Anda di halaman 1dari 25

A.

Latar Belakang
Di dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain,
1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan
meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia 2
orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup.
Antenatal Care (ANC) adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu
pada masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian ibu. Tujuannya adalah mengoptimalisasikan kesehatan
mental dan fisik ibu, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar. ANC juga dapat untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim.
ANC dilakukan untuk semua ibu hamil baik pada kehamilan normal
maupun kehamilan dengan risiko tinggi. Pengawasan antenatal memberikan
manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil
secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah
dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan
ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dan
perkembangan janin. ANC juga berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta
intervensi dasar dan khusus. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan antenatal minimal 4 kali yaitu setiap trimester, sedangkan
trimester akhir sebanyak dua kali.
Dengan adanya kunjungan yang teratur dan pengawasan yang rutin
dari bidan atau dokter, maka selama masa kunjungan tersebut, diharapkan
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan dapat dikenali secara lebih dini dan
dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat mengurangi risiko
kesakitan dan kematian bagi ibu hamil.
Sangat sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah atau tidak, dan sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi
apakah ibu hamil akan bermasalah atau tidak selama kehamilannya. Salah
satu upaya pokok puskesmas adalah program kesehatan ibu dan anak, di
mana pelayanan antenatal merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
program tersebut.

B. Permasalahan
I. Identitas pasien dan pasangan
Nama Istri : Ny. L
Umur : 38 tahun
Paritas : G2P1A0
Alamat : Mangunsari
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal periksa : 13 Mei 2016
Nama Suami : Tn. U
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Swasta
II. Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Mei 2016
1. Keluhan selama kehamilan : Pusing
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 31 Oktober 2015
HPL : 7 Agustus 2016
Usia Kehamilan : 28 Minggu

1
Pasien tidak haid sejak bulan November 2015, sekitar satu bulan
setelah terlambat haid pasien melakukan tes kehamilan dengan tes
pack dan didapatkan hasil positif. Kemudian pasien memeriksakan
diri ke bidan dan dinyatakan hamil. Selama kehamilan pasien sering
mengeluh pusing dan terkadang disertai mual ringan.
3. Riwayat Persalinan
I : G1, hamil aterm, laki-laki, BBL 3200 gram, lahir normal, ditolong
oleh dokter spesialis kandungan, 30 tahun.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
5. Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di puskesmas. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan satu bulan sekali dengan pemeriksaan
laboratorium pada kunjungan pertama ANC. Pasien mendapat
multivitamin dan suplemen besi.
6. Riwayat Haid
- Menarche : 14 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
7. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan 13 tahun.
8. Riwayat KB : kondom
9. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

2
- Riwayat Alergi : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan tanggal 13 Mei 2016
a. Keadaan Umum : compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,6ºC
Berat Badan : 64 kg
Tinggi Badan : 155 cm
LILA : 24 cm
c. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : discharge (-), septum deviasi (-), napas cuping
hidung (-)
- Telinga : sekret tidak ada, tragus pain tidak ada
- Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
- Tenggorok : uvula ditengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
- Leher : normocolli, limfonodi tidak membesar
- Thoraks : bentuk normochest
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I–II int. normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus dada kanan = kiri

3
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Cembung pada bagian perut, striae gravidarum (-)
Palpasi : Ballotment (+)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
- Ekstremitas
Akral dingin - - edema - - sianosis -
-
- - - - - -
d. Status Obstetri
Abdomen:
- Inspeksi : cembung, striae gravidarum (+)
- Palpasi :
Leopold I : TFU 3 cm diatas pusat. Teraba masa besar dan
lunak.
Leopold II : Teraba tahanan memanjang pada uterus bagian
lateral kiri. Teraba bagian kecil-kecil pada uterus bagian lateral
kanan.
Loepold III : Teraba massa bulat, keras. Massa bulat dan keras
mudah digoyang.
Leopold IV : Konfigurasi kedua tangan konvergen.
- Auskultasi : DJJ 132x/menit
- TBJ : (27-12)x155= 2325 gram
Genitalia:
- Eksterna : tidak dilakukan
- Interna : tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 13 Mei 2016

4
Hb : 11,80 gr/dL
Protein urine : (-)
Reduksi urine : (-)
Golongan darah :O

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Intervensi yang dipilih ialah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin
atau Antenatal Care (ANC). Ibu-ibu dengan kehamilan berisiko tinggi
ataupun yang tidak berisiko diperiksa kehamilannya secara keseluruhan untuk
mengetahui perkembangan kesehatan janin dan kondisi ibu, serta tanda-tanda
bahaya saat kehamilan atau setelah persalinan.

D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ANC di Puskesmas Mangunsari dilaksanakan setiap hari
mulai pukul 08.00 sampai selesai. Kegiatan pemeriksaan diawali dengan
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan ibu hamil dan
pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Dilanjutkan dengan pemeriksaan
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu. Dilakukan anamnesis
pada pasien berupa identitas, keluhan yang dirasakan saat itu, Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) dan penentuan Hari Perkiraan Lahir (HPL),
penentuan usia kehamilan, dan riwayat obstetri sebelumnya. Selanjutnya
pasien diminta untuk berbaring di bed pemeriksaan untuk dilakukan
pemeriksaan abdomen berupa pengukuran tinggi fundus, posisi janin, bagian
terendah janin dan pengukuran denyut jantung janin. Pada pasien yang
pertama kali melakukan ANC serta ibu hamil yang berisiko sebelumnya,
pasien juga diminta untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin, golongan
darah, protein urine dan reduksi urine.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, didapatkan hasil
pengukuran tekanan darah ialah 120/70 mmHg dan hasil pemeriksaan
laboratorium protein urin (-) dan reduksi urine (-). Karena usia pasien saat
kehamilan saat ini 38 tahun, maka disarankan juga untuk melakukan

5
pemeriksaan ke dokter spesialis kandungan untuk mengetahui perkembangan
di dalam janin. Seluruh hasil pemeriksaan dicatat di dalam buku kesehatan
ibu hamil yang diberikan puskesmas.
Edukasi yang diberikan:
- Menghindari makan makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah
seperti garam, kopi
- Mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gizi seimbang.
- Mengkonsumsi suplemen dan vitamin yang sudah diberikan
- Menghindari makanan yang mengandung alkohol, rokok, obat-obatan,
jamu, serta mengurangi konsumsi lemak, gula, dan pemanis buatan.
- Makan makanan yang diproses dengan baik sampai matang dan bersih.
- Memberi informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan, tanda-tanda awal persalinan, dan risiko yang
mungkin timbul saat persalinan dan setelah persalinan.
- Menyarankan kepada pasien datang ke dokter spesialis kandungan untuk
melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut seperti USG.
- Memberi motivasi kepada pasien untuk selalu berpikir positif terhadap
kehamilannya dan menghindari stress selama kehamilan.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ANC bertujuan untuk mengetahui ibu hamil yang memiliki
risiko kehamilan maupun tidak. Ibu hamil yang memiliki risiko akan selalu
dimonitor setiap kunjungan sehingga akan menurunkan angka kematian ibu,
sedangkan ibu hamil yang tidak berisiko tinggi juga tetap dipantau untuk
mencegah munculnya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.
Hasil evaluasi kegiatan ANC ini adalah ditemukannya risiko pada
pasien yaitu usia pasien saat kehamilan yaitu lebih dari 35 tahun. Pasien
termasuk ke dalam risiko tinggi sehingga pasien diberikan edukasi juga untuk
melakukan pemeriksaan di rumah sakit dengan peralatan yang lebih lengkap
(seperti USG) dan pengawasan dari dokter spesialis kandungan.

6
F. Tinjauan Pustaka Ante Natal care
1. Definisi
Antenatal care terpadu merupakan pelayanan pemeriksaan pada
ibu hamil secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif,
preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA,
gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria,
penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa
program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program
(Kemenkes, 2010)
2. Tujuan Ante Natal Care
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3. Cakupan Ante Natal Care
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh
tenaga pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dengan standar pelayanan
Antenatal. Cakupan pelayanan Antenatal dapat dipantau dengan
pemberian pelayanan terhadap ibu hamil saat kunjungan pertama (K1)dan
kunjungan ulangan yang ke empat kali pada trimester ke-3 kehamilan (K4)
(Armansyah, 2006). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

7
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama (K1) dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua (K2) dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga (K3) dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. Ibu hamil
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenantal
(Saifuddin, et al, 2006).
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
bila diperlukan
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila
terjadi penyulit/komplikasi.
4. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care terpadu
Kebijakan program pelayanan an tenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,
dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes, 2009).
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan
14 minggu. Tujuannya adalah :

8
- Penapisan dan pengobatan anemia
- Perencanaan persalinan
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), usia kehamilan 14 – 28
minggu. Tujuannya adalah :
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre-eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
- Mengulang perencanaan persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4), usia kehamilan
28-36 minggu dan setelah 36 minggu sampai lahir. Tujuannya adalah :
- Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
- Memantapkan rencana persalinan
- Mengenali tanda-tanda persalinan
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-
keluhan tertentu.
5. Standar Pelayanan Ante Natal Care

9
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a. Timbang berat badan. Penimbangan berat badan pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9
kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Ukur lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA hanya dilakukan
pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi
kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c. Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah e” 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia
(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
d. Ukur tinggi fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak
sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
e. Hitung denyut jantung janin (DJJ). Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
f. Tentukan presentasi janin. Menentukan presentasi janin dilakukan
pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika,

10
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin
belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit
atau ada masalah lain.
g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada
saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status
imunisasi ibu saat ini.
h. Beri tablet tambah darah (tablet besi). Untuk mencegah anemia gizi
besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus). Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada saat antenatal meliputi:
- Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada ibu
hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
- Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia
atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
- Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin
pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas
indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu
indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
- Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita
Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama
kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada

11
trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada
akhir trimester ketiga).
- Pemeriksaan darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis
Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka
skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis
Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
- Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah
dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis.
Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.
- Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan
risiko tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita
HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
- Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil
yang dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar
infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
j. Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan
antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan
yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
k. KIE Efektif. KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi:
- Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan
ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya
(sekitar 9- 10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.

12
- Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci
tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan
sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olah raga ringan.
- Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau
masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,
transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila
terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
dibawa ke fasilitas kesehatan.
- Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai
tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas
misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar
cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke
tenaga kesehtan kesehatan.
- Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk
mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang
seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang
janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan
minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia
pada kehamilannya.
- Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus
tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit
IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya
hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.

13
- Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah
tertentu (risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu
komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu
hamil diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu
ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu
hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap
HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap
ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan
tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
- KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang
pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan
kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri
sendiri, anak, dan keluarga.
- Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus
neonatorum. k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(Brain booster) Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang
akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi
auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)
secara bersamaan pada periode kehamilan.
6. Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a. Anamnesa

14
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
 Muntah berlebihan. Rasa mual dan muntah bisa muncul pada
kehamilan muda terutama pada pagi hari namun kondisi ini
biasanya hilang setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini
tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat,
hingga tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.
 Pusing. Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila
pusing sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu
diwaspadai. o Sakit kepala Sakit kepala yang hebat yang timbul
pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janin.
 Perdarahan. Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit
sudah merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus
waspada.
 Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janinnya.
 Demam. Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan
berlebihan dari liang rahim dan kadang-kadang berbau
merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
 Batuk. lama Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada
pemeriksaan lanjut. Dapat dicurigai ibu menderita TBC.
 Berdebar-debar. Jantung berdebar-debar pada ibu hamil
merupakan salah satu masalah pada kehamilan yang harus
diwaspadai.
 Cepat lelah. Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan,
biasanya timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan

15
pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu
menderta kurang darah.
 Sesak nafas atau sukar bernafas. Pada akhir bulan ke delapan ibu
hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena bayi
menekan paru-paru ibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan
maka perlu diwaspadai.
 Keputihan yang berbau. Keputihan yang berbau merupakan salah
satu tanda bahaya pada ibu hamil.
 Gerakan janin. Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan
akhir bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada
usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak
ada gerakan maka ibu hamil harus waspada.
 Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik
diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama kehamilan, ibu bisa
mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena
perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu kesehatan
ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan ke psikiater.
 Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan.
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu
hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu
mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin
disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan
masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan.
Dalam keadaan ini, petugas kesehatan diharapkan dapat
mengenali korban dan memberikan dukungan agar mau membuka
diri.
3) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan
riwayat penyakit yang diderita ibu.
4) Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
5) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

16
6) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan
sebagainya.
7) Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat
pemakaian obat Malaria.
8) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk
langkahlangkah penanggulangan penyakit menular seksual.
9) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan
gizinya.
10) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain: o
Siapa yang akan menolong persalinan? Setiap ibu hamil harus
bersalin ditolong tenaga kesehatan.
 Dimana akan bersalin? Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes,
Puskesmas atau di rumah sakit?
 Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin? Pada saat bersalin, ibu
sebaiknya didampingi suami atau keluarga terdekat.
Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan
dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi
persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
 Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi
pendarahan? Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon
donor darah yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan
darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
 Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus
dirujuk? Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai
dengan kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk
mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk

17
tempat rujukan. Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil,
ojek, becak, sepeda, tandu, perahu, dsb.
 Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan? Suami
diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu
bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat
dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal,
persalinan dan kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa
diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader ataupun sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan
antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali
kunjungan diantar suami.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.

Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas.


Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk
ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

18
c. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.

19
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja
atau diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali
keadaan normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.

20
Berikut ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada pelayanan
antenatal terpadu.

Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi


anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana

21
tindak-lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang
untuk mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan.
Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada kunjungan
antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk perlunya
rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang,
USG, konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya,
apabila diharuskan datang lebih cepat.
d. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga
kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan
Buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih
sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk
peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan
pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas
pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.
e. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan
antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu
ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Obstetri Williams volume 1. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2013.
Depkes RI. 2010. Pemeriksaan Kehamilan. Diambil 29 September 2010, dari http
: //www.Depkes.go.id
Kemenkes RI, (2010) Pedoman ANC Terpadu, Jakarta
Kemenkes RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.
Prawirohardjo S. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Prawirohardjo ; 2009.
Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003.

24

Anda mungkin juga menyukai