Chapter II PDF
Chapter II PDF
LANDASAN TEORI
Scaling dan root planingadalah proses membuang plak dan karang gigi yang dapat
menyebabkan inflamasi untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh. Scaling
adalah proses dimana plak dan karang gigi dibuang dari permukaan supragingiva
(bagian atas gusi) dan subgingiva (bagian bawah gusi), sementara root planing adalah
proses dimana sisa karang gigi yang berada di sementum dikeluarkan dari akar gigi
untuk menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras, dan bersih. Scaling dan root
planing bukan merupakan dua prosedur yang terpisah; keduanya termasuk dalam
perawatan periodontal dasar (Dibart, 2010).
Gambar 2.1 Keadaan gigi dan gusi: A. Sebelum proses scaling, B. Saat
proses scaling dilakukan, C. Setelah proses scaling (Kamath et al, 2013).
Peralatan yang digunakan pada proses scaling dan root planing disebut scaler.
Ada dua tipe scaler, yaitu scaler manual dan scaler ultrasonik. Scaler manual
mengandalkan kekuatan tangan operator dalam pemakaiannya, sedangkan scaler
ultrasonik menggunakan tenaga listrik. Scaler ultrasonik terbagi dua berdasarkan tipe
gerakannya, yaitu magnetostictive (elips) dan piezoelectric(linear). Dewasa ini, pada
umumnya praktisi kesehatan gigi menggunakan scaler ultrasonik karena lebih praktis,
efektif, dan efisien dibandingkan dengan scaler manual (Kamath et al, 2013).
Untuk melakukan scaling dan root planing, terdapat tahapan prosedur yang
perlu dijalani secara bertahap. Tahapan prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan kedalaman poket periodontal.
Poket periodontal merupakan celah sempit yang terletak di antara gigi dan gusi.
Mengukur kedalaman poket periodontal penting untuk mengetahui tingkat
inflamasi pada gusi.
Leap Motion Controller adalah alat sensor yang dikembangkan oleh Leap Motion Inc.
dan dirilis pertama kali pada bulan Juli 2013. Alat ini didesain khusus untuk
mendeteksi posisi, gerakan, serta gestur dari tangan dan jari dengan akurasi sekitar
200µm.Alat ini memiliki area interaksi berbentuk piramida terbalik yang berpusat
pada bagian tengah dan jarak operasi sekitar 25-600 mm di atas alat tersebut.
Perangkat keras ini tersusun atas tiga LED inframerah dan dua buah kamera IR
monokromatik yang terpisah dengan jarak 4 cm untuk menangkap image dengan
framerate hampir 300 fps yang dikirim ke komputer melalui kabel USB (Kerefeyn et
al, 2015).
Gambar 2.9Data mentah berupa image hitam putih yang diperoleh dari
kamera Leap Motion Controller(Leap Motion, 2015).
Alat ini bekerja dengan sistem koordinat Cartesian. Koordinat dihitung dalam
satuan mm (milimeter) dan titik pusat sistem (titik 0) berada di bagian tengah alat
tersebut. Koordinat-koordinat tersebut dikonversi ke dalam koordinat layar tergantung
pada ukuran layar atau ukuran jendela aplikasi menggunakan persamaan:
Wang et al. (2012) membuat iDental, sebuah dental simulator yang terfokus pada
prosedur scaling dan root planing dengan menggunakan haptic device sebagai
perangkat masukan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penetrasi antara alat dan gigi
akan sangat mengurangi ketepatan iDental. Oleh karena itu, perlunya memanfaatkan
haptic device jenis 6-DOF yang digunakan pada penelitian ini dengan umpan balik
tenaga dan putaran pada dental simulatoragar simulasi menjadi lebih realistis.
Pada tahun 2014, Vargas & Vivas melakukan penelitian berupa simulasi bedah
laparoskopi menggunakan dua jenis robot virtual yang dikendalikan melalui Leap
Motion Controller. Robot jenis pertama, Lapbot, berjumlah dua, diletakkan di sebelah
kanan dan kiri pasien untuk menangani operasi; sedangkan sebuah robot jenis kedua,
Hibou, berfungsi sebagai pengarah kamera internal.
Pada tahun 2015, de Castro et all membuat ATreVEE IN, sebuah simulasi
prosedur kelistrikan dengan menggunakan Leap Motion Controller sebagai alat
masukan yang mendeteksi gerakan tangan dan jari pengguna. Dengan menggunakan
ATreVEE IN, pengguna dapat melakukan latihan prosedur kelistrikan tanpa perlu
khawatir dengan risiko kecelakaan tinggi yang disebabkan oleh listrik yang kerap
terjadi dalam kejadian nyata.