Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci lagi
penuh kelapangan, serta syari‟at yang lengkap dan meliputi yang menjamin bagi manusia
kehidupan bersih lagi mulia dan menyampaikan manusia ke puncak ketinggian dan
kesempurnaan. Salah satunya tugas tersebut adalah menjaga lingkungan hidup.
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan setiap orang.
Manusia bernafas dan mendapat terang (cahaya) karena ada udara dan matahari,
demikian juga kebutuhan manusia dengan mendapat makan, minum, bertani, membuat
rumah, mandi dan berteduh adalah dari lingkungan. Seterusnya mengolah suatu produksi,
membuat gedung, menciptakan alat transportasi, reactor nuklir, menciptakan Apollo ke
pelanet bulan, berkomunikasi jarak jauh (hingga beratus ribu kilometer sekalipun),
mengolah informasi melalui sistem telematika dan sebagainya adalah karena ketersediaan
yang diberikan oleh lingkungan. Jadi kehadiran lingkungan hidup itu sebenarnya amat
penting dan menentukan bagi kehadiran dan kelangsungan manusia, bagi kebudayaan dan
peradabannya. Selama kehidupan manusia, sejak lahir bahkan ketika didalam
kandunganpun, faktor lingkungan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan secara
mutlak dari manusia. karena itu seberapapun kita memandang benda-benda lingkungan,
dalam kelangsungan hidup kita, benda-benda lingkungan itu sangat penting artinya.
Lingkungan hidup ialah jumlah semua benda yang hidup dan tidak hidup serta
kondisi yang ada dalam ruang yang ditempati. Manusia merupakan bagian dari
lingkungan hidup. Oleh karena itu kelakuan manusia merupakan unsur paling penting
menjaga kelestarian lingkungan karena manusia dan lingkungan hidupnya terdapat
hubungan timbal-balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidup dan sebaliknya
manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidup.
Sejak tahun 1950-an masalah lingkungan mendapat perhatian serius, tidak saja
dikalangan ilmuwan, tetapi juga politisi maupun masyarakat umum, perhatian tersebut
tidak saja diarahkan pada terjadinya berbagai kasus pencemaran terhadap lingkungan
hidup tetapi juga banyaknya korban jiwa manusia. Beberapa kasus lingkungan hidup
yang menimbulkan korban manusia seperti pada akhir tahun 1950 yaitu terjadinya

1
pencemaran di Jepang yang menimbulkan penyakit sangat mengerikan yang disebut
penyakit itai-itai (aduh-aduh), penyakit ini terdapat didaerah 3 Km sepanjang sungai
jintsu yang tercemari oleh Kadmium (Cd) dari limbah sebuah pertambangan seng (Zn),
Setiap terjadi pencemaran terhadap manusia karena perkembangan teknologi.
Tindakan merusak alam merupakan bentuk kezaliman dan kebodohan manusia,
Alqur‟an juga menggambarkan kebinasaan bangsa-bangsa kuno akibat tindakan mereka
merusak alam, semua perbuatan manusia yang dapat merugikan kehidupan manusia
merupakan perbuatan dosa dan kemungkaran. Sangat banyak perbuatan kerusakan yang
dilakukan manusia terhadap lingkungan seperti pencemaran air, pencemaran udara dan
pencemaran tanah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan
yang akan dihasa sebagai berikut.
1. Bagaimana menjaga lingkungan hidup menurut Al-Qur’an dan Hadist?
2. Menjelaskan kandungan QS. Al-A’raf 56-58 tentang menjaga kelestarian
alam?
3. Menjelaskan Hadis tentang menjaga kelestarian alam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mengetahui betapa pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup
2. Agar kita mengetahui bahwa menjaga kelestarian alam merupakan perbuata yang
mulia yang dianjurkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelestarian


Pelestarian adalah proses, cara, perbuatan. (dalam kamus bahasa Indonesia).
Pelestarian adalah upaya untuk melindungi terhadap tekanan perubahan dan dampak
negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan. Sedangkan Pelestarian Lingkungan adalah
upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan
dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan. Serta menjaga kestabilan lingkungan
untuk menjadi tempat hidup Manusia, hewan dan Tumbuhan.

2.2 Q.S Al-A’araf


‫يب ِّم ان ال ُم ْحسن ا‬ ٌ ‫ت هللا اقر‬ ‫ا ْ ا ْ ا ا ا ْ ُ ُ ا ْ ً ا ا ا ً َّ ا ْ ا ا‬ ْ ‫و اَ اَل ُت ْفس ُدوا ف اﻷا‬
‫ي‬ ِ ِ ِ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫إ‬ِ ‫ا‬‫ع‬ ‫م‬ ‫ط‬‫و‬ ‫ا‬‫ف‬ ‫و‬ ‫خ‬ ‫وه‬ ‫ع‬ ‫اد‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ح‬ِ ‫َل‬ ‫ص‬ ‫إ‬ِ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬ ‫ِي‬ ِ
َ ‫اا ً ْا‬ َ
ْ َّ ‫ا ا‬ ‫ُ ْ ُ ِّ ا ا ُ ْْ ً ا ْ ا ا‬ َّ ُ
‫ي ايد ْي ار ْح ام ِت ِه اح ََّّت ِإذآ أقلت اس اح ًابا ثقاَل ُسقن ُاه ِل ابل ٍد َّم ِّي ٍت‬ ‫﴾ اوه او ال ِذي ير ِسل الرياح بشا ب‬56﴿
َُ ‫ا َ َّ ُ ا ا َّ ا‬ ُ ‫َ ا ا‬ ‫ْ ُ ِّ َّ ا‬ ‫ا ا اَ ْ ْ ا‬ ‫اَْا ا‬
‫﴾ اوال ابلد‬57﴿ ‫ات كذ ِلك ن ْح ِر ُج ال ام ْو َت ل اعلك ْم تذك ُرون‬ ِ ‫فأنزلنا ِب ِه المآء فأخ ارجنا ِب ِه ِمن كل الثم ار‬
‫ْ ُ ا‬
‫ات ِلق ْو ٍم ايشك ُرون‬
‫ا‬ ‫ث اَل اي ْخ ُر ُج إ ََّل انك ًدا َك اذل اك ُن ا ِّ ُ ا‬ ‫ا ُ ا‬ َّ ْ ُ ُ ‫َّ ِّ ُ ْ ا‬
‫ب ايخ ُر ُج ن اباته ِب ِإذ ِن ا ِّرب ِه اوال ِذي خب‬
ِ ‫َصف اﻷاي‬ ِ ِ ِ ‫الطي‬
﴾58﴿
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik (56), Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita
gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan
hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-
buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-
mudahan kamu mengambil pelajaran (57), Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya
tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya
hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.(58)”

3
a. Penjelasan
Allah melarang hambaNya membuat sedikit pun kerusakan di muka bumi ini.
Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa al-fasâd yang dimaksud di dalam ayat ini
mencakup semua jenis kerusakan, baik yang bersifat maknawi maupun yang bersifat
materi, seperti merusak tuntunan agama dengan kesyirikan dan perbuatan bid`ah,
pembunuhan, perampasan hak milik dengan pencurian atau korupsi, merusak akal
dengan minuman beralkohol dan narkoba, merusak keturunan dengan zina, perilaku
homoseksual dan lesbian, termasuk merusak sumber penghidupan (pertanian,
peternakan, perkebunan), mengeksploitasi tambang dan sumber daya alam secara
berlebihan dan lain sebagainya.
Al-ishlâh (perbaikan) yang dimaksud di dalam ayat tersebut juga mencakup
pengertian maknawi dan materi. Seperti diutusnya para nabi dan rasul dan munculnya
golongan orang-orang shaleh yang konsisten di bidang dakwah merupakan salah satu
cara Allah dalam memperbaiki dunia dan tatanannya.
Dan salah satu bentuk perbaikan secara materi yang dilakukan Allah adalah
dengan menjadikan bumi yang gersang menjadi subur melalui jaringan sistem alam
yang konstan; Allah SWT memerintahkan angin menggiring awan untuk menyirami
tanah-tanah yang dikehendakiNya.
Mari kita rawat kelestarian alam, kita pelihara kesuburan tanah karena pesan yang
bisa ditangkap dari ayat tersebut adalah bahwa tanah yang subur dijadikan Allah
sebagai sumber penghidupan manusia yang menyediakan segala bentuk kebutuhan
pokok, maka jangan merusak keharmonisan alam yang dapat merubah yang subur
menjadi gersang yang tidak menumbuhkan tumbuhan apapun kecuali yang tidak
bermanfaat. Tanah yang subur menumbuhkan tumbuhan yang bermanfaat dengan izin
Allah, dan tanah yang gersang tidak dapat menumbuhkan tanaman dengan baik.
Sebenarnya perumpamaan al-Quran tentang kelestarian alam ini dapat diterapkan
dalam ranah membentuk keluarga yang harmonis. Semangat yang dikandung
perumpamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga yang baik insya Allah akan
menghasilkan keturunan yang berkepribadian baik, sementara keluarga dengan
kondisi lingkungan tidak baik akan menciptakan generasi yang merana.

4
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah
lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-
lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya
dirusak dan dibinasakan
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka
tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga
berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan
tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali merka menganggap diri mereka
sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah
yang berbuat kerusakan di muka bumi
Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia
telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini
mencakup semua bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu
penghidupan dan sumber-sumber penghidupan orang lain.
Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada
hambanya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat Nya.
Angin yang membawa awan tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak
tanamannya karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan,
dan kepada penduduk yang menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan
yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menjadi subur
kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, dia telah menghidupkan penduduk
tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.

3.2 Hadist tentang Lingkungan Hidup

ُ ‫اَّلل اع َل ْيه او اس َّل ام اما م ْن ُم ْسلم اي ْغر‬


‫س‬ ُ َّ ‫اَّلل اص ََّّل‬
َّ ُ ُ ‫ا ا َّ ُ ا ْ ُ ا ا ا ا ا‬
‫ول‬‫س‬‫ر‬ ‫ال‬‫ق‬ ‫ال‬‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫اَّلل‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫اع ْن َأ انس ْبن ا‬
‫م‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ‫ي‬ ِ ٍ ِ ِ ِ
‫ا ا ا‬ ُ َ ‫ا ْ ً َ ْ ا ْ ا ُ ا ْ ً ا ا ُ ُ ْ ُ ا ْ ٌ َ ْ ْ ا ٌ َ ْ ا ا ٌ َّ َ ا‬
‫غرسا أو يزرع زرعا فيأ كل ِمنه طي أو ِإنسان أو ب ِهيمة ِإَل كان له ِب ِه صدق‬

Artinya: Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim
yang menanam tanaman atau menanam tumbuhan, kemudian memakan darinya burung

5
atau manusia atau binatang, maka baginya pahala shadaqah dari apa yang telah dimakan
(tersebut)”. (HR.Bukhari dan Muslim)

a. Penjelasan
Imam Muslim menulis hadits ini di dalam bab Keutamaan Menanam Pohon dan
Tanaman. Sebagian ulama juga menyatakan bahwa profesi sebagai petani lebih mulia
dibanding dengan profesi yang lain, karena petani memberi manfaat bagi orang lain
dengan menyediakan bahan makanan bagi mereka.
Tumbuh-tumbuhan pada umumnya mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kelangsungan hidup semua makhluk. Oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup diproduksi oleh tumbuhan dan tanaman, maka keberadaan hutan sebagai
paruparu dunia perlu dijaga kelestariannya. Tumbuh-tumbuhan juga dapat
mengurangi terjadinya bahaya banjir dan tanah longsor. Belum lagi makhluk hidup
selain manusia mayoritas kelangsungan hidupnya bergantung kepada tumbuhan dan
tanaman, seperti burung, binatang ternak, binatang buas dan lainnya.
Hadits ini menganjurkan kita untuk gemar menanam pohon dan bercocok tanam,
karena dapat memberikan penghidupan bagi makhluk hidup selain manusia. Dalam
pengertian yang lebih luas, melestarikan alam merupakan salah satu bentuk ibadah
sosial, yang secara tidak disengaja kita telah ikut berperan aktif memberikan donasi/
shadaqah untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain.

3.3 Cara Menjaga Kelestarian Alam


Berikut adalah beberapa cara melestarikan alam :
1. Melakukan reboisasi dan menjaga kebersihan lingkungan hidup
2. Membangun terasering
3. Mendaur ulang sampah
4. Melarang penembangan hutan liar
5. Melakukan sistem tebang pilih
6. Menetapkan hukum atau sanksi
7. Mendirikan cagar alam dan suaka

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan
mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang pentingnya
lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk
mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT untuk diwujudkan
dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Adanya bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan
kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa
memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai
pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik perbuatannya yang salah tersebut
tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai manusia yang dzalim.
Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya
pada kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak
memepertimbangkan daya dukung lingkungan, pemborosan, menguras sesuatu yang tidak
penting dan tidak efisien, bermewah-mewahan dalam konsumsi dan gaya hidup dan
seterusnya. Manusia yang melakukan cara seperti itu tentu mengelola bumi tanpa
landasan dan petunjuk Al-Khalik sesuai dengan apa yang diisyaratkan kepadanya selaku
hamba Tuhan. Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu
syariatnya tersebut. Bila sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi kefatalan.
Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung melihat kebenaran menurut
hawa nafsu.

3.2 Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini
seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan
ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh
binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar

7
denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka
bumi.
Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita dalam
mengolah lingkungan. Hal tersebut bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan
manusia mau kembali kepada ajaran agama yang utuh dan dapat memahaminya.
Sehingga nantinya akan tumbuh kesadaran umat manusia dalam mengelola
lingkungannnya. Sangat jelas dalam Al-Qur’an terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang
membahas prosedur pengolahan alam yang bijak, perintah untuk tidak berbuat kerusakan
di muka bumi,dll.

Anda mungkin juga menyukai