Anda di halaman 1dari 13

MENGHENTIKAN PERDARAHAN (POSITIONING DAN TORNIQUET)

Disusun Oleh :

Dhea Riesta Dessamba V (P17220172007)

Nahda Shofi Zhafirah (P17220172008)

Hanif Prastiwianto S (P17220173017)

Aini Nurma Asari (P17220173028)

Neneng Aprilia P (P17220173029)

Feby Hidayati (P17220173032)

Firmansyah Adi N (P17220173033)

A. Definisi Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat bermacam-
macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian. Luka robekan pada
pembuluh darah besar di leher, tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu
sampai tiga menit. Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan
kematian dalam 30 detik. Sedangkan menurut dr. Hamidi (2011) perdarahan adalah peristiwa
keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.
Kerusakan ini bisa disebabkan karena benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah
yang tersumbat.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi
setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.Pendarahan adalah peristiwa keluarnya
darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa
disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
B. Macam-macam Perdarahan

Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:


1. Perdarahan External
Perdarahan external yaitu perdarahan dimana darah keluar dari dalam tubuh. Perdarahan
external dibagi menjadi tiga macam yaitu (Petra & Aryeh, 2012):
a. Perdarahan dari pembuluh kapiler
Tanda-tanda perdarahan dari pembuluh kapiler antara lain:
1) Perdarahannya tidak hebat
2) Darah keluarnya secara perlahan-lahan berupa rembesan
3) Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri walaupun tidak diobati
4) Perdarahan mudah dihentikan dengan perawatan luka biasa
5) Darah yang keluar umumnya berwarna merah terang
b. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)
Tanda-tanda perdarahan dari pembuluh darah vena antara lain:
1) Warna darah umunya merah tua (berupa darah kotor yang akan dicuci dalam paru-paru,
kadar oksigennya sedikit)
2) Pancaran darah tidak begitu hebat jika dibandingkan dengan pancaran darah arteri
3) Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikan anggota
badan yang luka lebih tinggi dari jantung
c. Perdarahan dari pembuluh darah arteri
Tanda-tanda perdarahan dari pembuluh darah arteri antara lain:
1) Darah yang keluar umumnya berwarna merah muda (merupakan darah bersih karena
habis dicuci didalam paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh)
2) Darah keluar secara memancar sesuai irama jantung
3) Biasanya perdarahan sulit untuk dihentikan.
2. Perdarahan Internal
Perdarahan internal yaitu perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada, rongga
tengkorak dan rongga perut. Dalam hal ini darah tidak tampak mengalir keluar, tetapi
kadang-kadang dapat keluar melalui lubang hidung, telinga, mulut dan anus. Perdarahan
internal dapat diidentifikasi dari tanda-tanda pada korban sebagai berikut (Hamidi, 2011):
a. Setelah cidera korban mengalami syok tetapi tidak ada tanda-tanda perdarahan dari
luar
b. Tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
c. Lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah
d. Hemoptysis dan hematemisis kemungkinan menunjukkan adanya perdarahan di paru-
paru atau perdarahan saluran pencernaan.
Perdarahan internal yang terjadi di rongga dada dapat menghambat pernafasan dan akan
mengakibatkan nyeri dada. Perdarahan pada rongga perut akan menyebabkan kekakuan
pada otot abdomen dan nyeri abdomen.
Beberapa penyebab perdarahan internal antara lain (Petra & Aryeh, 2012):
a. Pukulan keras, terbentur hebat.
b. Luka tusuk, kena peluru.
c. Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit.
d. Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah.

C. Teknik Menghentikan Perdarahan

Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam tergantung jenis dan tingkat


perdarahannya.
1. Perdarahan External
Secara umum teknik untuk menghentikan perdarahan external antara lain (Hamidi, 2011):
a. Dengan penekanan langsung pada lokasi cidera
Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah, misalnya luka sayatan
yang tidak terlalu dalam. Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada daerah pinggir luka.Setelah
beberapa saat dengan teknik ini maka sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut.
b. Dengan teknik elevasi
Setelah luka dibalut, maka selanjutnya bisa dilakukan dengan teknik elevasi yaitu
mengangkat bagian yang luka sehingga posisinya lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih
merembes, maka diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan
yang pertama.
c. Dengan teknik tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang
luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di
belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang selangka), femoral
artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata
kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
d. Dengan teknik immobilisasi
Teknik ini bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan
sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian luka tersebut dapat
e. Dengan tourniquet
Tourniquet adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah di bawahnya terhenti
sama sekali. Saat keadaan mendesak di luar rumah sakit sehelai pita kain yang lebar, pembalut
segitiga yang dilipat-lipat, atau sepotong karet ban sepeda dapat dipergunakan untuk keperluan
ini. Teknik hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau di kaki saja.
Panjang Tourniquet haruslah cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut. Tempat
yang terbaik untuk memasang Tourniquet lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan)
dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Teknik ini merupakan pilihan
terakhir, dan hanya diterapkan jika kemungkinan ada amputasi. Bagian lengan atau paha atas
diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak bisa mengalir. Tourniquet dapat menyebabkan
kerusakan yang menetap pada saraf, otot dan pembuluh darah dan mungkin berakibat hilangnya
fungsi dari anggota gerak tersebut. Sebaiknya teknik ini hanya dilakukan oleh mereka yang
pernah mendapatkan pelatihan. Jika keliru, teknik ini justru akan membahayakan. Saat
penanganan di luar rumah sakit, maka dahi korban yang mendapatkan tourniquet diberi tanda
silang sebagai penanda dan korban harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut. Jika korban tidak segera mendapatkan penanganan maka bagian yang luka akan dapat
membusuk. Cara melakukan teknik ini adalah sebagai berikut (Petra & Aryeh, 2012):
1) Buat ikatan di anggota badan yang cedera (sebelum luka) dengan verban yang
lebarnya 4 inci dan buatlah 6 – 8 lapis. Kalau tidak ada verban bisa pakai bahan yang
telah disebutkan diatas tadi. Kemudian buat simpul pada ikatan tersebut
2) Selipkan sebatang kayu dibawah ikatan itu.
3) Kencangkan kedudukan kayu itu dengan cara memutarnya.
4) Agar kayu tetap erat dudukannya, ikat ujung yang satunya.menurun.
Menurut M. Sholekhudin (2011) dalam Seri P3K perdarahan berat, maka teknik
menghentikan perdarahan saat melakukan pertolongan pertama adalah sebagai berikut:
a. Pastikan penderita selalu dalam keadaan berbaring. Perdarahan berat tidak boleh
ditangani sementara korban dalam keadaan duduk atau berdiri.
b. Jika mungkin, posisikan kepalanya sedikit lebih rendah daripada badan, atau
angkat bagian tungkai kaki. Posisi ini bisa mengurangi risiko pingsan dengan cara
meningkatkan aliran darah ke otak.
c. Angkat bagian yang berdarah setinggi mungkin dari jantung. Misalnya, jika yang
berdarah bagian betis, letakkan betis tersebut di atas tumpuan, sehingga posisinya
lebih tinggi dari badan.
d. Buang kotoran dari luka, tapi jangan mencoba mencabut benda yang menancap
dalam.
e. Berikan tekanan langsung di atas luka. Gunakan pembalut yang bersih. Jika tidak
ada, gunakan sapu tangan atau potongan kain. Jangan sekali-kali “memeriksa”
perdarahan dengan cara menyingkap pembalut.
f. Jika darah masih terus merembes, kuatkan tekanan. Tambahkan sapu tangan lagi
di atasnya, tanpa perlu membuang sapu tangan pertama. Hal ini dilakukan karena di
dalam darah yang keluar terdapat faktor-faktor pembekuan.
g. Pertahankan tekanan hingga perdarahan berhenti. Jika telah mampet, balut luka
dengan verban, langsung di atas kain penyerap. Jika tidak ada verban, gunakan
potongan kain biasa. Kemudian segera bawa korban ke rumah sakit.

D. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Perawat

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat saat memberikan pertolongan dalam
menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:

1. Jika peristiwa terjadi diluar rumah sakit, maka seorang perawat dalam memberikan
pertolongan pertama sebelum menghentikan perdarahan pastikan dulu kondisinya aman
baik korban, penolong (perawat) maupun lingkungannya. Selain itu tetap menghubungi
ambulance supaya cepat mendapatkan penanganan di rumah sakit
2. Memastikan dahulu kondisi Airway, Breathing dan Circulation korban tidak terganggu
3. Perawat harus teliti dan akurat dalam melakukan pengkajian luka dan sumber perdarahan,
apakah perdarahan external ataupun internal
4. Jika perdarahan external perawat harus bisa memahami/ mengetahui tipe perdarahannya,
apakah perdarahan arteri, vena atau kapiler
5. Perawat bisa menggunting atau melepas pakaian korban yang tebal karena kemungkinan
perdarahan external tidak terlihat (tertutup pakaian tebal)
6. Melakukan teknik penghentian perdarahan sesuai dengan jenis perdarahan dan tipe
perdarahannya
7. Jika terpaksa dengan pilihan terakhir menggunakan tourniquet maka pemasangannya
dilakukan oleh perawat yang sudah mendapatkan pelatihan dan tiap 15 menit, ikatannya
harus dikendurkan selama 30 detik untuk memberi kesempatan darah mengalir lagi.
Tujuannya, mencegah matinya jaringan akibat tidak mendapat suplai darah.
8. Jika ada kotoran pada luka harus dibersihkan dan perawat harus selalu proteksi diri dengan
APD yang ada
9. Jika membawa alat-alat lengkap, maka perawat bisa mencoba untuk menjahit lukanya

E. Klasifikasi Perdarahan
a. Standar American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah,
sebagai berikut:

1. Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
2. Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
3. Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
4. Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.

Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu


pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari
dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh
darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah
memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh
balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh
kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah
terang.Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di
sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya
memar pada korban. Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada
pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh,
seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda-tanda pada
korban, seperti:

1. setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda pendarahan
2. tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
3. lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah
Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat
pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan antara lain:
a. Tekan langsung pada cidera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat,
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil
yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
b. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut)
sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas balutan yang
pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama.
c. tekan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian
yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial
artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang
selangka), brachial artery (di lipatan siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral
artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata
kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
d. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
e. Tourniquet
Pembahasan:
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya terhenti
sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong
karet ban sepeda dapat dpergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup
untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk memasang
torniket ialah lima jari dibawah ketiak ( untuk perdarahan di lengan) dan lima jari dibawah
lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik lagi apabila
sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah lecet di kulit yang terkena
torniket. Untuk torniket kain masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya
eratkan torniket dengan sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas
simpul tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu
seperti memutar keran air untuk mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu
keras karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah kencang
ialah menghilangnya denyut nadi di tempat yang rendah dari torniket dan warna kulit di
daerah itu menjadi pucat kekunungan. Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau
diselimuti benda apapun. Biarkan saja dalam keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan
dengan cara apapun. Hal ini untuk tidak mempercepat kematian jaringan yang dialiri oleh
darah. Setiap 10 menit torniket boleh dikendorkan ( dengan memutar kayunya) selama 30
detik tepat. Selama torniket kendor, luka ditekan dengan kasa steril.
Biasanya dilakukan pada :

1. Perdarahan hebat
2. Tangan/ kaki putus

Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket : 5 jari di atas luka


Jenis tourniquets :

a. Bedah tourniquets

Bedah tourniquets sering digunakan dalam bedah ortopedi. Tourniquet bedah


dengan lengan perlindungan ekstremitas dalam persiapan untuk operasi. Bedah tourniquets
mencegah aliran darah ke ekstremitas dan memungkinkan ahli bedah untuk bekerja dalam
bidang operasi berdarah. Hal ini memungkinkan prosedur pembedahan yang akan dilakukan
dengan presisi perbaikan, keselamatan dan kecepatan. Tourniquets yang banyak digunakan
dalam bedah ortopedi dan plastik, serta dalam anestesi regional intravena (Bier anestesi
blok) di mana mereka melayani fungsi tambahan untuk mencegah bius lokal di dahan dari
memasuki sirkulasi umum.

b. Darurat tourniquets

Tourniquets darurat digunakan dalam keadaan darurat pendarahan, kontrol untuk


mencegah kehilangan darah yang parah dari trauma ekstremitas. Tourniquets darurat
biasanya digunakan sebagai upaya terakhir, terutama dalam aplikasi sipil, karena bisa
membunuh jaringan, dan menyebabkan kerusakan ekstremitas bawah.
Berbeda dengan pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang
mengalami pendarahan dalam adalah sebagai berikut:
a. Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin.
b. Ice
Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah yang membeku
ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.
c. Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses
penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah.
d. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung. Pendarahan
berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila pendarahan terjadi,
penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin.
Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan
dalam (pendarahan di dalam tubuh).
Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada
pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan.
Cara penanganan pendarahan dalam:

1. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.


2. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
3. Segera cari bantuan medis.
4. Jangan memberi makanan atau minuman
5. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock)

Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka)

a. Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
b. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan
sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat
bagian sebelumnya, "Merawat luka".
c. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang
terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih
atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan
bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan
lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
d. Balut luka dengan erat.
e. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
f. Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan.
Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburu-buru melepaskan pembalut,
bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
g. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami
pendarahan.
h. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
i. Segera cari bantuan medis.

SOP : PENGHENTIANPERDARAHAN
(POSITIONING DAN TORNIQUET)

No. Revisi Halaman


No. Dokumentasi
SOP.KMB. ……………. 1-3
STANDAR Tanggal Terbit: Unit : Laboratorium Keperawatan
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan baik pada kasus
bedah maupun non bedah.

Tujuan Mencegah terjadinya syok


Persiapan 1. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan,scort)
2. Balut tekan
3. Kain kasasteril
4. Sarungtangan
5. Tourniquet
6. Plester
7. Set untuk menjahitluka
8. Obatdesinfektan
9. Spuit 20-50cc
10. Waskom berisi air/NaCl 0,9 % dingin
11. Jelly

Prosedur kerja Prosedur


1. Memberi salam
A. Fase Orientasi 2. Memperkenalkan diri
3. Memvalidasi identitas klien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan
tindakan
5. Menjelaskan prosedur
6. Mempersiapkan pasien
7. Mengatur lingkungan
B. Fase Kerja 1. Mendekatkan alat dan bahan
2. Mencuci tangan
3. Memakai masker, sarung
tangan,scort
4. PerawatI
a. Menekan pembuluh darah
proximal dari luka, yang dekat
dengan permukaan kulit
dengan menggunakan
jaritangan.
b. Mengatur posisi dengan cara
meninggikan daerah yangluka
5. PerawatII
a. Mengatur posisipasien
b. Memakai sarung tangankecil
c. Meletakkan kain kasa steril di
atas luka, kemudian ditekan
dengan ujung-ujung jari
d. Meletakkkan lagi kain kasa
steril di atas kain kasa
yangpertama,kemudian tekan
dengan ujung jari bila
perdarah masih berlangsung.
Tindakan ini dapat dilakukan
secara berulang sesuai
kebutuhan tanpa mengangkat
kain kasa yangada.
4. Menekanbalutan
a. Meletakkan kain kasa steril
di atasluka
b. Memasang verband balut
tekan, kemudian letakkan
benda keras (verband atau
kayu balut) di atasluka
c. Membalut luka dengan
menggunakan verband
baluttekan.
5. Memasang tourniquet untuk luka
dengan perdarahan hebat dan
trumatik amputasi
a. Menutup luka ujung tungkai
yang putus (amputasi)dengan
menggunakan kain kasa steril
b. Memasang tourniquet lebih
kurang 10 cm sebelah
proximal luka, kemudian
ikatlah dengan kuat.
c. Tourniquet harus
dilonggarkan setiap 15 menit
sekalisecara
periodik
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada pemasangan tourniquete:
a. Pemasangan tourniquet
merupakan tindakan terakhir
jika tindakan lainnya tidak
berhasil. Hanya dilakukan
pada keadaan amputasi atau
sebagai “livesaving”
b. Selama melakukan tindakan,
perhatikan :Kondisi pasien
dantanda-tanda vitalEkspresi
wajahPerkembangan pasien
7. Cuci tangan

C. Fase Terminasi 1. Menanyakan respon pasien


2. Menyampaikan kontrak selanjutnya
3. Mendokumentasikan tindakan

Rujukan UNIT GAWAT DARURAT RSGMP


DAFTAR PUSTAKA

Hamidi. 2011. Pertolongan Pertama. UPI. URL:


file.upi.edu/Direktori/pertolongan_pertama.pdf

Petra & Aryeh. 2012. Basic of Blood Management. New York: Wiley publisher

Solekhudin. 2011. Seri P3K: Perdarahan Berat. Jakarta: Intisari Smart & Inspirasing

Thohir. 2010. Standard Prosedur Operasional (SPO) Menghentikan Perdarahan. Sidoarjo,


Jawa Timur: Rumah Sakit Siti Khodijah

Brunner dan Suddarth vol 3 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta :
EGG

Brunner dan Suddarth vol 2 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.Jakarta :


EGG

Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi


perawatan pasien edisi 3.Jakarta : EGC

MayoClinic.com - Severe Bleeding:First Aid MayoClinic.com - Perdarahan berat:

Anda mungkin juga menyukai