Klimatologi
2 Dermaga BMKG Manual 6 31 0 LS 106 44 0 BT 201
Debit
6 PLTA Karacak - Manual 6 37 1 LS 106 38 39 BT 308
7 Sungai Cianten Pengukuran Manual - - - - - - - - -
Sedimentasi
9 Sungai Cianten - - - - - - - - - - -
A. Klimatologi
Stasiun Klimatologi yang digunakan adalah stasiun pengamatan yang paling dekat
dengan daerah studi, yaitu Stasiun Klimatologi Darmaga, Kabupaten Bogor. Data
klimatologi yang digunakan untuk keperluan analisa meliputi 4 unsur data yaitu; data
suhu, kelembaban relatif, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin permukaan.
Data klimatologi yang digunakan adalah periode pengamatan tahun 1999 sampai
dengan tahun 2008, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.3.
Sedangkan untuk data curah hujan juga digunakan stasiun penakar hujan yang paling
dekat dengan daerah studi, yaitu Stasiun Karacak, Kabupaten Bogor. Data pengamatan
curah hujan berupa data harian, dengan periode pengamatan mulai tahun 1997 sampai
dengan 2008. Curah hujan bulanan Stasiun Karacak dapat dilihat pada Tabel 3.1.4.
dan Gambar 3.1.2.
Tabel 3.1.3 Data Klimatologi Stasiun Dermaga
Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
Hujan (mm) 257.9 265.6 200.2 312.0 292.3 177.5 111.4 80.6 116.2 230.3 279.8 177.6
Sumber : Stasiun Klimatologi Karacak
B. Hidrometri
Pada bulan Agustus 2011 telah dilaksanakan pemasangan papan duga air ( peilschaal) di
lokasi calon bendung Cianten-I dan pada bulan April 2012 di Cianten-IB. Hasil
pengamatan debit tersebut akan dipakai sebagai debit pengontrol atau koreksi data
debit pada lokasi PLTA Karacak dan calon bendung Sungai Cianten. Untuk mengontrol
hasil pengukuran debit di Cianten-IB dan I, diambil sampel hasil pengukuran pada
Cianten-IB bulan April-Mei 2012 dan dibandingkan dengan analisa empiris perhitungan
debit dengan pendekatan persamaan kecepatan aliran Manning. Data-data untuk
analisa adalah sebagai berikut:
6
2
V= 1.2 m/det
V= 1.1 m/det
V= 1.4 m/det
V= 1.3 m/det
1
MA= 0.32 M
Bidang persamaan
0
Reference level
-1,00
ELEVASI TANAH ASLI
-0,450
-0,601
-0,556
-0,525
4,594
3,190
0,038
0,582
5,442
2,580
2,590
0,056
1,867
ORIGINAL GROUND LEVEL
JARAK (m)
0,80
2,49 5,92 2,62 1,50 3,19 3,27 6,68 2,52 2,02 2,39 4,84
DISTANCE (m)
Pengujian Inferensi Statistik Nilai Rerata dengan Uji tDebit Cianten 1B dengan Debit Persamaan Manning
B= 13.14 m Talud saluran sisi kiri = 1.13
n= 0.1 (Sungai berbatu) Talud saluran sisi kanan = 1.16
0.0319918
S= 7
Uji rata-rata dua set sampel kecil dilakukan dengan uji t (Soewarno, 1997: 20)
σ = 5.19
t
1.90
hitung =
t kritis = 2.20
Data debit pada PLTA Karacak terkumpul mulai tahun 2004 – 2012. Terdapat
perbedaan data debit yang cukup signifikan antara data debit tahun 2004-2010 dan
tahun 2011-2012. Untuk mengetahui data debit Karacak yang akan digunakan untuk
mengtransformasi menjadi data debit Sungai Cianten, maka diadakan pengujian sifat
statistik antara debit Cianten-I dengan debit di Karacak sebagai berikut:
Tabel 3.1.5 Pengujian Inferensi Statistik Nilai Rerata dengan Uji t
Cianten-
No Cianten-I Cianten
Karacak
Observasi 2011-2012 2004-2010
( C1 ) ( CK ) ( CT )
1 3.98 3.94 6.98 t hitung t kritis Ho
2 4.34 4.15 4.99 C1 - CK 2.03 1.96 ditolak
3 5.15 4.57 8.10 C1 - CT 1.37 1.96 diterima
4 4.91 4.78 7.41 CK - CT 2.18 1.96 ditolak
5 5.14 4.25 8.40
6 16.79 6.26 8.34 Pengujian pada derajat kepercayaan 5%
7 22.66 7.99 10.28 Kesimpulan:
8 16.01 6.74 15.37 Dapat dikatakan 95% benar tidak
terdapat perbedaan yang nyata
9 15.45 7.82 14.24
antara debit C1 dengan CT
10 20.60 7.49 11.03
11 15.91 7.06 8.22
12 5.99 5.71 9.15
13 6.23 6.27 7.72
14 7.24 5.99 6.89
15 13.62 6.77 6.06
16 9.41 6.50 10.01
17 12.84 7.58 9.24
18 17.93 8.03 12.63
19 20.08 8.04 9.82
20 15.03 7.07 7.00
21 6.04 4.98 11.94
22 5.85 4.87 8.01
23 18.43 6.85 7.60
Hasil transformasi debit Sungai Cianten dapat dilihat pada Gambar 3.1.5 untuk
tahun 2004-2010.
1) Model Tangki
Model simulasi yang digunakan untuk mengestimasi debit dalam studi ini adalah
menggunakan Model Tangki yang dikembangkan oleh Dr. Sugawara (Soemarto,
1987)
Model Tangki adalah untuk meniru (simulate) daerah aliran sungai dengan
mengganti sejumlah tampungan yang digambarkan dengan sederet tangki. Model
ini dikembangkan oleh Dr. Sugawara. Sebagai contoh kita tinjau model dibawah ini :
R(t) R(t)
V1
V2
V3
Curah hujan yang jatuh pada suatu waktu R (t) akan mengisi tangki paling atas V1.
Air yang tertampung pada tangki V1 mengalir lewat lubang di dinding kanan atau
merembes lewat lubang di dasar tangki dan masuk mengisi tangki V2 dalam tahap
kedua.
Air yang tertampung pada tangki V2 akan mengalir lewat lubang-lubang di dinding
ataupun merembes lewat dasar tangki, dan masuk ke tangki ketiga pada tahap
ketiga. Proses ini berulang hingga tahap selanjutnya. Air yang mengalir lewat
dinding tangki akan menghasilkan limpasan, sedangkan yang merembes melewati
dasar tangki merupakan infiltrasi.
Besarnya limpasan yang keluar dari tangki (mm/hari) sebanding dengan tinggi air
(mm) dalam tangki yang bersangkutan (storage depth) h(t) diatas lubang.
1
H1
h(t) q (t)
0
i (t)
Selanjutnya tangki tersebut tidak akan mengalirkan air sebelum tinggi air melewati
h1. Oleh karena itu H1 merupakan kehilangan permulaan atau kekurangan retensi
kelengasan (moisture). Hubungan antara q(t) dengan h(t) dan i (t) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
q (t) = { h(t) - H1} . α
I (t) = h (t) . αo
Pada proses simulasi jumlah hujan diisikan pada tangki teratas dan air yang keluar
dari lubang bawah kemudian ditampung oleh tangki kedua, dengan proses yang
sama diulang untuk tangki ketiga dan seterusnya. Besarnya debit sungai diumpakan
sebagai jumlah air yang keluar dari lubang-lubang yang ada pada samping tangki.
Kehilangan air karena evapotranspirasi dicari dengan mengurangi evapotranspirasi
harian dari tampungan tangki teratas.
ti,γ,j =
γt,j =
dengan:
µ = nilai rata-rata debit
q = debit
σ = standard deviasi
ρ = koefisien korelasi
t = bilangan acak
γ = koefisien skew/kepencengan
C. Hasil Analisa
Analisa aliran rendah secara detail dapat dilihat dalam Laporan Pendukung Hidrologi.
Secara ringkas hasil analisa aliran rendah sebagai berikut:
1) Parameter dan Kalibrasi Model Tangki
Dari hasil perhitungan model tangki dengan cara uji banding ( trial and error)
maka didapatkan koefisien-koefisien dalam model tangki seperti pada tabel
berikut : Evaporasi
Hujan
i2
Hi hi,2 qi,1,2
hi,1
i,1
Gw bi
Tabel 3.1.6 Parameter dan Koefisien Tangki Sungai Cianten Tabel 3.1.7
tank-1 tank-2 tank-3 tank-4
Hi 0.00 0.00 0.00 0.00
hi,2 40 0 0 0
αi,24.600 0.000 0.000 0.000
hi,1 24 0 0 0
αi,10.800 0.0000 0.000 0.000
bi 0.000 0.000 0.000 0.000
Perbandingan antara debit aktual dan debit hasil simulasi model Tangki
ditunjukkan pada Gambar 3.6. Dari hasil optimasi parameter kalibrasi model
diperoleh nilai korelasi (r) antara debit simulasi dan pengamatan pada Sungai
Cianten adalah 0.45.
Perbandingan antara debit aktual dan debit hasil simulasi model Mock
ditunjukkan pada Gambar 3.1.7. Dari hasil optimasi parameter kalibrasi
TRUST & KNOWLEDGE
CONSULTING ENGINEERS III - 14
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -
model diperoleh nilai korelasi (r) antara debit simulasi dan pengamatan
pada Sungai Cianten adalah 0,42.
P=
Dengan:
m = nomer urut data
n = jumlah data
Hasil analisa debit andalan untuk Sungai Cianten dapat dilihat pada
Gambar 3.1.10 sampai Gambar 3.1.12
di mana:
X = nilai rerata hitung variat
T = kala ulang.
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat nilainya tergantung dari
jumlah data (n)
logX
log X
n
SlogX
(log X log X ) 2
(n 1)
n (log X log X ) 3
Cs
( n 1)(n 2)( S log X ) 3
di mana:
X = nilai variat X (mm)
log X
= rerata logaritma variat X
K = karakteristik distribusi log Pearson III (Tabel Pearson III yang
nilainya tergantung Cs)
SlogX = deviasi standart dari log X
Cs = koefisien kemencengan
logX
log X
n
SlogX
(log X log X ) 2
(n 1)
di mana:
X = nilai variat X (mm)
log X = rerata logaritma variat X
K = karakteristik distribusi log normal. Nilai K dapat diperoleh dari
nilai variabel Gauss
SlogX = deviasi standart dari log X
=
n
X
n
2
-X
Sd = Standar deviasi i=l
i
=
n -1
KT = faktor frekuensi. Nilai KT dapat diperoleh dari nilai variabel Gauss
n. ( X X ) 3
Cs
(n 1) . ( n 2) . S 3
n2 . (X X )4
Ck
( n 1) . ( n 2) . ( n 3) . S 4
dengan :
n = jumlah data
X = rerata data hujan (mm)
Cs = 0.300
Ck = -0.764
Cv = 0.196
3 Cv = 0.589
n = banyaknya data
Derajat kebebasan dk dihitung dengan persamaan :
dk = K – R – 1, dengan nilai R = 2
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga 2h < 2Cr.
Harga 2Cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi dengan
derajat kebebasannya (level of significant).
(b) Uji Horisontal dengan Smirnov Kolmogorof
Uji ini digunakan untuk menguji simpangan secara horisontal, yaitu merupakan
selisih/simpangan maksimum antara peluang pengamatan dengan peluang
teoritis (Dmaks). Dalam bentuk persamaan dapat ditulis :
D maks P P '
Di mana :
Dmaks = selisih data probabilitas teoritis dan empiris
P = peluang pengamatan
P’ = peluang teoritis
Kemudian dibandingkan antara Dmaks dan Dcr dari tabel. Apabila Dmaks < Dcr,
maka pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan untuk data yang
ada.
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
data hujan diurutkan dari data terkecil sampai data terbesar
menentukan peluang dari masing-masing data dengan persamaan Weibull
m
P .100 %
n 1
bila Dmaks < Dcr, maka pemilihan metode frekuensi tersebut dapat diterapkan
untuk data yang ada
Tabel 3.1.11 Rekapitulasi Perhitungan Hujan Rancangan
Aliran dasar dihitung berdasarkan aliran terendah rata-rata bulanan yang terjadi
di sungai tersebut. Berdasarkan hasil analisa aliran dasar diperoleh aliran dasar
S.Cianten -II sebesar 2,22 m3/dt.
(b) Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Untuk menganalisa debit banjir rancangan, terlebih dahulu harus dibuat
hidrograf banjir pada sungai yang bersangkutan. Parameter yang mempengaruhi
unit hidrograf adalah :
Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak
magnitude).
Tenggang waktu dari titik berat sampai titik berat hidrograf (time log).
Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
Luas daerah pengaliran
Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel).
Koefisien pengaliran (run-off coefficient)
Hidrograf satuan sintetik Nakayasu (Shynthetic Unit Hydrograph DR. Nakayasu),
dinyatakan sebagai berikut :
i tr
t
0.8 tr tg
O
Qp
2
0.3 Qp
0.3 Q
Dengan
CA.Ro
Qp
3.6 * (0.3Tp T0.3 )
Dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt/mm)
CA = luas daerah pengaliran (km2)
Ro = curah hujan satuan (mm)
TRUST & KNOWLEDGE
CONSULTING ENGINEERS III - 27
PT JAYA DINAMIKA STUDI KELAYAKAN PLTM CIANTEN I
GEOHIDROENERGI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Energy Investment
- LAPORAN AKHIR -
Q t1 Q p * 0.3 T0.3
Hasil perhitungan banjir rancangan metode Nakayasu dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 3.13. Rekapitulasi Perhitungan Banjir Rancangan Cianten I
B. Lithologi / Stratigrafi
Sesuai Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa, oleh A.C Effendi, Kusnama dan B. Hermanto
(skala 1 : 100.000), tahun 1998 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi di Bandung (Gambar 3.2.1), daerah rencana PLTM Cianten 1,
berdasarkan stratigrafinya batuan yang dijumpai di daerah lokasi studi sebagian besar
adalah Batuan Piroklastik Gunungapi Salak yang terdiri dari tuf batuapung pasiran,
dekat Cicurug terdapat tuf batuapung dan setempat dinamakan tras berumur Plestosen
Bawah.
Macam dan urutan batuan dapat dilihat pada Gambar 3.2.1 (Peta Geologi Regional
Rencana PLTM Cianten 1, 1B, 2 dan 3) dan Tabel 3.2.1. Ringkasan satuan geologi
Lokasi Proyek.
Tabel 3.2.1 Ringkasan Satuan Geologi Lokasi Proyek
LEGEND :
Qh ALUVIAL
Ruang lingkup pekerjaan rencana PLTM cianten 1,1B, 2 dan 3 dapat dilihat pada Tabel
3.2.2.
Tabel 3.2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan PLTM Cianten 1B
Catatan
SPT : Standart Penetration Test
Test Air (Test Permeabilitas) : - Lugeon Test (batu)
- Open End / Variable Test (Tanah)
D. Uji Permeabilitas
Untuk mengetahui kondisi permeabilitas bawah permukaan, dilaksanakan uji
permeabilitas melalui lubang bor. Pada formasi batuan keras pengujian dilaksanakan
dengan metoda water pressure test (Lugeon test), sedangkan pada formasi lunak atau
formasi yang tidak terkonsolidasi dimana tidak memungkinkan untuk pemasangan
packer, maka pengujian dilaksanakan dengan metoda open-end constant head test.
Pada rencana PLTM Cianten 1 total pelaksanaan uji permeabilitas adalah 5 kali.
G. Uji Laboratorium
Pekerjaan pengujian laboratorium bahan tanah “Undisturbed” dilakukan berdasarkan
prosedur pengujian yang sudah baku seperti American Society for Testing and Materials
(ASTM), Earth Manual of USBR, atau Japan Industrial Standard (JIS).
Test Laboratorium material batu dari “Disturbed” (rock core material) dilakukan
berdasarkan prosedur pengujian yang sudah baku seperti American Society for Testing
and Materials (ASTM) atau ISRM.
Test Laboratorium untuk material sand gravel (aggregate material) dilakukan
berdasarkan prosedur pengujian yang sudah baku seperti American Society for Testing
and Materials (ASTM).
Hasil Uji Laboratorium dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Laboratorium.
Perbukitan
Terjal
Perbukitan
Bergelombang
Perbukitan
Bergelombang
Morfologi Bergelombang
Perbukitan Terjal
Perbukitan Terjal
KETERANGAN
Morfologi Dataran Sungai (Lempung, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah)
B. Stratigrafi/Lithologi
Pondasi bangunan rencana PLTM Cianten 1 pada lokasi bendung sampai powerhouse
akan bertumpu pada batuan gunungapi yang berupa tuf batuapung serta breksi tuf
yang masuk dalam Batuan Gunungapi G. Salak (Qvst) yang tertutupi oleh tanah
pelapukan dan sebagian endapan longsoran (koluvial) serta pada aliran sungai oleh
endapan sungai yang berupa pasir lepas sampai bongkah (Gambar 3.2.4).
Satuan Batuan Gunungapi G. Salak (Qvst) merupakan batuan gunungapi yang berumur
Plestosen Bawah, yang terdiri dari tuf batuapung pasiran, dekat Cicurug tuf batuapung,
setempat dinamakan tras.
N 9260050.0000
N 9260100.0000
N 9260150.0000
N 9260200.0000
N 9260250.0000
N 9260300.0000
N 9260350.0000
N 9260400.0000
N 9260450.0000
N 9260500.0000
N 9260550.0000
N 9260600.0000
N 9260650.0000
N 9260700.0000
N 9260750.0000
N 9260800.0000
N 9260850.0000
N 9260900.0000
N 9260950.0000
N 9261000.0000
E 680700.0000
E 680750.0000
E 680800.0000
POWERHOUSE
E 680850.0000
E 680950.0000
E 681000.0000
E 681050.0000
E 681100.0000
E 681150.0000
E 681200.0000
E 681250.0000
E 681300.0000
E 681350.0000
E 681400.0000
E 681450.0000
E 681500.0000
U
E 681550.0000
E 681600.0000
2
3
2
3
E 681650.0000
E 681700.0000
INTAKE WEIR
Peta Geologi PLTM Cianten 1
6°41'25,7298" LS
106°38'35,533 BT
C. Struktur Geologi
Tidak tampak adanya struktur geologi atau perlemahan diskontinuitas yang dominant
pada daerah lokasi PLTM Cianten 1B, 1, 2 dan 3, hanya pada batuan segar yang
tersingkap pada tepian sungai tampak adanya rekahan yang saling bersilangan, ada
yang tertutup dan ada yang terbuka.
Sungai Cianten
Endapan Sungai
(Kerakal-Bongkah)
BENDUNG
Gambar 3.2.5 Lokasi Bendung PLTM Cianten 1 diambil dari hilir, terlihat
banyak bongkah-bongkah endapan sungai
Tanah pelapukan sandaran kanan dan sandaran kiri serta kerakal-bongkah dasar
sungai harus dibuang dikupas pada waktu galian pondasi.
Didekat lokasi bendung tersingkap batuan tufa yang lapuk sedang dengan tingkat
kekerasan lunak sampai sedang (D).
2. Lokasi Saluran Penghantar (Waterway)
Dari hasil pengamatan lapangan, batuan pondasi pada Saluran Penghantar
(Waterway) sebagian besar merupakan pelapukan dari breksi tufaan, tufa lapili
dan dibeberapa tempat oleh endapan longsoran. Sebagian besar merupakan
daerah persawahan dengan morfologi perbukitan bergelombang yang berlereng
landai (Lihat Gambar 3.2.6).
Sungai Cianten
Waterway
Headpond
Penstock
Powerhouse
Endapan
longsoran
Penstock
Powerhouse
Batuan breksi banyak mengandung tufa dan batuapung, yang mana masadasarnya
mengandung fragment gelas volkanik. Batuapung dan gelas volkanik mempunyai
karakteristik berat jenis rendah (< 2.50 gr/cc), penyerapan air tinggi dan sangat
bereaksi dengan bahan semen (Alkali Silicate Reaction/ASR). Sehingga bahan batu
harus dipilih atau diseleksi, sebaiknya dari kerakal atau bongkah andesit. Material pasir
untuk agregat halus beton dapat diperoleh dari hasil alat pemecah batu, pasir yang
banyak mengandung gelas volkanik disarankan tidak digunakan sebagai bahan beton
(Gambar 3.2.9 sampai 3.2.14).
Gambar 3.2.9 Material Batu untuk bahan beton yang diambil dari
lokasi sekitar Cianten2
dengan beton semprot agar dibuatkan drainase agar aliran air akibat hujan atau
dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
5. Lereng alami sementara breksi volkanik, lava maupun maupun tufa lapili segar
dengan tingkat kekerasan sedang-keras (CL-CH) atau hard rock digali kemiringan
1 : 0.5 sampai 1 : 0.3 dengan tinggi maksimum 10 m. Untuk batuan tufa lapili
segar karena sangat sensitive terhadap air, supaya tidak merusak permukaan
batuan dan akhirnya bisa longsor agar dibuatkan drainase agar aliran air akibat
hujan atau dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
6. Lereng alami permanen breksi volkanik, lava maupun maupun tufa lapili segar
dengan tingkat kekerasan sedang-keras (CL-CH) atau hard rock digali kemiringan
1 : 0.5 sampai 1 : 0.3 dengan tinggi maksimum 10 m dan diproteksi dengan beton
semprot (shotcrete) dan anyaman kawat (wiremesh) tebal 5 cm. Untuk batuan
tufa lapili segar karena sangat sensitive terhadap air, supaya tidak merusak
permukaan batuan dan akhirnya bisa longsor agar dibuatkan drainase agar aliran
air akibat hujan atau dari air persawahan dapat diatur pengalirannya.
Galian lereng pada tanah, batuan lapuk serta tufa lapili segar (D-CL) dapat
digunakan excavator, sedangkan batuan segar (breksi andesit dan lava) dengan tingkat
kekerasan (CM-CH) galian pondasi dapat menggunakan excavator dibantu ripper atau
dengan rock breacker.
Untuk galian pondasi tufa lapili, sebaiknya jangan dibiarkan terlalu lama terbuka (lebih
dari 1 bulan) dan harus ditutup (treatment) agar tidak rusak dan kemungkinan akan
longsor.
Untuk galian lereng dapat menggunakan pedoman standar kemiringan galian lereng
alami yang diambil dari The Japan Highway Public Corporation Tabel 3.2.3, dan
Klasifikasi Kwalitas Masa Batuan (CRIEPI, 1986), dapat dilihat pada Tabel 3.2.4.
KLASIFIKASI
Tabel 3.2.4
KWALITAS MASA BATUAN (CRIEPI)
Klasifikasi Kualitas Batuan (CRIEPI) Untuk Pondasi Bendungan
UNTUK PONDASI BENDUNGAN
KARAKTERIASTIK
KLASIFIKASI PEMERIAN KENAMPAKAN REKAHAN SUARA
MINERAL KETAHANAN
BATUAN
DAN BUTIRAN
IKATAN ISIAN
TERHADAP PEMISAHAN
PUKULAN
Kondisi batuan sangat keras, tidak lapuk (tidak kapuk), Sangat Tidak ada
A Sangat Tidak - Nyaring
rekahan tertutup tanpa pelapukan, segar dan pelapukan kuat ada
qu = 1.600-3.200 kg/cm2. keras atau alterasi
Ad = Z x Ac x v
= (1.10) x 222.46 x 1
= 244.71 gal
Koefisien gempa dapat dicari dengan rumusan :
K = Ad / g
= (244.71) / 980 = 0,250
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka koefisien gempa yang terjadi untuk periode
ulang 10-500 tahun adalah dapat dilihat pada Tabel 3.2.7.
Tabel 3.2.7 Perhitungan Koefisien Gempa Periode Ulang 10- 500 Tahun
Percepatan Parameter
Periode Ulang Zona Koefisien Koefisien
Gempa Dasar Jenis Pondasi
T (tahun) (Z) Gempa
(Ac) (v)
10 1.1 0.127 1 0.140
20 1.1 0.155 1 0.171
50 1.1 0.196 1 0.216
100 1.1 0.227 1 0.250
200 1.1 0.255 1 0.281
500 1.1 0.289 1 0.320
dimana :
kH = Koefisien gempa horisontal untuk desain
Δ1 = Faktor lokasi bendung ( Tabel III-24 )
Δ2 = Faktor pondasi bendung ( Tabel III-25 )
Δ3 = Faktor konstruksi ( Tabel III-26 ), dan
Ko = Koefisien gempa horisontal dasar (Cianten diambil 0,250 g)
Untuk kasus rencana PLTM Cianten bila diambil nilai-nilai ko = 0,250 g, Δ1 = 0,85, Δ2 =
0,90 dan Δ3 = 0,5, maka diperoleh kH = 0,0955 g. Selanjutnya koefisien gempa
horisontal kH harus diubah dalam setiap perhitungan stabilitas dengan mengalikan
faktor gaya gempa α, atau : k = α kHFaktor gaya gempa α suatu fungsi dua garis, atau
secara numerik dirumuskan sebagai berikut :
k = kH ( 2,5 – 1,85 y/H ) jika y/H < = 0,4 dan
k = kH ( 2,0 – 0,6 y/H ) jika y/H > = 0,4
Dalam mana y/H adalah tinggi relatif yang diukur dari puncak bendung, sehingga di
puncak bendung y/H = 0, dan di pondasi (y = H) y/H = 1
Project Location
Project Location