Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kota Gresik merupakan salah satu dari beberapa
kota yang berada di Jawa Timur yang didalamnya
terdapat banyak Industri layaknya Kota Surabaya, dimana
semakin banyaknya Industri maka semakin meningkat
pula taraf perekonomian masyarakatnya dan juga
semakin tingginya jumlah pendatang dikarenakan
banyaknya pendatang yang datang.
PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu
Industri yang cukup terkenal di kota lainnya yang
bergerak dalam bidang pertanian khususnya dalam
memproduksi pupuk. Semakin terkenalnya PT.
Petrokimia Gresik maka kebutuhan akan permintaan
pasar mengenai pupuk juga semakin meningkat. Oleh
karena itu, perlu diadakan pengembangan sarana dan
prasarana agar dapat menunjang produksinya.
Pembangunan dermaga menjadi salah satu
pengembangan sarana dan prasarana PT. Petrokimia
Gresik guna menunjang produksinya dalam hal bongkar
muat material. Dermaga ini direncanakan agar dapat
menampung kapasitas kapal 10000 (@ 3 x 10000) DWT
(Dead Weight Tonnage) sehingga proses bongkar muat
material menjadi lebih cepat dan lancar.
Struktur dermaga yang direncanakan harus
memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga tidak
sampai mengalami kegagalan struktur akibat beban yang
bekerja secara berulang ulang. Abutment merupakan salah
satu dari struktur pada dermaga yang cukup penting
yang berfungsi menerima beban dari atas yang kemudian
akan disalurkan ke struktur bawahnya. Abutment sendiri

1
2

diperkuat dengan adanya lapisan geotextile di depannya


yang berperan sebagai dinding penahan. Oleh karena itu
stabilitas pada geotextile dan stabilitas abutment harus
memenuhi syarat yang telah ditetapkan sehingga aman
terhadap geser dan guling dari gaya yang bekerja.

B. Rumusan Masalah
Penulis dalam laporan ini merumuskan beberapa
permasalahan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah beban – beban yang bekerja pada
konstruksi geotextile ?
2. Apakah konstruksi geotextile sudah memenuhi syarat
aman terhadap stabilitas internal dan eksternal dari
beban yang bekerja ?
3. Apa sajakah beban – beban yang bekerja pada
konstruksi abutment ?
4. Apakah konstruksi abutment sudah memenuhi syarat
aman terhadap stabilitas guling dan stabilitas geser
dari beban yang berkerja ?

C. Tujuan Penelitian
Laporan ini merumuskan beberapa tujuan yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui beban yang bekerja pada
konstruksi geotextile.
2. Untuk mengetahui konstruksi geotextile sudah
memenuhi syarat aman terhadap stabilitas internal
dan eksternal dari beban yang bekerja.
3. Untuk mengetahui beban yang bekerja pada
konstruksi abutment.
4. Untuk mengetahui konstruksi abutment sudah
memenuhi syarat aman terhadap stabilitas guling
dan stabilitas geser dari beban yang berkerja.
3

D. Manfaat Penelitian
Laporan ini merumuskan beberapa manfaat yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Universitas
Mempererat dan meningkatkan kerja sama antara
universitas sebagai lembaga pendidikan dengan
industri kontruksi serta untuk memperkenalkan
pendidikan di universitas.
2. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh bekal pengetahuan dan menambah
cakrawala pandang dalam dunia industri
kontruksi teknik sipil secara nyata sebelum
akhirnya terjun ke lapangan.
b. Menambah informasi aktual mengenai dunia
kontruksi dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan.
c. Mengetahui perhitungan stabilitas dari
konstruksi abutment dan geotextile yang sudah
ada.

E. Batasan Penelitian
Laporan ini merumuskan beberapa batasan masalah
yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak memperhitungkan daya dukung tanah dasar.
2. Beban yang bekerja sesuai kriteria perencanaan
desain yang digunakan.
3. Konstruksi abutment dan geotextile sesuai dengan
shop drawing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan
penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis
dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu,
penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang
sama dengan judul penelitian penulis. Namun penulis
mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.
Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tri Hartanto, Perhitungan 1. Daya dukung
Achendri M. Struktur dan tanah = 47,75
Kurniawan Volume t/m2
Bangunan 2. Stabilitas
Abutment guling = 4,219
Jembatan Beton ≥ 1 (Ok)
(Studi Kasus 3. Stabilitas
Jembatan Beton eksentrisitas =
Bertulang di Desa -0,829 ≤ 0,4
Jolosutro Blitar) (Ok)

Estevao de Perencanaan 1. Stabilitas


Carvalho Struktur guling = 2,08 ≥
Bangunan Bawah 1,5 (Ok)
Jembatan Welolo 2. Stabilitas geser
(Studi Kasus = 1,532 ≥ 1,5
Ruas Jalan (Oke)
Viqueque Sme 3. Daya dukung
Timor Leste) tanah = 18,99

4
5

t/m2

Linda Analisis Stabilitas 1. Daya dukung


Tamaela, Dinding Penahan tanah = 174,28
Suhudi, Andy Tanah t/m2
Kristafi A (Studi Kasus 2. Stabilitas
Perumahan guling = 1,7 ≥
Pegawai Negeri 1,5 (Ok)
Sipil Kepanjen 3. Stabilitas
Kabupaten guling dengan
Malang) gempa = 1,28 ≥
1,2 (Ok)
4. Stabilitas geser
= 1,7 ≥ 1,5 (Ok)
5. Stabilitas geser
dengan gempa
= 1,5 ≥ 1,2
(Oke)

Wahyu Tri Perhitungan 1. Stabilitas


Cahya Struktur Dinding guling = 1,724
Penahan Tanah ≥ 1,5 (Ok)
(Studi Kasus 2. Stabilitas Geser
Pembangunan = 1,114 ≤ 1,5
Longsoran Ruas (Not Ok)
Jalan Soekarno- 3. Daya dukung
Hatta Km 8 tanah = 16,34
Balikpapan) t/m2

Wilman Perencanaan 1. Stabilitas


Firmansyah, Abutment dan guling
Djoko untung, Alternatif Jalan abutment =
Trihanyndio Pendekat 1,56 ≥ 1,5 (Ok)
Rendy Satrya Jembatan 2. Stabilitas geser
(Studi Kasus abutment =
Jembatan Brantas 0,771 < 1,5
Kediri) (Not Ok)
6

3. Stabilitas
guling
geotextile =
4,757 > 3 (Ok)
4. Stabilitas geser
geotextile =
6,765 ≥ 3 (Ok)

Fajar Santoso Tinjauan 1. Stabilitas


Bangunan Bawah guling = 4,987
Abutment ≥ 1,0 (Ok)
(Studi Kasus 2. Stabilitas geser
Jembatan Karang = 1,090 ≥ 1,0
Kecamatan (Ok)
Karanpandan 3. Stabilitas
Kabupaten guling dengan
Karanganyar) gempa = 4,472
≥ 1,0 (Ok)
4. Stabilitas geser
dengan gempa
= 1,560 ≥ 1,0
(Ok)
B. Teori Umum
1. Tekanan tanah lateral
Analisa tekanan tanah lateral digunakan untuk
perencanaan dalam konstruksi dinding penahan
tanah dan struktur penahan lainnya, seperti pangkal
jembatan, turap, saluran beton dan lain – lain.
Tekanan tanah lateral merupakan gaya yang
ditimbulkan dari gaya dorongan tanah di balakang
maupun di depan struktur penahan tanah. Besarnya
nilai tekanan tanah lateral sangat dipengaruhi oleh
letak dari dinding penahan tanah dan sifat – sifat
tanahnya.
7

a. Tekanan tanah aktif


Jika struktur dinding penahan tanah
mengalami pergerakan ke arah luar dari tanah
timbunan dibelakangnya, maka tanah timbunan
tersebut akan bergerak ke bawah dan ke
samping menekan dinding penahannya.
Besarnya nilai tekanan tanah aktif dan letak titik
tangkap gayanya dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
𝜎𝑎 = 1 2 𝐾𝑎 𝛾𝐻 2 .......................................... (2.1)
𝑦 = 𝐻 3..................................................... (2.2)
Dimana,
𝜑
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 45 − 2 ................................. (2.3)
Keterangan :
𝜎𝑎 : tegangan tanah aktif
𝑦 : titik tangkap gaya
𝛾 : berat jenis tanah
𝜑 : sudut geser tanah
b. Tekanan tanah pasif
Jika suatu gaya mendorong struktur
dinding penahan tanah ke arah material
timbunan, maka disebut tekanan tanah pasif.
Tekanan tanah pasif menunjukkan nilai
maksimum dari gaya yang dikembangkan oleh
tanah pada gerakan struktur panahan tanahpada
timbunannya, dimana gaya yang dibutuhkan
untuk menahan gerakan struktur dinding
penahan tanah sebelum mengalami keruntuhan.
Besarnya nilai tekanan tanah pasif dan letak titik
tangkap gayanya dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
𝜎𝑝 = 1 2 𝐾𝑎 𝛾𝐻2 ...........................................(2.4)
8

𝑦 = 𝐻 3..................................................... (2.5)
Dimana,
𝜑
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2 45 + 2 ..................................(2.6)
Keterangan :
𝜎𝑝 : tegangan tanah pasif
𝑦 : titik tangkap gaya
𝛾 : berat jenis tanah
𝜑 : sudut geser tanah
Nilai sudut geser material tanah
mempunyai nilai yang berbeda – beda yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Sudut geser material
Material Sudut Geser (φ)
Batuan 35
Kerikil, campuran kerikil –
29 – 31
pasir, pasir kasar
Pasir halus hingga
medium, pasir kelanauan
medium hingga kasar, 24 – 29
kerikil kelanauan atau
berlempung
Pasir halus, pasir
kalanauan atau
19 – 24
berlempung halus hingga
medium
Lanau kepasiran
17 – 19
halus,lanau non plastis
Lempung prakonsoidasi
atau residual yang sangat 22 – 26
teguh dan keras
Lempung agak teguh
hingga lempung dan 17 – 19
lempung kelanauan
(Sumber : SNI 1725:2016)
9

2. Tekanan lateral akibat beban di atasnya


Tekanan tanah lateral yang terjadi akibat beban
di atasnya mempunyai nilai yang berbeda – beda
yang tergantung dari jenis beban yang berada di atas
tanah tersebut. Jenis beban yang berada di atas tanah
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Beban terbagi merata
Akibat adanya beban terbagi merata di atas
tanah timbunan, maka besarnya nilai tekanan
tanah aktif dan letak titik tangkap gayanya
dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
𝜎𝑎 𝑚 = 𝑞𝐾𝑎 𝐻...................................................(2.7)
𝑦 = 𝐻 2..................................................... (2.8)
Konsep tekanan tanah akibat beban terbagi
merata dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)

Gambar 2.1 Akibat beban terbagi merata


b. Beban titik
Akibat adanya beban titik di atas tanah
timbunan, maka besarnya nilai tekanan tanah
aktif dan letak titik tangkap gayanya
dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
10

2 2
𝜎𝑎 𝑡 = 1,77𝑃 𝐻2 𝑚 𝑛 𝑚2 𝑛2 3 → 𝑚 > 4......(2.9)
2
𝜎𝑎 𝑡 = 0,28𝑃 𝐻2 𝑛 0,16 + 𝑛2 3 → 𝑚 < 4...(2.10)

𝑦 = 𝐻 3..................................................... (2.11)
Konsep tekanan tanah akibat beban titik
dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)

Gambar 2.2 Akibat beban titik


c. Beban garis
Akibat adanya beban garis di atas tanah
timbunan, maka besarnya nilai tekanan tanah
aktif dan letak titik tangkap gayanya
dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
4𝑞 𝑚2 𝑛
𝜎𝑎 𝑔 = 𝜋𝐻 𝑚2 𝑛2 2 → 𝑚 > 4..........(2.12)
𝑞
𝜎𝑎 𝑔 = 𝐻 0,203𝑛 0,16 + 𝑛2 2 → 𝑚 < 4...(2.13)

𝑦 = 𝐻 3..................................................... (2.14)
Konsep tekanan tanah akibat beban garis
dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
11

Gambar 2.3 Akibat beban garis


d. Beban terbagi merata memanjang
Akibat adanya beban merata memanjang
di atas tanah timbunan, maka besarnya nilai
tekanan tanah aktif dan letak titik tangkap
gayanya dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)
2𝑞
𝜎𝑎 𝑚𝑚 = 𝜋 𝛽 − sin 𝛽 cos 2𝑎 ......................(2.15)
𝐻
𝑦 = 3..................................................... (2.16)
Konsep tekanan tanah akibat beban terbagi
merata memanjang dapat dilihat pada gambar
berikut :
(Sumber : Mektan II Hardiyatmo, 2010)

Gambar 2.4 Akibat beban terbagi


merata memanjang
12

3. Geotextile
Geotextile merupakan suatu material
geosintetik yang berbentuk lembaran kain tekstil
yang terbuat dari bahan polimer lentur yang
dipasang atau diletakkan di dalam tanah. Geotextile
terbagi menjadi tiga jenis yaitu geotextile woven
(teranyam), non woven (tak teranyam) dan rajutan
yang masing – masing mempunyai nilai kuat tarik
yang berbeda–beda. Perbedaan jenis geotextile dapat
dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 1, 2009)

Gambar 2.5 Geotextile tak teranyam

Gambar 2.6 Geotextile teranyam

Gambar 2.7 Geotextile rajutan


13

Geotextile mempunyai beberapa fungsi yang


diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pemisah antara dua material tanah yang
mempunyai sifat tidak sejenis, misalnya sebagai
pemisah antara lapis pondasi jalan dengan tanah
dasar yang sifatnya lunak ataupun sebagai
pemisah antara material tanah timbunan dengan
tanah dasar.
b. Sebagai perkuatan untuk menahan tegangan
atau deformasi pada struktur tanah, misalnya
sebagai perkuatan dalam timbunan di atas tanah
lunak, perkuatan lereng dan perkuatan dinding
penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis.
c. Sebagai filtrasi untuk mengalirkan aliran air ke
dalam sistem drainase dan untuk mencegah
terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter.
d. Sebagai drainase untuk mengalirkan aliran air
dari dalam tanah, misalnya sebagai drainase di
belakang abutment ataupun dinding penahan
tanah.
e. Sebagai proteksi untuk memperkecil atau
meminimalisir tegangan lokal guna mencegah
kerusakan pada permukaan atau lapisan
tersebut, misalnya sebagai pencegah erosi tanah
akibat hujan dan aliran air.
4. Perencanaan geotextile
Pada perencanaan konstruksi material
geotextile harus diperhatikan beberapa faktor
sehingga material geotextile berada dalam kondisi
aman, faktor tersebut diantaranya sebagai berikut :
a. Kekuatan izin
14

Kekuatan izin merupakan kekuatan tarik


bahan material geotextile dalam menerima
beban yang bekerja yang dirumuskan sebagai
berikut :
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 4,
2009)
1
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 = 𝑇𝑢𝑙𝑡 ................(2.17)
𝑅𝐹𝐼𝐷 ×𝑅𝐹𝐶𝑅 ×𝑅𝐹𝐶𝐷 ×𝑅𝐹8𝐷
Keterangan :
Tallow : kekuatan geotextile yang tersedia
Tult : kekuatan ultimate geotextile
RFID : faktor reduksi akibat kesalahan
pemasangan
RFCR : faktor reduksi akibat rangkak
RFCD : faktor reduksi akibat pengaruh kimia
RF8D : faktor reduksi akibat pengaruh biologi
RFID, RFCR, RFCD, RF8D merupakan faktor
reduksi akibat pengurangan kekuatan geotextile
yang besarnya nilai tiap faktor terdapat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Nilai faktor reduksi

Penggunaan Nilai Faktor Reduksi (RF)


Geotextile
ID CR CD SD
1,1 – 1,5 – 1,0 – 1,0 –
Separation
2,5 2,5 1,5 1,2
1,1 – 1,2 – 1,0 – 1,0 –
Cushioning
2,0 1,5 2,0 1,2
Unpaved 1,1 – 1,5 – 1,0 – 1,0 –
roads 2,0 2,5 1,5 1,2
1,1 – 2,0 – 1,0 – 1,0 –
Walls
2,0 4,0 1,5 1,3
1,1 – 2,0 – 1,0 – 1,0 –
Embankments
2,0 3,5 1,5 1,3
15

Bearing 1,1 – 2,0 – 1,0 – 1,0 –


Capacity 2,0 4,0 1,5 1,3
Slope 1,1 – 2,0 – 1,0 – 1,0 –
Stabilization 1,5 3,0 1,5 1,3
Pavement 1,1 – 1,0 – 1,0 – 1,0 –
Overlays 1,5 2,0 1,5 1,1
1,5 – 1,0 – 1,0 – 1,0 –
Railroads
3,0 1,5 2,0 1,2
Flexible 1,1 – 1,5 – 1,0 – 1,0 –
Forms 1,5 3,0 1,5 1,1
1,1 – 1,5 – 1,0 – 1,0 –
Silt Fences
1,5 2,5 1,5 1,1
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 4, 2009)
b. Tegangan
Tegangan yang diterima material
geotextile berasal dari timbunan tanah dan
beban tambahan yang berada di atasnya yang
telah dirumuskan mulai dari persamaan (2.1)
sampai dengan (2.16)
c. Dimensi
Dimensi pada material geotextile dapat
diketahui jika telah mengetahui nilai beban
tambahan yang berada di atasnya yang
dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 4,
2009)
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤
𝑆𝑉 = ...................................................(2.18)
𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×𝐹𝑆
𝜑
𝐿𝑅 = 𝐻 − 𝑧 × tan 45 − ...........................(2.19)
2
𝑆𝑉 ×𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×𝐹𝑆
𝐿𝐸 = ................................(2.20)
2× 𝑐+ 𝛾 𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ ×𝑧×tan 𝛿
𝑆𝑉 ×𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×𝐹𝑆
𝐿𝑂 = ................................(2.21)
4× 𝑐+ 𝛾 𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ ×𝑧×tan 𝛿
Dimana,
𝛿 = 0,9 × 𝜑.....................................................(2.22)
16

Keterangan :
Sv : jarak vertikal antar lapisan geotextile
(tebal lapisan)
LR : panjang geotextile yang dianggap
tidak berkerja (berkontribusi)
LE : panjang geotextile yang berada pada
zona pengangkuran
LO : panjang lipatan tumpang tindih
(overlap) geotextile
L : panjang total geotextile
H : tinggi total
Z : kedalaman titik yang ditinjau dari
permukaan tanah
FS : faktor keamanan (1,3 – 1,5)
c : nilai kohesi tanah
δ : sudut geser antara tanah dengan
geosintetik
Konsep dalam pendimensian material
geotextile dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 4,
2009)

Gambar 2.8 Konsep pendimensian geotextile


17

5. Stabilitas geotextile
Stabilitas eksternal pada geotextile berfungsi
untuk mengecek agar geotextile tidak sampai
mengalami pergeseran dan pengulingan yang
disebabkan dari beban tambahan yang berada di
atasnya dan beban tanah timbunan yang dirumuskan
sebagai berikut :
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 4, 2009)
𝑐×𝐿 + 𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×𝐿 ×tan 𝛿
𝑆𝐹𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 = ≥ 1,5............(2.23)
𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐿
𝑆𝐹𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 = ≥ 1,5...........................(2.24)
𝜎 𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐻 3

Konsep dalam pengecekan stabilitas material


geotextile dapat dilihat pada gambar berikut ini :
(Sumber : Modul Pelatihan Geosintetik Volume 4, 2009)

Gambar 2.9 Konsep stabilitas geser

Gambar 2.10 Konsep stabilitas guling


6. Abutment
Abutment merupakan suatu konstruksi
bangunan yang berfungsi untuk mendukung
bangunan yang berada diatasnya dan juga berguna
18

sebagai dinding penahan tanah. Abutment dapat


terbuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang
dengan model konstruksi seperti dinding atau
tembok.
Abutment mempunyai beberapa fungsi dan
kegunaan yang diantaranya adalah sebagai berikut :
- Sebagai perletakan balok atau beam.
- Sebagai perletakan plat injak.
- Sebagai penahan tekanan tanah aktif.
- Sebagai penerus beban yang bekerja pada
bangunan diatasnya ke tanah dasar.
Abutment mempunyai bentuk dan jenis yang
bervariasi yang dalam pemiihannya harus
dipertimbangkan seperti bentuk bangunan atas,
kondisi tanah dasar serta kondisi bangunannya.
Bentuk umum struktur abutment identik dengan
struktur tembok penahan tanah yang
dalamperencanaanya perlu diperhitungkan beban
yang bekerja diatasnya.
Adapun jenis – jenis abutment terdiri dari
beberapa tipe ataubentuk yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Abutment tipe gravitasi
Abutment tipe ini memperoleh kekuatan
dan ketahanan terhadap gaya – gaya yang
bekerja dengan menggunakan berat sendiri
dikarenakan bentuknya yang sederhana dengan
pelaksanaan yang tidak begitu rumit.
Abutment tipe gravitasi ini sering
digunakan pada struktur yang tidak terlalu
tinggi dan tanah dasar dalam kondisi baik.
Material yang digunakan dalam konstruksi
19

abutment tipe ini yaitu pasangan batu kali.


Berikut ini gambar abutment tipe gravitasi :
(Sumber : Internet)

Gambar 2.11 Abutment tipe gravitasi


b. Abutment tipe T terbalik
Abutment tipe ini merupakan tembok atau
dinding penahan dengan balok kantilever
tersusun dari suatu tembok memanjang dan
sebagai suatu pleat kekuatan dari tembok.
Ketahanan dari gaya – gaya yang bekerja
diperloeh dari berat sendiri serta berat tanah
yang berada diatas pelat tumpuan.
Perbedaan abutment tipe T terbalik dengan
tipe gravitasi terdapat pada kelangsingannya,
dimana abutment tipe T terbalik mempunyai
bentuk yang lebih langsing daripada abutment
tipe gravitasi. Material yang digunakan dalam
konstruksi abutment tipe ini yaitu beton
bertulang. Berikut ini gambar abutment tipe T
terbalik :
(Sumber : Internet)
20

Gambar 2.12 Abutment tipe T terbalik


c. Abutment tipe penopang
Abutment tipe ini hampir mirip dengan
abutment tipe T terbalik, tetapi jenis abutment
tipe ini diberi penopang pada sisi belakangnya
yang bertujuan untuk memperkecil gaya yang
bekerja pada tembok atau dinding memanjang
dan pada tumpuan.
Abutment tipe penopang ini sering
digunakan pada struktur yang tinggi dengan
bahan material penyusunnya yaitu berupa beton
bertulang. Berikut ini gambar abutment tipe
penopang :
(Sumber : Internet)

Gambar 2.13 Abutment tipe penopang


21

7. Perencanaan Abutment
Pada perencanaan konstruksi abutment harus
diperhatikan beberapa jenis beban yang bekerja,
beban tersebut antara lain beban aksi tetap, beban
aksi sementara, beban aksi lingkungan dan beban
aksi lain.
Beban aksi tetap merupakan beban sendiri dari
berat material yang menjadi elemen struktural
maupun elemen non struktural yang dipikul
abutment yang bersifat tetap. Berikut ini yang
termasuk beban dalam aksi tetap yaitu :
a. Beban berat sendiri
Beban berat sendiri merupakan beban
utama atau beban primer yang menjadi bagain
elemen struktural yang mempunyai berat jenis
material yang berbeda – beda yang diantaranya
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Berat jenis bahan
Berat Jenis
No Bahan
(kg/m3)
1 Beton 2400
2 Beton bertulang 2500
3 Beton pretegang 2600
4 Baja 7850
5 Aspal 2240
6 Batu pasangan 2350
7 Pasir 16000
8 Lempung 1280
9 Kayu 1120
10 Air 1000
(Sumber : PPPJJR, 1987)
22

b. Beban mati tambahan


Beban mati tambahan merupakan beban
yang bersifat non struktural yang besarnya
dapat berubah – ubah.
c. Beban tekanan tanah
Beban tekanan tanah merupakan beban
yang bersifat tetap yang besarnya dapat
dihitung melalui persamaan (2.1) sampai dengan
(2.16).
Beban aksi sementara merupakan beban
bergerak atau transeint. Berikut ini yang termasuk
beban dalam aksi sementara yaitu :
a. Beban lajur
Beban lajur atau biasa disebut beban “D”
merupakan beban yang berada pada setiap jalur
lau lintas dalam arah melintang yang terdiri dari
beban UDL (Uniformly Distributed Load) dan
beban KEL (Knife Edge Load) yang dirumuskan
sebagai berikut :
(Sumber : BMS, 1992)
𝑈𝐷𝐿 = 8,0 𝑘𝑃𝑎 → 𝐿 ≤ 30 𝑚 ….......................(2.25)
𝑈𝐷𝐿 = 8,0 × 0,5 + 15 𝐿 → 𝐿 > 30 𝑚 …....(2.26)
Keterangan :
L : panjang bentang
kPa : satuan kilo Paskal
Adapun beban besarnya nilai dari beban
KEL yaitu 49,0 𝑘𝑁 𝑚 secara tegak lurus
terhadap arah lalu lintas.
Konsep dalam penempatan beban lajur
dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : BMS, 1992)
23

Gambar 2.14 Penempatan beban lajur

Gambar 2.15 Distribusi beban lajur


b. Beban truk
Beban truk atau biasa disebut dengan
beban “T” merupakan beban yang harus
dutempatkan di tengah tiap jalur lalu lintas.
Konsep dalam penempatan beban truk
dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : BMS, 1992)

Gambar 2.16 Penempatan beban truk


24

c. Faktor beban dinamik


Faktor beban dinamik (DLA) merupakan
faktor yang berlaku untuk beban KEL pada
beban lajur dan berlaku juga untuk beban truk.
Nilai faktor beban dinamik untuk beban
truk yaitu sebesar 0,30 sedangkan untuk beban
KEL dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Faktor beban dinamik
Bentang (m) DLA
L < 50 0,40
50 < L < 90 0,525 − 0,0025𝐿
L ≥ 90 0,30
(Sumber : BMS, 1992)
d. Beban rem
Beban rem merupakan beban yang
diakibatkan dari beban lajur yang memenuhi
semua jalur dalam arah lalu lintas yang
dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : PPPJJR, 1987)
𝑅𝑒𝑚 = 5% × 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟 …...........................(2.27)
Beban aksi lingkungan merupakan beban
bergerak atau transeint yang diakibatkan oleh faktor
lingkungan. Berikut ini yang termasuk beban dalam
aksi lingkungan yaitu :
a. Beban angin
Beban angin merupakan beban yang tidak
dapat diprediksi yang bekerja secara merata
yang dirumuskan sebagai berikut :
(Sumber : BMS, 1992)
𝐴𝑛𝑔𝑖𝑛 = 0,0012𝐶𝑤 𝑉𝑤 2 𝐴𝑏 ….........................(2.28)
Keterangan :
CW : koefisien seret
VW : kecepatan angin
25

Ab : luas bidang
Koefisien seret dan kecepatan angin dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.6 Koefisien seret
𝑏 CW
𝑑
1,0 2,10
2,0 1,50
≥ 6,0 1,25
(Sumber : BMS, 1992)
Tabel 2.7 Kecepatan angin
Pantai Luar Pantai
(< 5 km dari pantai) (> 5 km dari pantai)
30 𝑚 𝑑𝑡 25 𝑚 𝑑𝑡
35 𝑚 𝑑𝑡 30 𝑚 𝑑𝑡
(Sumber : BMS, 1992)
b. Beban gempa
Beban gempa merupakan beban yang tidak
dapat diprediksi dengan memperhitungkan
berbagai macam parameter yang dirumuskan
sebagai berikut :
(Sumber : SNI 1726:2012)
𝑆𝐷𝑆 = 2 3 𝐹𝑎 𝑆𝑠 …..............................................(2.29)
𝑆𝐷1 = 2 3 𝐹𝑣 𝑆1 …..............................................(2.30)
𝑆
𝑇 = 𝐷𝑆 𝑆 …...............................................(2.31)
𝐷1
𝑆
𝐶𝑆 = 𝐷𝑆 𝑅 …...........................................(2.32)
𝐼
Keterangan :
SDS : percepatan respon dalam periode
pendek
SD1 : percepatan respon dalam periode satu
detik
26

FA : koefisien situs dalam periode pendek


FV : koefisien situs dalam periode panjang
SS : percepatan respon dalam periode
pendek
S1 : percepatan respon dalam periode satu
detik
CS : koefisien respon gempa
T : waktu periode fundamental
R : koefisien modifikasi respon
IE : faktor keutamaan gempa
Sehingga beban gempa dirumuskan
sebagai berikut :
(Sumber : SNI 1726:2012)
𝐺𝑒𝑚𝑝𝑎 = 𝐶𝑠 × 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 ….........(2.33)
Nilai koefeisien modifikasi respon dan
faktor keutamaan gempa dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.8 Nilai modifikasi respon
No Jenis Struktur R
1 Baja yang dilas 2
Beton prategang
2 2
atau bertulang
3 Beton 1,5
4 Baja 1,5
5 Kayu 1,5
(Sumber : SNI 1726:2012)
Tabel 2.9 Nilai faktor keutamaan gempa
Kategori Resiko IE
I atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : SNI 1726:2012)
Beban aksi lain merupakan beban bergerak atau
transeint yang diakibatkan oleh gesekan yang terjadi
27

pada tumpuan karena adanya pemuaian dan


penyusutan. Koefisien gesek pada tumpuan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.10 Nilai koefisien gesek
Tumpuan Rol Baja Nilai
Dengan satu atau dua rol 0,01
Dengan tiga atau lebih rol 0,05
Tumpuan Gesekan
Antara baja dengan
campuran tembaga keras & 0,15
baja
Antara baja dengan baja atau
0,25
besi tuang
Antara karet dengan baja atau
0,15 s/d 0,18
beton
(Sumber : SNI 1726:2012)
8. Stabilitas Abutment
Stabilitas abutment berfungsi untuk mengecek
agar abutment tidak sampai mengalami pergeseran
dan pengulingan yang disebabkan dari beban - beban
yang bekerja di atasnya yang dirumuskan sebagai
berikut :
(Sumber : SNI 1725:2016)
𝐺𝑝
𝑆𝐹𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 = 𝐺𝑔 ≥ 1,5 …..................................(2.34)
𝑀𝑝
𝑆𝐹𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 = 𝑀𝑔 ≥ 1,5 …...............................(2.35)
Keterangan :
GP : Gaya yang menahan
GG : Gaya yang mengakibatkan guling
MP : Momen yang menahan
MG : Momen yang mengakibatkan guling
Konsep dalam stabilitas abutment untuk guling
dan geser dapat dilihat pada gambar berikut :
(Sumber : Internet)
28

Gambar 2.17 Bahaya guling abutment

Gambar 2.18 Bahaya geser abutment


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN
PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

A. Diagram Alir Penelitian


Diagram alir penelitian ini dimulai dari
mengumpulkan data yang berasal dari kerja praktek di
Proyek Pembangunan Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
Pada penelitian yang sudah ditentukan maka dilakukan
pengambilan data yang dimana data terebut akan di
analisa sesuai dengan ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk mengetahui syarat aman terhadap
stabilitas guling dan stabilitas geser pada konstruksi
abutment dan geotextile.
Berikut ini merupakan diagram alir dalam
perhitungan stabilitas abutment dan stabilitas geotextile.

29
30

Mulai

Studi Litelatur

1. PPJR SKBI – 1.3.28.1987


2. RSNI T – 02 – 2005
3. SNI – 1725 – 2016
4. Modul Pelatihan
Geosintetik Bina Marga

Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
1. Shop Drawing
1. Observasi Abutment
2. Dokumentasi 2. Kriteria Desain
Abutment

Analisa

Pembebanan

Abutment Geotextile

Kontrol Stabilitas
Kontrol Stabilitas
Internal dan
Guling dan Geser
Eksternal

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir


31

B. Tahapan Penelitian
Berikut ini tahapan dalam melakukan penelitan
yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Studi litelatur
Adapun studi litelatur yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menambah pengetahuan dalam
menganalisa abutment dengan perkuatan geotextile
sehingga memudahkan dalam menyelesaikan
laporan.
Studi litelatur yang digunakan diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Pedoman perencanaan pembebanan jembatan
jalan raya (PPJR) SKBI – 1.3.28.1987.
b. RSNI T – 02 – 2005.
c. SNI – 1725 – 2016
d. Modul pelatihan geosintetik bina marga.
e. Jurnal yang berkaitan dengan pembahasan
laporan.
2. Pengumpulan data
Adapun pengumpulan data yang digunakan
dalam menyelesaikan laporan adalah sebagai barikut.
a. Data primer
Pengumpulan data primer ini berupa
observasi langsung pada kondisi lapangan
dengan didampingi pembimbing lapangan serta
dokumentasi guna memperkuat data.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder ini berupa
data shop drawing sabutment yang telah
diperoleh dari pihak kantor.
32

3. Pembebanan
Adapun pembebanan yang dihitung dalam
menyelesaikan laporan adalah sebagai berikut.
a. Pembebanan abutment
Beban yang bekerja pada abutment berupa
beban berat sendiri abutment, berat komponen
abutment, beban hidup dan beban gempa.
b. Pembebanan geotextile
Beban yang bekerja pada geotextile berupa
beban akibat tekanan tanah dan beban tekanan
akibat beban tambahan.
4. Kontrol stabilitas
Adapun kontrol stabilitas yang dihitung dalam
menyelesaikan laporan ini adalah sebegai berikut.
a. Stabilitas abutment
Stabilitas abutment berupa stabilitas
terhadap bahaya guling.
b. Stabilitas geotextile
Stabilitas geotextile berupa stabilitas
terhadap bahaya internal dan bahaya eksternal.

C. Sistematika Penulisan Laporan


Penulisan dalam laporan ini dibagi menjadi lima bab
yang diantaranya adalah sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Mengenai pendahuluan yang berisi
latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, maksud dan
tujuan penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Mengenai sumber penelitian terdahulu
dan dasar – dasar teori.
33

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN DAN


PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA
PRAKTEK
Mengenai penjelasan yang terdapat
dalam diagram alir serta penjelasan
pelaksanaan kegiatan kerja praktek.
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL
Mengenai analisa sesuai dengan
rumusan masalah.
BAB V : PENUTUP
Mengenai kesimpulan dari pembahasan
dan juga saran bagi pembaca.
34

D. GAMBARAN UMUM INDUSTRI/PERUSAHAAN


Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai
perushaan tempat melaksanaakn kerja praktek.
1. Organisasi dan Manajemen Industri
Proyek pembangunan Dermaga C ini
merupakan proyek infrastruktur pribadi milik PT.
Petrokimia yang dikerjakan oleh PT. Adhikarya
Divisi konstruksi IV yang bertempat di Kecamatan
Kebomas Kabupaten Gresik.
Melihat PT. Petrokimia merupakan produsen
pupuk terbesar dalam negeri yang terus
berkonstribusi dalam bidang pertanian dengan
tandai meningkatnya kebutuhan produksi pupuk
tiap tahun, maka PT. Petrokimia melakukan
perluasan dan pengembangan sarana dan prasarana
berupa Dermaga C yang mempunyai panjang 432
meter dengan lebar 27 meter sehingga mampu
mempercepat proses bongkar muat bahan baku dari
kapal yang datang bersandar, dimana kapasitas
kapal sebesar 10.000 DWT (Dead Weight Tonnage)
Waktu pelaksanaan dalam pengerjaan proyek
adalah 720 hari dengan waktu pemeliharaan 360 hari.
Lingkup pekerjaan yang dikerjakaan yaitu pekerjaan
trestle & causway, dermaga, mooring dolphin &
walkway, trestle protector, dredging, mekanikal dan
elektrikal. Dan material yang digunakan adalah tiang
pancang baja, besi beton, precast balok & pelat, ready
mix concrete K430 dan rubber fender.
Berikut ini adalah struktur organisasi PT.
Adhikarya Divisi Konstrusi IV dalam proyek
Pembangunan Dermaga C PT. Petrokimia.
Gambar 3.2 Struktur organisasi PT. Adhikarya Divisi Konstruksi IV

35
36

2. Deskripsi Tanggung Jawab


a. Project Manager
1) Mengendalikan kegiatan pekerjaan.
2) Menjalin komunikasi dengan pihak-pihak
yang terkait.
3) Menentukan alternatif pencapaian terget.
4) Menyetujui rencana dan metode kerja.
b. Sekertaris
1) Mencatat semua kegiatan pimpinan dalam
buku agenda dan mengingatkan kembali.
2) Mencatat agenda surat masuk dan keluar
serta mengarsipkan.
3) Mengontrol tamu dan daftar buku tamu
dalam perihal bertemu dengan pimpinan
c. Quality Control (QC)
1) Memonitor perkembangan semua material
yang ada.
2) Bertanggung jawab atas kualitas material
yang ada.
3) Mengecek pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sesuai gambar kerja.
d. Healty Safety Environment (HSE)
1) Memastikan bahwa sudah menerapkan
program K3.
2) Mengelola program K3 secara efektif dan
efisien.
3) Mengontrol pekerjaan dalam menerapkan
K3.
e. Project Engineering Manager
1) Memonior perkembangan tiap pelaksaan
pekerjaan yang berjalan.
37

2) Menyelesaikan tiap masalah yang sifatnya


teknis.
3) Mempersiapkan sumber daya teknik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
f. Project Production Manager
1) Melakukan perencanaan dan penjadwalan
produksi.
2) Menentukan standar kualitas.
3) Memonitor proses produksi.
g. Project Finance Manager
1) Mengontrol keuangan dalam tiap
pelaksanaan pekerjaan.
2) Melaporkan kondisi keuangan tiap
pelaksanaan pekerjaan.
3) Memastikan efesiensi biaya dalam tiap
pelaksanaan pekerjaan.
3. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
Berikut ini adalah waktu dan tempat
pelaksaaan kerja praktek.
Tempat kerja praktek : PT. Adhikarya Divsi
Konstruksi IV
Alamat : Kecamatan Kebomas,
Kabupaten Gresik
Proyek : Pembangunan
Dermaga C PT.
Petrokimia
Alamat Proyek : Kecamatan Kebomas,
Kabupaten Gresik
Waktu : 01 Oktober –
01November
Hari Kerja : Senin – Sabtu
Jam Kerja : 08.00 - 17.00 WIB
38

Adapun beberapa metode yang digunakan


dalam melaksanakaan kerja praktik adalah sebagai
berikut.
a. Praktik secara langsung
Kerja Praktek dilaksanakan dalam bentuk
penelitian di laboratorium perusahaan dan
pelaksanaan atau praktik di lokasi proyek
tersebut.
b. Observasi
Mengadakan pengamatan mengenai proses atau
kegiatan yang berhubungan dengan
pembangunan proyek.
c. Wawancara
Mengadakan wawancara dengan pembimbing
lapangan dan staff lainnya mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan pembangunan
proyek.
Berikut ini adalah lokasi proyek pembangunan
Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.

Gambar 3.3 Lokasi proyek pembangunan Dermaga C PT.


Pertokimia Gresik
39

4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat


Dalam pelaksanaan kerja praktik, terdapat
beberapa faktor pendukung serta faktor penghambat
di dalam melaksanakan kegiatan kerja praktik.
Faktor-faktor tersebut selalu djumpai oleh
setiap mahasiswa yang sedang melaksanakan kerja
praktik, hal yang telah diperkirakan bahkan yang
tidak diperkirakan bisa terjadi.
Adapun faktor – faktor tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Faktor pendukung
1) Respon yang baik dari pekerja proyek
terhadap pertanyaan mahasiswa kerja
praktik.
2) Disediakan fasilitas bagi mahasiswa yang
sedang melaksanakan praktik.
b. Faktor penghambat
1) Cuaca atau keadaan alam sehingga tidak
bisa melihat proses pelaksanaan pekerjaan
di lapangan.
2) Kurang keberanian dalam mengajukan
berbagai macam pertanyaan.
40

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
.
A. Analisa Timbunan
Material timbunan yang digunakan dalam
pelaksanaan yaitu berupa pasir yang berfungsi sebagai
pengisi ruang kosong yang terletak pada depan abutment
yang mempunyai spesifikasi material sebagai berikut.
Tabel 4.1 Spesifikasi material timbunan
Jenis Pasir
Sudut geser (φ ) 30°
Sudut kemiringan (β) 5°
Kohesi 0
Berat jenis (γ) 1,72 t/m3
Tinggi timbunan (H) 3,33 m
Tinggi timbunan1 (H1) 2,60 m
Panjang atas timbunan 9,35 m
Panjang bawah timbunan 2,60 m
Lebar timbunan 11,40 m
a. Tekanan tanah aktif akibat beban tanah sendiri
Berikut ini perhitungan untuk menentukan nilai
tekanan tanah aktif akibat beban tanah sendiri.
1) Sketh material timbunan beban sendiri

Gambar 4.1 Sketh material timbunan beban sendiri


40
41

2) Koefisien tanah aktif


𝜑
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 45 −
2
2
30
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛 45 − = 0,33
2
3) Tekanan tanah aktif
1
𝜎𝑎 = × 𝐻2 × 𝛾𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ × 𝐾𝑎
2
1
𝜎𝑎 = × 2,602 × 1,72 × 0,33 = 1,94 𝑡 𝑚
2
𝜎𝑎 = 1,94 × 11,40 = 22,12 𝑡
4) Titik tangkap gaya tekanan tanah aktif
𝐻
𝑦=
3
2,60
𝑦= = 0,87 𝑚
3
b. Tekanan tanah akibat beban tambahan
Berikut ini perhitungan untuk menentukan nilai
tekanan tanah aktif akibat beban tanah tambahan.
1) Sketh material timbunan beban tambahan

Gambar 4.2 Sketh material timbunan beban tambahan


Keterangan :
W1 : pelat injak
W8 : rigid K285 (t = 20 cm)
42

W9 : lean concrete K125 (t = 10 cm)


W10 : lean concrete K125 ( t = 5 cm)
2) Berat beban tambahan
Berat jenis beton bertulang = 2,5 𝑡 𝑚3
Berat jenis beton 𝑡
= 2,4 𝑚3
- Berat pelat injak
𝑊1 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 × 𝑏𝑗 𝑏𝑏
0,25 + 0,35
𝑊1 = × 2,5
2
𝑊1 = 0,6 × 2,5 = 0,75 𝑡 𝑚2
- Berat rigid K285
𝑊8 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 × 𝑏𝑗 𝑏
𝑊8 = 0,20 × 2,4 = 0,48 𝑡 𝑚2
- Berat lean concrete K125
𝑊9 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 × 𝑏𝑗 𝑏
𝑊9 = 0,10 × 2,4 = 0,24 𝑡 𝑚2
- Berat lean concrete K125
𝑊10 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 × 𝑏𝑗 𝑏
𝑊10 = 0,05 × 2,4 = 0,12 𝑡 𝑚2
Total berat beban tambahan
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑊1 + 𝑊8 + 𝑊9 + 𝑊10
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,75 + 0,48 + 0,24 + 0,12
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1,59 𝑡 𝑚2
3) Koefisien tanah aktif
𝜑
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 45 −
2
30
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 45 − = 0,33
2
4) Tekanan tanah aktif
𝜎𝑎 𝑏𝑡 = 𝑞 × 𝐾𝑎 × 𝐻
𝜎𝑎 𝑏𝑡 = 1,59 × 0,33 × 2,60 = 1,36 𝑡 𝑚
𝜎𝑎 𝑏𝑡 = 1,36 × 11,30 = 15,34 𝑡
43

5) Titik tangkap gaya tekanan tanah aktif


𝐻 2,60
𝑦= = = 1,30 m
2 2
c. Rekapitulasi tekanan tanah aktif
Berikut ini merupakan rekapitulasi tekanan
tanah aktif yang bekerja.
Tabel 4.2 Rekapitulasi tekanan tanah aktif
Tekanan Titik tangkap
Beban Tanah aktif gaya
(t/m) (m)
Akibat beban
1,94 0,87
sendiri
Akibat beban
1,36 1,30
tambahan

B. Analisa Geotextile
Material geotextile yang terletak pada depan
abutment berfungsi sebagai dinding penahan tanah dari
material timbunan yang mempunyai spefisikasi material
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Spesifikasi material geotextile
Tipe Geotextile Woven
Kuat tarik 4,00 t/m
Fungsi Dinding Penahan
Faktor keamanan 1,3 s/d 1,5
Jarak antar geotextile
0,80 m
(Sv)
Panjang lipatan (Lo) 1,00 m
Panjang geotextile yang
1,00 m
tidak bekerja (Lr)
Panjang geotextile yang
berada pada zona 2,00 m
pengangkuran (Le)
44

Berikut ini merupakan sketh material geotextile


yang terletak pada depan abutment dan sketh gaya
tekanan tanah aktif dari material timbunan

Gambar 4.3 Sketh material geotextile

Gambar 4.4 Sketh beban tekanan tanah aktif


Material geotextile yang berfungsi sebagai dinding
penahan tanah dari material timbunan mempunyai nilai
faktor reduksi sebagai berikut.
Tabel 4.4 Faktor reduksi material geotextile
Kesalahan Pengaruh Pengaruh
Rangkak
Pemasangan Kimia Biologi
1,1 2,0 1,0 1,0
45

Analisa dalam stabilitas geotextile terbagi menjadi


dua yaitu stabilitas internal dan stabilitas eksternal
terhadap beban tekanan tanah aktif yang bekerja.
Berikut ini analisa geotextile terhadap stabilitas
internal.
a. Stabilitas internal
Stabilitas internal pada geotextile berfungsi
untuk mengecek kekuatan izin, kekuatan yang
diperlukan, tegangan yang terjadi dan pendimensian
yang dapat diperhitungkan sebagai berikut.
1) Kekuatan izin geotextile
1
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 = 𝑇𝑢𝑙𝑡
𝑅𝐹𝐼𝐷 × 𝑅𝐹𝐶𝑅 × 𝑅𝐹𝐶𝐷 × 𝑅𝐹8𝐷
1
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 = 4,0
1,1 × 2,0 × 1,0 × 1,0
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤 = 1,82 𝑡 𝑚
2) Tegangan geotextile
- Tegangan akibat tanah timbunan
1
𝜎𝑎 = × 𝐻2 × 𝛾𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ × 𝐾𝑎
2
1
𝜎𝑎 = × 2,602 × 1,72 × 0,3
2
𝜎𝑎 = 1,94 𝑡 𝑚
- Tegangan akibat beban tambahan
𝜎𝑎 𝑏𝑡 = 𝑞 × 𝐾𝑎 × 𝐻
𝜎𝑎 𝑏𝑡 = 1,59 × 0,33 × 2,60
𝜎𝑎 𝑏𝑡 = 1,36 𝑡 𝑚
Tegangan total yang diterima geotextile
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝜎𝑎 + 𝜎𝑎 𝑏𝑡
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1,94 + 1,36
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,30 𝑡 𝑚
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,30 × 11,4
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 37,62 𝑡
46

3) Pendimensian geotextile
- Jarak vertikal antar lapisan geotextile
𝑇𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤
𝑆𝑉 =
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐹𝑆
1,82
𝑆𝑉 =
3,30 × 1,3
𝑆𝑉 = 0,42 𝑚
- Panjang lapisan geotextile di depan bidang
longsor
𝜑
𝐿𝑅 = 𝐻 − 𝑧 × tan 45 −
2
30
𝐿𝑅 = 2,60 − 2,60 × tan 45 −
2
𝐿𝑅 = 0 𝑚
𝐿𝑅 = 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 1,00 𝑚
- Sudut geser antara tanah dengan
geosintetik
𝛿 = 0,9 × 𝜑
𝛿 = 0,9 × 30
𝛿 = 27°
- Panjang lapisan geotextile di belakang
bidang longsor
𝑆𝑉 × 𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐹𝑆
𝐿𝐸 = ×
2
𝑐 + 𝛾𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ × 𝑧 × tan 𝛿
0,42 × 3,30 × 1,30
𝐿𝐸 = ×
2
0 + 1,72 × 2,60 × tan 27
𝐿𝐸 = 0,90 × 2,79
𝐿𝐸 = 2,05 𝑚
- Panjang lipatan lapisan geotextile
𝑆𝑉 × 𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐹𝑆
𝐿𝑂 = ×
4
𝑐 + 𝛾𝑡𝑎𝑛𝑎 ℎ × 𝑧 × tan 𝛿
47

0,42 × 3,30 × 1,30


𝐿𝑂 = ×
4
0 + 1,72 × 2,60 × tan 27
𝐿𝑂 = 0,45 × 2,79
𝐿𝑂 = 1,26 𝑚
Panjang total lapisan geotextile
𝐿 = 𝐿𝑅 + 𝐿𝐸
𝐿 = 1,00 + 2,05
𝐿 = 3,05 𝑚
b. Stabilitas eksternal
Stabilitas eksternal pada geotextile berfungsi
untuk mengecek agar tidak sampai terjadinya
pergeseran yang disebabkan dari beban tambahan
dan beban tanah timbunan yang dapat
diperhitungkan sebagai berikut.
1) Stabilitas geser
𝑐 × 𝐿 + 𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 𝐿 × tan 𝛿
𝑆𝐹𝐺𝐸𝑆𝐸𝑅 =
𝜎𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
≥ 1,5
0 × 3,05 + 3,30 × 3,05 × 0,51
𝑆𝐹𝐺𝐸𝑆𝐸𝑅 =
3,30
≥ 1,5
𝑆𝐹𝐺𝐸𝑆𝐸𝑅 = 1,56 ≥ 1,5

C. Analisa Abutment
Konstruksi abutment yang berfungsi sebagai
dinding penahan dan sebagai penerus beban yang bekerja
diatasnya mempunyai sketh penampang sebagai berikut.
48

Gambar 4.5 Sketh penampang abutment


Abutment dibagi menjadi beberapa segmen bagian
yang mempunyai dimensi yang berbeda yang diantaranya
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Dimensi segmen abutment
A1 (m) A2 (m) A3 (m) A4 (m) A5 (m)
0,80 0,60 0,30 0,20 0,10
H1 (m) H2 (m) H3 (m) H4 (m) H5 (m)
0,80 0,29 0,50 0,30 0,30
H6 (m)
0,25
Jarak titik berat dari beberapa segmen abutment
terhadap titik nomor lima diantaranya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6 Jarak titik berat segmen abutment
B1 (m) B2 (m) B3 (m) B4 (m) B5 (m)
0,70 1,00 1,10 1,50 1,55
T1 (m) T2 (m) T3 (m) T4 (m) T5 (m)
0,40 0,94 1,76 1,78 2,03
49

a. Titik berat abutment


Berikut ini perhitungan untuk menentukan
letak titik berat penampang abutment.
1) Segmen I
- Bentuk : persegi panjang
- Luas
= 𝐴2 × 𝐻3 + 𝐻4 + 𝐻5 + 𝐻6
= 0,60 × 0,50 + 0,30 + 0,30 + 0,25
= 0,60 × 1,34
= 0,80 𝑚2
- Momen terhadap sb. X
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝐵3
= 0,80 × 1,10
= 0,88 𝑚3
- Momen terhadap sb. Y
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝑇3
= 0,80 × 1,76
= 1,41 𝑚3
2) Segmen II
- Bentuk : persegi
- Luas
= 𝐴3 × 𝐻5
= 0,30 × 0,30
= 0,09 𝑚2
- Momen terhadap sb. X
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝐵5
= 0,09 × 1,55
= 0,14 𝑚3
- Momen terhadap sb. Y
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝑇5
= 0,09 × 2,03
= 0, 18 𝑚3
50

3) Segmen III
- Bentuk : persegi panjang
- Luas
= 𝐻2 × 𝐴1 + 𝐴2
= 0,29 × 0,80 + 0,60
= 0,29 × 1,40
= 0,41 𝑚2
- Momen terhadap sb. X
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝐵1
= 0,41 × 0,70
= 0,29 𝑚3
- Momen terhadap sb. Y
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝑇2
= 0,41 × 0,94
= 0,39 𝑚3
4) Segmen IV
- Bentuk : persegi panjang
- Luas
= 𝐻1 × 𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + 𝐴4 + 𝐴5
= 0,80 × 0,80 + 0,60 + 0,30 + 0,20 +
0,10
= 0,80 × 2,00
= 1,60 𝑚2
- Momen terhadap sb. X
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝐵2
= 1,60 × 1,00
= 1,60 𝑚3
- Momen terhadap sb. Y
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝑇1
= 1,60 × 0,40
= 0,64 𝑚3
51

5) Segmen V
- Bentuk : segitiga
- Luas
= 𝐴3 × 𝐻4 2

= 0,30 × 0,30 2

= 0,09 2
= 0,045 𝑚2
- Momen terhadap sb. X
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝐵4
= 0,045 × 1,50
= 0,07 𝑚3
- Momen terhadap sb. Y
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 × 𝑇4
= 0,045 × 1,78
= 0,08 𝑚3
Titik berat abutment terletak pada jarak yaitu
- Terhadap sb. X
Σ Momen sb. X
𝑠𝑏. 𝑋 =
Σ Luas
0,88 + 0,14 + 0,29 + 1,60 + 0,07
𝑠𝑏. 𝑋 =
0,80 + 0,09 + 0,41 + 1,60 + 0,045
2,98
𝑠𝑏. 𝑋 =
2,95
𝑠𝑏. 𝑋 = 1,01 𝑚
- Terhadap sb. Y
Σ Momen sb. Y
𝑠𝑏. 𝑌 =
Σ Luas
1,41 + 0,18 + 0,39 + 0,64 + 0,08
𝑠𝑏. 𝑌 =
0,80 + 0,09 + 0,41 + 1,60 + 0,045
2,70
𝑠𝑏. 𝑌 =
2,95
𝑠𝑏. 𝑌 = 0,93 𝑚
52

Berikut ini rekapitulasi dari perhitungan titik


berat penampang abutment.
Tabel 4.7 Rekapitulasi titik berat abutment
Momen Titik Berat
Segmen Luas Sumbu Sumbu Sumbu Sumbu
X Y X Y
I 0,80 0,88 1,41
II 0,09 0,14 0,18
III 0,41 0,29 0,39
1,01 0,93
IV 1,60 1,60 0,64
V 0,045 0,07 0,08
Total 2,95 2,98 2,70
b. Pembebanan abutment
Berikut ini perhitungan untuk menentukan
besarnya pembebanan abutment.
Berat jenis beton = 2,4 𝑡 𝑚3
Berat jenis beton bertulang = 2,5 𝑡 𝑚3
1) Beban berat sendiri struktur atas
- Plat injak
Luas
= 0,25 + 0,35 2 × 2,55
= 0,77 𝑚2
Volume
= 0,77 × 11,3
= 8,70 𝑚3
Berat
= 8,70 × 2,5
= 21,75 𝑡
- Plat lantai
Luas
53

= 0,40 × 5,00
= 2,00 𝑚2
Volume
= 2,00 × 12,00
= 24,00 𝑚3
Berat
= 24,00 × 2,5
= 60,00 𝑡
- Beam (@3 buah)
Luas
= 0,60 × 0,80
= 0,48 𝑚2
Volume
= 0,48 × 5,00
= 2,40 𝑚3
Berat
= 2,40 × 2,5
=6×3
= 18,00 𝑡
- Diaphragm bean (@2 buah)
Luas
= 0,20 × 0,60
= 0,12 𝑚2
Volume
= 0,12 × 3,50
= 0,42 𝑚3
Berat
= 0,42 × 2,5
= 1,05 × 2
= 2,10 𝑡
- Seismic anchor (@2 buah)
Luas
54

= 0,20 × 0,20
= 0,04 𝑚2
Volume
= 0,04 × 3,00
= 0,12 𝑚3
Berat
= 0,12 × 2,5
= 0,30 × 2
= 0,60 𝑡
- Stopper (@6 buah)
Luas
= 0,25 × 0,30
= 0,075 𝑚2
Volume
= 0,075 × 0,20
= 0,015 𝑚3
Berat
= 0,015 × 2,4
= 0,036 × 6
= 0,22 𝑡
- Plinth (@3 buah)
Luas
= 0,50 × 0,40
= 0,20 𝑚2
Volume
= 0,20 × 0,10
= 0,02 𝑚3
Berat
= 0,02 × 2,4
= 0,048 × 3
= 0,15 𝑡
- Bearing pad (@3 buah)
55

Luas
= 0,40 × 0,30
= 0,12 𝑚2
Volume
= 0,12 × 0,03
= 0,0036 𝑚3
Berat
= 0,0036 × 2,4
= 0,0086 × 3
= 0,03 𝑡
Total beban berat sendiri struktur atas
PMS SA
= 21,75 + 60,00 + 18,00 + 2,10 + 0,60 +
0,22 + 0,15 + 0,03
= 102,85 𝑡
Total beban yang diterima oleh abutment
PMS 1
= 1 2 × 102,85
= 51,43 𝑡
2) Beban berat sendiri abutment
- Segmen I
Luas = 0,80 𝑚2
Berat
= 0,80 × 2,5
= 2,00 𝑡 𝑚
- Segmen II
Luas = 0,09 𝑚2
Berat
= 0,09 × 2,5
= 0,23 𝑡 𝑚
- Segmen III
Luas = 0,41 𝑚2
56

Berat
= 0,41 × 2,5
= 1,03 𝑡 𝑚
- Segmen IV
Luas = 1,60 𝑚2
Berat
= 1,60 × 2,5
= 4,00 𝑡 𝑚
- Segmen V
Luas = 0,045 𝑚2
Berat
= 0,045 × 2,5
= 0,11 𝑡 𝑚
Total beban sendiri struktur abutment
PMS
= 2,00 + 0,23 + 1,03 + 4,00 + 0,11
= 7,37 𝑡 𝑚
= 7,37 × 12
= 88,44 𝑡
3) Beban lajur
- Beban terbagi merata
Nilai = 1,00 𝑡 𝑚2
Bentang tumpuan =5𝑚
Lebar lajur (@2 lajur) = 6,00 𝑚 𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟
QUDL
= 1,00 × 5
= 5,00 𝑡 𝑚
Total beban terbagi merata
QUDL Lajur
= 5,50 × 5,00 × 100% + 6,00 −
5,5 × 5,00 × 50%
57

= 27,50 + 1,25
= 28,75 𝑡
= 28,75 × 2 = 57,50 𝑡
- Beban garis
Nilai = 5,00 𝑡 𝑚
Bentang tumpuan =5𝑚
DLA atau FBD = 0,4
Lebar lajur (@2 lajur) = 6,00 𝑚 𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟
PKEL
= 1 + 0,4 × 5,00
= 7,00 𝑡 𝑚
Total beban garis
PKEL Lajur
= 5,50 × 7,00 × 100% + 6,00 −
5,5 × 7,00 × 50%
= 38,50 + 1,75
= 40,25 𝑡
= 40,25 × 2
= 80,50 𝑡
Total beban lajur yang diterima abutment
TD
= 57,50 + 80,50 2
= 69,00 𝑡
4) Beban gesekan
TBF
= 0,15 × 𝑃𝑀𝑆1
= 0,15 × 51,43
= 7,72 𝑡
Momen akibat beban gesekan dari beban
struktur atas yang terjadi pada abutment
MBF
58

= 7,72 × 𝐻1 + 𝐻2
= 7,72 × 0,80 + 0,29
= 8,42 𝑡𝑚
5) Beban rem
TB
0,05 × 𝑇𝐷
= 2
= 0,05 × 69,00
2
= 1,73 𝑡
Momen akibat beban rem dari beban lajur yang
terjadi pada abutment
MB
= 1,73 × Σ𝐻
= 1,73 × 0,80 + 0,29 + 0,50 + 0,30 +
0,30 + 0,25
= 1,73 × 2,44
= 4,22 𝑡𝑚
6) Beban gempa
- Spektrum respon gempa
Tabel 4.8 Parameter gempa
Jenis tanah Sedang
PGA 0,32
SS 0,66
S1 0,25
FA 1,27
FV 1,90
Faktor
1,25
keutamaan (Ie)
Rangka beton
bertulang
3
pemikul momen
biasa (R)
59

Nilai SDS
= 2 3 × 1,27 × 0,66
= 0,56
Nilai SD1
= 2 3 × 1,90 × 0,25
= 0,32
Nilai T
= 0,32 0,56
= 0,57 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Nilai CS
= 0,56
3
1,25
= 0,23
- Akibat berat struktur atas
TEQ MS SA
= 0,23 × 51,43
= 11,83 𝑡
- Akibat berat sendiri abutment
TEQ MS
= 0,23 × 88,44
= 20,34 𝑡
Total beban gempa yang diterima abutment
TEQ
= 11,83 + 20,34
= 32,17 𝑡
Momen akibat beban gempa dari beban struktur atas
dan berat sendiri yang terjadi pada abutment
MEQ
= 32,17 × Σ𝐻
= 32,17 × 0,80 + 0,29 + 0,50 + 0,30 +
0,30 + 0,25
60

= 32,17 × 2,44
= 78,50 𝑡𝑚
Berikut ini sketh gaya akibat pembebanan yang
terjadi pada abutment.

Gambar 4.6 Sketh beban abutment


Sketh gaya dari beban vertikal yang bekerja
pada abutment yaitu beban berat sendiri (PMS), beban
berat komponen struktur atas (PMS1) dan beban lajur
atau beban transeint (TD).
Sedangkan gaya dari beban horizontal yang
bekerja pada abutment yaitu beban rem (TB), beban
gempa (TEQ) dan beban beban gesekan (TBF).
Beban yang bekerja pada abutment dapat
menyebabkan tergulingnya abutment, dimana beban
yang menahan agar tidak terjadinya guling yaitu
beban berat sendiri (PMS), beban berat komponen
struktur atas (PMS1) dan beban lajur atau beban
transeint (TD). Dan beban yang menyebabkan
terjadinya guling yaitu beban rem (TB), beban gempa
(TEQ) dan beban beban gesekan (TBF).
c. Rekapitulasi beban abutment
Berikut ini merupakan rekapitulasi beban yang bekerja pada struktur abutment.
Tabel 4.9 Rekapitulasi beban abutment
Vertikal Horizontal Mx
No Beban bekerja Kode
(ton) (ton) (ton m)
A Tetap

1 Berat sendiri PMS 88,44


2 Berat struktur atas PMS1 51,43
B Lalu lintas

3 Beban lajur TD 69,00

4 Beban rem TB 1,73 4,22

C Lingkungan

5 Beban gempa TEQ 32,17 78,50

D Lainnya

Beban gesekan TBF 7,72 8,42

61
61
d. Kombinasi beban abutment
Berikut ini merupakan kombinasi beban dari rekapitulasi beban yang bekerja pada
struktur abutment.
1) Kombinasi beban kondisi 1
Berikut ini keterangan dari kombinasi beban dalam kondisi 1
Tabel 4.10 Kombinasi beban ultimate 1
Vertikal Horizontal Mx
No Beban bekerja Kode
(ton) (ton) (ton m)
A Tetap
1 Berat sendiri PMS 88,44
Berat struktur
2 PMS1 51,43
atas
B Lalu lintas
3 Beban lajur TD 69,00
4 Beban rem TB 1,73 4,22
C Lingkungan
5 Beban gempa TEQ
D Lainnya
Beban gesekan TBF 7,72 8,42

62
61
63

Berikut ini perhitungan dari kombinasi


beban dalam kondisi 1
- Beban yang bekerja
PMS
= 88,44 + 51,43
= 139,87 𝑡
TD
= 69,00 𝑡
TB
= 1,73 𝑡
TBF
= 7, 72 𝑡
Total beban vertikal yang bekerja
PVERTIKAL
= 139,87 + 69,00
= 208,80 𝑡
Total beban horizontal yang bekerja
THORIZONTAL
= 1,73 + 7,72
= 9,45 𝑡
- Momen yang terjadi
MTB
= 4,22 𝑡𝑚
MTBF
= 8,42 𝑡𝑚
Total momen yang terjadi
MTOTAL
= 4,22 + 8,42
= 12,64 𝑡𝑚
2) Kombinasi beban kondisi 2
Berikut ini keterangan dari kombinasi beban dalam kondisi 2
Tabel 4.11 Kombinasi beban ultimate 2
Vertikal Horizontal Mx
No Beban bekerja Kode
(ton) (ton) (ton m)
A Tetap
1 Berat sendiri PMS 88,44
Berat struktur
2 PMS1 51,43
atas
B Lalu lintas
3 Beban lajur TD 69,00
4 Beban rem TB
C Lingkungan
5 Beban gempa TEQ 32,17 78,50
D Lainnya
Beban gesekan TBF

64
61
65

Berikut ini perhitungan dari kombinasi


beban dalam kondisi 2
- Beban yang bekerja
PMS
= 88,44 + 51,43
= 139,87 𝑡
TD
= 69,00 𝑡
TEQ
= 32,17 𝑡
Total beban vertikal yang bekerja
PVERTIKAL
= 139,87 + 69,00
= 208,80 𝑡
Total beban horizontal yang bekerja
THORIZONTAL
= 32,17 𝑡
- Momen yang terjadi
MTOTAL
= 78,50 𝑡𝑚
e. Rekapitulasi kombinasi beban
Berikut ini merupakan rekapitulasi beban yang
bekerja pada struktur abutment.
Tabel 4.12 Rekapitulasi kombinasi beban
Kombinasi Vertikal Horizontal Mx
No
beban (ton) (ton) (tm)
Kombinasi
1 208,80 9,45 12,64
1
Kombinasi
2 208,80 32,17 78,50
2
66

f. Stabilitas abutment
Stabilitas abutment ini berfungsi untuk
mengecek agar konstruksi abutment tidak sampai
terjadi guling yang disebabkan dari beban – beban
yang bekerja pada konstruksi abutment tersebut yang
dapat diperhitungkan sebagai berikut.
1) Stabilitas guling
- Kombinasi beban kondisi 1
MPENAHAN
= ΣP𝑉𝐸𝑅𝑇𝐼𝐾𝐴𝐿 × 𝐵2
= 208,80 × 1,00
= 208,80 𝑡𝑚
MGULING
=12,64 𝑡𝑚
Stabilitas guling
SFGULING
= 208,80 12,64
= 16,52
= 16,52 ≥ 1,5 → 𝑂𝐾𝐸
- Kombinasi beban kondisi 2
MPENAHAN
= ΣP𝑉𝐸𝑅𝑇 𝐼𝐾𝐴𝐿 × 𝐵2
= 208,80 × 1,00
= 208,80 𝑡𝑚
MGULING
= 78,50 𝑡𝑚
Stabilitas guling
SFGULING
= 208,80 78,50
= 2,66
= 2,66 ≥ 1,5 → 𝑂𝐾𝐸
67

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisa yang
telah dilakukan dan dhitung, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Beban yang bekerja pada konstruksi geotextile yaitu
beban tanah timbunan sebesar 22,12 ton dan beban
tanah timbunan akibat beban diatas sebesar 15,34 ton.
2. Konstruksi geotextile sudah memenuhi syarat aman
terhadap stabilitas internal yang telah sesuai dengan
desain perencanaan yaitu jarak antar geotextile 0,42
meter ; panjang geotextile di depan bidang longsor
1,00 meter ; panjang geotextile di belakang bidang
longsor 2,05 meter dan panjang lipatan geotextile 1,00
meter. Stabilitas eksternal telah memenuhi syarat
berupa stabilitas geser yaitu sebesar 1,56.
3. Beban yang bekerja pada konstruksi abutment yaitu
beban berat sendiri sebesar 139,87 ton ; beban lajur
sebesar 69,00 ton ; beban rem sebesar 1,73 ton ; beban
gesekan 7,72 ton dan beban gempa sebesar 32,17 ton.
4. Konstruksi abutment sudah memenuhi syarat aman
terhadap stabilitas guling yaitu sebesar 16,52 pada
kombinasi beban kondisi satu dan sebesar 2,66 pada
kombinasi beban kondisi dua.
68

B. Saran
Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan beberapa saran yang mungkin akan
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
mahasiswa.
1. Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk
menyusun Laporan Kerja Praktik hendaknya
selengkap mungkin sehingga tidak mempengaruhi
kelancaran penyusunan laporan nantinya.
2. Sebagai perencana perbanyak studi pustaka agar
pekerjaan yang sedang kita perhitungkan baik dan
benar sesuai dengan batas-batas yang diijinkan.
69

DAFTAR PUSTAKA

BMS 1992. 1992. Panduan Perencanaan Jembatan. Badan Litbang PU


Depertemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia

Cahya Tri Wahyu. Perhitungan struktur dinding penahan tanah


(Studi kasus pembangunan longsoran ruas jalan Soekarno-Hatta
Km 8 Balikpapan). Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda.

Carvalho de Estevao. Perencanaan struktur bawah jembatan welolo


(Studi kasus ruas jalan Viqueque Sme Timor Leste). Jurnal
Teknik POMITS, Vol. 1, No. 1, (2012), hh. 1-7.

Firmansyah, Wilman dkk. Perencanaan abutment dan alternatif jalan


pendekat jembatan (Studi kasus jembatan Brantas Kediri).
Jurnal Teknik POMITS, Vol. 1, No. 1, (2013), hh. 1-6.

Hardiyatmo Hary Christady. Mekanika Tanah Edisi–3. Fakulltas


Teknik Universitas Gadjah Mada.

Hartanto, Tri dan Achendri M Kurniawan. Perhitungan struktur


dan volume bangunan abutment jembatan beton (Studi kasus
jembatan beton bertulang di Desa Jolosutro Blitar). Jurnal Qua
Teknika, Vol. 8, No. 1, Maret 2018, hh. 1-10.

Modul Pelatihan Volume 1. 2009. Klasifikasi dan Fungsi


Geeosintetik. Depertemen Pekerjaan Umum.

Modul Pelatihan Volume 4. 2009. Perencanaan dan Pelaksanaan


Dinding Penahan Tanah Yang Diperkuat Dengan Geosintetik.
Depertemen Pekerjaan Umum.
70

PPPJJR 1987. 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan jembatan Jalan


Raya. Departemen Pekerjaan Umum.

RSNI T-02-2005. 2005. Standar Pembebanan untuk Jembatan. Badan


Litbang PU Depertemen Pekerjaan Umum.

Santoso Fajar. Tinjauan bangunan bawah abutment (Studi kasus


jembatan Karang Kecamatan Karanpandan Kabupaten
Karanganyar). Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

SNI 1725-2016. 2016. Pembebanan untuk Jembatan. Badan


Standarisasi Nasional.

SNI 1726-2012. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan
Standarisasi Nasional.

Tamaela, Linda dkk. Analisis stabilitas dinding penahan tanah (Studi


kasus perumahan negeri sipil Kepanjen Kabupaten Malang).
Jurnal Penelitian Mahasiswa Teknik Sipil dan Teknik
Kimia, Vol 2, No.2, (2018), hh. 295-301.
71

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai