Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

ASFIKSIA

(PERISTI)

Di susun oleh :

SITI ISMUSYAROH

20901800086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor yang timbul dalam kehamilan, persalina
atau setelah lahir.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernapas
secara spontan dan adekuat.
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penangan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna. Sehingga tindakan perawatan yang dilakukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gelaja lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. ETIOLOGI
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung
secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan , atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi buruk, penyakit menahun
seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan
yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali
pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan
anestesia/analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan
seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll.
Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani,
hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan , hipertensi pada eklampsi, gangguan
mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
Faktor-faktor asfiksia :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anastesi dalam dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan aliran oksigen ke
plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi
pada penyakit ekslampsi dll.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta
misalnya : perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan akan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi tali pusat pernapasan pada bayi dapat terjadi karena beberapa hala yaitu :
pemakaian obat anatesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intrakranial, kelainan pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
C. KLASIFIKASI
1. Vigorous baby
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild Moderate asphyksia
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100x/m, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100x/m, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis :
1. RR <60x/m atau <30x/m
2. Bradikardi
3. Tonus otot berkurang
4. DJJ lebih dari 100x/m tidak teratur
5. Takikardi
6. Apnea
7. Pucat
8. Sianosis
9. Penurunan terhadap stimulus
10. Nafas cepat, nafas cuping hidung

Gejala lanjutan

1. Pernafasan megap-megap yang dalam


2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi tampak lemas (flaceid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob
6. Meningginya tekanan CO2 darah
7. Menurunnya pH
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler

E. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika kekurangan
O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan terjadi atelaktasis. Bila janin lahir , alveoli tidak berkembang.
Apabila asfikisia berlanjut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan
yang dalam , denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan lemas (flaseid). Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder , denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernapasan spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernapasan buatan dan pemberian tidak
dimulai segera.

F. PATHWAYS
G. PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan diagnostik :
1. AGD
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG kepala

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memeriksa saluran nafas terbuka


a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar
b. Melakukan suction
c. Bila perlu masukkan et untuk memastikan saluran napas kebuka
2. Memulai pernapasan
a. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk telapak kaki bayi,
lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus
tubuh, tungkai dan kepala bayi
b. Bila perlu lakukan ventilasi
3. Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.

H. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan keluarga
b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan
c. Pemeriksaan umum
d. Pemeriksaan fisik
e. Antropometri
f. Eliminasi

I. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola napas b.d kekurangan kadar O2
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan b.d hipovolemi

J. INTERVENSI
DX.1 :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan masalah
teratasi dengan KH :
- Kecepatan dan irama respirasi dapat kembali normal
- Tidak ada bunyi tambahan
- Denyut jantung bayi normal

Intervensi :

1. Observasi TTV terutama irama, kedalaman dan frekuensi napas.


2. Pertahankan jalan napas tetap baik
3. Berikan rangsangan taktil
4. Ajurkan keluarga untuk menempatkan bayi pada posisi telentang dengan posisi
leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas.
5. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
6. Kolaborasi pemeriksaan AGD

DX. 2

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan masalah
teratasi dengan KH :

- Membuat atau mempertahankan pola pernapasan eektif melalui ventilasi dengan


atau tanpa penggunaan otot pernapasan

Intervensi

1. Observasi pola napas, catat frekuensi pernapasan


2. Auskultasi dada secara periodik, catat ada bunyi napas tambahan, asimetris
pergerakan dada
3. Tinggikan posisi kepala bayi dengan mneggunakan bantal
4. Periksa kecepatan interval napas panjang
5. Awasi inspirasi dan ekspirasi
6. Bila bayi sudah bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6 cc, dekstrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikkan melalui vena umbilikus
secara perlahan

DX. 3

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan masalah
teratasi dengan KH :

- Irama jantung atau frekuensi nadi perifer normal


- Tidak ada sianosis

Intervensi

1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung. Catat terjadinya bunyi jantung ekstra
2. Observasi warna dan suhu kulit atau membran mukosa
3. Ukur keluaran urin dan catat berat jenisnya
4. Anjurkan keluarga untuk ikut memantau bayi
5. Berikan cairan IV sesuai indikasi

K. DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L,dkk, Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Edisi 6 Vol 2;
Jakarta:2009, Kedokteran ECG

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai