Anda di halaman 1dari 51

PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I

GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT


Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

BAB III – ANALISA HIDROLOGI DAN GEOLOGI

3.1. ANALISA HIDROLOGI DAERAH STUDI


3.1.1. Data Meteorologi dan Hidrologi
Data meteorologi diperoleh dari data sekunder Stasiun Meteorologi Darmaga di bawah
koordinasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Untuk data hidrometri
diperoleh dari data primer Sungai Cianten-I (hasil pengukuran langsung) berupa data
debit, sedangkan data sekunder dari PLTA Karacak berupa data debit. Lokasi data
meteorologi dan hidrometri dapat dilihat pada Tabel 3.1.1, sedangkan ketersediaan
data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.1.2.

Tabel 3.1.1 Lokasi Stasiun Meteorologi dan Hidrometri


Sumber Metode Posisi lintang Posisi Bujur Elevasi
No Nama stasiun
Data Pengukuran 0
' '' 0
' '' (m)
Curah Hujan
1 PLTA Karacak BMKG Manual 6 37 1 LS 106 38 39 BT 308

Klimatologi
2 Dermaga BMKG Manual 6 31 0 LS 106 44 0 BT 201

Tinggi Muka Air


3 PLTA Karacak - Manual 6 37 1 LS 106 38 39 BT 308
4 Sungai Cianten Pengukuran Manual - - - - - - - - -

Debit
6 PLTA Karacak - Manual 6 37 1 LS 106 38 39 BT 308
7 Sungai Cianten Pengukuran Manual - - - - - - - - -

Sedimentasi
9 Sungai Cianten - - - - - - - - - - -

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 1
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tabel 3.1.2 Ketersediaan Data Meteorologi dan Hidrometri

Gambar 3.1.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Lokasi PLTM Cianten

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 2
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

A. Klimatologi
Stasiun Klimatologi yang digunakan adalah stasiun pengamatan yang paling dekat
dengan daerah studi, yaitu Stasiun Klimatologi Darmaga, Kabupaten Bogor. Data
klimatologi yang digunakan untuk keperluan analisa meliputi 4 unsur data yaitu; data
suhu, kelembaban relatif, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin permukaan.
Data klimatologi yang digunakan adalah periode pengamatan tahun 1999 sampai
dengan tahun 2008, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.3.
Sedangkan untuk data curah hujan juga digunakan stasiun penakar hujan yang paling
dekat dengan daerah studi, yaitu Stasiun Karacak, Kabupaten Bogor. Data pengamatan
curah hujan berupa data harian, dengan periode pengamatan mulai tahun 1997 sampai
dengan 2008. Curah hujan bulanan Stasiun Karacak dapat dilihat pada Tabel 3.1.4.
dan Gambar 3.1.2.
Tabel 3.1.3 Data Klimatologi Stasiun Dermaga

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga

Tabel 3.1.4 Curah Hujan Bulanan Stasiun Karacak

Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

Hujan (mm) 257.9 265.6 200.2 312.0 292.3 177.5 111.4 80.6 116.2 230.3 279.8 177.6
Sumber : Stasiun Klimatologi Karacak

Gambar 3.1.2 Curah Hujan Bulanan

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 3
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

B. Hidrometri
Pada bulan Agustus 2011 telah dilaksanakan pemasangan papan duga air ( peilschaal) di
lokasi calon bendung Cianten-I dan pada bulan April 2012 di Cianten-IB. Hasil
pengamatan debit tersebut akan dipakai sebagai debit pengontrol atau koreksi data
debit pada lokasi PLTA Karacak dan calon bendung Sungai Cianten. Untuk mengontrol
hasil pengukuran debit di Cianten-IB dan I, diambil sampel hasil pengukuran pada
Cianten-IB bulan April-Mei 2012 dan dibandingkan dengan analisa empiris perhitungan
debit dengan pendekatan persamaan kecepatan aliran Manning. Data-data untuk
analisa adalah sebagai berikut:
6

Pengamatan tgl 5-02-2012


4

2
V= 1.2 m/det

V= 1.1 m/det
V= 1.4 m/det

V= 1.3 m/det

1
MA= 0.32 M
Bidang persamaan
0
Reference level
-1,00
ELEVASI TANAH ASLI
-0,450

-0,601

-0,556

-0,525
4,594

3,190

0,038

0,582

5,442
2,580

2,590

0,056

1,867
ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)
0,80

2,49 5,92 2,62 1,50 3,19 3,27 6,68 2,52 2,02 2,39 4,84
DISTANCE (m)

SKALA VERTIKAL 1:100


SKALA HORISONTAL 1:100

Gambar 3.1.3 Gambar 3.3. Potongan melintang sungai Cianten-IB

Karakteristik Sungai dan Anak Sungai Utama

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 4
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.1.4 Profil Longitudinal Sungai Cianten

Pengujian Inferensi Statistik Nilai Rerata dengan Uji tDebit Cianten 1B dengan Debit Persamaan Manning
B= 13.14 m Talud saluran sisi kiri = 1.13
n= 0.1 (Sungai berbatu) Talud saluran sisi kanan = 1.16
0.0319918
S= 7

No Bulan Periode Q Cianten 1B Q Manning


1 April 2012 I 24.84 29.58
2 II 32.50 32.69
3 III 24.88 29.62
4 Mei 2012 I 16.73 26.08
5 II 15.77 25.41
6 III 23.60 29.16
Mean 23.05 28.76
Std. Deviasi 6.15 2.66

Uji rata-rata dua set sampel kecil dilakukan dengan uji t (Soewarno, 1997: 20)
σ = 5.19
t
1.90
hitung =
t kritis = 2.20

lebih kecil t kritis


1.90 2.20
Karena t hitung = =
maka dapat disimpulkan 95% adalah benar tidak ada beda nyata antara debit
hasil observasi/pengukuran terhadap hasil Manning
Berdasarkan hasil uji ini maka dapat disimpulkan hasil pengukuran debit pada Cianten-
I atau Cianten-IB adalah layak untuk digunakan dalam analisa berikutnya.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 5
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Data debit pada PLTA Karacak terkumpul mulai tahun 2004 – 2012. Terdapat
perbedaan data debit yang cukup signifikan antara data debit tahun 2004-2010 dan
tahun 2011-2012. Untuk mengetahui data debit Karacak yang akan digunakan untuk
mengtransformasi menjadi data debit Sungai Cianten, maka diadakan pengujian sifat
statistik antara debit Cianten-I dengan debit di Karacak sebagai berikut:
Tabel 3.1.5 Pengujian Inferensi Statistik Nilai Rerata dengan Uji t
Cianten-
No Cianten-I Cianten
Karacak
Observasi 2011-2012 2004-2010
( C1 ) ( CK ) ( CT )
1 3.98 3.94 6.98 t hitung t kritis Ho
2 4.34 4.15 4.99 C1 - CK 2.03 1.96 ditolak
3 5.15 4.57 8.10 C1 - CT 1.37 1.96 diterima
4 4.91 4.78 7.41 CK - CT 2.18 1.96 ditolak
5 5.14 4.25 8.40
6 16.79 6.26 8.34 Pengujian pada derajat kepercayaan 5%
7 22.66 7.99 10.28 Kesimpulan:
8 16.01 6.74 15.37 Dapat dikatakan 95% benar tidak
terdapat perbedaan yang nyata
9 15.45 7.82 14.24
antara debit C1 dengan CT
10 20.60 7.49 11.03
11 15.91 7.06 8.22
12 5.99 5.71 9.15
13 6.23 6.27 7.72
14 7.24 5.99 6.89
15 13.62 6.77 6.06
16 9.41 6.50 10.01
17 12.84 7.58 9.24
18 17.93 8.03 12.63
19 20.08 8.04 9.82
20 15.03 7.07 7.00
21 6.04 4.98 11.94
22 5.85 4.87 8.01
23 18.43 6.85 7.60

Mean 11.72 6.25 9.11


St.Dev 6.20 1.35 2.56
Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan data debit Karacak tahun 2004-2010
memiliki sifat rata-rata yang sama dengan debit pengamatan Cianten-I, sehingga data
debit Karacak 2004-2010 akan digunakan untuk ditransformasi menjadi debit Sungai
Cianten.
Debit S. Karacak selanjutnya ditransformasi menjadi debit rata-rata S. Cianten dengan
menggunakan analisa dimensional kesamaan geometri (Chow, 1964):
Q Sungai Cianten = (A Sungai Cianten /A )xQ
Karacak Karacak

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 6
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Hasil transformasi debit Sungai Cianten dapat dilihat pada Gambar 3.1.5 untuk
tahun 2004-2010.

Gambar 3.1.5 Kurva Debit Rata-Rata Bulanan Sungai Cianten (2004-2010)

3.1.2. Analisa Debit Aliran Rendah


A. Pendekatan Model
Analisa aliran rendah di lokasi rencana PLTM membutuhkan data debit dengan jangka
waktu yang cukup panjang. Akan tetapi data yang ada umumnya kurang cukup
panjang,
Untuk mengatasi permasalahan ketersediaan data debit ditempuh dengan cara simulasi
menggunakan model-model matematik hidrologi yang menyajikan sistem dalam
rangkaian persamaan hubungan antar variabel dan parameter. Apabila tersedia data
hujan, maka perkiraan debit aliran dilakukan dengan menggunakan model hubungan
hujan dengan limpasan. Sedangkan apabila data hujan tidak ada, maka peramalan
dilakukan dengan menggunakan parameter debit historis yang ada dan karakteristik
DAS (Pd T- 06, 2004).
Dua model hujan–limpasan digunakan dalam studi ini untuk memprediksi debit Sungai
Cianten tahun 1997 - 2003 yaitu Model deterministik Tangki dan Model Mock. Untuk
peramalan jangka panjang tahun 2011-2041, digunakan Model stokastik Markov Lag-1.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 7
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

1) Model Tangki
Model simulasi yang digunakan untuk mengestimasi debit dalam studi ini adalah
menggunakan Model Tangki yang dikembangkan oleh Dr. Sugawara (Soemarto,
1987)
Model Tangki adalah untuk meniru (simulate) daerah aliran sungai dengan
mengganti sejumlah tampungan yang digambarkan dengan sederet tangki. Model
ini dikembangkan oleh Dr. Sugawara. Sebagai contoh kita tinjau model dibawah ini :
R(t) R(t)

V1

V2

V3

Curah hujan yang jatuh pada suatu waktu R (t) akan mengisi tangki paling atas V1.
Air yang tertampung pada tangki V1 mengalir lewat lubang di dinding kanan atau
merembes lewat lubang di dasar tangki dan masuk mengisi tangki V2 dalam tahap
kedua.
Air yang tertampung pada tangki V2 akan mengalir lewat lubang-lubang di dinding
ataupun merembes lewat dasar tangki, dan masuk ke tangki ketiga pada tahap
ketiga. Proses ini berulang hingga tahap selanjutnya. Air yang mengalir lewat
dinding tangki akan menghasilkan limpasan, sedangkan yang merembes melewati
dasar tangki merupakan infiltrasi.
Besarnya limpasan yang keluar dari tangki (mm/hari) sebanding dengan tinggi air
(mm) dalam tangki yang bersangkutan (storage depth) h(t) diatas lubang.

Limpasan q (t) dirumuskan sebagai berikut :


q(t) = h(t) .  (t)
dimana :  = koefisien lubang

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 8
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

1
H1
h(t) q (t)

0
i (t)

Selanjutnya tangki tersebut tidak akan mengalirkan air sebelum tinggi air melewati
h1. Oleh karena itu H1 merupakan kehilangan permulaan atau kekurangan retensi
kelengasan (moisture). Hubungan antara q(t) dengan h(t) dan i (t) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
q (t) = { h(t) - H1} . α
I (t) = h (t) . αo
Pada proses simulasi jumlah hujan diisikan pada tangki teratas dan air yang keluar
dari lubang bawah kemudian ditampung oleh tangki kedua, dengan proses yang
sama diulang untuk tangki ketiga dan seterusnya. Besarnya debit sungai diumpakan
sebagai jumlah air yang keluar dari lubang-lubang yang ada pada samping tangki.
Kehilangan air karena evapotranspirasi dicari dengan mengurangi evapotranspirasi
harian dari tampungan tangki teratas.

2) Model FJ. Mock


Dr. FJ. Mock dalam makalahnya memperkenalkan cara perhitungan simulasi aliran
sungai dari data hujan, evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi DAS. Prosedur
perhitungannya sebagai berikut (Hadisusanto, 2011):
(a) Hujan
Data yang dibutuhkan adalah tinggi hujan (P) dan jumlah hari hujan (h)
(b) Evapotranspirasi terbatas
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi actual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah. Persamaan
evapotranspirasi terbatas (Et) sebagai berikut:
Et = Eto* – E
E = Eto* . (m/20) . (18-h)
E = perbedaan evapotranspirasi potencial dan terbatas (mm)
Eto* = evapotranspirasi potensial (mm)

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 9
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

h = jumlah hari hujan


m = prosentase lahan yang tidak tertutup vegetasi, ditaksir dari peta
tata guna lahan
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10%
setiap bulan kering untuk lahan sekunder
m = 10-40% untuk lahan yang terisolasi
m = 20-50% untuk lahan pertanian yang diolah
(c) Keseimbangan Air di permukaan Tanah
Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh jumlah air yang masuk ke dalam
permukaan tanah dan kondisi tanah itu sendiri. Data yang diperlukan adalah:
 P – Et , adalah perubahan air yang akan masuk ke permukaan tanah.
 Soil storage, adalah perubahan volume air yang ditahan oleh tanah yang
besarnya tergantung pada (P-Et), soil storage bulan sebelumnya.
 Soil Moisture, adalah volume air untuk melembabkan tanah yang besarnya
tergantung (P-Et), soil storage, dan soil moisture bulan sebelumnya.
 Kapasitas soil moisture, adalah volume air yang diperlukan untuk mencapai
kapasitas kelengasan tanah.
 Water Surplus, adalah volume air yang akan masuk kepermukaan tanah,
yaitu water surplus = (P-Et) – soil storage, dan 0 jika (P-Et)< soil storage.
(d) Ground Water Storage
Nilai run off dan ground water besarnya tergantung dari keseimbangan air dan
kondisi tanahnya. Data yang diperlukan adalah:
 Koefisien infiltrasi = I diambil 0,2 – 0,5
 Faktor resesi aliran air tanah = k, diambil 0,4-0,7
 Initial storage, adalah volume air tanah yang tersedia di awal perhitungan.
Persamaan:
In = Water Surplus x I
Vn = k. V(n-1) + 0,5 (1+k) In
dVn = Vn – Vn-1
dimana:
In = infiltrasi volume air yang masuk ke dalam tanah

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 10
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

V = volume air tanah


dVn = perubahan volume air tanah bulan ke-n
V(n-1) = volume air tanah bulan ke (n-1)
I = koefisien infiltrasi
A = volume tampungan per bulan
(e) Aliran sungai
 Interflow = Infiltrasi – Volume air tanah (mm)
 Direct Run Off = Water Surplus – Infiltrasi (mm)
 Base Flow = Aliran sungai yang selalu ada sepanjang tahun (m3/dt)
 Run Off = Interflow + Direct Run Off + Base Flow (m3/dt)

3) Model Markov Lag 1


Analisa pembangkitan data sintetis debit digunakan untuk meramalkan kondisi debit
di masa depan. Pembangkitan data sintetis debit dianalisa dengan model
matematika stokastik Markov. Model stokastik adalah model yang terdiri dari satu
atau lebih unsur, yang penyusunan hubungan antara masukan dan keluarannya
mengikutsertakan pengertian kesempatan kejadian dan memperkenalkan konsep
probabilitas.
Model Markov atau model autoregresif adalah metode untuk membangkitkan data
debit sintetik tanpa input data hujan atau meteorologi (dengan asumsi kondisi
daerah aliran tidak berubah). Model Markov meninjau nilai kejadian aliran debit
pada suatu waktu yang dikorelasikan dengan nilai debit pada periode kejadian
sebelumnya (persistensi). Dalam analisa ini akan digunakan korelasi serial lag-satu
atau lag-dua yaitu besaran debit pada saat ini secara signifikan berkorelasi dengan
besaran debit pada hari sebelumnya. Dalam model Markov, data sintetik dianalisa
sebagai berikut:
 Menentukan parameter statistik dari analisa data historis/tercatat. Empat
parameter statistik dianalisa yaitu rata-rata, standar deviasi, koefisien
kepencengan (coefficient of skew), dan koefisien korelasi
 Mengidentifikasi distribusi frekuensi data. Pada aliran sungai, data seringkali
terdistribusi normal, lognormal, atau gama. Distribusi diidentifikasi dengan
menggunakan pengplotan probabilitas.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 11
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

 Membangkitkan bilangan acak (random) sesuai dengan distribusi dan


karakteristik statistiknya. Bilangan acak akan dibangkitkan dengan komputer
untuk menghasilkan bilangan acak yang tidak sebenarnya ( pseudo random) atau
dengan menggunakan tabel bilangan acak.
 Membangkitkan data sintetik (qi) dengan model Markov:
qi = di + ei
di = komponen deterministik
ei = komponen acak
 Melakukan uji hipotesa perbedaan parameter statistik data historis terhadap
data sintetik
Model bangkitan Markov untuk musim ganda dirumuskan (Soemarto, 1986):

qi,j = µj + (qi,j-1 - µj-1) + ti,γ,j . σj.

ti,γ,j =

γt,j =

dengan:
µ = nilai rata-rata debit
q = debit
σ = standard deviasi
ρ = koefisien korelasi
t = bilangan acak
γ = koefisien skew/kepencengan

B. Data untuk Pemodelan


1) Model Tangki dan Model Mock
Data input untuk model tangki adalah data hujan (tahun 1997 – 2004) dan
klimatologi (tahun 1999 – 2008) untuk menganalisa evapotranspoirasi dengan

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 12
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

menggunakan metode Penmann modifikasi. Untuk melakukan kalibrasi parameter-


parameter tangki pada studi ini digunakan data debit tahun 2004-2008.
2) Model Markov Lag 1
Data input model Markov adalah data statistik debit historis (tahun 1997 – 2010).
Empat parameter statistik dianalisa yaitu rata-rata, standar deviasi, koefisien
kepencengan (coefficient of skew), dan koefisien korelasi

C. Hasil Analisa
Analisa aliran rendah secara detail dapat dilihat dalam Laporan Pendukung Hidrologi.
Secara ringkas hasil analisa aliran rendah sebagai berikut:
1) Parameter dan Kalibrasi Model Tangki
Dari hasil perhitungan model tangki dengan cara uji banding ( trial and error)
maka didapatkan koefisien-koefisien dalam model tangki seperti pada tabel
berikut : Evaporasi
Hujan

i2

Hi hi,2 qi,1,2

hi,1
i,1
Gw bi

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 13
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tabel 3.1.6 Parameter dan Koefisien Tangki Sungai Cianten Tabel 3.1.7
tank-1 tank-2 tank-3 tank-4
Hi 0.00 0.00 0.00 0.00
hi,2 40 0 0 0
αi,24.600 0.000 0.000 0.000
hi,1 24 0 0 0
αi,10.800 0.0000 0.000 0.000
bi 0.000 0.000 0.000 0.000
Perbandingan antara debit aktual dan debit hasil simulasi model Tangki
ditunjukkan pada Gambar 3.6. Dari hasil optimasi parameter kalibrasi model
diperoleh nilai korelasi (r) antara debit simulasi dan pengamatan pada Sungai
Cianten adalah 0.45.

Gambar 3.1.6 Kalibrasi Debit Hasil Simulasi Model Tangki terhadap


Pengamatan Sungai Cianten (Tahun 2004-2008)

2) Parameter dan Kalibrasi Model Mock


Dari hasil perhitungan model Mock dengan cara uji banding (trial and error)
maka didapatkan koefisien-koefisien dalam model Mock sebagai berikut :
Parameter dan Koefisien Model Mock Sungai Cianten :
k = 0.8 I = 0,1 m = 0.00%
SMC= 75 IS = 250 mm
CA = 52,22 km2 PF = 1.5

Perbandingan antara debit aktual dan debit hasil simulasi model Mock
ditunjukkan pada Gambar 3.1.7. Dari hasil optimasi parameter kalibrasi
TRUST & KNOWLEDGE
CONSULTING ENGINEERS III - 14
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

model diperoleh nilai korelasi (r) antara debit simulasi dan pengamatan
pada Sungai Cianten adalah 0,42.

Gambar 3.1.7 Kalibrasi Debit Hasil Simulasi Model Mock terhadap


Pengamatan Sungai Cianten (Tahun 2004-2008)

3) Parameter dan Kalibrasi Markov Lag 1


Dari hasil perhitungan model Markov musim ganda didapatkan koefisien-
koefisien dalam model Markov Lag 1 sebagai berikut :
(a) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas distribusi debit Sungai Cianten dengan menggunakan
Uji Chi kuadrat (dengan derajat kepercayaan 95%) memberikan hasil
distribusi debit tidak mengikuti distribusi normal. Distribusi debit
mengikuti pola distribusi gamma dengan α = 1 (distribusi eksponensial)
(b) Parameter Statistik
Parameter statistik debit SungaiCianten untuk pembangkitan data sintetik
secara detail dapat dilihat pada Laporan Pendukung Hidrologi. Secara
ringkas parameter statistik rerata S.Sungai Cianten dapat dilihat pada
Tabel 3.1.8.
Tabel 3.1.8 Statistik Debit 10 Harian DAS Sungai Cianten

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 15
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Parameter statistic Sungai Cianten


Mean Std. Dev Coef. Var Coef. Skew Ser. Cor
Rata-rata 10 harian 7.29 9.69 1.42 1.68 0.08
(c) Parameter Bilangan Random
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa pola distribusi debit Sungai
Cianten tidak mengikuti pola distribusi normal tetapi mengikuti pola
distribusi gamma. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka pembangkitan
bilangan random mengikuti pola distribusi gamma.
(d) Koreksi Debit Bangkitan Tahun 2011-2012
Untuk memeperbaiki flow duration curve pada debit bangkitan Sungai
Cianten, dilakukan analisa simulasi prediksi dengan membandingkan data
bangkitan Markov pada Cianten 1 dengan data pengamatan aktual di
peilschaal Cianten-I pada periode yang sama (bulan Agustus 2011 – Mei
2012). Hubungan kedua debit tersebut dinyatakan sebagai berikut

Gambar 3.1.8 Kurva Koreksi Debit Cianten-I


(Agustus 2011-Mei 2012)

(e) Hasil Pembangkitan Debit


Hasil pembangkitan debit rata-rata bulanan dapat dilihat pada Gambar
3.1.9. Untuk pembangkitan data debit 10 harian (tahun 2011 – 2041)
dapat dilihat pada Laporan Pendukung Hidrologi.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 16
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.1.9 Debit Rerata Bulanan Historis, Bangkitan, dan


Gabungan Sungai Cianten

(f) Uji Sifat Statistik Debit Historis Terhadap Debit Bangkitan


Dua sifat statistik yaitu mean dan varian diuji. Uji inferensi statistik nilai
varian dengan uji F, sedangkan uji nilai mean dengan uji t. Hasil uji sifat
statistik debit historis dan debit bangkitan S.Sungai Cianten adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1.9 Pengujian Inferensi Statistik Nilai Varian dengan Uji F
Debit Historik dan Debit Bangkitan Sungai Cianten
Bulan F-hitung F-Kritis Ho
Januari 1.335 2.100 diterima
Pebruari 1.168 2.100 diterima
Maret 1.065 2.100 diterima
April 0.884 2.100 diterima
Mei 0.886 2.100 diterima
Juni 0.993 2.100 diterima
Juli 1.523 2.100 diterima
Agustus 0.863 2.100 diterima
September 1.087 2.100 diterima
Oktober 0.910 2.100 diterima
Nopember 1.165 2.100 diterima
Desember 1.124 2.100 diterima

Pengujian pada derajat kepercayaan 5%


untuk:
dk 1 = 13 dk2 = 30

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 17
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tabel 3.1.10 Pengujian Inferensi Statistik Nilai Rerata dengan Uji t


Debit Historik dan Debit Bangkitan Sungai Cianten
Bulan t-hitung t-Kritis Ho
Januari 0.406 1.960 diterima
Pebruari 0.726 1.960 diterima
Maret 0.415 1.960 diterima
April 0.290 1.960 diterima
Mei 0.675 1.960 diterima
Juni 0.359 1.960 diterima
Juli 0.537 1.960 diterima
Agustus 0.715 1.960 diterima
September 0.444 1.960 diterima
Oktober 0.337 1.960 diterima
Nopember 0.298 1.960 diterima
Desember 0.468 1.960 diterima
Pengujian pada derajat kepercayaan 5%
(g) Koreksi Debit Base Flow
Analisa base flow dihitung berdasarkan rata-rata tahunan aliran minimum
10 harian. Hasil analisa menghasilkan besaran base flow = 2,22 m 3/dt.
(h) Analisis Debit Andalan
Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan kemungkinan debit
terpenuhi dalam prosentase tertentu, misalnya 90%, 80% atau nilai
prosentase lainnya, sehingga dapat dipakai untuk kebutuhan
pembangkitan. Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit
rata-rata untuk periode 10 hari, setengah bulanan atau bulanan.
Kemungkinan tak terpenuhi dapat ditetapkan 20%, 30% atau nilai
lainnya untuk menilai tersedianya air berkenaan dengan kebutuhan
pengambilan (IMIDAP, 2009).
Untuk mengetahui debit andalan, dalam studi ini dilakukan dengan
analisa Flow Duration Curve (FDC). Flow duration curve dilakukan dengan
cara data debit pencatatan pos duga muka air untuk jangka waktu
tertentu disusun dari angka terbesar hingga terkecil dan tiap debit
diberikan probabilitas yang dihitung dengan persamaan Weibull :

P=

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 18
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Dengan:
m = nomer urut data
n = jumlah data
Hasil analisa debit andalan untuk Sungai Cianten dapat dilihat pada
Gambar 3.1.10 sampai Gambar 3.1.12

Gambar 3.1.10 Probabilitas Debit 10 Harian Transformasi dari


Debit Karacak

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 19
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.1.11 Probabilitas Debit 10 Harian Bangkitan Markov


( Tahun 2011 – 2041)

Gambar 3.1.12 Probabilitas Debit 10 Harian Gabungan (Tahun


1997 – 2041)

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 20
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

3.1.3. Analisa Debit Banjir Rencana


1. Analisa Hujan
(a) Data Hujan Harian
Data hujan yang diperoleh untuk perencanaan ini meliputi data hujan dari
stasiun Karacak tahun 1997-2008.
(b) Data Karakteristik DPS
Karakteristik DPS yang dibutuhkan dalam analisa hujan adalah karakteristik
topografi DPS yaitu bentuk dan ukuran DPS.

2. Hujan Rancangan (Design Of Rainfall )


Hujan rancangan adalah hujan terbesar tahunan dengan peluang tertentu yang
mungkin terjadi di suatu daerah, atau hujan dengan suatu kemungkinan periode
ulang tertentu.
Metode Analisis yang digunakan untuk menghitung besarnya hujan rancangan
adalah menggunakan persamaan distribusi E.J. Gumbel, Log Pearson Type III, Log
Normal dan Normal.
(a) Distribusi E.J. Gumbel
Persamaan empiris yang digunakan adalah:
S
X X (Y  Yn)
Sn

di mana:
X = nilai rerata hitung variat

S = deviasi standart dari variat


Sn = deviasi standart dari reduksi varian, nilainya tergantung dari
jumlah data (n) data
Y = nilai reduksi variat, dapat dihitung dengan persamaan :
 T  1
Y   ln   ln ,
 T 

T = kala ulang.
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat nilainya tergantung dari
jumlah data (n)

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 21
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

(b) Distribusi Log Pearson Type III


Persamaan yang digunakan sebagai berikut:
log X  logX  K.Slog X

logX 
 log X
n

SlogX 
 (log X  log X ) 2
(n  1)
n  (log X  log X ) 3
Cs 
( n  1)(n  2)( S log X ) 3

di mana:
X = nilai variat X (mm)
log X
= rerata logaritma variat X
K = karakteristik distribusi log Pearson III (Tabel Pearson III yang
nilainya tergantung Cs)
SlogX = deviasi standart dari log X
Cs = koefisien kemencengan

(c) Distribusi Log Normal


Distribusi log normal mempunyai persamaan
log X  logX  K.Slog X

logX 
 log X
n

SlogX 
 (log X  log X ) 2
(n  1)

di mana:
X = nilai variat X (mm)
log X = rerata logaritma variat X
K = karakteristik distribusi log normal. Nilai K dapat diperoleh dari
nilai variabel Gauss
SlogX = deviasi standart dari log X

(d) Metode Distribusi Normal


Persamaan yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut (Suripin, 2003):

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 22
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

XT = perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T-tahunan


n

= nilai rata-rata hitung variat X i =1


i

=
n

 X 
n
2
-X
Sd = Standar deviasi i=l
i

=
n -1
KT = faktor frekuensi. Nilai KT dapat diperoleh dari nilai variabel Gauss

3. Uji Pemilihan Jenis Sebaran


Penentuan jenis sebaran diperlukan untuk mengetahui suatu rangkaian data cocok
untuk suatu sebaran tertentu dan tidak cocok untuk sebaran lain. Hal ini
dikarenakan masing-masing distribusi mempunyai sifat-sifat yang khas. Secara
umum bebarapa sifat khas masing-masing distribusi adalah sebagai berikut :
 Distribusi normal, nilai asimetrisnya (skewness) sama dengan nol (Cs  0)
dengan kurtosis = 3.
 Distribusi log normal, memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) Cs
hampir sama dengan 3 dan bertanda positif. Atau dengan nilai Cs kira-kira sama
dengan tiga kali nilai koefisien variasi Cv.
 Distribusi Gumbel Type I, memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness)
Cs  1,1396, sedangkan nilai kurtosis Ck  5,4002
 Distribusi log Pearson type III, tidak mempunyai sifat khas yang dapat
dipergunakan untuk memperkirakan jenis distribusi ini.
Untuk mengetahui kecocokan terhadap suatu jenis sebaran tertentu, perlu dikaji
terlebih dahulu ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu :
 Hitung parameter-parameter statistik Cs dan Ck, untuk menentukan macam
analisis frekuensi yang dipakai.
 Koefisien kepencengan/skewness (Cs) dihitung dengan persamaan :

n.  ( X  X ) 3
Cs 
(n  1) . ( n  2) . S 3

 Koefisien kepuncakan/curtosis (Ck) dihitung dengan persamaan :

n2 .  (X  X )4
Ck 
( n  1) . ( n  2) . ( n  3) . S 4

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 23
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

dengan :
n = jumlah data
X = rerata data hujan (mm)

S = simpangan baku (standar deviasi)


X = data hujan (mm)
Hasil analisa parameter statistic Cs, Ck, Cv hujan adalah sebagai berikut:

Cs = 0.300
Ck = -0.764
Cv = 0.196
3 Cv = 0.589

4. Uji Kesesuaian Distribusi


Selanjutnya setelah ditetapkan distribusi yang sesuai yang dipakai, kemudian harus
dilakukan uji kesesuaian distribusi yang dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran
analisa curah hujan baik terhadap simpangan data vertikal ataupun simpangan data
horisontal.
Untuk menguji apakah pemilihan distribusi yang digunakan dalam perhitungan
curah hujan rencana diterima atau ditolak, maka perlu dilakukan uji kesesuaian
distribusi. Uji ini dilakukan secara vertikal dengan metode Chi Square dan secara
horisontal dengan metode Smirnov Kolmogorof.
(a) Uji Vertikal dengan Chi Square
Uji chi square digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal apakah
distribusi pengamatan dapat diterima oleh distribusi teoritis.
Perhitungannya dengan menggunakan persamaan (Soewarno,1995 : 194)
K (Oi  Ei ) 2
 h2  
i 1 Ei
n
Ei 
K
Jumlah sub kelompok dihitung dengan rumus (Harto, 1981 : 80) :
K = 1 + 3,322 log n
Dimana :
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i
K = jumlah sub kelompok

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 24
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

n = banyaknya data
Derajat kebebasan dk dihitung dengan persamaan :
dk = K – R – 1, dengan nilai R = 2
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga 2h < 2Cr.
Harga 2Cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi  dengan
derajat kebebasannya (level of significant).
(b) Uji Horisontal dengan Smirnov Kolmogorof
Uji ini digunakan untuk menguji simpangan secara horisontal, yaitu merupakan
selisih/simpangan maksimum antara peluang pengamatan dengan peluang
teoritis (Dmaks). Dalam bentuk persamaan dapat ditulis :
D maks  P  P '

Di mana :
Dmaks = selisih data probabilitas teoritis dan empiris
P = peluang pengamatan
P’ = peluang teoritis
Kemudian dibandingkan antara Dmaks dan Dcr dari tabel. Apabila Dmaks < Dcr,
maka pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan untuk data yang
ada.
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
 data hujan diurutkan dari data terkecil sampai data terbesar
 menentukan peluang dari masing-masing data dengan persamaan Weibull
m
P .100 %
n 1

Dalam hal ini :


P = probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
n = banyaknya data
 menghitung peluang teoritis dari masing-masing data (P’)
 dari kedua nilai peluang di atas kemudian ditentukan selisih terbesarnya
antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis.
D maks  P  P '

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 25
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

 bila Dmaks < Dcr, maka pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan
untuk data yang ada
Tabel 3.1.11 Rekapitulasi Perhitungan Hujan Rancangan

Berdasarkan analisa tersebut, maka dipilih distribusi hujan metode Gumbel


untuk analisa berikutnya.

5. Debit Banjir Rancangan


Jika tidak tersedia debit pengamatan banjir, maka untuk analisa debit banjir
digunakan pendekatan hidrograf satuan, yaitu hidrograf limpasan langsung yang
dihasilkan oleh hujan lebih, yang merata di seluruh DPS, dengan intensitas tetap
dalam satuan waktu.
Konsep dasar pada hidrograf satuan ialah bahwa hujan satuan yang berbeda-beda
besarnya akan menghasilkan grafik distribusi yang hampir sama.
Hirograf satuan yang digunakan dalam studi ini adalah Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu.
(a) Aliran Dasar

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 26
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Aliran dasar dihitung berdasarkan aliran terendah rata-rata bulanan yang terjadi
di sungai tersebut. Berdasarkan hasil analisa aliran dasar diperoleh aliran dasar
S.Cianten -II sebesar 2,22 m3/dt.
(b) Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Untuk menganalisa debit banjir rancangan, terlebih dahulu harus dibuat
hidrograf banjir pada sungai yang bersangkutan. Parameter yang mempengaruhi
unit hidrograf adalah :
 Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak
magnitude).
 Tenggang waktu dari titik berat sampai titik berat hidrograf (time log).
 Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
 Luas daerah pengaliran
 Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel).
 Koefisien pengaliran (run-off coefficient)
Hidrograf satuan sintetik Nakayasu (Shynthetic Unit Hydrograph DR. Nakayasu),
dinyatakan sebagai berikut :

i tr

t
0.8 tr tg
O

lengkung naik lengkung turun

Qp
2
0.3 Qp
0.3 Q

Tp To.3 1.5 To.3

Dengan
CA.Ro
Qp 
3.6 * (0.3Tp  T0.3 )

Dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt/mm)
CA = luas daerah pengaliran (km2)
Ro = curah hujan satuan (mm)
TRUST & KNOWLEDGE
CONSULTING ENGINEERS III - 27
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)


T0,3 = waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak sampai ke
debit sebesar 30% dari debit puncak (jam)
Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan mempunyai persamaan :
(0  1  Tp) :
2.4
 t 
Qa  Qp  
T 
 p 

Bagian lengkung turun (decreasing limb) mempunyai persamaan :


a. Tp  t  (Tp+T0.3) :
t  Tp

Q t1  Q p * 0.3 T0.3

b. (Tp + T0,3)  t  (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3) :


t  Tp  0.5 T0.3
1.5 T 0.3
Q t2  Qp * 0.3

c. t  (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3) :


t  Tp  1.5 T 0.3
2 T 0.3
Q t3  Qp * 0.3

Tenggang waktu Tp = tg +0.8tr Untuk :


L < 15 km tg = 0.21 L0.7
L > 15 km tg = 0.4 + 0.058 L
Dimana :
L = panjang alur sungai (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = 0.5 tg sampai tg (jam)
T0.3 = tg (jam)
Harga  mempunyai kriteria sebagai berikut:
 Untuk daerah pengaliran biasa harga  = 2
 Untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagan menurun dengan cepat
harga  = 1,5
 Untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
harga  = 3

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 28
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Hasil perhitungan banjir rancangan metode Nakayasu dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 3.13. Rekapitulasi Perhitungan Banjir Rancangan Cianten I

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 29
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.1.13 Rekapitulasi Perhitungan Banjir Rancangan Cianten IB

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 30
Schematic Section Across

PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I


GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

3.2. INFORMASI GEOLOGI


3.2.1. Geologi Regional
A. Topografi, Morfologi dan Fisiografi
Lokasi proyek terletak pada daerah pegunungan yang sebagian besar merupakan
produk batuan gunungapi yang berupa tuf, breksi tuf dan lava.
Secara morfologi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan, yaitu satuan perbukitan terjal,
satuan perbukitan bergelombang dan satuan dataran.
Morfologi lokasi proyek memperlihatkan topografi stadium muda sampai dewasa dimana
erosi vertical lebih potensial.

B. Lithologi / Stratigrafi
Sesuai Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa, oleh A.C Effendi, Kusnama dan B. Hermanto
(skala 1 : 100.000), tahun 1998 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi di Bandung (Gambar 3.2.1), daerah rencana PLTM Cianten 1,
berdasarkan stratigrafinya batuan yang dijumpai di daerah lokasi studi sebagian besar
adalah Batuan Piroklastik Gunungapi Salak yang terdiri dari tuf batuapung pasiran,
dekat Cicurug terdapat tuf batuapung dan setempat dinamakan tras berumur Plestosen
Bawah.
Macam dan urutan batuan dapat dilihat pada Gambar 3.2.1 (Peta Geologi Regional
Rencana PLTM Cianten 1, 1B, 2 dan 3) dan Tabel 3.2.1. Ringkasan satuan geologi
Lokasi Proyek.
Tabel 3.2.1 Ringkasan Satuan Geologi Lokasi Proyek

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 31
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

UMUR FORMASI SIMBOL PEMERIAN


Holosen Aluvial Qh Endapan Sungai
(lempung sungai, lanau, pasir, kerikil
sampai bongkah)
Holosen Lava G. Endut - Qvep Batuan Lelehan
Prabakti (andesit hornblende, mengandung
oligoklas andesin, hipersten dan
hornblende)
Holosen Batuan Gunungapi Qval Batuan Lelehan
Salak (aliran lava, andesit basal dengan
piroksen /augit)
Plestosen Atas Batuan Gunungapi Qvsb Batuan Piroklastik
Salak (lahar, breksi tufan dan lapili, bersusunan
adesit basal, umumnay lapuk sekali)
UMUR FORMASI SIMBOL PEMERIAN
Plestosen Batuan Gunungapi Qvst Batuan Piroklastik
Bawah Salak (tuf batuapung pasiran, dekat Cicurug tuf
batuapung, setempat dinamakan tras)
Plestosen Atas Lava Gunungapi Qvl Batuan Lelehan
(aliran lava, didaerah Bogor bersusunan
basal dengan labradorit, piroksen dan
hornblende, didaerah Pelabuhan ratu,
bersusunan andesit dengan oligoklas
andesin, dan banyak sekali hornblende)
Plestosen Batuan Gunungapi Qvu Batuan Piroklastik
Bawah Tak Terpisahkan (breksi dan aliran lava, terutama andesit)

LOKASI PLTM CIANTEN 3 LOKASI PLTM CIANTEN 2

LOKASI PLTM CIANTEN 1

LOKASI PLTM CIANTEN 1B

LEGEND :
Qh ALUVIAL

lempung, lanau pasir dan kerikil

Qvep LAVA G. ENDUT-PRABAKTI


:
andesit horblende, mengandung oligoklas
andesin, hipersten dan hornblende.
batulanau dan serpih
Qval
BATUAN G.API G SALAK
aliran lava, andesit basal dengan piroksen (augit)

Qvsb BATUAN G.API G SALAK


lahar , breksi
andesit basal,tufan dan lapili,
umumnya lapukbersusunan
sekali

Qvst BATUAN G.API G SALAK


tuf batuapung pasiran, didekat Cicurug tuf
batuapung, setempat dinamakan tras
Tets
Qvl BATUAN GUNUNGAPI TUA (LAVA)
aliran lava, didaerah bogor bersusunan basal dengan
labradorit, piroksen dan hornblende, didaerah Pelabuhan
Ratu, bersusunan andesit dengan oligoklas andesin
dan banyak sekali hornblende

Qvu BATUAN G.API TAKTERPISAHKAN


Breksi dan aliran lava, terutama andesit

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 32
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.2.1 Peta Geologi Regional PLTM Cianten 1, 1B, 2 dan 3


Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi di Bandung

C. Struktur Geologi dan Tektonika


Dilihat dari Peta Geologi Regional Lembar Bogor, Jawa, lokasi rencana PLTM Cianten 1
tidak terdapat perlemahan diskontinuitas seperti sesar dan zona-zona hancur, yang ada
hanya rekahan-rekahan yang bersilangan ada yang terbuka dan sebagian tertutup.

3.2.2. Pekerjaan Investigasi Geologi


A. Lingkup Pekerjaan
Investigasi geologi PLTM Cianten 1terutama terdiri dari Pemboran Inti total 240 m
dengan test lapangan berupa Uji Penetrasi Standar, Uji Permeabilitas (lokasi bendung),
Uji Laboratorium Contoh Inti (batuan); Uji Laboratorium Tanah dari lokasi Sumur Uji;
Uji Laboratorium Material Beton; serta observasi singkapan batuan lokasi rencana PLTM
(Pemetaan Geologi Permukaan).

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 33
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Ruang lingkup pekerjaan rencana PLTM cianten 1,1B, 2 dan 3 dapat dilihat pada Tabel
3.2.2.
Tabel 3.2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan PLTM Cianten 1B

Catatan
SPT : Standart Penetration Test
Test Air (Test Permeabilitas) : - Lugeon Test (batu)
- Open End / Variable Test (Tanah)

B. Pemetaan Geologi Permukaan


Pemetaan geologi detail dilaksanakan pada lokasi rencana bendung, headpond dan
powerhouse dengan mengamati singkapan batuan pada lokasi tersebut. Pemetaan
geologi permukaan didukung pula dengan referensi Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa,
oleh A.C Effendi, Kusnama dan B. Hermanto (skala 1 : 100.000), tahun 1998 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi di Bandung (Gambar
3.2.1)
Peta geologi permukaan beserta profile geologinya dapat dilihat pada Gambar 3.2.2.
C. Pemboran Inti
Investigasi geologi bawah permukaan PLTM Cianten 1 dilaksanakan dengan 5 lubang
bor dengan total kedalaman 60 m (Tabel 3.2.2). Hasil pemboran inti dapat dilihat pada
Lampiran Analisa Logging.
Pelaksanaan pemboran investigasi dengan menggunakan mesin bor putar type Tone
UD-5 sebanyak 3 unit. Kotak contoh (core boxes) dari kayu sejumlah 14 kotak
disediakan untuk menempatkan contoh inti yang terambil, setiap kotak berisi 5 jalur
dengan panjang setiap jalur 1 meter.

D. Uji Permeabilitas
Untuk mengetahui kondisi permeabilitas bawah permukaan, dilaksanakan uji
permeabilitas melalui lubang bor. Pada formasi batuan keras pengujian dilaksanakan

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 34
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

dengan metoda water pressure test (Lugeon test), sedangkan pada formasi lunak atau
formasi yang tidak terkonsolidasi dimana tidak memungkinkan untuk pemasangan
packer, maka pengujian dilaksanakan dengan metoda open-end constant head test.
Pada rencana PLTM Cianten 1 total pelaksanaan uji permeabilitas adalah 5 kali.

E. Uji Penetrasi Standar (SPT)


Uji penetrasi standar (SPT) dilaksanakan pada lubang bor untuk mengetahui parameter
dayadukung tanah pondasi. Pada rencana PLTM Cianten 3, uji penetrasi standar dapat
dilihat pada Tabel 3.2.4 dan Lampiran Analisa Logging

F. Sumur Uji (Test Pit)


Sumur uji dilaksanakan pada jalur waterway untuk mengetahui parameter tanah
pondasi yang digunakan untuk menghitung kestabilan lereng dan dayadukung tanah
pondasi.
Pada rencana jalur saluran pembawa PLTM Cianten 1B dilaksanakan 2 lokasi sumur uji
(Tabel 3.2.2) dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran Sumur Uji.

G. Uji Laboratorium
Pekerjaan pengujian laboratorium bahan tanah “Undisturbed” dilakukan berdasarkan
prosedur pengujian yang sudah baku seperti American Society for Testing and Materials
(ASTM), Earth Manual of USBR, atau Japan Industrial Standard (JIS).
Test Laboratorium material batu dari “Disturbed” (rock core material) dilakukan
berdasarkan prosedur pengujian yang sudah baku seperti American Society for Testing
and Materials (ASTM) atau ISRM.
Test Laboratorium untuk material sand gravel (aggregate material) dilakukan
berdasarkan prosedur pengujian yang sudah baku seperti American Society for Testing
and Materials (ASTM).
Hasil Uji Laboratorium dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Laboratorium.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 35
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

3.2.3. Geologi Lokasi Proyek


A. Morfologi
Lokasi rencana PLTM Cianten 1 mulai mulai dari lokasi Wier, Waterway, Penstock
sampai Powerhouse merupakan perbukitan bergelombang yang ditempati oleh batuan
gunungapi yang berupa tuf batuapung serta breksi tuf yang masuk dalam Batuan
Gunungapi G. Salak (Qvst) yang tertutupi oleh tanah pelapukan dan sebagian
endapan longsoran (koluvial) serta pada aliran sungai oleh endapan sungai yang
berupa pasir lepas sampai bongkah (Gambar 3.2.2 dan 3.2.3).

Perbukitan
Terjal

Perbukitan
Bergelombang
Perbukitan
Bergelombang

Gambar 3.2.2 Morfologi Perbukitan Bergelombang pada rencana PLTM


Cianten 1 dengan latar belakang Morfologi Perbukitan
Terjal

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 36
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

LOKASI PLTM CIANTEN 3

LOKASI PLTM CIANTEN 2

Morfologi Bergelombang

LOKASI PLTM CIANTEN 1

Perbukitan Terjal

LOKASI PLTM CIANTEN 1B

Perbukitan Terjal

KETERANGAN
Morfologi Dataran Sungai (Lempung, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah)

Morfologi Bergelombang (Tufa Batuapung dan Breksi Tufa)


Perbukitan Terjal (Breksi Andesite dan Lava)

Gambar 3.2.3 Peta Morfologi Rencana PLTM Cianten 1b, 1, 2 Dan 3

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 37
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

B. Stratigrafi/Lithologi
Pondasi bangunan rencana PLTM Cianten 1 pada lokasi bendung sampai powerhouse
akan bertumpu pada batuan gunungapi yang berupa tuf batuapung serta breksi tuf
yang masuk dalam Batuan Gunungapi G. Salak (Qvst) yang tertutupi oleh tanah
pelapukan dan sebagian endapan longsoran (koluvial) serta pada aliran sungai oleh
endapan sungai yang berupa pasir lepas sampai bongkah (Gambar 3.2.4).
Satuan Batuan Gunungapi G. Salak (Qvst) merupakan batuan gunungapi yang berumur
Plestosen Bawah, yang terdiri dari tuf batuapung pasiran, dekat Cicurug tuf batuapung,
setempat dinamakan tras.
N 9260050.0000

N 9260100.0000

N 9260150.0000

N 9260200.0000

N 9260250.0000

N 9260300.0000

N 9260350.0000

N 9260400.0000

N 9260450.0000

N 9260500.0000

N 9260550.0000

N 9260600.0000

N 9260650.0000

N 9260700.0000

N 9260750.0000

N 9260800.0000

N 9260850.0000

N 9260900.0000

N 9260950.0000

N 9261000.0000
E 680700.0000

E 680750.0000

E 680800.0000
POWERHOUSE
E 680850.0000

E 680900.0000 PENSTOCK POWER HOUSE


6°41'1,9842" LS
106°38'12,783 BT

E 680950.0000

E 681000.0000

E 681050.0000

E 681100.0000

E 681150.0000

E 681200.0000

E 681250.0000

E 681300.0000

E 681350.0000

E 681400.0000

E 681450.0000

E 681500.0000
U

E 681550.0000

E 681600.0000
2
3

2
3

E 681650.0000

E 681700.0000

INTAKE WEIR
Peta Geologi PLTM Cianten 1
6°41'25,7298" LS
106°38'35,533 BT

Gambar 3.2.4 Peta Geologi PLTM Cianten 1

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 38
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

C. Struktur Geologi
Tidak tampak adanya struktur geologi atau perlemahan diskontinuitas yang dominant
pada daerah lokasi PLTM Cianten 1B, 1, 2 dan 3, hanya pada batuan segar yang
tersingkap pada tepian sungai tampak adanya rekahan yang saling bersilangan, ada
yang tertutup dan ada yang terbuka.

D. Kondisi Geoteknik Bangunan Rencana PLTM Cianten I


1. Lokasi Bendung (Wier)
Lokasi bendung terletak kurang lebih pada koordinat 6o41’25.72” LS, 106o
38’35.53” BT dengan elevasi 553.00 m.
Dari pemetaan geologi dan hasil pemboran inti lubang bor BH1B-1 dan BH1B-2
(Lampiran Analisa Logging), batuan gunungapi yang berupa tufa batuapung yang
masuk dalam Batuan Gunungapi G. Salak (Qvst) yang tertutupi oleh tanah
pelapukan serta pada aliran sungai oleh endapan sungai yang berupa pasir lepas
sampai bongkah. Pada daerah aliran dan pinggir sungai serta sandaran kanan
maupun kiri terdapat kerakal, kerikil dan pasir serta bongkah-bongkah breksi yang
berukuran mencapai 1 m (Lihat Gambar 3.2.5).

Sungai Cianten

Endapan Sungai
(Kerakal-Bongkah)

BENDUNG

Gambar 3.2.5 Lokasi Bendung PLTM Cianten 1 diambil dari hilir, terlihat
banyak bongkah-bongkah endapan sungai
Tanah pelapukan sandaran kanan dan sandaran kiri serta kerakal-bongkah dasar
sungai harus dibuang dikupas pada waktu galian pondasi.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 39
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Didekat lokasi bendung tersingkap batuan tufa yang lapuk sedang dengan tingkat
kekerasan lunak sampai sedang (D).
2. Lokasi Saluran Penghantar (Waterway)
Dari hasil pengamatan lapangan, batuan pondasi pada Saluran Penghantar
(Waterway) sebagian besar merupakan pelapukan dari breksi tufaan, tufa lapili
dan dibeberapa tempat oleh endapan longsoran. Sebagian besar merupakan
daerah persawahan dengan morfologi perbukitan bergelombang yang berlereng
landai (Lihat Gambar 3.2.6).

Sungai Cianten

Waterway

Gambar 3.2.6 Jalur saluran pembawa yang melewati daerah


persawahan
3. Lokasi Bak Penenang (Head Pond)
Dari pemetaan geologi (Gambar 3.2.1) dan hasil pemboran inti lubang bor BH1-3
(Lampiran Analisa Logging), batuan pondasi pada lokasi Bak Penenang (Head
Pond) merupakan pelapukan tufa batuapung (Lihat Gambar 3.2.7).

Headpond

Penstock

Powerhouse

Gambar 3.2.7 Pondasi lokasi headpond sampai powerhouse bertumpu


pada tanah pelapukan tufa batuapung

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 40
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

4. Lokasi Pipa Pesat (Penstock)


Dari pemetaan geologi dan hasil pemboran inti lubang bor BH1-4 (Lampiran
Analisa Logging), batuan pondasi pada lokasi Pipa Pesat (Penstock) merupakan
pelapukan dari tufa lapili (Lihat Gambar 3.2.8).
5. Lokasi Pembangkit (Powerhouse)
Dari pemetaan geologi (Gambar 3.18) dan hasil pemboran inti lubang bor BH1-5
(Lampiran Analisa Logging), batuan pondasi pada lokasi Rumah Pembangkit
(Powerhouse) merupakan pelapukan kuat tufa lapili yang pada permukaannya
tertutupi oleh endapan longsoran (koluvial), Gambar 3.2.8)

Endapan
longsoran

Penstock

Powerhouse

Gambar 3.2.8 Pondasi lokasi powerhouse bertumpu pada tanah


pelapukan tufa batuapung
Pondasi powerhouse harus bertumpu pada batuan keras atau tanah keras, jadi
pada waktu konstruksi tanah pelapukan yang lunak harus dibuang.

3.2.4. Material Konstruksi


Material konstruksi diambil dari hasil galian pondasi waterway PLTM Cianten 1B sampai
3 dan disepanjang sungai Cianten dekat lokasi proyek (Gambar 3.2.9 sampai
3.2.14).
Material beton diambil dari kerakal dan bongkah bongkah dari batuan gunungapi yang
berupa breksi tufa yang masuk dalam Batuan Gunungapi G. Salak (Qvst).

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 41
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Batuan breksi banyak mengandung tufa dan batuapung, yang mana masadasarnya
mengandung fragment gelas volkanik. Batuapung dan gelas volkanik mempunyai
karakteristik berat jenis rendah (< 2.50 gr/cc), penyerapan air tinggi dan sangat
bereaksi dengan bahan semen (Alkali Silicate Reaction/ASR). Sehingga bahan batu
harus dipilih atau diseleksi, sebaiknya dari kerakal atau bongkah andesit. Material pasir
untuk agregat halus beton dapat diperoleh dari hasil alat pemecah batu, pasir yang
banyak mengandung gelas volkanik disarankan tidak digunakan sebagai bahan beton
(Gambar 3.2.9 sampai 3.2.14).

Gambar 3.2.9 Material Batu untuk bahan beton yang diambil dari
lokasi sekitar Cianten2

Gambar 3.2.10 Bongkah bongkah andesit (endapan sungai) yang dapat


digunakan sebagai bahan beton, dekat PH Cianten 3

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 42
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.2.11 Bongkah batu endapan sungai yang dapat digunakan


sebagai bahan beton dekat bendung Cianten 1B

Gambar 3.2.12 Bongkah bongkah batu yang digunakan sebagai bahan


beton (selektif) pada galian pondasi bendung Cianten 2

Gambar 3.2.13 Agregat halus (pasir) yang banyak mengandung gelas


volkanik dan batuapung, tidak dapat digunakan sebagai
bahan beton

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 43
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Gambar 3.2.14 Agregat kasar harus yang mengandung batuapung,


sebaiknya tidak digunakan untuk beton

3.2.5. Kondisi Geoteknik Batuan Pondasi


Bangunan PLTM Cianten 1 sampai 3 akan bertumpu pada tufa lapili lapuk sedang
sampai kuat. Galian tebing (lereng) pada jalur Waterway, lokasi Terjunan (Penstock)
dan Jalan Hantar maupun Inspeksi serta bangunan fasilitas adalah sebagai berikiut :
1. Lereng alami sementara tanah pelapukan breksi volkanik, lava maupun maupun
tufa lapili digali dengan kemiringan 1 : 1 dan tinggi maksimum 10 m.
2. Lereng alami permanen tanah pelapukan breksi volkanik, lava maupun maupun tufa
lapili digali kemiringan 1 : 1 dengan tinggi maksimum 10 m dan diproteksi dengan
gebalan rumput. Untuk tanah hasil pelapukan tufa lapili karena sangat sensitive
terhadap air, selain diproteksi dengan gebalan rumput juga dibuatkan drainase agar
aliran air akibat hujan atau dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
3. Lereng alami sementara breksi volkanik, lava maupun maupun tufa lapili lapuk
dengan tingkat kekerasan lunak-sedang (D-CL) atau soft rock digali kemiringan 1 :
0.8 sampai 1 : 0.5 dengan tinggi maksimum 10 m. Untuk batuan tufa lapili lapuk
sedang karena sangat sensitive terhadap air, supaya tidak longsor agar dibuatkan
drainase agar aliran air akibat hujan atau dari air persawahan dapat diatur
pengalirannya.
4. Lereng alami permanen breksi volkanik, lava maupun maupun tufa lapili lapuk
dengan tingkat kekerasan lunak-sedang (D-CL) atau soft rock digali kemiringan 1 :
0.8 sampai 1 : 0.5 dengan tinggi maksimum 10 m dan diproteksi dengan beton
semprot (shotcrete) dan anyaman kawat (wiremesh) tebal 10 cm. Untuk batuan
tufa lapili lapuk sedang karena sangat sensitive terhadap air, selain diproteksi

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 44
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

dengan beton semprot agar dibuatkan drainase agar aliran air akibat hujan atau
dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
5. Lereng alami sementara breksi volkanik, lava maupun maupun tufa lapili segar
dengan tingkat kekerasan sedang-keras (CL-CH) atau hard rock digali kemiringan
1 : 0.5 sampai 1 : 0.3 dengan tinggi maksimum 10 m. Untuk batuan tufa lapili
segar karena sangat sensitive terhadap air, supaya tidak merusak permukaan
batuan dan akhirnya bisa longsor agar dibuatkan drainase agar aliran air akibat
hujan atau dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
6. Lereng alami permanen breksi volkanik, lava maupun maupun tufa lapili segar
dengan tingkat kekerasan sedang-keras (CL-CH) atau hard rock digali kemiringan
1 : 0.5 sampai 1 : 0.3 dengan tinggi maksimum 10 m dan diproteksi dengan beton
semprot (shotcrete) dan anyaman kawat (wiremesh) tebal 5 cm. Untuk batuan
tufa lapili segar karena sangat sensitive terhadap air, supaya tidak merusak
permukaan batuan dan akhirnya bisa longsor agar dibuatkan drainase agar aliran
air akibat hujan atau dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
Galian lereng pada tanah, batuan lapuk serta tufa lapili segar (D-CL) dapat
digunakan excavator, sedangkan batuan segar (breksi andesit dan lava) dengan tingkat
kekerasan (CM-CH) galian pondasi dapat menggunakan excavator dibantu ripper atau
dengan rock breacker.
Untuk galian pondasi tufa lapili, sebaiknya jangan dibiarkan terlalu lama terbuka (lebih
dari 1 bulan) dan harus ditutup (treatment) agar tidak rusak dan kemungkinan akan
longsor.
Untuk galian lereng dapat menggunakan pedoman standar kemiringan galian lereng
alami yang diambil dari The Japan Highway Public Corporation Tabel 3.2.3, dan
Klasifikasi Kwalitas Masa Batuan (CRIEPI, 1986), dapat dilihat pada Tabel 3.2.4.

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 45
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tabel 3.2.3 Kisaran Standar Kemiringan Galian Lereng


(sumber The Japan Highway Public Corporation)

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 46
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

KLASIFIKASI
Tabel 3.2.4
KWALITAS MASA BATUAN (CRIEPI)
Klasifikasi Kualitas Batuan (CRIEPI) Untuk Pondasi Bendungan
UNTUK PONDASI BENDUNGAN
KARAKTERIASTIK
KLASIFIKASI PEMERIAN KENAMPAKAN REKAHAN SUARA
MINERAL KETAHANAN
BATUAN
DAN BUTIRAN
IKATAN ISIAN
TERHADAP PEMISAHAN
PUKULAN
Kondisi batuan sangat keras, tidak lapuk (tidak kapuk), Sangat Tidak ada
A Sangat Tidak - Nyaring
rekahan tertutup tanpa pelapukan, segar dan pelapukan kuat ada
qu = 1.600-3.200 kg/cm2. keras atau alterasi

Mineral pembentuk batuan sedikit lapuk, kondisi batuan


Segar Sebagian sedikit Tidak
B keras, rekahan tertutup tanpa pelapukan, kuat ada - Nyaring
qu = 800-1.600 kg/cm2. dan keras lapuk dan alterasi

Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan keras,


ikatan antar blok batuan agak berkurang dan setiap blok Limonit
CH cenderung mengelupas sepanjang bidang rekahan bila Relatif Sedikit lapuk Sedikit atau Lepas dengan pukulan Kurang
keras kecuali kuarsa terbuka mineral kuat palu geologi nyaring
dipukul keras dengan palu, rekahan kadang terisi mineral lempung
lempung / mineral lain, qu = 400-800 kg/cm2.

Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan masih


Sedikit lapuk
C CM sedikit keras, pengelupasan terjadi sepanjang rekahan bila Sedikit Mineral Mudah dipisahkan dengan Agak
kecuali kuarsa Terbuka lempung pukulan sedang palu geologi lebam
dipukul sedang dengan palu, rekahan kadang terisi mineral, lunak dan agak lunak
lempung / moneral lain, qu = 200-400 kg/cm2.
Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuan masih
sedikit keras, pengelupasan terjadi sepanjang rekahan bila Lapuk sedang
CL dipukul ringan dengan palu, rekahan kadang terisi minera lunak dan lunak Terbuka Mineral Mudah dipisahkan dengan Lebam
lempung pukulan ringan palu geologi
lempung / mineral lain, qu = 200-400 kg/cm2.

Mineral pembentuk batuan lapuk dan kondisi batuansedikit


lunak, tidak ada ikatan antar blok batuandan mudah Lapuk kuat
D hancur dan ada perubahan Terbuka Mineral Sangat mudah terlepas dengan Sangat
bila dipukul ringan dengan palu, rekahan terisi mineral lempung pukulan ringan palu geologi lebam
(dekomposisi)
lempung atau mineral lain, qu = 50-200 kg/cm2.

3.2.6. Kegempaan (Seismicity)


Berdasarkan Peta Zona Seismik untuk perencanaan penetuan beban gempa pada
bangunan pengairan di Indonesia yang dipublikasikan oleh Dirjen Pengairan tahun 2004
(Gambar 3.2.15), maka lokasi rencana PLTM Cianten 1untuk periode ulang 100 tahun
mempunyai parameter untuk perhitungan koefisien gempa sebagai berikut :
- Percepatan gempa dasar ( Ac) untuk periode ulang 10-500 tahun dapat dilihat
pada Tabel 3.2.6.
- Daerah rencana PLTM Cianten termasuk dalam zona koefisien (Z) pada daerah
gempa D, yaitu sebesar 1.1
- Parameter jenis pondasi sebagai tumpuan bangunan adalah batuan diluvium,
dengan nilai v = 1 (Tabel 3.2.5)
Sehingga percepatan gempa desain untuk perioda ulang 100 tahun dapat dicari dengan
rumusan :

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 47
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Ad = Z x Ac x v
= (1.10) x 222.46 x 1
= 244.71 gal
Koefisien gempa dapat dicari dengan rumusan :
K = Ad / g
= (244.71) / 980 = 0,250
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka koefisien gempa yang terjadi untuk periode
ulang 10-500 tahun adalah dapat dilihat pada Tabel 3.2.7.

Tabel 3.2.5 Faktor Koreksi Pengaruh Jenis Tanah / Batuan

Jenis Periode Predominan (Ts) Faktor Koreksi Batuan Dasar (V)


Batuan Ts<0,25 0.8
Diluvium 0,25<Ts<0,50 1.0
Aluvium 0,50<Ts<0,75 1.0
Aluvium Lunak Ts>0,75 1.0

Tabel 3.2.6 Periode Ulang dan Percepatan Dasar Gempa


ac
Periode Ulang (Tahun)
(gal = cm/det2)
10 0.127
20 0.155
50 0.196
100 0.227
200 0.255
500 0.289
1000 0.313
5000 0.364
10000 0.385

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 48
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tabel 3.2.7 Perhitungan Koefisien Gempa Periode Ulang 10- 500 Tahun
Percepatan Parameter
Periode Ulang Zona Koefisien Koefisien
Gempa Dasar Jenis Pondasi
T (tahun) (Z) Gempa
(Ac) (v)
10 1.1 0.127 1 0.140
20 1.1 0.155 1 0.171
50 1.1 0.196 1 0.216
100 1.1 0.227 1 0.250
200 1.1 0.255 1 0.281
500 1.1 0.289 1 0.320

Dasar pijakan untuk menghitung koefisien gempa tersebut adalah :


1. Klasifikasi tempat / site pijakan (jenis batuan)
2. Parameter fisik dan ketebalan lapisan pondasi
3. Jarak dari pusat gempa / patahan
4. Jarak dari pelepasan energi
5. Pemilihan magnitude untuk desain
Pedoman Jepang memberikan cara untuk menentukan koefisien gempa horisontal kH
untuk desain sebagai berikut :
kH =  1 .  2.  3. k o

dimana :
kH = Koefisien gempa horisontal untuk desain
Δ1 = Faktor lokasi bendung ( Tabel III-24 )
Δ2 = Faktor pondasi bendung ( Tabel III-25 )
Δ3 = Faktor konstruksi ( Tabel III-26 ), dan
Ko = Koefisien gempa horisontal dasar (Cianten diambil 0,250 g)

Tabel 3.2.8 Faktor Lokasi


Lokasi Koefisien
Lokasi risiko tinggi 1,00
Lokasi risiko sedang 0,85
Lokasi risiko rendah 0,70

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 49
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Tabel 3.2.9 Faktor Pondasi


Kategori Kondisi Pondasi Koefisien
1 (1) Formasi Pra Tertier
(2) Diluvium diatas batu < 10 m 0,90
2 (1) Diluvium diatas batu > 10 m
(2) Aluvium diatas batu < 10 m 1,00
3 Aluvium diatas batu < 25 m dan lapisan lembek < 5 m 1,10
4 Lain-lain 1,20

Tabel 3.2.10 Faktor Konstruksi


Konstruksi Koefisien
Konstruksi baja 1,00
Konstruksi beton 1,00
Konstruksi Beton bertulang 1,00
Konstruksi masif dan kaku 0,50
Konstruksi timbunan 0,50

Untuk kasus rencana PLTM Cianten bila diambil nilai-nilai ko = 0,250 g, Δ1 = 0,85, Δ2 =
0,90 dan Δ3 = 0,5, maka diperoleh kH = 0,0955 g. Selanjutnya koefisien gempa
horisontal kH harus diubah dalam setiap perhitungan stabilitas dengan mengalikan
faktor gaya gempa α, atau : k = α kHFaktor gaya gempa α suatu fungsi dua garis, atau
secara numerik dirumuskan sebagai berikut :
k = kH ( 2,5 – 1,85 y/H ) jika y/H < = 0,4 dan
k = kH ( 2,0 – 0,6 y/H ) jika y/H > = 0,4
Dalam mana y/H adalah tinggi relatif yang diukur dari puncak bendung, sehingga di
puncak bendung y/H = 0, dan di pondasi (y = H) y/H = 1

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 50
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -

Project Location

Project Location

Gambar 3.2.15 Peta Zona Gempa Indonesia

TRUST & KNOWLEDGE


CONSULTING ENGINEERS III - 51

Anda mungkin juga menyukai