Fase Prarigor
Fase Prarigor
Pada hewan yang akan disembelih, glikolisis berjalan secara aerob dan
pengahasilan ATP dalam jumlah banyak melalui jalur asam piruvat. pada hewan yang
sudah disembelih reaksi glikolisis secara perlahan akan berhenti dan akan berlangsung
glikolisis secara anaerob dengan mengubah glikogen menjadi asam laktat. daging yang
didapatkan dari hewan yang baru saja disembelih simpanan ATP dari hasil glikolisis
tersebut menjadi bantalan atau pembatas bagi protein miofibril berupa aktin dan miosin.
jarak antar aktin dan miosin menetukan kontrkasi otot yang terjadi. masih tersisanya
ATP membuat jarak aktin dan misin saling berjauhan sehingga kontraksi otot akan
jarang terjadi. hal ini akan menjadikan tekstur daging menjadi lunak dan masih kenyal
karena pengubahan glikogen menjadi asam laktat masih sangat minim terjadi. sehingga
asam laktat yang terbentuk tidak signifikan menurunkan pH. penurunan pH akan
berpengaruh pada kapasitas pengikatan air oleh protein daging (WHC/ Water Holding
Capacity). pada fase pre rigor WHC protein masih tinggi sehingga tidak banyak air yang
keluar dari jaringan sehingga tingkat juiceness daging masih tinggi. tingkat juiceness
daging yang tinggi akan membuat daging jauh lebih kenyal. umumnya daging pada fase
pre rigor ini paling baik untuk dimasak karena tekstur daging yang masih lunak dan
kenyal, akan tapi pada untuk mendapatkan daging pada fase ini sangatlah sulit.
2. fase rigor mortis
Pada fase ini hewan sudah terlalu lama di biarkan tanpa perlakuan, sehingga
proses glikolisis akan berhenti dan produksi ATP semakin berkurang. proses glikolisis
akan diubah secara anaerob untuk dihasilkan asam laktat.berkurangnya ATP membuat
pembatas aktin dan miosin semakin tipis sehingga aktin dan miosin mudah untuk
berdekatan dan kemudian bersatu dan membentuk aktoniosin. keadaan ini memungkin
terjadinya kontraksi yang lebih dan akan menjadikan daging menjadi kaku. pemasakan
daging pada fase ini sebaiknya dihindari karena tekstur daging yang kaku akan
mengakibatkan proses pengolahan yang lama untuk mengempukkan daging.
pemasakan yang kurang matang akan mengakibatkan daging menjadi alot dan kaku.
3. fase post rigor
Semakin lamanya daging terpapar semakin banyak kontaminan mikrobia di
dalamnya. pada fase ini daging akan kembali lunak dikarenakan peranan enzim
katepsin yang membantu pemecahan protein aktomiosin menjadi protein sederhana.
daging pada fase post rigor baik utnuk diolah karena tekstur daging sudah kembali
melunak, namun pengolahan daging harus dilakukan sesegera mungkin untuk
menghindari kontaminasi mikrobia semakin banyak dan terjadinya perubahan ke arah
penurunan mutu terhindari.
Pemaparan daging lebih lanjut akan menjadikan daging semakin mengalami penurunan
mutu. daging akan menjadi lembek dan menghasilkan aroma busuk. kebusukan pada
daging disebabkan oleh pemecahan protein menjadi protein sederhana yang
menyisakan gugus amino (alkali) dan sulfur yang merupakan senyawa yang
menyebabkan timbulnya bau busuk pada daging.