Proposal Awal PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 37

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG REKTORAT 8 LANTAI

TERHADAP BEBAN GEMPA STATIK EKIVALEN


(STUDI KASUS UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
FADJAR WAHYU RAHARDJO
NIM 1594094010

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan dalam bidang struktur khususnya konstruksi gedung
tahan terhadap gempa merupakan hal yang sangat penting di Indonesia.
Setiap bangunan yang direncanakan harus dapat memberikan kinerja minimal
life safety, dimana bangunan tersebut diperbolehkan mengalami kerusakan
namun tidak sampai mengalami keruntuhan. Sehingga dapat meminimalisir
terjadinya korban jiwa. Gempa sendiri merupakan faktor alam yang tidak
dapat diprediksi kapan akan terjadinya, dimana gempa menghasilkan getaran
gaya lateral sehingga dapat mengakibatkan adanya penurunan kinerja pada
struktur suatu gedung. Agar faktor alam berupa gempa dapat diminimalisir
maka perlu dilakukan adanya penilaian kecukupan kinerja dan kemanan
pada struktur suatu gedung tersebut.
Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung diatur berdasarkan SNI 1726-2012. Tingkat kategori
resiko bahaya terbagi menjadi empat jenis yaitu kategori I, II, III dan IV yang
dimana masing – masing dari tingkat kategori resiko bahaya tersebut akan
mempengaruhi dalam perencanaan pemilihan tipe sistem sruktur. Sistem
struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi
secara lengka, sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul
oleh rangka pemikul momen melalui mekanisme lentur. Tipe sistem struktur
ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu SPRMB (Sistem Rangka Pemikul Momen
Biasa), SPRMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah) dan SPRMK
(Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus).
Metode beban gempa statik merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam merencanakan gempa rencana dalam perencanaan suatu
struktur bangunan gedung. Metode ini juga penyederhanaan dari metode
beban gempa dinamik, dimana dengan menganggap sebagai beban – beban
statik horizontal yang berkerja pada tiap lantai struktur yang menirukan
pengaruh gempa akibat gerakan tanah. Konsep dalam beban gempa statik
harus memperhatikan jenis struktur, tingkat kepentingan struktur, faktor
daktilitas, berat bangunan, faktor keutamaan struktur dan lokasi bangunan.
Sehingga bangunan yang cenderung rendah yaitu ketinggian bangunan tidak
lebih dari 40 meter atau tidak lebih dari 10 lantai dapat menggunakan beban
gempa rencana statik.
Universitas Hasyim Asy’Ari merupakan suatu lembaga pendidikan
tinggi swasta yang kini tengah mengembangkan sarana dan prasana guna
meningkatkan dan menunjang proses kegiatan perkuliahan antara dosen
dengan mahasiswa sehingga dapat terciptanya suasana yang kondusif.
Pengembangan sarana dan prasana yang akan tengah dilakukan yaitu berupa
pembangunan Gedung Rektorat 8 Lantai, dimana gedung tersebut
difungsikan sebagai pusat akademik dan administrasi semua Fakultas.
Hingga saat ini Universitas Hasyim Asy’Ari belum mempunyai bangunan
berupa Gedung Rektorat sehingga proses akademik dan administrasi masih
sangat kurang. Gedung Rektorat Universitas Hasyim Asy’Ari masih berupa
gambar rencana yaitu hanya terdapat gambar kerja arsitektur saja, oleh karena
itu perlu adanya gambar kerja struktur sehingga dapat menunjang dalam
proses pembangunan.
Pada Tugas Akhir ini akan membahas mengenai perencanaan struktur
tersebut sehingga dapat menghasilkan gambar kerja dengan judul “Studi
Perencanaan Struktur Gedung Rektorat 8 Lantai Terhadap Beban Gempa
Statik”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka terdapat beberapa
rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Apa saja beban – beban rencana yang bekerja pada struktur Gedung
Rektorat 8 Lantai ?
2. Bagaimana merencakan struktur Gedung Rekrorat 8 Lantai tahan gempa ?
3. Bagaimana gambar kerja struktur Gedung Rektorat 8 Lantai tahan gempa ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa tujuan
dalam Tugas Akhir ini yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui beban – beban rencana yang bekerja pada struktur Gedung
Rektorat 8 Lantai.
2. Merencanakan struktur Gedung Rektorat 8 Lantai agar aman terhadap
beban – beban rencana yang bekerja.
3. Merencanakan gambar kerja struktur Gedung Rektorat 8 Lantai yang
aman terhadap beban – beban rencana yang bekerja.

D. Batasan Penelitian
Perencanaan konstruksi suatu gedung harus memperhatikan ketentuan
– ketentuan yang berlaku seperti desain struktur, spesifikasi mutu bahan dan
analisa struktur agar konstruksi gedung aman sesuai dengan fungsinya.
Terdapat beberapa batasan dalam Tugas Akhir ini yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Mengacu pada SNI 1726-2012, tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
2. Mengacu pada SNI 2847-2013, persyaratan beton struktural untuk
bangunan gedung.
3. Mengacu pada SNI 1727-2013, beban minimum untuk perancangan
bangunan gdeung dan struktur lain.
4. Mengacu pada PPIUG – 1983, peraturan pembebanan Indonesia untuk
gedung.
5. Metode gempa yang direncanakan adalah metode beban gempa statik
ekivalen.
6. Pengambilan data parameter gempa diambil dari web “puskim.pu.go.id”
yang sesuai dengan pembagian wilayah gempa.
7. Memperhitungkan struktur atas berupa balok ; kolom ; pelat serta dinding
geser (jika memungkinkan), struktur bawah berupa pondasi dan struktur
transportasi berupa tangga serta lift (jika memungkinkan).
8. Analisa struktur menggunakan software SAP 2000 ataupun ETABS.

E. Manfaat Penelitian
Hasil akhir dalam perencanaan gedung rektorat ini akan sangat
bermanfaat sebagai referensi dalam pembangunan gedung rektorat yang
sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) yang telah berlaku.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penlis dapat lebih
mengerti dan mengetahui teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu ini
penulis menemukan beberapa penelitian yang hampir sesuai dengan judul penelitian penulis. Berikut ini merupakan
penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal yang terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Yudha Eka Perencanaan Struktur Gedung 1. Perencanaan rangka atap baja menggunakan 2 jenis
Priatama Saputra Rusunawa 6 Lantai Di Boyolali dengan profil yaitu 2L.50.50.5 dan 2L.40.40.4, sambungan
Metode Sistem Rangka Pemikul Momen rangka baja menggunakan las dengan tebal 4 mm dan
Menengah (SPRMM) plat kopel dimensi 75.45.4. Perencanaan pelat atap
dengan tebal 10 cm dengan tulangan utama Ø10-170
dan tulangan bagi Ø8-200. Perencanaan pelat lantai
dengan tebal 12 cm dengan tulangan utama Ø10-140
dan tulangan bagi Ø8-200.
2. Perencanaan tangga dan bordes memakai ketebalan 12
cm dengan optrade (tinggi tanjakan) 170 mm dan
antrade (lebar injakan) 280 mm, serta sudut tangga
sebesar 32°. Penulangan tangga dan bordes
menggunakan tulangan pokok Ø10-140 dan tulangan
bagi Ø8-200.
3. Perancangan balok ini menggunakan metode daktail
parsial dengan dimensi akhir diperoleh dimensi
250/400 mm dengan tulangan pokok D22 dan
tulangan geser 3dp10.
4. Perencanaan kolom utama menggunakan metode
Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah dengan
dimensi akhir diperoleh 350/550 mm dengan tulangan
pokok D22 dan tulangan geser 2dp10.
5. Perencanaan untuk pondasi memakai pondasi tiang
pancang kedalaman 11 m dengan dimensi 35x35 cm.
Dalam 1 titik berjumlah 4 buah tiang pancang.
Perencanaan akhir poer menggunakan uuran
2,4x2,4x0,75 m dengan tulangan D22. Perencanaan
akhir sloof memakai dimensi 250x400 mm dengan
tulangan pokok Ø22 dan tulangan geser 2dp10.

Nandani Putra Perencanaan Struktur Gedung 1. Dimensi plat lantai terbeser yaitu 8x8 m sedangkan
Rizki, Andina Bertingkat dimensi plat lantai terkecil yaitu 2,5x8 m dengan
Prima Putri (Studi Kasus Sekolah Tahfidz Banjir menggunakan tulangan yang sama D19-150. Dimensi
Kanal Timur) balok 350x650 mm panjang 8 m dengan tulangan
negatif 10D25, tulangan positif 5D25 dan tulangan
geser Ø10-250. Dimensi balok 350x650 mm panjang 6
m dengan tulangan negatif 8D25, tulangan positif
4D25 dan tulangan geser Ø10-250. Dimensi kolom
750x750 mm dengan tulangan 28D25 dan tulangan
sengkang D10-400.
2. Hasil analisis didapatkan bahwa gedung yang sudah
didesain tahan terhadap beban gempa statik ekuivalen
dan respons spectrum.
Solarso, Baehaki Analisis Struktur Beton Bertulang 1. Dimensi kolom utama 550x550 mm dan balok utama
dan Fajar Diantos SRPMK Terhadap Beban Gempa Statik 300x600 mm struktur gedung sudah mampu memikul
Subhan dan Dinamik dengan Peraturan SNI beban gravitasi dan horizontal (beban gempa statik
1726-2012 dan dinamik) dan sudah memenuhi syarat keamanan
dan kenyamanan gedung terhadap simpangan, tosi
dan p delta.
2. Simpangan maksium yang terjadi yaitu sebesar 26,4
mm (akibat respon spektrum) dan 25,85 mm (akibat
statik ekivalen) yang dimana tidak melewati batas
simpangan yang diizinkan yaitu sebesar 67,31 mm,
translasi tanpa mengalami torsi terjadi pada mode 1
dan 2, dan gaya geser dasar yang terjadi sebesar
1743,41 kN (akibat statik ekivalen) dan 1481,90 kN
(akibat respon spektrum).

Restu Faizah Studi Perbandingan Pembebanan 1. Perhitungan pembebanan gempa statik ekuivalen pada
Gempa Statik Ekuivalen dan Dinamik struktur 5 tingkat dinilai akurat karena memberikan
Time History pada Gedung Bertingkat ersyaratan yang lebih besar dalam perancangan
di Yogyakarta struktur jika dibandingan dengan pembebanan gempa
dinamik time history.
2. Perhitungan pembebanan gempa statik ekuivalen pada
struktur 10 tingkat atau lebih diniali tidak akurat
karena memberikan persyaratan yang lebih kecil
dalam perancangan struktur jika dibandingkan dengan
pembebanan gempa dinamik time history.
Desy Rianti dan Perencanaan Struktur Gedung Kuliah 1. Sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
Ahmad Agung Lima Lantai Di Kota Semarang dengan dirancang dengan menggunakan konsep Strong
Prawira Menggunakan Metode SRPMK Coloumn Weak Beam, dimana kolom dirancang
sedemikian rupa agar struktur dapat berespon
terhadap beban gempa dengan mengembangkan
mekanisme sendi plastis pada balok – baloknya dan
pada dasar kolom.
2. Untuk mengurangi resiko kegagalan struktur akibat
penurunan/settlement tanah maka pondasi dirancang
berada sampai lapisan tanah keras.

Andy Purwanto Perencanaan Struktur Bangunan 1. Dalam analisis struktur dengan ETABS v.9.7.1
dan M. Tri Gedung Hotel Horison Pekalongan menggunakan analisis dinamik respon spektrum pada
Prayogy mode 1, T = 1,74 detik dengan besar gaya gempa
rencana (V) = 344,18 ton.
2. Dalam perencanaan struktur bawah (pondasi dalam)
digunakan pondasi tiang pancang friction pile karena
dari hasil penyelidikan tanah yang dilakukan bor log
menunjukkan bahwa pada kedalaman 40 m belum
ditentukan tanah keras.
3. Dari hasil perhtiungan perencanaan struktur
menunjukkan bahwa sistem SRPMK yang digunakan
pada gedung Hotel Horison Pekalongan aman dan
mampu menahan beban – beban yang bekerja.
Claudia Maria Perencanaan Struktur Gedung Hotel 1. Perencanaan struktur gedung hotel Jalan Martadinata
Palit Jalan Martadinata Manado Manado merupakan perencanaan struktur gedung
beton bertulang berlantai 4 dengan luas 12x31 m yang
menggunakan metode SRPMK.
2. Mutu beron 30 MPa,mutu baja 320 MPa, tebal plat atap
10 cm dan tebal plat lantai 13 cm.
3. Dimensi kolom 40x60 cm dengan tulangan pokok D19
dan tulangan geser D8-250. Dimensi balok memanjang
25x35 cm dengan tulangan tumpuan 3Ø16, tulangan
lapangan 2Ø16 dan tulangan geser Ø8-75. Dimensi
balok melintang 25x50 cm dengan tulangan tumpuan
6Ø16, tulangan lapangan 3Ø16 dan tulangan geser Ø8-
100, Ø6-100

Fitri Aprilliana dan Perencanaan Struktur Gedung Siloam 1. Besar tulangan yang dibutuhkan pada Gedung Siloam
Lasmani Angelina Hospitals Medan Hospitals Medan sebesar 988281,68 kg dengan volume
P beton sebesar 8388,348 m3 sehingga perbandingan
berat tulangan per 1 m3 beton sebesar 117,81 kg/m3
2. Total jumlah biaya yang diperoleh dari perhitungan
RAB sebesar Rp 77.841.657.000,00 dengan total luas
14976 m2 sehingga nilai harga bangunan sebesar Rp
5.197.760.216 per m2
B. Tinjauan Pustaka
1. Gempa Bumi
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah
yang terjadi pada lokasi tertentu yang sifatnya tidak berkelanjutan.
Gempa bumi dapat disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi) yang terjadi secara tiba – tiba, dimana pergerakan atau pergeseran
secara tiba – tiba tersebut terjadi karena adanya sumber gaya sebagai
penyebabnya baik dari alam maupun dari bantuan manusia.
Gempa bumi menghasilkan suatu nilai skala kekuatan kekuatan
gempa, dimana skala kekuatan gempa tersebut dibagi menjadi 3 macam
diantaranya sebagai berikut :
a. Skala Richter
Sklala Richter merupakan skala kekuatan gempa yang
diusulkan oleh fisikawan Charles Richter, dimana didefiniskan
sebagai logaritma dari amplitudo maksimum yang diukur dalam
satuan mikrometer (μm) dari rekaman gempa oleh alat pengukur
gempa pada jarak 100 km dari pusat gempa. Berikut ini nilai Skala
Richter saat terjadi gempa :
Tabel 2.2 Skala Richter
Skala Richter Efek Gempa
< 2,0 Gempakecil, tidak terasa
2,0 – 2,9 Tidak terasa, namun terekam oleh alat
Sering terasa, namun jarang menimbulkan
3,0 – 3,9
kerusakan
Dapat diketahui dari bergeternya perabot dalam
4,0 – 4,9
ruangan, kerusakan tidak terlalu signifikan
Dapat menyebabkan kerusakan besar pada
5,0 – 5,9
bangunan pada area yang relatif kecil
6,0 – 6,9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km
Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area
7,0 – 7,9
lebih luas
Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga
8,0 – 8,9
dalamarea ratusan mil
9,0 – 9,9 Menghancurkan area ribuan mil
> 10,0 Belum pernah terekam
(Sumber : Rekayasa Gempa, Suharjanto 2013)
b. Skala Modified Mercalli Intensity (MMI)
Skala Mercalli merupakan skala kekuatan gempa yang
diusulkan oleh vulkanolog Giuseppe Mercalli, dimana skala gempa
ini ditentukan berdasarkan kerusakan akibat gempa dan wawancara
pada para korban sehingga bersifat subyektif. Berikut ini intensitas
Skala Mercalli saat terjadi gempa :
Tabel 2.3 Skala MMI
Ukuran Keterangan
I Direkam hanya oleh seismograf
Getaran hanya dirasakan oleh masyarakat di
II
sekitar pusat gempa
III Getaran dirasakan oleh beberapa orang
Getaran akan dirasakan oleh banyak orang dan
IV
barang pecah belah mulai berkerincing
Binatang merasa ketakutan, bangunan mulai
V
bergoyang dan banyak orang bangun dari tidur
VI Benda – benda mulai berjatuhan dari rak
Banyakorang cemas, keretakan pada dinding dan
VII
jalan
VIII Pergeseran barang – barang dirumah
Kepanikan meluas, tanah longsor, banyak atap dan
IX
dinding yang roboh
Banyak bangunan rusak, lebar keretakan di dalam
X
tanah mencapaihingga 1 meter
Keretakan dalam tanah makin melebar, banyak
XI
tanah longsor dan batu yang jatuh
Hampir seebagian besar bangunan hancur,
XII
permukaan tanah perubahan menjadi radikal
(Sumber : Rekayasa Gempa, Suharjanto 2013)
c. Skala Peak Ground Acceleration (PGA)
Skala Peak Ground Acceleration biasa disebut juga dengan
Skala Percepatan Puncak Tanah yang menggambarkan percepatan
tanah maksimum yang terjadi pada saat gempa, dimana satuan
dalam skala ini yaitu g (percepatan gravitasi bumi). Skala ini ditinjau
berdasarkan dari jenis batuan dasar, dimana batuan dasar
merupakan lapisan batuan di bawah muka tanah yang memiliki nilai
hasil Test Penetrasi Standar N paling rendah yaitu 60 dan tidak ada
lapisan batuan lain di bawahnya yang kurang dari niali tersebut. .
Berikut ini penentuan Skala Peak Ground Acceleration berdasarkan
jenis tanah :
Tabel 2.4 Jenis tanah skala PGA
Kecepatan Nilai hasil Test
rambat Penetrasi Kuat geser rata
Jenis tanah gelombang geser Standar rata – – rata
rata – rata rata SU (kPa)
VS (m/dt) N
SA (batuan Tidak dapat Tidak dapat
> 1500
keras) dipakai dipakai
Tidak dapat Tidak dapat
SB (batuan) 750 – 1500
dipakai dipakai
SC (tanah
keras, sangat
350 – 750 > 50 ≥ 100
padat dan
batuan lunak)
SD (tanah
175 – 350 15 – 50 50 – 100
sedang)
< 175 < 15 < 50
SE (tanah
Setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3
lunak)
m tanah dengan PI > 20, w ≥ 40% dan Su < 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah dengan karakteristik :
- Rawan dan berpotensi runtuh
akibat beban gempa
- Lempung sangat organik / gambut
(ketebalan H > 3 m)
SF (tanah
- Lempung berplastisitas sangat
khusus)
tinggi dengan PI > 75 (ketebalan H
> 7,5 m)
- Lapisan lempung lunak dengan
ketebalan H > 35 m dengan Su < 50
kPa
(Sumber : SNI 1726-2012)
2. Wilayah Gempa Bumi
Indonesia merupakan suatu negara yang rawan akan terjadinya
gempa, oleh kerana itu Indonesia mempunyai sebuah peta zona gempa
yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan bangunan sehingga
bangunan tersebut masih dalam berada pada tahap aman saat terjadi
gempa. Berdasarkan SNI 176-2012 Indonesia dibagi menjadi beberapa
bagian wilayah gempa yang masing – masing mempunyai kekuatan
gempa yang berbeda berdasarkan parameter yang telah ditetapkan yang
dapat dilihat sebagai berikut :
(Sumber : SNI 1726-2012)

Gambar 2.1 Peta gempa parameter SS

Gambar 2.2 Peta gempa parameter S1

Gambar 2.3 Peta gempa parameter PGA


Gambar 2.4 Peta gempa parameter CRS

Gambar 2.5 Peta gempa parameter CR1


Penentuan wilayah gempa guna merencanakan bangunan yang
tahan terhadap gempa maka harus memperhatikan paramater –
paramater yang telah ditetapkan, dimana parameter tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Parameter SS
Parameter SS merupakan parameter respons spektral
percepatan gempa MCE untuk periode pendek, dimana parameter
tersebut akan berpengaruh pada parameter FA yang merupakan
faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode
pendek. Parameter SS dapat dilihat pada peta gempa maupun website
resmi gempa Indonesia. Berikut ini nilai parameter FA diantaranya
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5 Parameter FA
Jenis tanah SS ≤ 0,25 SS = 0,50 SS = 0,75 SS = 1,00 SS ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
Diperlukan investigasi geoteknik khusus dan
SF
spesifik
(Sumber : SNI 1726-2012)
b. Parameter S1
Parameter S1 merupakan parameter respons spektral
percepatan gempa MCE untuk periode 1,0 detik, dimana parameter
tersebut akan berpengaruh pada parameter FV yang merupakan
faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 1,0
detik. Parameter S1 dapat dilihat pada peta gempa maupun website
resmi gempa Indonesia. Berikut ini nilai parameter FV diantaranya
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6 Parameter FV
Jenis tanah S1 ≤ 0,1 S1 = 0,20 S1 = 0,30 S1 = 0,40 S1 ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
Diperlukan investigasi geoteknik khusus dan
SF
spesifik
(Sumber : SNI 1726-2012)
c. Parameter PGA
Parameter PGA merupakan parameter percepatan muka tanah
puncak. Berikut ini nilai parameter PGA diantaranya adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.7 Parameter PGA
PGA ≤ PGA = PGA = PGA = PGA ≥
Jenis tanah
0,1 0,20 0,30 0,40 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
Diperlukan investigasi geoteknik khusus dan
SF
spesifik
(Sumber : SNI 1726-2012)
d. Parameter CRS
Parameter CRS merupakan parameter koefisien resiko untuk
spektrum respons periode pendek. . Parameter CRS dapat dilihat pada
peta gempa maupun website resmi gempa Indonesia
e. Parameter CR1
Parameter CR1 merupakan parameter koefisien resiko untuk
spektrum respons periode 1,0 detik. . Parameter CR1 dapat dilihat
pada peta gempa maupun website resmi gempa Indonesia
3. Konsep Bangunan Gedung Tahan Gempa
Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa merupakan
suatu perencanaan yang memperhitungkan bila saat terjadi gempa maka
bangunan gedung masih berdiri kokoh tanpa mengalami perubahan
yang signifikan.
Menurut SNI 03-1726-2002 tujuan dari perencanaan bangunan
gedung tahan gempa yaitu sebagai berikut :
- Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung
akibat gempa yang kuat.
- Membatasi kerusakan gedung akibat gempa.
- Membatasi ketidaknyamanan penghuni gedung ketika terjadinya
gempa.
- Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung.
Terdapat 3 jenis gempa yang harus diperhatikan dalam
perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa yang sesuai
dengan wilayah gedung tesebut, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Gempa ringan
Gempa ringan merupakan gempa yang apabila terjadi maka
tidak akan menimbulkan kerusakan baik elemen struktural maupun
elemen non struktural dari gedung yang bersangkutan.
b. Gempa sedang
Gempa sedang merupakan gempa yang apabila terjadi dapat
mengakibatkan elemen non struktural boleh rusak tetapi dapat
diperbaiki setelahnya, namun komponen struktural tidak boleh rusak
dari gedung yang bersangkutan.
c. Gempa kuat
Gempa kuat merupakan gempa yang apabila terjadi dapat
mengakibatkan elemen struktural maupun non struktural rusak,
namun struktur gedung tersbut tidak mengalami keruntuhan.
Terdapat 2 jenis keruntuhan yang terjadi apabila suatu bangunan
gedung mengalami gempa, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Keruntuhan lokal
Keruntuhan lokal merupakan suatu keruntuhan yang terjadi
pada bangunan gedung ketika mengalami gempa yang dimana
keruntuhan terjadi pada kolom lantai tertentu sehingga terjadi sendi
plastis di ujung kolom yang mengakibatkan gedung akan roboh.
Mekanisme keruntuhan lokal ini tidak dianjurkan dalam
perencanaan suatu bangunan gedung.
(Sumber : Rekayasa Gempa, Suharjanto 2013)

Gambar 2.6 Keruntuhan lokal


b. Keruntuhan global
Keruntuhan global merupakan suatu keruntuhan yang terjadi
pada bangunan gedung ketika mengalami gempa yang dimana
keruntuhan terjadi pada balok pada semua lantai sehingga terjadi
sendi plastis di ujung balok. Mekanisme keruntuhan global ini
dikenal dengan istilah strong column weak beam sehingga bangunan
gedung masih berdiri kokoh.
(Sumber : Rekayasa Gempa, Suharjanto 2013)

Gambar 2.7 Keruntuhan global


Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa juga harus
memperhatikan fungsi dari bangunan gedung tersebut yang nantinya
akan difungsikan atau digunakan sebagai tempat apa selain
memperhatikan faktor gempa sehingga akan berpengaruh pada tingkat
kategori dari bangunan gedung tersebut. Berikut ini kategori resiko pada
bangunan gedung dan non gedung :
Tabel 2.8 Kategori resiko
Ketegori
Jenis pemanfaatan
resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah
terhadap jiwa manusia saat terjadi kegagalan, tetapi tidak
dibatasi untuk :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan
I
dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang tersmasuk
dalam kategori resiko I, III dan IV, tetapi tidak dibatasi
untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
II
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen atau rumah susun
- Pusat perbelanjaan
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, tetapi
tidak dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion III
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki
unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk kategori
resiko IV yang memiliki potensi untuk menyebabkan
dampak ekonomi yang besar dan gangguan masal terhadap
kehidupan manusia, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas
penting, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang
memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans,
kantor polisi, serta garasi kendaraan
darurat
- Tempat perlindungan terhadap bencana
alam
IV
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi,
pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk
tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas
publik lainnya yang dibutuhkan saat
keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat.
(Sumber : SNI 1726-2012)
Kategori resiko yang berbeda – beda dalam perencanaan struktur
bangunan gedung maupun non gedung tahan gempa menghasilkan
suatu nilai faktor keutamaan gempa (Ie). Berikut ini nilai faktor
keutamaan gempa (Ie) berdasarkan kategori resiko yang ada :
Tabel 2.9 Faktor keutamaan gempa
Kategori resiko Faktor keutamaan gempa (Ie)
I atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : SNI 1726-2012)
Kategori resiko yang berbeda – beda dalam perencanaan struktur
bangunan gedung maupun non gedung tahan juga turut mempengaruhi
dalam kategori desain seismik, dimana penentuan kategori desain
seismik dipengaruhi oleh dua paramater yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Parameter SDS
Parameter SDS merupakan parameter respons spektral
percepatan desain pada periode pendek yang mempunyai niali
sebagai berikut :
Tabel 2.10 Parameter SDS
Kategori resiko
SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,167 < SDS < 0,50 C D
SDS ≤ 0,50 D D
(Sumber : SNI 1726-2012)
b. Parameter SD1
Parameter SD1 merupakan parameter respons spektral
percepatan desain pada periode 1,0 detik yang mempunyai nilai
sebagai berikut :
Tabel 2.11 Parameter SD1
Kategori resiko
SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 < SD1 < 0,20 C D
SD1 ≤ 0,20 D D
(Sumber : SNI 1726-2012)
4. Kriteria Dasar Perencanaan
Perencanaan suatu struktur bangunan berupa gedung harus
memperhatikan beberapa kriteria dasar yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Material struktur
Material dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa
dibagi menjadi beberapa jenis yang diantaranya dalah sebagai
berikut :
- Material struktur kayu
Struktur kayu merupakan struktur yang mempunyai
tingkat ketahanan cukup baik apabila terjadi gempadan juga
mempunyai harga yang relatif terjangkau. Kayu mempunyai
struktur yang relatif ringan dan juga mampu menyerap energi
gempa sebelum runtuh. Namun, kelemahan dari struktur kayu
ini yaitu tidak tahap terhadap api sehingga penggunaan struktur
ini biasa dipakai untuk rumah tinggal dan bangunan rendah
lainnya.
- Material struktur baja
Struktur baja merupakan struktur yang mempunyai
kekuatan dan serta sifat daktilitasnya yang cukup tinggi. Dimana
sifat daktilitas ini berguna saat struktur mengalami deformasi
atau perubahan bentuk apabila terjadi gempa dengan cara
memencarkan energi gempa dan membatasi besarnya gaya
gempa yang masuk ke dalam struktur. Dan juga struktur baja ini
mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang besar
sehingga struktur ini biasa dipakai pada bangunan bertingkat
tinggi.
- Material struktur komposit
Struktur komposit merupakan struktur perpaduan atau
gabungan dari dua jenis material atau lebih, dimana perpaduan
yang biasa digunakan yaitu material beton dengan baja. Struktur
komposit ini biasa dipakai pada bangunan tingkat menengah
hingga tingkat tinggi.
- Material struktur beton bertulang
Struktur beton bertulang merupakan struktur yang
mempunyai sifat lebih monolit dibanding dengan struktur baja
maupun struktur komposit sehingga cukup baik dalam menahan
gempa. Dan struktur beton bertulang juga mempunyai harga
yang relatif murah sehingga biasa dipakai pada bangunan
bertingkat rendah , tingkat menengah dan tingkat tinggi.
- Material struktur beton pracetak
Struktur beton pracetak merupakan struktur jadi yang telah
siap pasang ketika tiba dilokasi. Namun, struktur ini bersifat
kurang monolit dan daktail sehingga kurang baik terhadap
gempa. Struktur beton pracetak biasa dipakai pada bangunan
tingkat rendah hingga menengah.
- Material struktur beton prategang
Struktur beton prategang merupakan struktur yang
mempunyai sifat dalam penyerapan energi gempa masih kurang
baik dikarenakan sifat daktilitasnya rendah. Struktur beton
prategang ini biasa dipakai pada bangunan tingkat rendah dan
pada jembatan.
b. Konfigurasi struktur
Konfigurasi dalam perencanaan struktur bangunan tahan
gempa harus memperhatikan hal yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
- Konfigurasi horizontal
Konfigurasi horizontal merupakan suatu konfigurasi denah
dari struktur bangunan gedung yang setidaknya harus
mempunyai bentuk yang sederhana, simetris dan kompak tanpa
mengurangi unsur keindahan pada bangunan gedung tersebut.
Bangunan gedung yang mempunyai bentuk yang telah
disebutkan diatas memungkinkan memiliki kinerja dan perilaku
serta kekakuan yang cukup saat terjadinya gempa. Bentuk
bangunan gedung yang sederhana dan simetris dapat berupa
bentuk persegi panjang, bujursangkar serta lingkaran, dimana
bentuk tersebut memppunyai titik pusat kekakuan yang sama
dengan titik pusat massa bangunan gedung sehingga
eksentrisitasnya tidak terlalu besar yang dapat mencegah
terjadinya torsi atau puntir
- Konfigurasi vertikal
Konfigurasi vertikal merupakan suatu konfigurasi pada
tinggi bangunan gedung yang dimana perubahan bentuk yang
tidak menerus perlu dihindari, seperti perubahan dimensi suatu
kolom secara mendadak dari suatu tingkat ke tingkat lainnya.
Dan apabila konfigurasi vertikal tidak seragam dan tidak
menerus maka dapat mengakibatkan getaran yang besar saat
terjadi gempa pada tingkat tersebut. Sehingga pada kolom
struktur pada suatu tingkat sebaiknya memiliki dimensi yang
sama dan seragam.
c. Sistem struktur
Sistem struktur dalam perencanaan bangunan gedung tahan
gempa terdapat dua jenis yang diantaranya adalah sebagai berikut :
- Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen merupakan sistem rangka
yang dimana komponen strukturnya dan jointnya berfungsi
menahan gaya – gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan
aksial dari gempa. Dan juga sistem struktur jenis ini paling
banyak digunakan. Sistem struktur ini sendiri terbagi menjadi
tiga jenis yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sistem rangka pemikul momen biasa
Sistem rangka ini pada dasarnya memiliki tingkat
daktilitas kecil dan hanya digunakan pada daerah yang
memiliki resiko gempa rendah dengan paramater gempa
yang telah ditentukan sebelumnya. Sistem rangka ini
mempunyai nilai faktor sebagai berikut :
Tabel 2.12 Nilai faktor SRPMB
Batas tinggi struktur (m)
R Ω0 Cd Kategori desain seismik
B C D E F
3,0 3,0 2,5 TB TI TI TI TI
(Sumber : SNI 1726-2012)
Keterangan :
R : faktor modifikasi respons
Ω0 : faktor kuat lebih sistem
Cd : faktor pembesaran defleksi
TB : tidak dibatasi
TI : tidak diizinkan
2. Sistem rangka pemikul momen menengah
Sistem rangka ini pada dasarnya memiliki tingkat
daktilitas sedang dan digunakan pada daerah yang memiliki
resiko gempa sedang dengan parameter gempa yang telah
ditentukan sebelumnya. Sistem rangka ini mempunyai nilai
faktor sebagai berikut :
Tabel 2.13 Nilai faktor SRPMM
Batas tinggi struktur (m)
R Ω0 Cd Kategori desain seismik
B C D E F
5,0 3,0 4,5 TB TB TI TI TI
(Sumber : SNI 1726-2012)
3. Sistem rangka pemikul momen khusus
Sistem rangka ini pada dasarnya memiliki tingkat
daktilitas tinggi atau penuh dan digunakan pada daerah
yang memiliki resiko gempa tinggi dengan parameter yang
telah ditentukan sebelumnya. Sistem rangka ini mempunyai
nilai faktor sebagai berikut :
Tabel 2.14 Nilai faktor SRPMK
Batas tinggi struktur (m)
R Ω0 Cd Kategori desain seismik
B C D E F
8,0 3,0 5,5 TB TB TB TB TB
(Sumber : SNI 1726-2012)
- Sistem dinding struktural
Sistem dinding struktural merupakan sistem rangka yang
difungsikan untuk menahan gaya geser, momen dan gaya aksial
akibat dari gempa yang berupa dinding geser. Dimana letak
dinding geser ini bervariasi yang terdapat di tengah, di dua sisi
maupun di satu sisi bangunan gedung. Sistem struktur ini terbagi
menjadi dua jenis yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dinding struktural beton biasa
Sistem dinding ini pada dasarnya memiliki tingkat
daktilitas kecil dan hanya digunakan pada daerah yang
memiliki resiko gempa rendah hingga menengah. Sistem
dinding ini mempunyai nilai faktor sebagai berikut :
Tabel 2.15 Nilai faktor DSBB
Batas tinggi struktur (m)
R Ω0 Cd Kategori desain seismik
B C D E F
5,0 2,5 4,5 TB TB TI TI TI
(Sumber : SNI 1726-2012)
2. Dinding struktural beton khusus
Sistem dinding ini pada dasarnya memiliki tingkat
daktilitas tinggi dan hanya digunakan pada daerah yang
memiliki resiko gempa tinggi. Sistem dinding ini mempunyai
nilai faktor sebagai berikut :
Tabel 2.16 Nilai faktor DSBK
Batas tinggi struktur (m)
R Ω0 Cd Kategori desain seismik
B C D E F
6,0 2,5 5,0 TB TB 48 48 30
(Sumber : SNI 1726-2012)
d. Metode analisis struktur
Metode analisis struktur dalam perencanaan bangunan gedung
tahan gempa terbagi menjadi dua jenis yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Metode analisis statik
Metode analisis statis merupakan metode analisis
sederhana dalam menentukan pengaruh gempa, dimana gempa
yang bekerja diasumsikan sebagai suatu gaya titik yang bekerja
pada tiap lantai bangunan gedung. Terdapat beberapa
karakteristik yang digunakan dalam pengunaan metode ini yang
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tinggi struktur gedung yang diukur dari taraf penjepitan
lateral tidak lebih dari 10 lantai ataupun 40 m.
2. Denah struktur gedung berbentuk peregi panjang ataupun
beraturan tanpa adanya tonjolan dan apabila terdapat
tonjolan maka tidak lebih 25% dari ukuran terbesar denah
struktur gedung.
3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut
dan apabila terdapat coakan sudut maka panjang sisi coakan
tidak lebih 15% dari ukuran terbesar denah struktur gedung.
4. Sistem struktur gedung harus memiliki lantai tingkat yang
menerus tanpa adanya lubang atau bukaan dan apabila
terdapat lubang atau bukaan maka jumlahnya tidak lebih
20% dari jumlah lantai keseluruhan.
5. Sistem struktur gedung harus memiliki berat lantai yang
beraturan dan apabila tidak beraturan maka tidak lebih 150%
dari berat lantai tingkat di atasnya maupun di bawahnya.
- Metode analisis dinamik
Metode analisis dinamis merupakan metode analisis yang
lebih akurat dalam menentukan pengaruh gempa, dimana gempa
yang bekerja sifatnya berulang atau dinamik pada pada
bangunan gedung. Metode ini terbagi menjadi dua jenis lagi
yaitu Analisis Spektrum Respons Ragam dan Analisis Riwayat
Repons Seismik. Terdapat beberapa karakteristik yang digunakan
dalam penggunaan metode ini yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Tinggi struktur gedung yang diukur dari taraf penjepitan
lateral lebih dari 10 lantai atau 40 m.
2. Denah struktur gedung mempunyai bentuk yang tidak
beraturan.
3. Sistem struktur gedung mempunyai kekauan antar tingkat
yang tidak merata.
e. Pembebanan
Pembebanan dalam perencanaan bangunan gedung tahan
gempa terbagi menjadi 2 jenis yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
- Beban statik
Beban statik merupakan beban yang berkerja secara terus –
menerus pada struktur bangunan gedung, dimana beban statik
terdapat beberapa jenis diantaranya sebagai berikut :
1. Beban mati
Beban mati merupakan beban yang bekerja secara
vertikal dengan terus menerus yang posisinya tetap. Beban
mati terdapat beberapa jenis diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.17 Berat jenis bahan
Berat jenis
Bahan bangunan
(kg/m3)
Beton 2200
Beton bertulang 2400
Baja 7850
Kayu 1000
Pasangan batu 2200
Pasir 1600
Lempung 1700
(Sumber : PPIUG 1983)
Tabel 2.18 Beban mati
Berat
Komponen
(kg/m2)
Adukan semen (per-cm tebal) 21
Pasangan bata merah setengah
250
batu
Pasangan batako tebal :
15 cm 300
10 cm 200
Langit – langit dan dinding :
Asbes, dll tebal maks 4 mm 11
Kaca tebal 3 – 4 mm 10
Penutup atap genteng 50
Penutup lantai dari keramik 24
Mekanikal dan elektrikal 15
(Sumber : PPIUG 1983)
2. Beban hidup
Beban hidup merupakan beban yang disebabkan oleh
hunian atau penggunaan yang bekerjanya secara berpindah.
Beban hidup terdapat beberapa jenis diantaranya sebagai
berikut :
Tabel 2.19 Beban hidup
Berat
Komponen
(kg/m2)
Lantai sekolah, perkantoran,
250
toko, restoran dan rumah sakit
Tangga – bordes tangga dari
lantai sekolah, perkantoran, toko, 300
restoran dan rumah sakit
Lantai ruang alat dan mesin 400
Lantai parkir bertingkat :
Lantai bawah 800
Lantai tingkat lainnya 400
Beban terpusat seorang pekerja 100 kg
(Sumber : PPIUG 1983)
3. Beban tanah
Beban tanah merupakan beban yang disebabkan oleh
tekanan tanah yang bekerja secara terus – menerus dengan
posisi tetap. Beban tanah terdapat beberapa jenis diantaranya
sebagai berikut :
Tabel 2.20 Beban tanah
Berat
Uraian material tanah
(kg/m2)
Bergradasi baik, kerikil bersih,
350
campuran pasir kerikil
Kerikil bersih bergradasi buruk,
350
campuran pasir kerikil
Kerikil mengandung lanau, campuran
350
pasir kerikil bergradasi buruk
Kerikil mengandung lempung,
campuran lempung dengan kerikil 450
bergradasi buruk
Bergradasi baik, pasir bersih,
350
campuran pasir kerikil
Pasir bergradasi buruk, campuran
350
kerikil pasir
Pasir berlanau, campuran lanau pasir
450
bergradasi buruk
Campuran lempung lanau pasir
850
dengan plastik halus
Pasir berlempung, campuran lempung
850
pasir bergradasi buruk
Lanau inorganik dan lanau lempung 850
Campuran lanau inorganik dan
850
lempung
Lempung inorganik dari plastisitas
1000
sedang rendah
(Sumber : SNI 1727-2013)
- Beban dinamik
Beban dinamik merupakan beban yang bekerja secara tiba –
tiba pada struktur bangunan gedung yang bersifat tidak tetap,
dimana beban dinamik yaitu berupa beban gempa.
1. Beban gempa
Beban gempa merupakan beban yang disebabkan oleh
getaran gempa yang tidak dapat diprediksi. Namun, beban
gempa dapat diperhitungakan guna menentukan nilai dari
beban gempa tersebut yang sebelumnya paramater harus
sudah diketahui diantaranya sebagai berikut :
(Sumber : SNI 1726-2012)
a. Menentuan nilai parameter PGA, Ss dan S1 sesuai peta
wilayah gempa atau website resmi gempa Indonesia
b. Menentuan nilai parameter Fa berdasarkan paramater Ss
dan penentuan nilai parameter Fv berdasarkan parameter
S1
c. Menentuan nilai parameter SMS dan SM1
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 × 𝑆𝑠 .................................................................(2.1)
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 × 𝑆1 .................................................................(2.2)
Keterangan :
SMS : percepatan respons spektral MCE periode pendek
SM1 : percepatan respons spektral MCE periode 1,0
detik
d. Menentukan nilai parameter SDS dan SD1
𝑆𝐷𝑆 = 2 3 × 𝑆𝑀𝑆 .............................................................(2.3)
𝑆𝐷1 = 2 3 × 𝑆𝑀1 .............................................................(2.4)
Keterangan :
SDS : percepatan respons spektral periode pendek
SD1 : percepatan respons spektral periode 1,0 detik
e. Menentukan nilai paramater T0 dan TS
𝑆
𝑇0 = 0,2 × 𝐷1 𝑆 .........................................................(2.5)
𝐷𝑆

𝑆𝐷1
𝑇𝑆 = 𝑆𝐷𝑆 ...................................................................(2.6)
Keterangan :
T0 : periode awal fundamental bangunan
TS : periode puncak fundamental bangunan
f. Menentukan nilai parameter Sa
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 0,4 + 0,6 𝑇 𝑇 , digunakan jika periode lebih
0
kecil dari T0...................................................................(2.7)
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 , digunakan jika periode lebih besar atau
sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama dengan
TS.....................................................................................(2.8)
𝑆
𝑆𝑎 = 𝐷1 𝑇, digunakan jika periode lebih besar dari

TS.....................................................................................(2.9)

Gambar 2.8 Spektrum respons rencana


g. Menentukan tingkat kategori resiko gempa berdasarkan
nilai parameter SDS dan SD1
f. Kombinasi pembebanan
Beban yang bekerja dalam perencanaan bangunan gedung
tahan gempa harus dikombinasi sehingga dapat tercipta struktur
yang kuat, terdapat beberapa dalam kombinasi pembeban
diantaranya sebagai berikut :
(Sumber : SNI 1726-2012)
𝐾𝑜𝑚𝑏 1 = 1,4𝐷𝐿...............................................................................(2.10)
𝐾𝑜𝑚𝑏 2 = 1,2𝐷𝐿 + 1,0𝐿𝐿.................................................................(2.11)
𝐾𝑜𝑚𝑏 3 = 1,2𝐷𝐿 + 1,6 𝐿𝐿 + 𝐻 ......................................................(2.12)
𝐾𝑜𝑚𝑏 4 = 1,2 + 0,2𝑆𝐷𝑆 𝐷𝐿 ± 𝜌 1,0𝐸𝑋 + 0,3𝐸𝑌 + 1,0𝐿𝐿............(2.13)
𝐾𝑜𝑚𝑏 5 = 1,2 + 0,2𝑆𝐷𝑆 𝐷𝐿 ± 𝜌 1,0𝐸𝑌 + 0,3𝐸𝑋 + 1,0𝐿𝐿............(2.14)
𝐾𝑜𝑚𝑏 6 = 0,9 − 0,2𝑆𝐷𝑆 𝐷𝐿 ± 𝜌 1,0𝐸𝑋 + 0,3𝐸𝑌 + 1,6𝐻..............(2.15)
𝐾𝑜𝑚𝑏 7 = 0,9 + 0,2𝑆𝐷𝑆 𝐷𝐿 ± 𝜌 1,0𝐸𝑌 + 0,3𝐸𝑋 + 1,6𝐻..............(2.16)
Keterangan :
DL : beban mati yang meliputi beban mati sendiri dan tambahan
LL : beban hidup
H : beban lateral tanah
EX : beban gempa arah sumbu-x
EY : beban gempa arah sumbu-y
ρ : faktor redundansi desain seismik
5. Metode Gempa Statik Ekivalen
Terdapat beberapa tahapan dalam memperhitungkan besarnya
gempa dengan menggunakan metode statik ekivalen yang diantaranya
adalah sebagai berikut :
(Sumber : SNI 1726-2012)
a. Gaya geser dasar seismik
𝑉 = 𝐶𝑆 × 𝑊.......................................................................................(2.17)
Keterangan :
CS : koefisien respons seismik
W : berat total gedung meliputi beban mati dan beban hidup
b. Koefisien respons seismik
𝑆
𝐶𝑆 = 𝐷𝑆 ................................................................................(2.18)
𝑅
𝐼𝑒
𝑆
𝐶𝑆 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐷1 , nilai CS tidak perlu lebih besar dari
𝑇 𝑅 𝐼
𝑒
CSmaks.................................................................................................(2.19)
𝐶𝑆 𝑚𝑖𝑛 = 0,044 × 𝑆𝐷𝑆 × 𝐼𝑒 , nilai CS tidak boleh kurang dari
CSmin...................................................................................................(2.20)
0,5𝑆1
𝐶𝑆1 = , jika nilai S1 lebih dari 0,6g maka nilai CS tidak
𝑅
𝐼𝑒
boleh kurang dari CS1......................................................................(2.21)
c. Periode fundamental pendekatan
𝑇𝑎 𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛 𝑥 ..............................................................................(2.22)
𝑇𝑎 𝑚𝑖𝑛 = 0,1 × 𝑁, dapat dipakai jika tinggi struktur tidak lebih dari
12 tingkat dimana sistem penahan gaya gempa berupa rangka
penahan momen beton atau baja dan tinggi tingkat paling sedikit
3 m.....................................................................................................(2.23)
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐶𝑢 × 𝑇𝑎 𝑚𝑖𝑛 ........................................................................(2.24)
Keterangan :
Ct : koefisien pendekatan minimal
hn : tinggi struktur (m)
x : koefisien pendekatan minimal
N : jumlah tingkat
Cu : koefisien pendekatan maksimal
Tabel 2.21 Koefisien pendekatan maksimal
Parameter SD1 Cu
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
(Sumber : SNI 1726-2012)
Tabel 2.22 Koefisien pendekatan minimal
Tipe struktur Ct x
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing
0,0731 0,75
eksentris
Rangka baja dengan bresing
0,0731 0,75
terkekang terhadap tekuk
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
(Sumber : SNI 1726-2012)
d. Distribusi gaya gempa
𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 𝑉...........................................................................................(2.26)
𝑤𝑥 ℎ𝑥 𝑘
𝐶𝑣𝑥 = .....................................................................(2.25)
Σ 𝑤𝑖 ℎ𝑖 𝑘
Keterangan :
Cvx : faktor distribusi
V : gaya geser seismik
wx : berat gedung pada tingkat tertentu
wi : berat gedung total
hx : tinggi gedung pada tingkat tertentu
hi : tinggi gedung total
k : eksponen terkait periode struktur, struktur dengan periode
0,5 detik atau kurang maka k = 1 ; struktur dengan periode
2,5 detik atau lebih maka k = 2 ; dan struktur dengan periode
antara 0,5 sampai 2,5 detik maka k = interpolasi
e. Simpangan antar lantai
𝐶 δ
δ𝑥 = 𝑑 𝑒𝑥 𝐼 ....................................................................................(2.27)
𝑒
δ𝑒𝑥 − δ𝑒𝑛 𝐶𝑑
Δ𝑥 = 𝐼𝑒 ≤ ∆𝑎 ........................................................(2.28)
Keterangan :
Cd : faktor pembesaran defleksi
Ie : faktor keutamaan gempa
δex : defleksi pada tingkat tertentu dengan analisis elastis
∆x : simpangan antar lantai
∆a : simpangan ijin antar lantai
Tabel 2.23 Simpangan ijin
Kategori resiko
Tipe struktur
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur
dinding geser batu bata, 4 tingkat
atau kurang dengan dinding 0,025hsx 0,020hsx 0,015hsx
interior dan sistem dinding
eksterior
Struktur dinding geser kantilever
0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
batu bata
Struktur dinding geser batu bata
0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
lainnya
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx
(Sumber : SNI 1726-2012)
Keterangan :
hsx : tinggi tingkat antar lantai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Diagram Alir
Berikut ini diagram alir dalam perencanaan struktur gedung rektorat 8
lantai terhadap beban gempa statik ekivalen pada Universitas Hasyim
Asy’Ari Tebuireng Jombang.

Mulai

Studi Litelatur

Pengumpulan Data

Preliminary Design
Gedung

Pemodelan Struktur Software


SAP / ETABS dan Autocad

Pembebanan

Pembebanan Awal Pembebanan Gempa


(SNI 1727-2013) (SNI 1726-2012)

Kombinasi Pembebanan
(SNI 1726-2012)

Perencanaan Struktur
Gedung

Tidak Oke
Kontrol Desain Struktur

Penulangan Struktur
Gedung

Gambar Kerja Struktur


Gedung

Selesai

Gambar 2.9 Diagram alir


B. Tahapan Penelitian
Terdapat beberapa tahapan dalam dalam perencanaan struktur gedung
rektorat 8 lantai terhadap beban gempa statik ekivalen pada Universitas
Hasyim Asy’Ari Tebuireng Jombang yang diantaranya sebagai berikut :
1. Studi litelatur
Adapun studi litelatur yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menambah pengetahuan dalam merencanakan gedung rektorat 8 lantai
terhadap beban gempa statik ekivalen sehingga memudahkan dalam
penyelesaian tugas akhir. Studi litelatur yang digunakan diantaranya
adalah sebagai berikut :
- SNI 1726-2012.
- SNI 2847-2013.
- SNI 1727-2013.
- Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung (PPIUG) 1983.
- Ebook rekayasa gempa sesuai SNI 1726-2002.
- Ebook aplikasi perencanaan struktur gedung dengan software
ETABS.
- Ebook beton bertulang.
- Ebook analisis dan perancangan struktur frame SAP 2000.
- Jurnal yang berkaitan dengan pembahasan tugas akhir.
2. Pengumpulan data
Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam menyelesaikan
tugas akhir yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Data primer
Pengumpulan data primer berupa observasi langsung pada
kondisi lapangan yang nantinya akan dibangun gedung rektorat 8
lantai.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder berupa data gambar arsitektur
dan data tanah yang diperoleh dari pihak yang berkaitan.
3. Preliminary design
Preliminary design merupakan perencanaan awal struktur gedung
rektorat 8 lantai yang berguna untuk menentukan dimensi elemen dari
struktur gedung tersebut yang mengacu pada studi litelatur.
4. Pembebanan
Terdapat beberapa pembebanan dalam perencanaan struktur
gedung rektorat 8 lantai yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pembebanan awal
Pembebanan awal meliputi beban mati dan beban hidup yang
mengacu pada SNI 1727-2013.
b. Pembebanan gempa
Pembebanan gempa merupakan beban gempa yang mengacu
pada SNI 1726-2012.
5. Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan merupakan kombinasi dari beban yang
bekerja pada struktur gedung rektorat 8 lantai yang mengacu pada
pembebanan.
6. Perencanaan struktur
Perencanaan struktur merupakan perencanaan struktur dari
gedung rektorat 8 lantai yang berupa perhitungan dimensi elemen dari
struktur gedung tersebut yang mengacu pada studi litelatur.
7. Kontrol desain struktur
Kontrol desain struktur merupakan pengontrolan struktur dari
gedung rektorat 8 lantai yang berupa periode fundamental struktur, gaya
geser dasar dan simpangan antar lantai dari struktur gedung tersebut
yang mengacu pada studi litelatur.
8. Penulangan struktur
Penulangan struktur merupakan penulangan struktur dari gedung
rektorat 8 lantai yang berupa perhitungan kebutuhan tulangan elemen
dari struktur gedung tersebut yang mengacu pada studi litelatur.
9. Gambar kerja struktur
Gambar kerja struktur merupakan gembar struktur dari gedung
rektorat 8 lantai yang berupa gambar penulangan tiap elemen dari
struktur gedung tersebut yang mengacu pada studi litelatur.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika dalampenulisan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan penelitian dan manfaat penellitian.
Bab II : Kajian Pustaka
Mengenai sumber penelitian terdahulu dan dasar teori yang sesuai
dengan penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian
Mengenai penjelasan yang terdapat dalam diagram alir penelitian.
Bab IV: Pembahasan Penelitian
Mengenai analisa yang sesuai dengan rumusan masalah.
Bab V : Penutup
Mengenai kesimpulan dari pembahasan penelitian serta saran bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilliana, Fitri dan P, Angelina Lasmaria. Perencanaan struktur Gedung Siloam


Hospitals Medan. Jurnal Karya Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Vol.3, No.4,
(2014), hh. 1015-1030.

Faizah, Restu. Studi perbandingan pembebanan gempa statik ekuivaleb dan dinamik time
history pada gedung bertingkat di Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Vol.18, No.2, (2015), hh. 190-199.

Nawy, Edward G. (1998). Beton bertulang: suatu pendekatan dasar. PT Refika Aditama,
Bandung.

Palit, Maria Claudia. Perencanaan struktur gedung Hotel Jalan Martadinata Manado.
Jurnal Sipil Statik Universitas Sam Ratulangi Manado, Vol.4, No.4, (2016), hh.
263-270.

PPIUG-1983.(1983). Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung. Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Purwanto, Andy dan Prayogy, M Tri. Perencanaan struktur bangunan Gedung Hotel
Horison Pekalongan. Program Studi Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Semarang.

Rianti, Desy dan Prawira, Ahmad Agung. Perencanaan struktur gedung kuliah lima
lantai di Kota Semarang dengan menggunakan metode SRPMK. Program Studi
Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Semarang.

Riza, Muhammad Miftakhur. (____). Aplikasi perencanaan struktur gedung dengan


ETABS seri 1. ARS Group, Bandung.

Rizki, Putra Nandani dan Putri, Prima Andina. Perencanaan struktur gedung bertingkat
(Studi kasus Sekolah Tahfidz Banjir Kanal Timur). Jurnal Kajian Teknik Sipil
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Vol.2, No.2, (2015), hh. 29-35.

Saputra, Yudha Eka Priatama. (2018). Perencanaan struktur gedung rusunawa 6 lantai di
Boyolali dengan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SPRMM).
Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
SNI 1726:2002.(2002). Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung. Depertemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung.

SNI 2847:2002.(2002). Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
Depertemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung.

SNI 1726:2012.(2012). Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

SNI 1727:2013.(2013). Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur
lain. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

SNI 2847:2013.(2013). Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Badan


Standardisasi Nasional, Jakarta.

Soelarso dan Baehaki dkk. Analisis struktur beton bertulang SRPMK terhadap beban
gempa statik dan dinamik dengan peraturan SNI 1726-2012. Jurnal Fondasi Teknik
Sipil Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Vol.4, No.4, (2015), hh. 1-7.

Suharjanto. (2013). Rekayasa gempa dilengkapi dengan analisis beban gempa seuai SNI
1726:2002. Kepel Press, Yogyakarta.

Wigroho, Haryanto Yoso. (2001). Analisis & perancangan struktur frame menggunakan
SAP 2000. ANDI, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai