Anda di halaman 1dari 16

A.

ANATOMI FISIOLOGI
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada
dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih
kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira - kira 250-300 gram.

Fungsi Jantung :
1. Memompa darah melalui pembuluh darah.
2. Memompa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
3. Menerima darah dari seluruh tubuh.
4. Menerima darah beroksigenasi dari paru-paru.
5. Membuang darah limbah sisa metabolisme.
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS (HIPERTENSI)

A. DEFINISI

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung,tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
syaraf,ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,makin besar
resikonya.(Sylvia A.price)
Hipertensi atau yang dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigendan nutrisi yang dibawah oleh darah
terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya .

B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : Genetik, lingkungan,hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : Obesitas ,merokok,alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan darah sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1. Optimal < 120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (Berat) 180-209 100-119
8 Grade 4 (Sangat Berat) >210 >120
C.MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah,selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala lazimnya yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala,pusing.


b. Lemas,kelelahan.
c. Sesak nafas,Sulitbernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat.
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun
i. Jantung berdebar
j. Penglihatan kabur
k. Wajah memerah
l. Hidung berdarah
m. Sering buang air kecil,terutama dimalam hari.
n. Telinga berdenging (tinnitus)
o. Dunia terasa berputar (vertigo)
D.FAKTOR RESIKO HIPERTENSI

Faktor resiko terjadinya hipertensi adalah :


1. Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
lebih dari 55 tahun.
2. Ras/Etnik
3. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
4. Kebiasaan / gaya hidup tidak sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum
minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.
5. Keturunan

E.PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
PATWAYS
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengidentifikasi factor resiko seperti :
hipoagulabilitas,anemia.
- BUN / Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
- Glukosa : Hiperglikemia ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah,protein,glukosa,menisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral,encelopati.
3. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan,dimana luas,peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu Ginjal,perbaikan ginjal
5. Photo Dada : Menunjukkan destruksi kalrifikasi pada area katup,pembesaran jantung.

G.PENATALAKSANAAN

a. Diet rendah lemak dan rendah garam.


b. Latihan atau olahraga.
c. Penurunan berat badan.
d. Penurunan stress.
e. Pengobatan anti hipertensi : Diuretic,penyekat beta adrenergik,penyekat saluran
kalsium,penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE).

H.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan,letih,nafas pendek,gaya hidup menonton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat,perubahan irama jantung,takipnea.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi,aterosklerosis,penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah,hipotensi pustural,takikardia,kulit pucat,sianosis dan
diaforesis.

Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian,ansietas,depresi,euporia atau marah.
Tanda : Gelisah,tangisan yang meledak,letupan suasana hati, Gerak tangan empati
,otot muka tegang ,gerakan fisik cepat,pernafasan,menghela,peningkatan pola bicara.
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai,misal : tinggi garam,tinggi lemak,tinggi kolestrol,gula
dengan kandungan tinggi kalori, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkat
/menurun), Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas,Adanya edema,kongesti vena,glikosuria.
Neurosensori :
Gejala : Pusing-pusing, berdenyut, sakit kepala di suboksipital, kebas, gangguan
penglihatan
Tanda : Perubahan orientasi, ingatan, Penurunan kekuatan genggaman tangan.
Nyeri
Gejala : Nyeri pada dada, angina, nyeri hilang timbul padda tungkai, Nyeri
Abdomen.
Pernafasan
Gejala : Dispnea,takipnea,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal, batuk, riwayat
merokok.
Tanda : Distress respirasi, bunyi nafas tambahan,sianosis.
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, Hipotensi postural.
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular cerebral.
4. Pemenuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
5. Koping Individual inefektif berhubungan dengan kondisi status kesehatan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

J.INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload.
Tujuan : Curah Jantung Adekuat
KH : Melaporkan penurunan episode dipsneu, angina dan disritmia.
Intervensi :
a. Pantau frekuensi / irama jantung.
b. Auskultasi bunyi jantung.
c. Dorong tirah baring dalam posisi semi fowler.
d. Berikan tindakan kenyamanan.
e. Dorong penggunaan teknik managemen stress.
f. Evaluasi keluhan lelah, dispnue, palpitasi , nyeri dada.
g. Kolaborasi dalam pemberian oksigen.
h. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Aktivitas dapat ditoleransi.
KH : Melaporkan tidak adanya angina,mendemonstarasikan peningkatan
toleransi aktivitas yang dpat diikuti.
Intervensi :
a. Catat frekuensi jantung, irama, perubahan TD sebelum,selama,sesudah aktivitas
sesuai indikasi.
b. Tingkatkan istirahat.Batasi Aktivitas.
c. Batasi pengunjung.
d. Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara bertahap.

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
KH : Melaorkan nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi :
a. Selidiki keluhan nyeri.
b. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan,misal : berbaring dengan
gelisah,menangis.
c. Kaji karakteristik nyeri.
d. Berikan lingkungan yang tenang.
e. Ajarkan tindakan kenyamanan.
f. Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
g. Kolaborasi dalam pemberian antinyeri.
4. Pemenuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi adekuat.
KH : Menunjukkan perubahan pola makan,melakukan olahrag seperti yang
dianjurkan.
Intervensi :
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam,gula sesuai indikasi.
c. Anjurkan klien untuk menurunkan berat badan.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
e. Tetapkan penurunan berat badan yang realistic,misal : penurunan berat badan
0.5 kg/mgg.
f. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
5. Koping individual inefektif berhubungan dengan kondisi status kesehatan.
Tujuan : Koping individual efektif
KH : Melaporkan koping efektif.
Intervensi :
a. Kaji kemapuan pasien untuk menyatakan perasaan dan perhatian,keinginan
berpartisipasi dalam pengobatan.
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
penurunan toleransi sakit kepala , ketidakmampuan untuk menyelesaikan
masalah.
c. Bantu klien untuk memulihkan kopingnya.
d. Libatkan klien dalam program perawatan dan pengobatan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan bertambah atau meningkat.
KH : Menyatakan pemahaman terhadap penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
a. Jelaskan efek inflamasi pada jantung.
b. Ajarkan klien atau keluarga tentang pengoabatan.
c. Tingkatkan pemenuhan nutrisi.
d. Anjurkan untuk kontrol ulang ke pelayanan kesehatan.
K.PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekun
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan ; Berdasarkan


Diagnosa medis Nanda Nic Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja.

Situmorang,Paskah Rina . 2015.Jurnal Ilmiah Keperawatan ; Faktor – Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2014 . Medan.

Manurung,Nixson.2016.Aplikasi Asuhan Kperawatan Sistem Kardiovaskuler.Jakarta : Trans


Info Media.
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : YUNI SELVIN ELVIANA

NIM : 11409714048

TK/SEMESTER : IIIA/V

RUANGAN :SEROJA

Telah menyelesaikan laporan praktik klinik keperawatan ( pkk III)


Keperawatan Gerontik diruang Seroja Dipanti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING AKADEMIK

Anda mungkin juga menyukai