujuan diarahkan kepada gambaran prestasi peserta didik dengan
menekankan pada konten berupa pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan
objectives adalah tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum denan pernyataan
yang lebih spesifik lagi dari goals yaitu menyatakan dalam bentuk tuntutan
perilaku sebagai hasil belajar. Dalam kurikulum 2013 lebih identik dengan
tingkat Kompetensi Dasar.
Isi dan struktur program yaitu “bahan” yang akan dipelajari oleh peserta
didk. Dalam makna ini, isi dan struktur program adalah kumpulan mata
pelajaran atau bahan pembelajaran lainnya. Isi dan struktur program merupakan
komponen kurikulum yang banyak diperbincangkan setiap saat merumuskan
nama mata pelajaran. Dalam kurikulum 2013 kita mengenal isi kurikulum yang
bernama seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Materi
kurikulum bersumber dari masyarakat lalu diajarkan sebagai fungsi dari
pemeliharaan budaya masyarakat (fungsi konservatif). Adapun materi yang
berasal dari peserta didik artinya pertimbangan perumusan materi berasal dari
kebutuhan peserta didik.
Komponen media atu sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor
pendukung dalam implementasi kurikulum. Pemakaian media sangat strategis
dalam pembelajaran karena dapat dijadikan instrumen akselerasi pencapaian
tujuan kurikulum.
Pemilihan strategi pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan dan isi materi
kurikulum. Jika tujuan dan bahan ajar memiliki tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor maka pemilihan strategi dan proses pembelajaran disesuaikan
dengan tujuan dan isi kurikulum.
Komponen penilaian ini diperlukan untuk mengukur keberhasilan dalam
pelaksanaan kurikulum. Evaluasi kurikulum dilakukan untuk menilai rumusan
tujuan kurikulum, isi ataupun materi kurikulum, media atau sarana dan
prasarana pembelajaran, strategi dan proses pembelajaran, dan sistem evaluasi
kurikulum itu sendiri. Dalam proses evaluasi kurikulum ada yang bersifat pre-
ordinate yaitu kriteria evaluasi dipersiapkan sejak awal dan ditetapkan
berdasarkan indikator umum; fidelity yaitu kriteria dipersiapkan sejak awal
tetapi ditetapkan dari keadaan kurikulum yang dikembangkan; dan pendekatan
process yaitu kriteria penilaian bersifat naturalistic inquiry, kualitatif, dan

21
fenomenologi yaitu peduli terhadap masalah yang sedang dihadapi untuk segera
diatasi (Hamid Hasan, 2008).
B. KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM 2013
Kerangka dasar kurikulum yang tercantum dalam Permendikbud Nomor
67, 68, 69 tahun 2013 mengkaji tentang Landasasan Filosofis, Teoretis, dan
Yuridis.
Landasan Filosofis kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa indonesia yang beragam dan diarahkan untuk membangun kehidupan
yang lebih baik. Proses pendidikan pada kurikulum 2013 memberi kesempatan
pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Peranan pendidikan
adalah untuk mengemabangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu, kemampuan soft skills yaitu
kemampuan berkomunikasi, peduli, bertanggung jawab, dan berpartisipasi
dalam membangun masyarakat dan bangsa yang lebih baik.
Landasan Teoretis kurikulum 2013 mengacu pada “pendidikan
terstandar” dan “berbasis kompetensi”. Pendidikan terstandar adalah
pendidikan yang menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara. Sedangkan pendidikan berbasis kompetensi dirancang untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik secara
total.
Landasan Yuridis kurikulum 2013 adalah semua perundang-undangan
yang terkait dengan pendidikan. Berikut adalah perundang-undangan yang
dijadikan landasan yuridis kurikulum 2013, yaitu UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional; UU Nomor 17 tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Meengah Nasional; dan PP
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah
diubah dengan PP Nomor 32 tahun 2013.
C. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA
Hakikat matematika yang merupakan ilmu yang akhirnya bersifat abstrak,
bagi kebanyakan siswa matematika masih merupakan momok. Bagi para guru
tidak mudah untuk memilih strategi, pendekatan, metode, teknik pembelajaran
yang tepat sehingga materi matematika mudah dipahami siswa, siswa bisa
terampil serta siswa tertarik untuk mempelajarinya.
Penerapan kurikulum 2013 merupakan penerapan kurikulum dengan
menekankan pada pembentukan karakter, yang bertujuan mengembangkan
nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter
Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap
percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

21
Perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 menyangkut empat elemen
perubahan kurikulum, yaitu sebagai berikut:
a. Penyempurnaan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang lebih
memperhatikan pengembangan kognitif, keterampilan dan sikap serta
penghayatan juga pengamalan agama.
b. Perubahan Standar Isi, dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi
mata pelajaran dengan pendekatan tematik-integratif.
c. Perubahan Standar Proses, yaitu perlunya perubahan strategi
pembelajaran. Pentingnya para guru untuk merancang pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Dengan strategi
pembelajaran yang tepat peserta didik difasilitasi untuk mengamati,
menanya, mengolah, menyajikan, mencipta dan menyimpulkan.
d. Perubahan Standar Evaluasi. Dalam hal ini penilaian tidak hanya
mengukur hasil kompetensi, tetapi penilaian yang otentik yaitu
penilaian yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan serta
pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Penilaian otentik ini
diharapkan mampu untuk mengukur kemampuan siswa sesuai dengan
performa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat diuraikan dari point-point diatas, yaitu sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) terdiri dari Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi inti merupakan terjemah atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif dan
psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur
pengorganisasian kompetensi dasar.
Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling
terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti
Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; Kompetensi
Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; Kompetensi Inti-3 (KI-3)
untuk kompetensi inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk
kompetensi inti keterampilan. Keempat kelompok itu menjadi acuan dari
Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa
pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap
keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung dan pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan Kompetensi Inti-3 (KI-3) dan
penerapan pengetahuan Kompetensi Inti-4 (KI-4).

21
Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran
untuk semua setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi
dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai
oleh peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan
memperhatikan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan
awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
2. Standar Isi (SI)
Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013, Standar Isi adalah kriteria
mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi terdiri dari kompetensi dan sarana prasarana. Standar isi
merupakan turunan dari SKL (Standar Kompetensi Lulusan) terdiri dari KI
dan KD.
Perubahan Standar Isi, dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi
mata pelajaran dengan pendekatan tematik-integratif.
Pembelajaran tematik integratif sering juga disebut sebagai
pembelajaran tematik integrasi aslinya dikonseptualisasikan pada tahun
1970-an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya dikembangkan untuk anak-
anak yang berbakat dan bertalenta, anak-anak yang cerdas, program
perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik
integratif sebagai berikut:
1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat
dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini
menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata
pelajaran.
2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata
pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi
pelajaran yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.
3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik
integratif harus mendukung pencapaian tujuh utuh kegiatan pemelajaran
yang termuat dalam kurikulum.
4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu
mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan,
kebutuhan, dan pengetahuan awal.
5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya
materi yang tidak dipadukan tidak perlu dipadukan.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa

21
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
pasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa. Siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses mata pelajaran. Dengan demikian, siswa
mampu memahami konseop-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain
Ada tiga pembelajaran integratif yang dipilih dan dikembangkan di
program pendidikan guru sekolah, yaitu model keterhubungan, model laba-
laba, dan model keintegratifan. Model keterhubungan (connected) adalah
model pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, ide-ide yang dipelajari
pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester
berikutnya di dalam satu bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model
ini adalah Robert Maynard Hutchins.
Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran
integratif menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannya dimuali dengan menentukan tema. Tema bsia ditetapkan
dengan negoisasi antara guru dan siswa tetapi dapat pula dengan cara
diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-sub
temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi.
Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan
siswa. Tokoh yang mengembangkan modle ini adalah Lyndon B. Johnson.

21
Model keintegratifan (integrated), model ini merupakan pembelajaran
integratif yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Modle ini
diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara
menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep,
sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi.
Pertamakali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang
diajarkan dalam satu semster dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih
beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan
yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi. Tokoh yang
mengembangkan modle ini adalah John Milton.
3. Standar Proses
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar
menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya
Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Kurikulum 2013 secara garis besar mengembangkan dua strategi
pembelajaran yaitu startegi pembelajaran langsung dan tidak langsung.
Strategi pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana peserta
didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik
melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa
yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Strategi pembelajaran
langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang
disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi
selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan
khusus. Pembelajaraan tidak langsung berkenaan dengan pengembangan
nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang
dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran
tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan
perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan
yang terjadi di kelas, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran kurikulum 2013, semua kegiatan yang tejadi selama belajar di
sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi
proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang
terkait dengan sikap.

21
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung
terjadi secara integrasidan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan
dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3
dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1
dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu:
a. Mengamati;
b. Menanya;
c. Mengumpulkan informasi;
d. Mengasosiasi;
e. Mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran poko tersebut dapat dirinci dalam berbagai
kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan
maknanya.
Lamgkah-langkah Kegiatan pembelajaran Kompetensi yang
pembelajaran dikembangkan
mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
menyimak, melihat (tanpa alat ketelitian, mencari
atau dengan alat) informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan
tentang informasi yang tidak kreativitas, rasa ingin tahu,
dipahami dari apa yang diamati kemampuan merumuskan
atau pertanyaan untuk pertanyaan untuk
mendapatkan informasi membentuk pikiran yang
tambahan tentang apa yang kritis yang perlu untuk
diamati hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat
Mengumpulkan informasi  Melakukan eksperimen Mengembangkan sikap
 Membaca buku lain selain teliti, jujur, sopan,
buku teks menghargai pendapat orang
 Mengamati lain, kemampuan
objek/kejadian/aktivitas berkomunikasi,
 Wawancara dengan menerapkan kemampuan
narasumber mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan kebiasaan
beljar dan belajar sepanjang
hayat

21
Mengasosiasikan  Mengolah informasi yang Mengembangkan sikap
sudah dikumpulkan baik jujur, teliti, disiplin, taat
terbatas dari hasil kegiatan aturan, kerja keras,
mengumpulkan/eksperimen kemampuan menerapkan
maupun hasil dari kegiatan prosedur dan kemampuan
mengamati dan kegiatan berpikir induktif serta
mebgumpulkan informasi. dedkutif dalam
 Pengolahan informasi yang menyimpulkan
dikumpulkan dari yang
bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan
mebgkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan sikap
pengamatan, kesimpulan jujur, teliti, toleransi,
berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir
secara lsan, tertulis, atau media sistemats, mengungkapkan
lainnya pendapat dengan singkat
dan sejas, dan
mengembangkan
kemampaun berbahasa
yang baik dan benar

Strategi pembelajaran merupakan taktik yang digunakan guru agar


pembelajaran terlaksana secara tepat sasaran. Strategi pembelajaran secara
aplikatif dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu strategi langsung
dan strategi tidak langsung. Strategi mana yang digunakan sehingga
pelaksanaan pembelajaran dapat tepat sasaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Agar siswa lebih cepat memahami materi
biasanya digunakan strategi langsung. Sedangkan strategi tidak langsung
jenis kegiatannya tidak langsung menyentuh materi pembelajaran.
Dalam konteks Kurikulum 2013 ada 5 model pembelajaran yang
merupakan model inti. Pelaksanaan model pembelajaran mana yang dipilih

21
diorientasikan agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dalam proses pembelajaran yang aktif kreatif, siswa dapat
mengembangkan kemampuan kritis dan terampil berkomunikasi maka para
guru pegang peranan yang penting. Kelima model pembelajaran tersebut
adalah: Model Pembelajaran Proses Saintifik, Model Pembelajaran
Integratif Berdiferensiasi, Model Pembelajaran Multiliterasi, Model
Pembelajaran Multisensori, dan Model Pembelajaran Kooperatif. (Abidin,
2014). Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Model Pembelajaran Proses Saintifik
Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut beraktivitas seperti
ahli sains. Dalam prakteknya siswa melakukan aktivitas selayaknya
langkah-langkah penerapan metode ilmiah, yaitu: merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis data, serta membuat kesimpulan. Tidak semua materi
dalam matematika bisa diterapkan model pembelajaran ini. Karena
model pembelajaran proses saintifik sebagai proses pembelajaran untuk
memecahkan masalah yang mebutuhkan perencanaan yang matang,
pengumpulan data yang cermat, juga analisis yang teliti untuk
menghasilkan kesimpulan. Siswa perlu dibina kepekaannya terhadap
fenomena. Karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama
demikian pula untuk mata pelajaran matematika langkah-langkah dalam
pendekatan ilmiah ada perbedaan. Untuk mata pelajaran matematika
langkah-langkahnya yaitu: mengamati (mengamati fakta matematika),
menanya (berfikir divergen), mengumpulkan informasi (mencoba,
mengaitkan teorema), mengasosiasi (memperluas konsep,
membuktikan), mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan
dengan konsep baru). Penjelasan tentang mengamati, menanya,
mengumpilkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan
diuraikan sebagai berikut.
1. Mengamati
Pengamatan fakta matematika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan,
b) Pengamatan obyek matematika.(Kemendikbud, 2014).
Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan dalam mata
pelajaran matematika sering digunakan dalam membahas materi
tingkat dasar, pengamatan seperti ini cocok untuk pemahaman
konsep yang akan diturunkan dari suatu proses induktif. Pengenalan
konsep dengan proses induktif adalah dari hal-hal yang khusus atau
dari contoh-contoh ke hal yang umum. Misalnya dalam membahas
materi volume, untuk menemukan volume bola dapat dilakukan
pengukuran dengan menghubungkan volume kerucut dengan
volume setengah bola. Siswa melakukan percobaan dan pengamatan
secara langsung terhadap obyek bendanya. Tetapi untuk sekolah

21
menengah pada kelas tinggi tidak cukup pembuktian secara induktif
perlu dibuktikan dengan pemahaman melalui proses deduktif.
2. Menanya
Kelemahan dari proses menghafal jika tidak disertai dengan
pemahaman yang mendalam, banyak siswa yang gagal
menyelesaikan suatu masalah matematika jika soal matematika
diubah sedikit saja. Para guru seharusnya sadar kenyataan ini bahwa
kegagalan siswa bisa disebabkan karena siswa terbiasa menghafal
algoritma atau prosedur tertentu tanpa ditekankan paham prosesnya.
Untuk itu perlunya dibangkitkan pemikiran yang divergen,
pemikiran divergen dapat ditimbulkan adanya pertanyaan. Perlunya
pertanyaan pancingan. Apabila dengan suatu pertanyaan siswa
belum bisa menjawab maka guru tidak diperkenankan memberitahu
jawaban. Misalkan dalam membahas materi fungsi naik dan fungsi
turun berikut ini. Tentukan interval-interval fungsi 𝑓(𝑥) = 2𝑥 2 −
3𝑥 + 1 bilamana naik dan bilamana turun!. Pertanyaan-pertanyaan
apa saja yang perlu dibangkitkan supaya timbul pemikiran yang
divergen?
3. Mengumpulkan Informasi
Pengertian mengumpulkan informasi dalam pelajaran matematika
tidak harus benda konkret yang dikumpulkan. Informasi dapat
berupa konsep-konsep, teorema atau sifat-sifat yang mendukung.
Jadi informasi tidak harus hasil percoban atau hasil pengamatan.
Misalnya untuk membuktikan rumus-rumus untuk tg (a +b) atau tg
(a - b) diperlukan konsep tangen, sinus, cosinus dsb.
4. Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan)
Pengertian asosiasi dapat bermakna penalaran atau akibat
(reasoning) (Kemendikbud:2014). Bisa penalaran induktif (dari hal
yang khusus ke hal yang umum) atau penalaran deduktif (dari hal
yang umum ke hal yang khusus).
5. Mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan
konsep lain)
Secara sempit pengertian mengkomunikasikan dapat diartikan
sebagai menunjukkan atau membuktikan yang dituangkan dalam
bahasa tulis (presentasi). Secara luas menyimpulkan dapat diartikan
pengaitan dengan materi lain. Pengaitan bisa vertikal (matematika
vertikal), bisa horizontal (matematika horizontal). Matematika
vertikal misalnya mengaitkan konsep dalam matematika itu sendiri,
sedangkan matematika horizontal misalnya mengaitkan konsep
yang diperoleh dengan dunia nyata.(Kemendikbud:2014).
b. Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi
Merupakan model pembelajaran yang menghubungkan berbagai
disiplin ilmu dan dikemas berdasarkan perbedaan siswa. Dalam model
ini metode yang harus dikuasai guru adalah pembelajaran berbasis
masalah atau pembelajaran berbasis proyek. Dalam Kemendikbud:2014
dijelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning / PjBL) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,

21
penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar. Dengan langkah-langkah: penentuan
pertanyaan mendasar, mendesain pertanyaan proyek, menyusun jadwal,
memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, menguji hasil,
mengevaluasi pengalaman.
c. Model Pembelajaran Multiliterasi
Dalam meningkatkan pemahaman, keterampilan dan sikap dari berbagai
disiplin ilmu Model Pembelajaran Multiliterasi mengoptimalkan konsep
literasi berbahasa yang meliputi kegiatan membaca, menulis,
menyimak, berbicara. Misalnya untuk sekolah tingkat dasar atau
menengah terdapat soal-soal bentuk cerita. Untuk menyelesaikan soal-
soal bentuk cerita perlunya memahami soal yaitu paham apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan, menyusun kalimat matematika dan
menyelesaikan kalimat matematikanya.
d. Model Pembelajaran Multisensori
Dalam memahami materi model pembelajaran ini mengoptimalkan
panca indera, baik indera penglihatan, pendengaran, pembau, pengecap
dan peraba. Dalam pembelajaran matematika tidak semua materi dapat
diperagakan dengan benda konkret. Jadi penggunaan ke lima indera ini
tidak harus bersama-sama.
e. Model Pembelajaran Kooperatif
Siswa dalam belajar dengan model pembelajaran kooperatif ini
penekanannya adalah kerja sama. Untuk ini diperlukan pembagian tugas
yang jelas. Misalnya pembagian tugas antar kelompok. Dalam
Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Kooperatif menjadi wadah bagi
model-model yang lain. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran ada
tiga istilah yang berbeda tapi sering diperkirakan sama, yaitu istilah
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Dalam Abidin (2014)
dijelaskan bahwa pendekatan dalam konsep pembelajaran dipandang
sebagai a way of beginning something yang berarti cara memulai
sesuatu. Dalam proses pembelajaran pendekatan merupakan suatu
pedoman yang dapat memunculkan tahapan belajar mengajar.
Pendekatan pembelajaran bersifat aksiomatis, melahirkan sejumlah
metode pembelajaran, memberikan pedoman bagi metode
pembelajaran, lahir dari sejumlah asumsi/teori/prinsip tertentu.
Misalkan pendekatan konstuktivistik yang sering digunakan dalam
proses pembelajaran. Dari pendekatan pembelajaran akan menghasilkan
sejumlah metode pembelajaran.
Menurut Richards dan Rodgers Dalam Abidin (2014) menyatakan
bahwa “Method is an overall plan for the orderly presentation of
material, no part of which contradicts, and all of which is based upon,
the selected approach. An approach is axiomatic, a method is
procedural. Within one approach, there can be many methods” yang
berarti metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan
ajar secara rapi dan tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang
berkontradiksi dan kesemuanya didasarkan pada pendekatan
terpilih.Jika pendekatan bersifat aksiomatik maka metode bersifat
prosedural. Jadi kalau metode diartikan sebagai cara adalah kurang

21
tepat, sebab pada metode pembelajaran mencakup beberapa tahap, yaitu
mulai dari penentuan tujuan pembelajaran, peran guru, peran siswa,
materi sampai tahap evaluasi.
Implementasi metode pembelajaran mata pelajaran matematika
diperlukan teknik pembelajaran yang tepat. Apa yang disebut teknik
pembelajaran? Dalam Abidin (2014) dijelaskan bahwa teknik
pembelajaran merupakan cara yang secara langsung diterapkan guru
untuk menyampaikan materi kepada siswanya selama proses
pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang mencakup
aktivitas kelas, tugas dan pengujian.Agar tujuan pembelajaran tercapai
guru diharuskan menggunakan bermacam-macam teknik pembelajaran.
Jadi dalam satu kali proses pembelajaran matematika, misalnya
membahas materi matematika kelas X SMA tentang eksponen dapat
digunakan bermacam-macam teknik pembelajaran yang dapat langsung
diamati. Misalnya guru sedang ceramah, adanya tanya jawab, siswa
sedang berdiskusi, siswa sedang mengerjakan tugas. Penentuan teknik
pembelajaran sangat erat sekali dengan materi matematika yang akan
dibahas.

4. Standar Evaluasi
Dalam hal ini penilaian tidak hanya mengukur hasil kompetensi,
tetapi penilaian yang otentik yaitu penilaian yang mengukur kompetensi
sikap, keterampilan serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses.
Penilaian otentik ini diharapkan mampu untuk mengukur kemampuan siswa
sesuai dengan performa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur dan isntrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian
ontetik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, uian tingkta
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan, proses, dan
keluaran pembelajaran.
b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh
peserta didik secara reflekif untuk membandingkan posisi relatifnya
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang
dilaksanakan untuk menilai keseluruhan ernitas proses belajar
peserta didik termasuk penugasan perorangan atau kelompok di
dalam atau di luar kelas khususnya pada sikap dan keterampilan.

21
d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan
hasil belajar peserta didik.
e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
f. Ulangan Tengah Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pwncapaian kompetensi peserta didik
setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan
ulangan tengah semster meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan Akhir Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk emngukur pencapaian kompetensi peserta didik di
ahkir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
h. Ujian Tingkat Kompetensi merupakan kegiatan pengukuran yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah KD yang
merepresentasikan KI pada tingkat kompetensi tersbut.
i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK
meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan KI pada tingkat
kompetensi tersebut.
j. Ujian Nasional yang disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai
pencapaian Standar Pendidikan Nasional, yang dilaksanakan secara
nasional.
k. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran
pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diajukan pada UN,
dilakukan oleh satuan pendidikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: PT Refika Aditama.

Halimah, S. (2014, Oktober 08). Implementasi Kurikulum 2013 dalam


Pembelajaran Matematika . Seminar Ilmiah Mahasiswa Jurusan Tadris
Matematika FTIK IAIN Padangsimpuan, Sumatera Barat, Padang,
Padangsidimpuan.
Heleni, S., & Zulkarnain. (2017). pelaksanaan kurikulum 2013 pada bidang studi
matematika di sekolah menengah pertama negeri kota pekanbaru tahun
pelajaran 2016/2017, 02-05.

Idi, A. (2014). Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakek. Jakarta : PT


Rajagrafindo Persada.
Majid, A. (2014). IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Bandung: interes Media.

Piliang, N. (2013, Oktober 24). Google Chrome . Diambil kembali dari


slideshare.net: https://www.slideshare.net/mobile/nia258/

Sajalah, D. (2016, Oktober Rabu, 05 ). analisis kurikulum 2013 revisi pada mata
pelajaran matematika. Diambil kembali dari https://dekha-
sajalah.blogspot.com/2016/10/analisis-kurikulum-2013-revisi-
pada.html?m=1

Tresnaningsih, S. (2014). pembelajaran matematika dalam impelementasi


kurikulum 2013. strategi pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013
, 05-06.

Turmudi. (2008). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika (Berparadigma


Exploratif dan Investigatif). Jakarta: Lauser Cita Pustaka .
Yani, A. (2014). Mindset Kuikulum 2013. Bandung: ALFABETA, CV. .

21
22
22

Anda mungkin juga menyukai