Disusun Oleh :
A. Definisi Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat bermacam-
macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian. Luka robekan pada
pembuluh darah besar di leher, tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu
sampai tiga menit. Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan
kematian dalam 30 detik. Sedangkan menurut dr. Hamidi (2011) perdarahan adalah peristiwa
keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.
Kerusakan ini bisa disebabkan karena benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah
yang tersumbat.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi
setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.Pendarahan adalah peristiwa keluarnya
darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa
disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
B. Macam-macam Perdarahan
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat saat memberikan pertolongan dalam
menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
1. Jika peristiwa terjadi diluar rumah sakit, maka seorang perawat dalam memberikan
pertolongan pertama sebelum menghentikan perdarahan pastikan dulu kondisinya aman
baik korban, penolong (perawat) maupun lingkungannya. Selain itu tetap menghubungi
ambulance supaya cepat mendapatkan penanganan di rumah sakit
2. Memastikan dahulu kondisi Airway, Breathing dan Circulation korban tidak terganggu
3. Perawat harus teliti dan akurat dalam melakukan pengkajian luka dan sumber perdarahan,
apakah perdarahan external ataupun internal
4. Jika perdarahan external perawat harus bisa memahami/ mengetahui tipe perdarahannya,
apakah perdarahan arteri, vena atau kapiler
5. Perawat bisa menggunting atau melepas pakaian korban yang tebal karena kemungkinan
perdarahan external tidak terlihat (tertutup pakaian tebal)
6. Melakukan teknik penghentian perdarahan sesuai dengan jenis perdarahan dan tipe
perdarahannya
7. Jika terpaksa dengan pilihan terakhir menggunakan tourniquet maka pemasangannya
dilakukan oleh perawat yang sudah mendapatkan pelatihan dan tiap 15 menit, ikatannya
harus dikendurkan selama 30 detik untuk memberi kesempatan darah mengalir lagi.
Tujuannya, mencegah matinya jaringan akibat tidak mendapat suplai darah.
8. Jika ada kotoran pada luka harus dibersihkan dan perawat harus selalu proteksi diri dengan
APD yang ada
9. Jika membawa alat-alat lengkap, maka perawat bisa mencoba untuk menjahit lukanya
E. Klasifikasi Perdarahan
a. Standar American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah,
sebagai berikut:
1. Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
2. Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
3. Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
4. Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
1. setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda pendarahan
2. tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
3. lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah
Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat
pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan antara lain:
a. Tekan langsung pada cidera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat,
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil
yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
b. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut)
sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas balutan yang
pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
c. tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian
yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial
artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang
selangka), brachial artery (di lipatan siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral
artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata
kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
d. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
e. Tourniquet
Pembahasan:
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya terhenti
sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong
karet ban sepeda dapat dpergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup
untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk memasang
torniket ialah lima jari dibawah ketiak ( untuk perdarahan di lengan) dan lima jari dibawah
lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik lagi apabila
sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah lecet di kulit yang terkena
torniket. Untuk torniket kain masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya
eratkan torniket dengan sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas
simpul tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu
seperti memutar keran air untuk mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu
keras karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah kencang
ialah menghilangnya denyut nadi di tempat yang rendah dari torniket dan warna kulit di
daerah itu menjadi pucat kekunungan. Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau
diselimuti benda apapun. Biarkan saja dalam keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan
dengan cara apapun. Hal ini untuk tidak mempercepat kematian jaringan yang dialiri oleh
darah. Setiap 10 menit torniket boleh dikendorkan ( dengan memutar kayunya) selama 30
detik tepat. Selama torniket kendor, luka ditekan dengan kasa steril.
Biasanya dilakukan pada :
1. Perdarahan hebat
2. Tangan/ kaki putus
a. Bedah tourniquets
b. Darurat tourniquets
a. Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
b. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan
sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat
bagian sebelumnya, "Merawat luka".
c. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang
terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih
atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan
bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan
lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
d. Balut luka dengan erat.
e. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
f. Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan.
Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburu-buru melepaskan pembalut,
bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
g. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami
pendarahan.
h. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
i. Segera cari bantuan medis.
SOP : PENGHENTIANPERDARAHAN
(POSITIONING DAN TORNIQUET)
Petra & Aryeh. 2012. Basic of Blood Management. New York: Wiley publisher
Solekhudin. 2011. Seri P3K: Perdarahan Berat. Jakarta: Intisari Smart & Inspirasing
Brunner dan Suddarth vol 3 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta :
EGG