Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
Disusun Oleh :
JURUSAN KEBIDANAN
Puji syukur penulis panjatkan kepadat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah matakuliah Ilmu Kesehatan Anak yang berjudul “Kebutuhan
Remaja”ini dengan tepat waktu.
1. Elisa Ulfiana, S.SiT, M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui yang telah memberikan tugas makalah dan bantuan dalam penyelesaian
makalah ini.
2. Teman-teman kelas S1 terapan kebidanan Semarang yang telah memberikan
motivasi dan saran-saran dalam penyelesaian makalah ini.
3. Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa dalam
penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Besar harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi ataupun
pengetahuan bagi pembaca dan dapat menjadi literatur guna membantu mahasiswa dalam
belajar mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evidence Based Practice .............................................................. 7
2.2 Manfaat Evidence Based Practice .................................................................. 7
2.3 Karakteristik Evidence Based Practice ........................................................... 8
2.4 Proses Eksplorasi Evidence Based Practice .................................................. 8
2.5 Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice ................................................. 9
2.6 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Memanfaatkan Evidence
Based Practice................................................................................................ 10
2.7 Based Practice Berdasarkan Jurnal ................................................................ 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 18
3.2 Saran .............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Sumber: WHO (2010)
Perdarahan dan infeksi setelah proses persalinan untuk banyak kematian ibu,
sementara kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi berat berkontribusi pada dua pertiga
dari semua kematian neonatal. Perawatan yang tepat di jam-jam pertama dan hari-hari
setelah melahirkan dapat mencegah sebagian besar kematian ini. WHO
merekomendasikan agar para ahli kesehatan yang terampil menghadiri semua
kelahiran, untuk memastikan hasil terbaik bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Namun, sebagian besar wanita masih kurang peduli. Rata-rata, penolong
kelahiran terampil mencakup 66% kelahiran di seluruh dunia, dan beberapa bagian
Afrika dan Asia memiliki tingkat cakupan yang jauh lebih rendah. Fakta bahwa dua
pertiga kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama setelah kelahiran
membuktikan kurangnya perawatan.
5
Karena permasalahan tersebut, pelayanan kesehatan harus lebih ditingkatkan
menjadi lebih baik. Cara yang dilakukan salah satunya dengan menerapkan evidence
based practice, dimana semua tindakan didasarkan pada bukti penelitian yang telah
dilakukan. Tujuan dari evidence base pada masa nifas yaitu untuk mengetahui
kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI,
tanda bahaya masa nifas dan perdarahan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi tenaga kesehatan dan ibu nifas beserta bayi dapat sehat dan terhindar dari
kematian.
6
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
3. Karakteristik Evidence Based Practice
Menurut Sackett et al. Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu
pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktiknya, EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah
terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain dari evidence based medicine
(EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan,
menelaah/me-riview, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari
pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1) Bukti-bukti
ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan (2)
Keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) Nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient
values). Publikasi ilmiah ada pada pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil
pemikiran yang telah ditelaah dan disetujui dengan beberapa pertimbangan baik dari
accountable aspek metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal,
artikel, e-book atau buku yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung tentang
suatu pemasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah melalui evidence based medicine kita
mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu. Selain
mensurvei keluhan dan kelainan fisik penderita, melalui evidence based medicine kita
juga dapat mensurvei hasil terapinya. Sedangkan accountable aspek metodologis
adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara
tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah dan diakui
kebenarannya.
9
profesi, keputusan profesi, dan hasil dari swamedikasi. Dan jalannya praktik profesi
apoteker tetap harus berjalan optimal pada setiap situasi dan kondisi termasuk pada
swamedikasi. Agar tetap menghasilkan praktik profesi yang optimal, setiap apoteker
atau calon apoteker harus terlatih dalam penguasaan dan penerapan skill dan
knowledge dalam praktik profesi sesuai kebutuhan.
Setiap apoteker bisa jadi mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam skill dan
knowledge, hal ini tergantung dari banyak hal, termasuk model, manajemen, lokasi,
orientasi dan lain-lain. Tetapi semua mempunyai semua mempunyai kesamaan dalam
standar profesi. Oleh karena itu pada apoteker komunitas, jam terbang apoteker dapat
mempengaruhi kualitas penguasaan skill dan knowledge dari seorang apoteker.
Apoteker yang sangat cerdas bisa jadi akan kalah dengan apoteker yangsangat aktif
di dalam pelayanan komunitas.
Salah satu standar yang digunakan untuk mendapatkan kualitas layanan yang
‘ajeg’ adalah ‘Standar Prosedur Operasional’ (SPO). Yang mana standar ini harus
disusun sesuai praktik profesi yang telah dilakukan, bukan hanya sekedar teori belaka
yang belum diuji coba, yang ujung-ujungnya adalah membuat susah dalam
penerapannya. Selanjutnya SPO ini harus diuji cobakan secara luas dan proporsional
sebelum dijadikan standar secara nasional.
10
berfokuspada prinsip dan konsep yang membimbang manusia berfikir dan bertindak
dalam kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.
6. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based Practice
a. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28
hari setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari
bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan bertujuan untuk mendeteksi dini
adanya komplikasi dan penyulit pada masa postnatal.
b. Konsep Dasar Masa Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6
minggu ata +- 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu
6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari, 2000: 122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali
ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary Cunningham, Mac Donald,
1995:281).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui ayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
11
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman.
7) Melakukan menejemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya
sebagai orangtua.
d. Tahapan Masa Nifas
Nifas dapat dibagi ke dalam 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurna baik selama hamil ataupun sempurna berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.
e. Perubahan fisik masa nifas
1) Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi)
2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
3) Kelelahan kaena proses melahirkan
4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
5) Kesulitan buang sir besar (BAB) dan BAK
6) Ganggun otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong).
7) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
13
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
j. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan, Tujuannya: sama dengan di atas (6
hari setelah persalinan).
k. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan, Tujuannya : Menanyakan ibu tentang
penyakit-penyakit yang di alami, Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Mochtar, 1998).
14
7. Based Practice Berdasarkan Kajian Jurnal
a) Melakukan Senam Nifas
Jurnal : Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus dan Pengeluaran Lokia
di Wilayah Kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015 oleh Etin
Rohmatin pada tahun 2015.
1) Apakah senam nifas perlu dilakukan?
Senam nifas perlu dilakukan oleh ibu pasca melahirkan karena memiliki
manfaat untuk proses involusi uterus dan pengeluaran lokia yang normal.
2) Manfaat senam nifas
i. Membantu mencegah pembekuan (thrombus) pada pembuluh
tungkai
ii. Membantu ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak
ketergantungan
iii. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina
maupun otot-otot dasar panggul
iv. Sirkulasi darah menjadi teratur dan optimal
v. Mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi
vi. Dapat menimbulkan kebugaran dan tenaga yang lebih baik sehingga
mampu meningkatkan mobilisasi pada diri ibu nifas.
3) Hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenai pengaruh senam
nifas terhadap involusi uterus dan pengeluaran lokia di wilayah kerja
Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015 dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan intervensi senam nifas ini
dilakukan pada 32 ibu nifas. Involusi uterus pada ibu yang melakukan
senam nifas terbanyak pada kategori normal sebanyak 24 orang (75%).
Pengeluaran lokia pada ibu yang melakukan senam nifas terbanyak pada
kategori normal sebanyak 23 orang (71,9%). Ada pengaruh senam nifas
terhadap involusi uterus dengan value sebesar 0,005 (<0,05). Ada
pengaruh senam nifas terhadap pengeluaran lokia dengan value sebesar
0,013 (<0,05).
15
4) Mengapa harus dilakukan senam nifas?
Senam nifas harus dilakukan untuk menyadarkan ibu nifas yang
beranggapan bahwa setelah persalinan tidak boleh banyak melakukan
gerakan-gerakan karena akan mengganggu penyembuhan setelah
persalinan, padahal gerakan-gerakan yang dilakukan pasca melahirkan
dapat merangsang otot-otot untuk cepat kembali normal dan mobilisasi
sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan ibu.
16
memberikan kolostrum pada bayinya, sedangkan pada responder yang tidak
diberikan tindakan konseling dan pendampingan suami ada 6 orang (40%)
yang memberikan kolostrum pada bayinya.
Hasil : Pengaruh dari tindakan pemberian konseling dan pendampingan suami
adalah bahwa responden yang diberikan tindakan konseling dan
pendampingan suami mempunyai peluang 2,333 kali lebih besar untuk
memberikan kolostrum pada bayinya dibandingkan dengan responden yang
tidak diberikan konseling dan pendampingan suami.
4) Mengapa harus dilakukan pelaksanaan konseling dan pendampingan suami
dalam pemberian kolostrum?
Pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian kolostrum
harus dilakukan agar wanita hamil, ibu menyusui dan para suami mendapatkan
informasi yang jelas, lengkap dan berkelanjutan mengenai pemberian
kolostrum sedini mungkin sehingga dapat menurunkan AKB yang terjadi
dengan cara pemberian kolostrum yang memiliki banyak manfaat.
c) Pijat Oksitosin
Jurnal : Efektifitas Pijat untuk Merangsang Hormon Oksitosin Pada Ibu Nifas
Primipara oleh Murti Ani, Novita Ika Wardani, Septalia Isharyanti 2014.
1) Apakah pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas perlu
dilakukan?
Perlu
2) Manfaat pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas
i. Meminimalkan jumlah perdarahan post partum
ii. Menstimulasi sekresi oksitosin yang merangsang sekresi ASI
iii. Memperbanyak jumlah produksi kolostrum
iv. Membuat ibu nifas lebih nyaman, rileks dan mengurangi kelelahan
setelh melahirkan
3) Hasil penelitian
Intervensi pijat untuk merangsang hormone oksitosin mampu memperbanyak
produksi ASI yang dalam hal ini di ukur dari perningkatan berat badan bayi.
Adanya pengaruh pijat oksitosin dapat mempercepat penurunn TFU dari
17
kondisi normal pada umumnya. Rata-rata perubahan TFU pada ibu nifas
primipara tertinggi pada hari ke 7 pada kelompok control sebesar 5,420 dan
kelompok perlakuan sebesar 3,330. Terdapat perbedaan penurunan sebesar
2.090 cm.
4) Mengapa harus dilakukan pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu
nifas?
Karena penyebab kematian ibu pada waktu nifas diantaranya adalah
perdarahan post partum. Upaya untuk mengendalikan terjdinya perdarahan di
tempat plasenta yaitu dengan memperbaiki kontraksi dan retraksi myometrium
yang kuat dengan pijatan yang merangsang pengeluaran oksitosin. Serta,
pemberian ASI saat ini masih terhalang dengan banyaknya kendala,
diantaranya adalah produksi ASI yang kurang lancar.
18
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama
6-8 minggu. Tahap-tahap masa nifas meliputi : puerperium dini, puerperium intermedial,
remot puerperium. Tujuan dari evidence base pada masa nifas yaitu untuk mengetahui
kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI,
tanda bahaya masa nifas dan perdarahan.
Based practice dari kajian jurnal yang bisa diterapkan dalam pelayanan asuhan
kebidanan nifas dan menyusui, yaitu:
1. Analisis masukan dan proses asuhan pelayanan nifas oleh bidan pelaksana.
2. Konseling dan pendampingan Suami agar menemani ibu saat memberi ASI
pertama kalinya.
3. pemberian KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) untuk persiapan persalinan dan
nifas.
4. Dianjurkannya pijat oksitosin pada ibu nifas primipara.
5. Melakukan senam nifas
6. Melakukan tujuh kontak konseling laktasi.
19
2. Saran
Dewasa ini penerapan asuhan pada ibu nifas sangat diperlukan karena sangat
membantu ibu dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu ketika mengalami
kesulitan dalam mengasuh bayinya. Serta, dengan adanya konseling masa nifas ibu
menjadi lebih memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan, pemenuhan nutrisi,
waspada akan terjadinya kelainan-kelainan yang dapat membahayakan ibu dan bayi.
Sehingga diharapkan setiap bidan maupun tenaga kesehatan yang lainnya dapat
melakukan asuhan pada ibu nifas dan menyusui dengan benar. Serta untuk mahasiswa
kebidanan diharapkan dapat belajar tentang betapa pentingnya asuhan kebidanan
untuk ibu nifas dan menyusui.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahman E, Zupan J. Neonatal and perinatal mortality: country, region and global
estimates 2004. World Healt Organization, Geneva. 2007.
Asih, Yuri dan Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,
Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan Nifas. Jakarta: TIM.
Fort AL, Kothari MT, Abderrahim N. Postpartum Care: Levels and determinants in
developing countries: DHS Comparative Reports 15. Marylang USA2006.
Make every mother and child count. World Healt Organization, Geneva. 2005.
Maternal mortality in 2005; Estimates developed by UNICEF, UNFPA, and The World
Bank. World Healt Organization, Geneva. 2008.
Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta : Deepublish.
Proportion of births attended by skilled helath worker; 2008 Updated — Fact sheet.
Geneva: The World Health Organization; 2008.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Repiblik Indonesia; 2012.
WHO Technical Consultation on Postpartum and Postnatal Care. World Healt
Organization, Geneva. 2010.
21