Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

A. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
(Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

B. Struktur keluarga

Struktur keluarga terdiri atas:

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya
hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:

1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-
masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur keluarga
menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan
kekuatan keluarga.

1. Struktur komunikasi keluarga.

Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan
non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam
keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para
anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang
diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh.
Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada
saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat
istri marah.

2. Struktur peran keluarga.

Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal, model peran
keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3. Struktur nilai dan norma keluarga.

Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat bagi
dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait.
Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak
kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012,
dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur
kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak
(legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain
(resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power), pengaruh
yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

Tugas Keluarga

Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:


1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.

C. Tahap perkembangan keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang
meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan
perkembangan.

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang
masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-
masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya,
misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan :
a) Membina hubungan intim dan memuaskan.
b) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri
dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).

Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan
atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi
dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif
dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).

Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak
berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.
Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga :


a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).

Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya untuk
memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan :
a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing
anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa
usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan :
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin,
menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini.

Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga


Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan
dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan,
merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
1. Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau
anggota keluarga yang bermasalah.

D. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)


1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, Pangan dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya)
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator sosial
budaya bagi anak)
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) para anggotanya
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada
anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar

E. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama
adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai
berikut:
 Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
 Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
 Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan
b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:
 Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun)
 Menderita kekurangan gizi atau anemia
 Menderita hipertensi
 Primipara atau multipara
 Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
 Lahir prematur atau BBLR
 Lahir dengan cacat bawaan
 ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
 Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
 Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
 Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan
Tegang.
 Ada anggota keluarga yang sering sakit.
 Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan
keluarga.

F. Data Yang Akan dikaji lebih Lanjut.

1. Pengkajian tahap I
Data umum :
a. Identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan).
b. Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
c. Tipe keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis
tipe keluarga tersebut.
d. Suku bangsa (etnis): identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
e. Agama: kaji agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
f. Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga, serta kebutuhan dan
penggunaannya.
g. Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton TV, mendengarkan radio),
jalan-jalan ke tempat rekreasi.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
c. Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing keluarga, status kesehatan anak (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan
yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
Lingkungan :
a. Karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah, peletakan
perabot rumah tangga, sarana eliminasi (tempat, jenis, jarak dari sumber air), sumber
air minum.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai, budaya
yang mempengaruhi kesehatan.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
d. Mobilitas geografis keluarga: ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
e. Sistem pendukung keluarga: jumlah anggota yang sehat, fasilitas untuk penunjang
kesehatan, fasilitas kesehatan.

Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik lengkap semua anggota keluarga serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik
tersebut.

Harapan Keluarga :
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan kesehatan yang dialami
keluarga.
2. Pengkajian Tahap II
a. Kaji pengetahuan, kemampuan, kemauan keluarga terhadap tugas keluarga
b. Pengkajian terhadap tugas keluarga, apakah ada ketidakmampuan dalam mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,memelihara lingkungan
dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan.

G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat
yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data, analisis yang memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan dengan adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur, fungsi keluarga dan koping.
Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko dan sejahtera. Actual
berarti terjadi deficit atau gangguan kesehatan dalam keluarga. Diagnosa keperawatan keluarga
bersifat resiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada data yang menunjang tapi namun belum
terjadi gangguan, misalnya lingkungan yang kurang bersih atau pola makan yang tidak adekuat.
Diagnosa yang bersifat keadaan sejahtera merupakan suatu keadaan sejahtera merupakan suatu
keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.

H. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat
bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa
hal yang harus dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu menyusun tujuan,
mengidentifikasi sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
1. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan.

Menetapkan prioritas masalah atau diagnose keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan
Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978:
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan Maglaya, 1978):
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala: Aktual 3
Risiko 2 1
Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan dan harus segera ditangani. 2
Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani. 1 1
Masalah tidak dirasakan 0

Scoring:
a. Tentukan skore untuk setiap criteria.
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria.
2. Menetapkan Tujuan Keperawatan.

Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan
yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan dari
rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan dan berorientasi pada perubahan prilaku
seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Misalnya: keluarga mampu merawat anggotanya
(Tn.S) yang menjalani TBC Paru.
Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir kegiatan yang
dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran jangka panjang. Misalnya: setelah
dilakukan satu kali kunjungan, keluarga mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu
direncanakan evaluasi yang merupakan criteria dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur
yang ada. Misalnya:
a. Berat badan anak akan naik minimal 1Kg setiap bulan.
b. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas minimal 4x selama kehamilan.

3. Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
4. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai


individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012) Tipologi dari
diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
1. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
waktu yang cepat
2. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi maslah keperawatan
aktual dapat terjadi dengan cepat
3. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya
DARTAR PUSTAKA

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkurtural. Jakarta : EGC

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai