Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambah (admixture atau additive). Nawy (1985:8) mendefinisikan beton sebagai
sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dan material pembentuknya.
Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan
halus, serta bahan tambah. Setiap bahan penyusun mempunyai fungsi dan
pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan.
Bila kuat tekannya tinggi, maka sifat-sifat yang lain pada umurnya juga baik.
Faktor-fsktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas bahan
penyusun, nilai faktor air semen, gradasi agregat, ukuran maksimu agregat, cara
pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan perawatan), serta umur
beton (Tjokrodimuljo, 2007)
Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15 % PC, 16-21 % air, 25-30 %
pasir dan 31-50 % keriki. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah
semen dan air, rasio perbandingan air terhadapsemen (W/C ratio_ yang semakin
kecil akan menambah kekuatan (compressive strength) beton. kekuatan beton
ditentukan oleh perbandingan air semen,selama campuran sukup plastis, dapat
dikerjakan dan beton itu dipadatkan sempurna dengan agregat yang baik.
6
7
Kekurangan beton :
a. Beton mempunyai kuat tarik rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes)
b. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki airm dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
c. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
d. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
Beton berpori atau dikenal sebagai pervious concrete atau porous concrete
merupakan jenis beton yang memiliki pori-pori atau rongga pada strukturnya,
sehingga memungkinkan cairan mengalir melalui rongga-rongga yang terdapat
pada beton. Menurut ACI 522R-10 Report on Pervious Concrete beton berpori
dapat dideskripsikan sebagai beton yang memiliki nilai slump mendekati nol,
8
yang terbentuk dari semen portland, agregat kasar, sedikit agregat halus atau tidak
sama sekali, campuran tambahan (admixture) dan air.
Beton non pasir terdiri dari aglomerasi agregat kasar berukuran tunggal
yang diselimuti dengan lapisan pasta semen tipis sekitar 1,3 mm (Neville dan
Brooks, 2010).
Beton berpori bukanlah suatu jenis beton yang umum dipakai dalam suatu
konstruksi dikarenaan oleh sifatnya yang berongga menjadikan aplikasi
penggunaan beton berpori masih terbatas, bahkan di Indonesia sendiri masih
kurang dirasakan. Dikarenakan jenis konstruksi yang biasanya diandalkan untuk
penyerapan air pada jalan adalah paving block. Sifat berongga yang dimiliki oleh
beton berpori membuat beton jenis ini memiliki kuat tekan lebih rendah dari pada
jenis beton padat yang biasanya digunakan, sehingga membuat beton berpori lebih
cocok untuk aplikasi yang tidak membutuhkan nilai kuat tekan yang tinggi. Jenis
struktur yang dapat menggunakan beton berpori adalah lapngan parkir,lantai
rumah kaca, perkerasan lapisan atas untuk taman, lapangan tenism tempat pejalan
kaki, dan juga sebagai perkerasan kaku untuk jalan lokal dengan intesitas lalu
lintas yang rendah. Sehingga secara garis besar beton berpori dapat diaplikasikan
untuk jenis struktur yang tidak membutuhkan tulangan beton, karena dengan
adanya tulangan pada beton berpori akan memberikan resiko karat pada tulangan
yang disebabkan oleh cairan yang dapat menembus rongga.
Seperti halnya beton normal komposisi yang digunakan untuk beton berpori
tidak jauh berbeda, dimana material umum yang digunakan tetaplah semen,
agregat dan air. Hal-hal harus diperhatikan dalam proses pembuatan beton berpori
adalah.
9
Beton Berpori biasanya terdiri dari semen portland , agregat kasar berukuran
seragam dan air. Kombinasi ini membentuk aglomerasi agregat kasar yang
dikelilingi oleh pasta semen lapisan tipis pada titik kontaknya. Konfigurasi ini
menghasilkan rongga yang saling berhubungan antara agregat kasar, yang
memungkinkan air menyerap dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada
beton konveksi. Beton berpori merupakan tipe beton yang istimewa. Beton
berpori dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis: satu di mana porositas terdapat
dalam komponen agregat campuran (beton agregat ringan), dan satu di mana
porositas diperkenalkan pada komponen non agregat (beton berpori). Beton
berpori dapat menggunakan agregat ringan dari alam atau sintetis yang sangat
keropos.
2.3.1 Semen Portland
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen menjadii mortar
yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar
yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang
dipakai waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang
diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya,
penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Kelebihan
air dari yang diperlukan untuk proses hidrasi pada umumnya diperlukan pada
pembuatan beton, agar adukan beton dapat dicampur dengan baik, diangkut
ndengan mudah, dan dapat dicetak tanpa rongga-rongga yang besar (tidak
keropos). Akan tetapi, hendaknya selalu diusahakan jumlah air sesedikit mungkin,
agar kekuatan beton tidak terlalu rendah. Pasta semen yang mengeras merupakan
bagian yang porous. Konsentrasi hasil-hasil hidrasi yang padat pada seluruh ruang
atau volume yang tersedia (volume yang semula ditempati oleh air dan semen)
merupakan suatu nilai indeks porositas. Kuat tekan pasta semen (juga betonnya)
sangat dipengaruhi oleh besar pori-pori diantara gel-gel atau pori-pori hasil
hidrasi. Kelebihan air akan mengakibatkan pasta semen berpori lebih banyak,
sehinngga hasilnya kurang kuat dan juga lebih porous (berpori).
Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi terjadi.
Untuk semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram pada
temperatur 5C hingga 80 kalori/gram pada temperatur 40C. Semua jenis
semen umumnya telah membebaskan sekitar 5% panas totalnya pada satu
hingga tiga hari pertama, 70% pada hari ketujuh, serta 83 – 91% setelah 6
bulan. Laju perubahan panas ini bergantung pada komposisi semen.
e. Kekuatan Tekan
Kekuatan tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian
ditekan sampai hancur.contoh semen yang akan diuji dicampur dengan pasir
silika dengan perbandingan tertentu kemudian dibentuk menjadi kubus –
kubus berukuran 5x5x5 cm setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari dan
mengalami perawatan, benda uji tersebut diuji kuat tekannya.
Semen campur dibagi menjadi 4 macam. Semen campur sendir adlah semen
dengan sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland. Berikut adalah
4 jenis semen campur: (https://rdianto.wordpress.com)
Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan
Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran
yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly
Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan bahan
pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen Portland dan bahan
pozzolon atau gabungan antara menggiling dan mencampur.
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur
dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk halus
semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama antara klinker
porland dengan butiran slag. Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan
bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan
keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling berkebalikan. Beberapa
sifat slag semen adalah sabagai berikut :
c. Semen Masonry
Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang
digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif yang
digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis.
2.3.2 Agregat
Agregat merupakan batuan yang terbentuk dari formasi kulit bumi yang
padat dan solid. (www.ilmusipil.com). Kandungan agregat dalam campuran beton
biasanya sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut
berkisar 60-70 % dari berat campuran beton. (Mulyono, 2007)
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan ukuran
agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75
mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirannya lebih
besar dari 4.80 mm (4.75 mm) dan agregar halus adalah batuan yang lebih kecil
dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi
lagi menjadi dua yang berdiameter antara 4.80 – 40 mm disebut kerikil beton dan
yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar. (Mulyono, 2007).
lain. Dengan permukaan yang kaku agregat akan saling mengunci posisi,
membuat agregat menolak pergerakan memutar serta pergeseran antar agregat.
Sedangkan untuk agregat yang berbentuk bulat akan mudah untuk saling berputar
dan bergeser, dimana permukaan agregat yang licin dapat mengurangi ikatan
antara pasta beton dengan agregat itu sendiri. Sehingga biasanya agregat yang
digunakan dihancurkan terlebih dahulu untuk mendapatkan agregat yang tidak
berbentuk bulat.
Gambar 2.3 Batuan Kaku dengan Sudut (a) dan Batuan Bulat (b)
(Sumber : Fergunson, 2005)
a. Gradasi Sela
Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada set ayakan tidak
ada, maka gradasi ini akan menunjukan satu garis horizontal dalam grafiknya.
Keistimewaan dari gradasi ini antara lain:
1. Pada nilai Faktor Air Sementertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih
tinggibila kandungan pasir sedikit.
2. Pada kondisi kecelakaan yang tinggi lebih cenderung mengalami segregasi ,
oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat kemudahan
pekerjaan yang rendah, yang pemadatannya dengan pengetaran
3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk terhadap kekuatan beton.
b. Gradasi Menerus
Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butirannya ada dan
terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam campuran beton.
untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampatan yang tinggi sehingga
terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi ukuran butir
agregat. Dibandigkan dengan gradasi sela atau seragam, gradasi menerus adalah
yang paling baik.
c. Gradasi Seragam
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama yang didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi,
dalam diagram terlihat garis yang hampir tegak/vertikal. Agregat dengan gradasi
ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasir (non pasir),
atau mengisi agregat dengan gradasi sela, atauu untuk campuran agregat yang
kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
Pada beton berpori sendiri jenis gradasi agregat yang digunakan biasanya
adalah agregat dengan gradasi yang buruk, dimana agregat dengan gradasi buruk
memiliki rongga-rongga antar tiap susunan agregatnya. Biasanya agregat kasar
yang digunakan memiliki dimensi yang seragam atau dapat juga dikombinasikan
dengan agregat berdimensi lain dengan minimal dimensi 9 mm – 5 mm.
19
Sedangkan untuk agregat halus pada beton berpori hanya digunakan sedikit atau
tidak dipakai sama sekali.
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida
SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar
(Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air
(water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound
transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas
(thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
(http://www.tekmira.esdm.go.id)
2.3.3 Air
Kualitas air yang digunakan dalam campuran beton berpori tidak berbeda
dengan beton normal, dimana air yang digunakan memiliki kualitas yang baik
juga. Sesuai dengan persyaratan SNI 03-6817-2002, air yang dapat digunakan
dalam proses pencampuran beton adalah sebagai berikut :
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan
yang merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton.
b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi :
Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama.
Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum.
Faktor air semen berpengaruh sangat besar, dimana terlalu banyak air pada
campuran akan mengakibatkan rongga-rongga pada beton berpori akan tertutup
oleh pasta semen yang cair (bleeding). Sedangkan terlalu sedikit air akan
membuat beton menjadirapuh karena daya lekat
Bahan campuran beton berpori ini sensitif terhadap porsi air yang
dicampurkan, sehingga diperlukan penyesuaian yang ketat terhadap kekentalan
campuran (workability) dilapangan. Porsi air dalam campuran sangatlah penting,
karena terlalu banyak air akan menyebabkan segregasi dan jika air terlalu sedikit
22
Menurut ACI 522R-10 persentase faktor air semen yang paling baik dicapai
oleh beton berpori pada 0,26 sampai dengan 0,45, dimana memberikan kondisi
pasta yang stabil dan lapisan yang cukup merata pada agregat.
23
a. Pengolahan air hujan lebih baik, beton berpori sebagai material konstruksi
yang multifungsi selain berfungsi sebagai komponen struktural juga berfungsi
sebagai saluran drainase air masuk ke dalam tanah sehingga mampu
mengurangi limpasan permukaan.
b. Membantu manambah cadangan penyimpanan air tanah, dengan air hujan
yang langsung mengalir ke dalam tanah maka akan membantu tanah dalam
menambah cadangan air yang biasannya tidak terjadi pada perkerasan yang
tidak tembus air.
c. Mengurangi potensi banjir, penanganan air hujan membantu peresapan air
lebih baik dimanapun lahan permukaan air ke dalam tanah menjadi lebih luas.
d. Mengurangi penggunaan lahan untuk drainase, pemanfaantan lahan yang
lebih efisien dengan mengurangi kebutuhan penyediaan kolam penyimpanan
air hujan, selokan, dan sarana pengelolaan air hujan lainnya.
e. Mengurangi kelicinan pada jalan terutama pada saat hujan, permukaan yang
lebih kasar dari perkerasan normal sangat membantu pada saat terjadinya
hujan.
f. Membantu peresapan air lebih baik ke tanah sehingga dapat mencapai akar
pepohonan walaupun perkerasan menutupi pohon.
24
g. Dapat didaur ulang, tidak seperti pada beton konvesional, setelah mencapai
umur rencana beton berpori dapat didaur ulang menjadi material beton
berpori yang baru sehingga tidak menimbulkan limbah buangan.
Berdasarkan ACI 522R-10 mix design untuk pervious concrete terdiri dari
semen (270 – 415 kg), agregat kasar (1190 – 1480 kg), faktor air semen (0,27 –
0,34), perbandingan berat pasir dan kerikil (0 sampai 1: 1). Menggunakan
chemical admixtures. Penambahan pasir akan menurunkan kadar pori dan
meningkatkan kuat tekan.
Berat jenis beton non pasir umumnya sekitar 70 % dari beton konvensional
jika dibuat dengan bahan yang sama. Berat jenis beton non pasir yang
menggunakan agregat konvesional bervariasi dari 1602 sampai 1922 𝑘𝑔/𝑚3 .
(Malhotra, 1976 dalam Harber, 2005).
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS , semakin rendah
mutu kekuatan beton. namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak
selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai FAS yang rendah akan
menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan
pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun.
Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0.65.
(Mulyono, 2010)
27
Faktor Air Semen pada beton porous berkisar 0,3 dan 0,46 sedangkan nilai
faktor air semen optimim sekali 0,40. Perkiraan faktor air semen tidak dapat
terlalu besar karena jika faktor air semen terlalu besar maka pasta semen akan
terlalu encer sehingga pada waktu pemadatan pasta semen akan mengalir ke
bawah dan tidak menyelimuti permukaan aggregat. Sedangkan jika faktor air
semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak cukup menyelimuti butir – butir
aggregat kasar penyusun beton. Maka pada beton porous perlu ditambahkan
admixture untuk menambah workability. Nilai slup umumnya sangat kecil bahkan
mencapai 0, sehingga untuk pada pelaksanaan dalam jumlah besar beton non
pasirmenggunakan conveyor dan tidak disarankan menggunakan concrete pump.
Dengan nilai faktor air semen optimu akan dihasilkan pula kuat tekan maksimum
suatu beton non pasir (Tjokrodimulyo, 1992)
Gambar 2.10 Hubungan antara kuat tekan, w/c ratio untuk beton non pasir
(M.S. Sheety, 2009)
Jenis agregat yang digunakan mempengaruhi berat jenis dari beton non pasir
yang dibentuk. Berat beton non pasir umumnya berkisar 60 % sampai dengan 75
% dari beton (Tjokrodimulyo, 2009). Berat beton non pasir berkisar 2/3 dari beton
biasa dengan agregat yang sama (The Aberdeen Group pada publikasi, 1961).
Ukuran agregat maksimum yang lazim dipakai pada beton non pasir adalah 10
mm sampai 20 mm. Pemakaian agregat dengan gradasi rapat dan bersudut tajam
(batu pecah) akan menghasilkan beton non pasir yang kuat tekan dan berat
jenisnya sedikit lebih tinggi daripada penggunaan agregat dengan ukuran seragam
dan bulat.
Tabel 2.3 : Perbandingan Kuat Tekan Beton Non Pasir dengan Berbagai
Agregat
29
(Sumber : https://dwikusumadpu.wordpress.com)
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun
dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua
tegangan tekan didukung oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan beton
dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk
silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881
Part 115; part 116 pada umur 28 hari.
Kekuatan tekan relatif antara benda uji silinder dan kubus ditunjukan tabel
2.4 dan tabel 2.5 (menurut standar ISO).
Kuat tekan 7.00 15.20 20.00 24.10 26.20 34.50 36.50 40.70 44.10 50.30
(Mpa)
Kuat Rasio 0.76 0.77 0.81 0.87 0.91 0.94 0.87 0.92 0.91 0.96
Silinder /
Kubus
(Sumber : Neville, “Properties of Concrete”, 3rd Edition, Pitman Publishing, London, 1981,p.544)
30
Kuat Tekan 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Silinder (Mpa)
Kuat Tekan 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Kubus (Mpa)
Menurut ASTM C 39-86 tentang standar tes untuk kuat tekan sampel kubus
dihitung dengan cara membagi beban maksimum yang dicapai selama pengujian
dengan luas permukaan sampel beton, secara sistematis dapat ditulis sebagai
berikut :
P
f’c =
A
Persyaratan standar mengeai mutu beton berpori belum terdapat pada SNI,
sehingga nilai kuat tekan beton penelitian yang dilakukan berpacu pada nilai mutu
yang tercantum pada SNI 03-0691-2002 tentang Bata Beton (Paving Block) dan
SNI 03-0349-1989 tentang Bata Beton untuk Pasangan Dinding. Menurut SNI
03-0691-2002 klasifikasi bata beton dibagi menjadi 4 jenis menurut kelas
penggunaannya, yaitu :
a. Bata beton mutu A : digunakan untuk jalan
b. Bata beton mutu B : digunakan untuk pelataran parkir
c. Bata beton mutu C : digunakan untuk pejalan kaki (sidewalk)
d. Bata beton mutu D : digunakan untuk taman dan penggunaan lain
a. Tingkat Mutu I
b. Tingkat Mutu II
c. Tingkat Mutu III
d. Tingkat Mutu IV
Penyerapan air % 25 35 - - 25 35 - -
rata-rata, maks,
Yang membuat beton berpori berbeda dengan beton normal adalah rongga-
rongga yang terdapat pada struktur beton, dimana rongga dihasilkan dari tidak
digunakannya agregat halus atau hanya sedikit agregat halus yang digunakan
sebagai pengisi. Rongga-rongga ini memiliki tujuan agar cairan dapat mengalir
melalui struktur beton, sehingga membuat beton dapat ditembus oleh air.
Nilai porositas beton berpori juga dipengaruhi oleh mutu beton berpori itu
sendiri. Semakin besar mutu beton berpori maka semakin kecil porositas beton
berpori tersebut dan semakin kecil mutu beton berpori maka semakin besar
porositas beton berpori itu sendiri.
(𝐶 − 𝐴)
𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (%) = 𝑥 100
(𝐶 − 𝐷)