Anda di halaman 1dari 4

1.

SAINS & TEKNO


KESEHATAN

Ragam limbah medis dan potensi


bahayanya

Yoseph Edwin16:15 WIB - Senin, 18 Desember 2017

Ilustrasi limbah medis, yaitu ampul dan jarum suntik bekas pakai. | Pixabay

Di Cirebon, Jawa Barat, saat ini sedang terjadi perdebatan mengenai keberadaan gudang
penyimpanan limbah medis. Seperti yang kami wartakan, ada empat gudang rongsok
yang menyimpan tumpukan sampah yang termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun
(B3).
Gudang tersebut kemudian sedang dalam tahap pemaksaan penutupan karena telah
melakukan kejahatan dalam penyimpanan dan pengolahan ilegal limbah medis yang
termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun (B3).

Umumnya pengurusan limbah dari rumah sakit telah mempercayakan pihak ketiga untuk
pengolahan. Biayanya mencapai Rp3 ribu per kilogram. Jalur inilah yang diduga terjadi
penyelewengan sehingga limbah bisa masuk ke gudang-gudang tak berizin.
Tujuannya adalah tidak lain untuk melakukan jual kembali limbah-limbah yang masih
memiliki nilai ekonomis seperti plastik. Kemudian dibersihkan dan dijual ke pabrik-
pabrik dengan harga Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram.

Sesuai dengan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah medis tidak
diperkenankan dibuang pada sembarang tempat. Dengan sanksi pidana 3 hingga 3 tahun,
dan denda hingga Rp3 miliar.

Limbah medis B3 hanya boleh dikelola oleh lembaga berizin. Sebab, kandungan limbah
medis ini sangat berbahaya bagi kesehatan.

Limbah medis mencakup berbagai bahan-bahan yang berbahaya yang bersumber dari
sampah-sampah yang bisa menimbulkan kerugian infeksi di tubuh dan syaraf, produk-
produk kimia dan farmasi yang sudah rusak atau melewati masa pakai, bahan-bahan
radioaktif, serta peralatan medis yang masuk dalam kategori benda tajam yang sudah
tidak dipakai.

Jenis limbah medis

Ada beberapa jenis limbah yang masuk ke dalam kategori limbah medis, seperti dikutip
dari Keputusan Menteri Kesehatan tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
(fail PDF). Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam, adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90 derajat,
dapat menyebabkan luka iris atau tusuk. Misalnya: jarum suntik, kaca sediaan (preparat
glass), infus set, ampul/vial obat.
2. Limbah infeksius, adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus,
parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada inang
yang rentan. Misalnya: limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita
penyakit menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi,
alat atau materi lain yang tersentuh orang sakit.
3. Limbah patologis, adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia. Misalnya:
organ tubuh, janin, darah, muntahan, urin, dan cairan tubuh yang lain.
4. Limbah farmasi, adalah limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi. Misalnya:
mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kedaluwarsa, tumpahan obat.
Termasuk juga sarung tangan, masker.
5. Limbah kimia, adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktivifitas
diagnostik, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian desinfektan. Misalnya: zat kimia
fotografis.
6. Limbah kemasan bertekanan, adalah limbah medis yang berasal dari kegiatan di instansi
kesehatan yang memerlukan gas. Misalnya: gas dalam tabung dan kaleng aerosol.
7. Limbah logam berat, adalah limbah medis yang mengandung logam berat dalam
konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat
beracun. Misalnya: limbah logam merkuri yang berasal dari bocoran peralatan
kedokteran (termometer, alat pengukur tekanan darah).
Dampak pada kesehatan dan lingkungan

Warga berada di sekitar tumpukan sampah B3 limbah medis di tempat pembuangan sementara (TPS)
Panguragan Wetan, Kab. Cirebon, Jawa Barat, Kamis (7/12) | Dedhez Anggara /ANTARAFOTO

Dari limbah medis ini, banyak penyakit menghantui manusia yang berada di sekitarnya
dari yang ringan hingga berat. Baik yang kontak langsung dengan limbah atau yang
menghirup udara tercemar.

Seperti diare--akibat organismesalmonella, Vibrio cholera, cacing--, infeksi kulit,


antraks, meningitis, AIDS, demam berdarah, sampai hepatitis A, B, dan C.
Menurut WHO (Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, EGC, Jakarta), beberapa
jenis limbah rumah sakit dapat membawa risiko yang lebih besar terhadap kesehatan.
Mereka adalah limbah infeksius (15 sampai 25 persen) dari jumlah limbah rumah sakit.
Lainnya adalah limbah benda tajam (1 persen), limbah bagian tubuh (1 persen), limbah
obat-obatan dan kimiawi (3 persen), limbah radioaktif, dan racun atau termometer rusak
(< 1 persen).

Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan kerusakan harta benda. Hal ini dapat
disebabkan oleh garam-garam terlarut (korosif, karat) yang terkandung dalam air
berlumpur yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

Selain itu limbah rumah sakit menyebabkan gangguan atau kerusakan tanaman dan
binatang. Hal ini terutama karena senyawa nitrat (asam, basa dan garam kuat), bahan
kimia, desinfektan, logam nutrient tertentu dan fosfor.

Dari sisi lain, kerugian di atas pada akhirnya menuju ke kerugian ekomoni, baik terhadap
pembiayaan operasional dan pemeliharaan. Seperti kebutuhan biaya kompensasi
pencemaran lingkungan dan orang yang kesehatannya terganggu karena pencemaran
lingkungan.

Terlebih jika sampai cacat atau meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas
kesehatan yang berarti menjadi beban sosial ekonomi penderita, keluarga, dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai