Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah
pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai
experience based training atau enterprise based training.
1. Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/cipta resep atau
produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods)/merancang
pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang
pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.
2. Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data
spesifikasi.
3. Memvalidasi dan memverifikasi prototype
Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data
spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuat untuk
mendapatkan persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.
4. Membuat produk masal
Peserta didik mengembangkan jadwaldan jumlah produk/pertunjukan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Prakerin merupakan bentuk dari pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG) atau lebih dikenal dengan
link and match. Namun pada pelaksanaannya banyak menemui kendala dan permasalahan sehingga
tujuan prakerin menjadi kurang efektif. Perusahaan yang telah memiliki sistem yang baku/kaku akan
merasa tertganggu dengan alasan mengurangi produktifitas. Pada akhirnya perusahaan menolak
menerima program yang dilakukan sekolah ini. Kalaupun mereka menerima untuk beberapa kasus,
malah ditempatkan pada bagian-bagian tertentu yang kurang berhubungan dengan tuntutan
kompetensi.
Untuk meminimalisir kendala tercapainya tujuan SMK dengan link and match-nya, maka pembelajaran
di sekolah harus lebih dioptimalkan. Salah satu strategi yang digunakan adalah menerapkan teaching
factory. Teaching factory memungkinkan siswa untuk belajar memproduksi barang yang sesuai dengan
disiplin ilmunya.
Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat
menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi
pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan yang
berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan
dunia industri.
Program Teaching Factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah ada yaitu
Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), dalam pengertiannya bahwa
suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur
dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan
pasar/ konsumen.
Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya mengutamakan kualitas produk barang
atau jasa tetapi hasil dari produksi tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan hanya semata-mata untuk
menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.
Dengan adanya program teaching factory merupakan langkah positip yang ditawarkan melalui kebijakan
pemerintah guna mengembangkan jiwa enterpreneur, dengan harapan tamatan sekolah menengah
kejuruan (SMK) mampu menjadi aset daerah dan bukan menjadi beban daerah.
Pengajar adalah mereka yang memiliki kualifikasi akademis dan juga memiliki pengalaman industri.
Dengan demikian mereka mampu mentransformasikan pengetahuan dan “know how” sekaligus
men”supervisi” proses untuk dapat menyajikan “finished products on time”.
Langkah awal yang perlu diperhatikan sekolah adalah menyiapkan guru yang siap membimbing siswa
memiliki jiwa entrepreneur juga sebagai konsultan dan sarana prasarana yang mendekati kebutuhan
minimal suatu produksi.
Ada 2 model dalam melaksanakan teaching factory yang dapat dilakukan di sekolah. Pertama,
mengerjakan produk industri / order sebuah perusahaan yang telah menjalin kerjasama dengan sekolah.
Yang pelaksanaannya bisa melibatkan pihak industri terkait dalam bidang pengawasan produk. Kedua,
sekolah bisa membuat program unit produksi sendiri dengan produk yang terstandar. Artinya setiap
membuat benda pelatihan sebagai media pembelajaran siswa diharapkan menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan standar produk yang ditetapkan. Tujuan teaching factory akhirnya adalah mengenalkan
bagaimana dunia bisnis dijalankan. Yang juga mengenalkan jiwa enterpreneur sejak dini dari dalam
kelas.
Program teaching factory saat ini merupakan terobosan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Tidak
dapat disangsikan lagi, bahwa untuk menciptakan lulusan SMK yang kompeten dan siap kerja sesuai
tuntutan dunia kerja, maka pembelajaran berbasis dunia kerja adalah salah satu solusinya. Paradigma
tentang pendidikan di Indonesia yang masih terpuruk juga menjadi tantangan yang besar untuk
mencapai hal tersebut, dimana selama ini pendidikan di Indonesia hanya menciptakaan pencari kerja
dan pengguna (user), bukan pencipta lapangan kerja dan pembuat (produsen).