Anda di halaman 1dari 45

SEVEN JUMP

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal bedah


Semester : IV (Empat)

Kasus 2
KMB II- Sistem Endokrin

Seoang permpuan Ny. N usia 67 tahun datang ke klinik dengan keluhan pasien
sering gemetar, jantung sering berdebar-debar, berkeringat tidak wajar, sering
lelah, tidak bisa tidur dan merasa kesemutan. Pasien mengatakan sejak 1 bulan
yang lalu BB berkurang 3 kg padahal pasien sering makan dan merasa cepat
lapar.
Hasil pemeriksaan didapatkan TD: 140/90 mmHg, N; 103x/ menit, R: 29x/
menit, S: 390C, BB: 42kg, TB: 155 cm, pasien tampak kelelahan, mata melotot,
tangan pasien tampak gemetar, pasien tampak gelisah kulit lembab, dan sulit
konsentrasi.
Hasil pemeriksaan lab menunjukkan T3: 195 ug/dl, T4: 14 ug/ dl, TSH: 0,3
u/ml, HB: 9,5 g/ dl, Leukosit: 8.000 sd/m, eritrosit: 100.000 mcl, trombosit:
300.000 mcl.

1
STEP 1
KATA KUNCI
1. Berdebar
2. Lelah
3. Keringat tidak wajar
4. Mata melotot
5. Kesemutan
6. Gemetar
7. T3
8. T4
9. TSH
10. HB
11. Leukosit
12. Eritrisit
13. Trombosit

Jawaban kata kunci


1. Jantung berdebar atau palpitasi adalah sensasi ketika jantung Anda
terasa berdegup dengan kencang. Memang pada kondisi tertentu,
jantung berdebar dapat menjadi tanda penyakit jantung. Namun secara
umum jantung berdebar tidaklah berbahaya dan hanya terjadi sesekali
karena suatu sebab. (https://www.alodokter.com/jantung-berdebar-
gejala-penyakit-jantung)
2. Penat dan lelah adalah Kondisi badan akibat perubahan fisik atau
psikologis, berkurangnya kekuatan badan dan atau mental, menurunnya
kemampuan kerja dengan segala akibatnya.
(https://www.kompasiana.com/astokodatu/55da8486c8afbd63048b4567/
penat-dan-lelah-adalah)
3. keringat tidak wajar = Hiperhidrosis merupakan kodisi adanya keringat
yang berlebih yang berasal dari kelenjar ekrin sedangkan osmidrosis
berasal dari kelenjar apokrin (Mao et. al., 2008).
4. Hhhh
5. Parestesia (kesemutan) adalah suatu kondisi yang terjadi di mana
anggota tubuh mengalami sensasi panas, seperti tertusuk-tusuk jarum,
mati rasa atau kebas. Parestesia umumnya terjadi pada tangan dan kaki,

2
muncul secara tiba-tiba, dan biasanya tidak disertai nyeri. Parestesia
dapat bersifat sementara (temporer) atau bersifat kronis. semutan atau
parestesia dalam ilmu kedokteran, adalah sebuah sensasi pada
permukaan tubuh tertentu yang tidak dipicu rangsangan dari dunia luar.
Sebenarnya parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu
bagian tubuh tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Parestesia itu
timbul bila terjadi iritasi pada serabut saraf yang membawa sensasi
kesemutan. Kesemutan terjadi karena aliran darah yang tidak lancar atau
sarafnya lemah (neuropati). ( eprints.ums.ac.id> )
6. Gemetar adalah suatu tindakan yang dilakukan tanpa sengaja, agak
berirama dan gerakan ototnya melibatkan gerakan osilasi dari satu
bagian tubuh ke bagian tubu lain. Semua gerakan ini tanpa disadari dan
dapat mempengaruhi tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara dan kaki.
Tremor atau yang biasa kita kenal dengan sebutan gemetar adalah
gerakan ritmis bolak balik yang tidak disengaja terjadi pada satu atau
lebih bagian tubuh. Biasanya paling sering terjadi di telapak tangan,
meskipun sering juga mempengaruhi lengan, kepala, wajah, badan, kaki,
bahkan termasuk kotak suara kita. ( Kaho, joshua riwu.2015 )
7. Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah
dengan kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan
bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). (Biomedik, 2012)
8. T4 (tiroksin) adalah prohormone dari T4 ke T3. Konversi ini terjadi di
dalam hati tetapi, setiap sel tubuh mengandung enzim ini juga.
Kelenjartiroid menghasilkan T4 lebih banyak. (Biomedik, 2012).
9. TSH (tyroid stimulating hormon) memegang peranan terpenting untuk
mengatur sekresi kelenjar tyroid. Tsh dihasilkan oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif
sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tyroid ke sirkulasi.
Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikuler yang
menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme
kalsium (De jong dan sjamsuhidajat,2010)

3
10. HB adalah protein yang kaya zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung
terhadap oksigen itu membentuk oksihemoglobin didalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru
jaringan-jaringan (Evellyn, 2009)
11. Leukosit yaitu sel darah putih, sel ini memiliki ini tetapi tidak memiliki
bentuk sel yang tetap dan tidak berwarna. Mempunyai granula spesifik
(granulosit). Inti bentuk bulat seperti ginjal terdapat dua jenis leukosit
adrenuler : limfosit dan monosit. Terdapat tiga jenis granuler: neutrofil,
basofil, asidofil atau eusinofil yang dapat dibedakan dengan afinitas
granula terhadap zat warna netral asam dan basa (Effendi, 2011)
12. Eritrosit yaitu sel yang sangat penting untuk makhluk hidup sel ini
termasuk sel yang terbanyak didalam tubuh manusia. Dalam keadaan
fisiologi darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen (Indahvi dan
Tristiyanto, 2012)
13. Trombosit adalah pragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti
dan tidak berbentuk disumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4
um, berbentuk cakram bikonkaf. Setelah keluar sumsum tulang sekitar
20-30% trombosit mengalami sikuestrasi dilimfa (Wulandari dan
Zulaikha, 2012)

4
STEP 2
PERTANYAAN PENTING

1. Mengapa pasien mengalami penurunan BB pada nafsu makan


meningkat?
2. Apa yang menyebabkan mata pasien melotot?
3. Mengapa pasien sering berkeringat?
4. Mengapa pasien sulit berkonsentrasi?
5. Mengapa T3 dan T4 mengalami peningkatan?

5
STEP 3
JAWABAN PERTANYAAN
1. Johanes menjelaskan hormon T3 dan T4 berfungsi untuk memacu
metabolisme tubuh. Namun, pada penderita hipertiroid, kedua hormon
tersebut diproduksi tubuh secara berlebihan dan mengakibatkan
metabolisme terjadi dengan sangat cepat. Hal tersebut akan menyebabkan
seluruh organ tubuh berfungsi secara berlebihan. "Awalnya, mereka akan
terlihat lebih aktif, tetapi lama-kelamaan tubuh akan kewalahan dan
akibatnya mudah terserang berbagai penyakit. Tidak hanya fisik,
hipertiroid juga bisa menyebabkan gangguan secara emosional.
Autoimun
Menurut Johanes, pada penderita hipertiroid, tubuh mengalami gangguan
sistem imunitas (autoimun). Gangguan itu memicu kelenjar tiroid yang
terletak di pangkal leher untuk memproduksi hormon T4 dan T3 secara
berlebihan. Akibatnya, terjadi 'banjir' kedua hormon tersebut di dalam
darah. "Ini adalah penyakit autoimun. Antibodi yang seharusnya berfungsi
melindungi tubuh berbalik menyerang kelenjar tiroid. Ini yang
menyebabkan penyakit hipertiroid menjadi lebih rumit," tambah Johanes.
Menurutnya, ada tiga upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
hipertiroid. Pertama ialah dengan konsumsi obat. Kedua dengan operasi,
dan terakhir dengan pemberian zat radioaktif pada tubuh untuk
menghambat produksi hormon pada kelenjar tiroid.

Johanes menambahkan, hipertiroid merupakan jenis penyakit genetik yang


dapat diturunkan anggota keluarga. Selain itu, hipertiroid juga lebih rentan
terjadi pada perempuan dan kaum lanjut usia.

Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertiroid


secara efektif, terutama pada seseorang dengan riwayat keluarga pengidap
penyakit tersebut. "Kesadaran akan kondisi tubuh serta pengecekan
riwayat keluarga secara mendetail adalah hal penting yang harus

6
dilakukan. Selain itu, sangat penting untuk menjalani pola hidup sehat dan
menghindari stres (dr. Johanes)

2. Pada hipertioridisme, konsentrasi TSH menurun, karena ada sesuatu yang


"menyerupai" TSH, Biasanya bahan bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid timulating Immunoglobulin).
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan septor yang
mengikat TSH. Bahan -bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam
sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang
hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang
disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh
kelenjar hipofisis anterior.

3. Tiroid mengontrol metabolisme, yaitu bagaimana sel-sel tubuh


menggunakan energi untuk proses kerja masing-masing organ.
Metabolisme memengaruhi suhu tubuh, detak jantung, dan seberapa
banyak seseorang membakar kalori. Jika tubuh memiliki hormon tiroid
yang berlebih maka tubuh memiliki metabolisme yang tinggi. Itu berarti
tubuh membuat lebih banyak mengeluarkan energi, yang ditandai dengan
tubuh yang sering berkeringat, tidur yang sulit, buang air besar juga terlalu
sering bahkan menjadi diare, detak jantung yang terlalu cepat, dan
berujung pada penurunan berat badan meskipun makanan yang
dikonsumsi sudah cukup banyak. (Biomedik, 2012)

4. Penurunan konsentrasi dan daya ingat. Gangguan kognitif pada subjek


hipertiroid seperti sulit berkonsentrasi dan sering lupa, lebih disebabkan
oleh adanya penurunan thyroid releasing hormone (TRH) yang
menyebabkan peningkatan sintesis dan pelepasan asetilkolin sehingga
mengganggu fungsi otak (Cereseni et al, 2009).

7
5. Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon yaitu triiodotironin (T3)
dan tiroksin (T4). Setiap hormon berfungsi untuk mengatur sel dan cara
kerja tubuh. Umumnya, kelenjar tiroid akan memproduksi hormon dalam
jumlah yang tepat. Namun dalam kondisi tertentu, produksi hormon dapat
dilakukan secara berlebih, terutama tiroksin (T4).
Banyaknya hormon tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid dalam tubuh
bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit Graves, obat
amiodaron, suplemen iodine, nodul tiroid, kanker tiroid, tiroiditis,
kehamilan atau tumor adenoma hiposisis. Berikut ini adalah penjelasan
dari masing-masing kondisi yang dapat menyebabkan kelenjar tiroid
menjadi sangat aktif memproduksi hormon tiroksin:
 Penyakit Graves
Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit Graves,
yaitu suatu kondisi yang terjadi akibat kelainan sistem autoimun yang
menyerang tubuh dan meningkatkan produksi hormon tiroksin pada
kelenjar tiroid. Penyakit Graves bisa muncul pada usia berapa pun,
terutama pada wanita usia >60 tahun. Belum diketahui kondisi apa yang
menyebabkan kelainan autoimun terjadi, tetapi faktor lingkungan dan
keturunan dianggap berperan pada kemunculan kelainan ini. Selain
hipertiroidisme, penyakit Graves juga dapat mengakibatkan penglihatan
menjadi tidak nyaman dan kabur. Hal tersebut ditandai dengan bola mata
yang terlihat menonjol keluar.
 Tiroiditis
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, atau saat tubuh memproduksi antibodi yang
dapat merusak kelenjar tiroid. Kerusakan ini dapat menyebabkan
kebocoran hormon tiroksin yang pada akhirnya menyebabkan
hipertiroidisme.
 Nodul tiroid
Nodul tiroid adalah gumpalan yang terbentuk di dalam kelenjar
tiroid tanpa sebab yang jelas. Meski bersifat jinak dan tidak menyebabkan

8
kanker, nodul bisa mengandung jaringan tiroid yang abnormal.Gumpalan
ini berdampak kepada peningkatan produksi tiroksin dalam tubuh dan
berakibat pada hipertiroidisme, khususnya pada penderita berusia diatas 60
tahun.
 Efek samping obat
Untuk memproduksi hormon tiroksin, kelenjar tiroid membutuhkan
iodine yang terkandung di dalam makanan. Hormon tiroksin akan menjadi
terlalu banyak dan akhirnya menyebabkan hipertiroidisme jika seseorang
mengonsumsi suplemen iodine atau obat yang mengandung zat tersebut
(contohnya amiodarone). Amiodarone merupakan obat yang digunakan
untuk mengatasi detak jantung yang tidak beraturan (aritmia). Umumnya,
hipertiroidisme akan membaik saat pengobatan dihentikan. Namun, proses
penurunan kadar hormon akan memakan waktu beberapa bulan.
 Kanker tiroid
Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika sel-sel yang mengalami
keganasan mulai menghasilkan banyak hormon tiroksin, maka
penderitanya bisa mengalami hipertiroidisme. Kondisi ini umumnya
menyerang penderita berusia 30 tahun ke atas dan dapat dipulihkan.
 Kehamilan
Saat hamil, wanita mengalami peningkatan kadar hormon human
chorionic gonadotropin (hCG). Hormon ini dapat memicu terjadinya
hipertiroidisme, khususnya pada kehamilan kembar dan pada kasus hamil
anggur, di mana terdapat kadar hCG yang tinggi.
 Tumor adenoma pada kelenjar hipofisis
Ini merupakan tumor jinak yang tumbuh pada kelenjar hipofisis
atau pitutary, yaitu kelenjar yang terletak di dasar otak. Tumor tersebut
dapat mempengaruhi tingkat produksi hormon tiroid.

9
STEP 4
MIND MAPPING

definisi

analisis
epidemiologi
jurnal

pemeriksaan
diagnostik hipertiroid Etiologi

menifestasi
komplikasi
klinis

patofisiologi

10
STEP 5
LEARNING OBJEKTIF
1. Mahasiswa mampu memahami definisi hipertiroid.
2. Mahasiswa mampu memahami epidemiologi dan etiologi hipertiroid.
3. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis hipertiroid.
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi hipertiroid.
5. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik hipertiroid.
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis hipertiroid.
7. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hipertiroid.
8. Mahasiswa mampu menganalisis jurnal hipertiroid.

11
STEP 6
LAMPIRAN

12
LAMPIRAN

13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan
kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes.Hipertiroid suatu penyakit yang
tidak menular yang dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari
penyebab penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam
yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan
hormon tiroid yang disebut HipertiroiKelebihan suatu hormon tiroid
(Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi tubuh, termasuk
jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani,2013).
Prevalensi kasus hipertiroid banyak ditemukan pada seluruh populasi.
Berdasarkan data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007
mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14% perempuan memiliki kadar TSH
rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid,meskipun secara
persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Pada provinsi jawa
tengah prevalensi yang terdoagnosis hipertiroid 0,5% (Infodantin, 2015).
Proporsi segmen masyarakat kota semarang khususnya yang
mengonsumsi 300 μg/L atau lebih, cukup besar yaitu 47,8 persen (Riskesdas,
2007). Konsumsi iodium di atas 300 μg/L berisiko hipertiroid yang dipicu
oleh iodium (Iodine Induced Hyperthyroid, IIH). Hasil pemeriksaan di
Indonesia sudah banyak yang memiliki kadar iodium dalam urine >300 μ g/L,
artinya memiliki kecenderungan menderita hipertiroid (Supadmi dkk, 2007).
Meningkatnya kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan
seorang pasien dalam menjalani suatu terapi. Kepatuhan merupakan suatu
sikap pasien mengikuti instruksi penggunaan obat. Kepatuhan meliputi
kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan tentang penggunaan obat
berdasarkan resep (WHO, 2003). Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
merupakan aspek utama dalam penanganan penyakit-penyakit kronis,
memperhatikan kondis-kondisi tersebut diatas, kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat harian menjadi salah satu fokus dalam mencapai derajat

14
kesehatan pasien, dalam hal ini perilaku ini dapat dilihat dari sejauh mana
pasien mengikuti atau mentaati perencanaan pengobatan yang telah disepakati
oleh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan sasaran-sasaran
terapeutik (Frain dkk,2009)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
bagaimana penatalaksanaan hipertiroid.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Umum: Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertiroid
2. Khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dan etiologi hipertiroid
b. Untuk memahami manifestasi hipertiroid
c. Untuk memahami patofisiologi hipertiroid
d. Untuk memahami pemeriksaan diagnostic
e. Untuk memahami penatalaksanaan medis
f. Untuk memahami komplikasi dari hipertiroid
g. Untuk menganalisa jurnal gangguan hipertiroid
h. Untuk menganalisa kasus pada pasien dengan gangguan
hipertiroid
i. Untuk membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan hipertiroid

15
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Hipertiroidisme
2.1.1 Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di
mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan
dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila
suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme
dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price &
Wilson: 337) Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan
disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid
yang jumlah yang berlebihan dari hormon hormon tiroid yang beredar
dalam darah. Gangguana ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hippofisis atau hipotalamus. Hipertiroid pada kehamilan
(morbus basodowi) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan
naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran
ringan kelenjar tiroid. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan
dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal terlalu
aktif menghasilkan suatu Pengaruh kehamilan terhadap penyakit
Kehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan penderita
tambah berat. Sejak mulai kehamilan terjadi perubahan-perubahan
pada fungsi kelenjar tiroid ibu, sedang pada janin kelenjar tiroid baru
mulai berfungsi pada umur kehamilan gestasi ke 12-16. TSH agaknya
tidak dapat melalui barier plasenta. Dengan demikian baik TSH ibu
maupun TSH janin tidak saling mempengaruhi. Baik T4 maupun T3

16
dapat melewati plasenta dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga
dapat dianggap tidak saling mempengaruhi. Telah kita ketahui bahwa
terdapat kehamilan dimana kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi yang
ditandai dengan naiknya metabolisme basal sampai 15-25% dan
kadang kala disertai pembesaran ringan. Keadaan ini adalah dalam
batas batas normal (Manurung, 2017).
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit hipertiroidism merupakan bentuk tiroktoksikosis yang paling
sering dijumpai qdalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua
umur, sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Tanda
dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali ialah
adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), tirotoksikosis
(hipersekresi kelenjar tiroid/ hipertiroidisme) dan sering disertai
oftalmopati, dan disertai dermopati meskipun jarang.

Patogenesis penyakit hipertiroid sampai sejauh ini belum diketahui


secara pasti. Diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan
dalam mekanisme tersebut. Berdasarkan ciri-ciri penyakitnya, penyakit
Graves’ dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara lain
dengan ditemukannya antibodi terhadap reseptor TSH (Thyrotropin
Stimulating Hormone – Receptor Antibody /TSHR-Ab) dengan kadar
bervariasi. Pada penyakit Graves’, limfosit T mengalami perangsangan
terhadap antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya
akan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap
antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan
reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang
pertubuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibodi.
Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat
dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit

17
2.1.3 Etiologi
Mekanisme autoimunitas merupakan faktor penting dalam
patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati
pada penyakit Graves’.Sampai saat ini dikenal ada 3 autoantigen utama
terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase
(TPO) dan TSH reseptor (TSH-R). Disamping itu terdapat pula suatu
protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid
dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam proses terjadinya
perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid penderita penyakit
Graves’.
Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen
diatas dan bila terangsang oleh pengaruh sitokin (seperti interferon
gamma) akan mengekspresikan molekul-molekul permukaan sel kelas
II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk mempresentasikan antigen pada
limfosit T. Faktor genetik berperan penting dalam proses otoimun,
antara lain HLA-B8 dan HLA-DR3 pada ras kaukasia, HLA-Bw46 dan
HLA-B5 pada ras cina dan HLA-B17 pada orang kulit hitam.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada penyakit Graves’ terdapat dua kelompok gambaran utama
yaitu tiroidal dan ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak.
Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-
gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan
aktifitas simpatis yangberlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar,
tidak tahan panas, keringat semakin banyak bilapanas, kulit lembab,
berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi,
takikardi,diare dan kelemahan serta atrofi otot.2,3,5 Manifestasi
ekstratiroidal berupa oftalmopati daninfiltrasi kulit lokal yang biasanya
terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50%
sampai 80% pasien ditandai dengan mata melotot, fissura palpebra
melebar, kedipanberkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam

18
mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi. Gambaran klinik
klasik dari penyakit Graves’ antara lain adalah tri tunggal
hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.2,3 Pada penderita yang
berusia lebih muda,manifestasi klinis yang umum ditemukan antara
lain palpitasi, nervous mudah capek,hiperkinesia, diare, berkeringat
banyak, tidak tahan panas dan lebih senang cuaca dingin. Pada wanita
muda gejala utama penyakit Graves’ dapat berupa amenore atau
infertilitas. Pada anak-anak, terjadi peningkatan pertumbuhan dan
percepatan proses pematangan tulang. Sedangkan pada penderita usia
tua ( > 60 tahun ), manifestasi klinis yang lebh mencolok terutama
adalah manifestasi kardiovaskuler dan miopati, ditandai dengan adanya
palpitasi, dyspnea d’effort,tremor, nervous dan penurunan berat badan.

2.1.5 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah
antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH
menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,

19
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang
disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan
hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan
tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis
pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat
dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps
saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme
ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan
yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N 70- 250 ng/dl atau 1,2-3,4
SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat,
atau total T3 total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai
respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar T3 dan
T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara
bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda
yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang

20
menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar
T3.
b. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4– 12 mcg/dl atau 51– 154
SI unit) Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4
serum dengan teknik radioimmunoassay atau peningkatan
kompetitif. T4 terikat terutama dengan TBG dan prealbumin :
T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein.
Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan
mengubah kadar T4.
c. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8– 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI
unit)
d. T3 RU, meningkat (N: 24 – 34 %)
e. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH Tes
Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa
cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila
hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien diminta
berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan
sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah
diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan,
kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH
secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah
yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air
kecil
f. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi
tinggi (N: titer < 1 : 100)
g. Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan
pada penyakit graves.
h. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk
mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid.
Kepada pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan

21
dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat
pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi
serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid. Tes ini mengukur proporsi
dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam
kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana
dan memberikan hasil yang dapat diandalkan. Penderita
hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam proporsi
yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
i. CT Scan tiroid
j. Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian di ukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid akan
mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yang diberikan setelah
24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
k. USG
l. Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid
apakah massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu
membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan
solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan
kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan
keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
m. EKG
untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya
takhikardi, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.
2.1.7 Komplikasi
Faktor lingkungan juga ikut berperan dalam patogenesis penyakit
tiroid autoimun seperti penyakit Graves’. Virus yang menginfeksi sel-
sel tiroid manusia akan merangsang ekspresi DR4 pada permukaan
sel-sel folikel tiroid, diduga sebagai akibat pengaruh sitokin (terutama

22
interferon alfa). Infeksi basil gram negatif Yersinia enterocolitica, yang
menyebabkan enterocolitis kronis, diduga mempunyai reaksi silang
dengan autoantigen kelenjar tiroid.Antibodi terhadap Yersinia
enterocolitica terbukti dapat bereaksi silang dengan TSH-R antibodi
pada membran sel tiroid yang dapat mencetuskan episode akut
penyakit Graves’. Asupan yodium yang tinggi dapat meningkatkan
kadar iodinated immunoglobulin yang bersifat lebih imunogenik
sehingga meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya penyakit
tiroid autoimun.Dosis terapeutik dari lithium yang sering digunakan
dalam pengobatan psikosa manik depresif, dapat pula mempengaruhi
fungsi sel limfosit T suppressor sehingga dapat menimbulkan penyakit
tiroid autoimun. Faktor stres juga diduga dapat mencetuskan episode
akut penyakit Graves’, namun sampai saat ini belum ada hipotesis
dugaan yang memperkuat tersebut. Terjadinya opthtalmopati Graves’
melibatkan limfosit sitotoksik (killer cells) dan antibodi sitotoksik lain
yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan dengan
tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan
jaringan tiroid. Sitokin yang terbentuk dari limfosit akan
menyebabkan inflamasi fibroblast dan miositis orbita, sehingga
menyebabkan pembengkakan otot-otot bola mata, proptosis dan
diplopia. Dermopati Graves’ (miksedema pretibial) juga terjadi akibat
stimulasi sitokin didalam jaringan fibroblast didaerah pretibial yang
akan menyebabkan terjadinya akumulasi glikosaminoglikans. Hormon
tiroid mempengaruhi hampir seluruh sistem pada tubuh, termasuk
pada pertumbuhan dan perkembangan, fungsi otot, fungsi Sistem
Syaraf Simpatik, Sistem Kardiovaskular dan metabolisme karbohidrat.
Homorn tiroid dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat baik
pada kadar hormon yang meningkat (hipertiroid) ataupun menurun
(hipotiroid).

23
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Umum
Obat antitiroid Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan.
Contoh obatnya: propil tio urasil(PTU), karbimazol.- Pemberian
yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih
atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi. Cara ini
dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak
bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk
wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi
terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus
terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
2. Farmakoterapi
a. Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah: a.
Carbimazole (karbimasol) Berkhasiat dapat mengurangi
produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8
tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja
sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek
sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel
darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati.
Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan
yangtidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi
serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah
rasa mual, muntah, dan sakit pada perut sebelah kanan, serta
timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku, dan
kulit.
b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai
sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk
menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).
c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil) Obat ini sebenarnya
obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala

24
parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang
gemetar dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat
ini dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan denyut jantung
yang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien
dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan
sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung
yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya
terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar
biasanya diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun
verapamil.
3. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah
mengkonsumsi bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam
bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat
untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh
kita. Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan
untuk mengobati diabetes melitus, hipertensi, asma, kolesterol
dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair
insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga
dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak,
menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan
otot jantung.
2.9 Penatalaksanaan Non Medis
Tujuan terapi hipertiroidisme adalah mengurangi sekresi kelenjar
tiroid. Sasaran terapi denganmenekan produksi hormon tiroid atau
merusak jaringan kelenjar (dengan yodium radioaktif atau pengangkatan
kelenjar). Adapun penatalaksanaan terapi hipertiroidisme meliputi terapi
nonfarmakologi dan terapifarmakologi. Terapi non farmakologi dapat
dilakukan dengan:

25
1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-
3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari
suplemen.konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg
berat badan) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein
jaringan seperti susu dan telur.
2. Olah raga secara teratur.
3. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar
metabolisme.

26
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN

1. BIODATA

A. Data Umum Klien

Nama : Ny. N

Umur : 67 Tahun

Status : Tidak Terkaji

Agama : Tidak Terkaji

Pendidikan : Tidak terkaji

Pekerjaan : Tidak terkaji

No register : Tidak terkaji

Diagnosa medis : Pneumonia

Tanggal masuk : 16 April 2019

Tanggal pengkajian : Tidak terkaji

B. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tidak terkaji

Umur : Tidak terkaji

27
Jenis kelamin : Tidak terkaji

Pendidikan : Tidak terkaji

Pekerjaan : Tidak terkaji

Hubungan dengan pasien: Tidak terkaji

Alamat : Tidak terkaji

2. Keluhan Utama / alasan kunjungan :

Pasien mengeluh pasien sering gemetar, jantung sering berdebar-debar,

berkeringat tidak wajar, sering lelah, tidak bisa tidur dan merasa

kesemutan. Pasien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu BB berkurang 3

kg padahal pasien sering makan dan merasa cepat lapar.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien sering gemetar, jantung berdebar-debar, berkeringat tidak wajar,

sering lelah, tidak bisa tidur, dan merasa kesemutan.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat kesehatan dahulu.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan

pasien

6. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL DAN BUDAYA

A. Data psikososial

1. Pola pikir dan persepsi

Tidak terkaji

28
2. Persepsi diri

Tidak terkaji

3. Konsep diri

Tidak terkaji

4. Hubungan / komunikasi

Tidak terkaji

5. Kebiasaan seksual

Tidak terkaji

6. Manajemen stress

Tidak terkaji

B. Spiritual

Tidak terkaji

C. Budaya

Tidak terkaji

7. Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)

Sebelum Sakit Saat Sakit


No ADL
1 Nutrisi
A.Makan (Pokok &
Selingan)
- Jenis Menu tidak terkaji tidak terkaji
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Porsi tidak terkaji tidak terkaji
- Pantangan tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu tidak terkaji tidak terkaji

29
- Makanan khusus (Diet) tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji
tidak terkaji
B.Minum
- Jenis minman tidak terkaji tidak terkaji
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Jumlah tidak terkaji tidak terkaji
- Pantangan tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji

2 Istirahat dan tidur


A.Malam
- Jumlah jam tidak terkaji tidak terkaji
- Dari jam s/d jam tidak terkaji tidak terkaji
- Kebiasaan tidur tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji
B.Siang
- Jumlah jam tidak terkaji tidak terkaji
- Dari jam s/d jam tidak terkaji tidak terkaji
- Kebiasaan tidur tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji
3 Eliminasi
A.BAK
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Jumlah tidak terkaji tidak terkaji
- Warna tidak terkaji tidak terkaji
- Konsistensi tidak terkaji tidak terkaji
- Bau tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji

30
B.BAB
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Jumlah tidak terkaji tidak terkaji
- Warna tidak terkaji tidak terkaji
- Bau tidak terkaji tidak terkaji
- Konsistensi tidak terkaji tidak terkaji
- Penggunaan Pencahar tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji

4 Personal hygiene
A.Mandi
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu tidak terkaji tidak terkaji
-Menggunakan sabun tidak terkaji tidak terkaji
-Air yang digunakan
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji
B.Gosok Gigi
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu
- Penggunaan pasta gigi tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji
C.Mencuci Rambut tidak terkaji tidak terkaji
- Frekuensi tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu
- Menggunakan shampo tidak terkaji tidak terkaji
- Air yang di gunakan tidak terkaji tidak terkaji
- Keluhan tidak terkaji tidak terkaji
D.Berpakaian tidak terkaji tidak terkaji
- Frekuensi ganti baju tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu
tidak terkaji tidak terkaji

31
tidak terkaji tidak terkaji

tidak terkaji tidak terkaji


5 Mobilitas, Aktivitas dan
rekreasi
- Jenis Aktivitas tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu Aktivitas tidak terkaji tidak terkaji
- Jenis Olahraga tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu Olahraga tidak terkaji tidak terkaji
- Jenis Rekreasi tidak terkaji tidak terkaji
- Waktu Rekreasi tidak terkaji tidak terkaji
- Kesulitan tidak terkaji tidak terkaji

PEMERIKSAAN FISIK

a) Penampilam umum

1) Kondisi umum : tidak terkaji

2) Tingkat kesadaran : composmetis GSC : Tidak terkaji

3) TTV (Tanda-Tanda Vital) :

T = 140/90 mmHg

N = 103 x/menit

R = 29 x/menit

S = 390C

4) Atropometri : BB = 42 kg

TB = 155cm

b) Head to toe

32
1) Kulit : Lembab

2) Kepala : Tidak terkaji

3) Kuku : Tidak terkaji

4) Mata : Tampak Melotot

5) Mulut : Tidak terkaji

6) Leher : Tidak terkaji

7) Dada : Tidak terkaji

8) Abdomen : Tidak terkaji

9) Punggung : Tidak terkaji

10) Ekstremitas : Atas = Tidak terkaji

Bawah = Tidak Terkaji

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Analisa Data

Data Etiologi Problem

1. DS: pasien Sekresi hormon tiroid meningkat Ketidakefektifan perfusi

mengatakan sering jaringan

gemetar, mata Hipertiroidisme

melotot, jantung

sering berdebar- Kadar kolesterol meningkat

debar, merasa

kesemutan

33
DO: pasien tampak Pengendapan di pembuluh darah

kelelahan, mata melotot,

tangan pasien tampak Terjadi pengapuran di pembuluh darah

gemetar, pasien tampak

gelisah kulit lembab, dan Ateroskleosis

sulit konsentrasi.

TD: 140/90 mmHg, N: Ketidakefektifan perfusi jaringan

103 x/menit, R: 29

x/menit, S: 39oC

T3: 195 ug/dl, T4: 14 ug/


dl, TSH: 0,3 u/ml, HB:
9,5 g/ dl, Leukosit: 8.000
sd/m, eritrosit: 100.000
mcl, trombosit: 300.000
mcl.

2. DS: Pasien mengatakan Sekresi hormon yang berlebih Ketidakseimbangan nutrisi

sejak 1 bulan yang lalu kurang dari kebutuhan tubuh

BB berkurang 3 kg Hipertiroidisme

padahal pasien sering

makan dan merasa Hipermetabolisme meningkat

cepat lapar.

DO: pasien tampak Penurunan berat badan


kelelahan, mata melotot,

34
tangan pasien tampak Ketidakseimbangan nutrisi
gemetar, pasien tampak
kurang dari kebutuhan tubuh
gelisah kulit lembab,
dan sulit konsentrasi.
TD: 140/ 90 mmHg,
N: 103 x/ menit,
R: 29 x/ menit,
S: 30o C

T3: 195 ug/dl, T4: 14 ug/


dl, TSH: 0,3 u/ml, HB:
9,5 g/ dl, Leukosit: 8.000
sd/m, eritrosit: 100.000
mcl, trombosit: 300.000
mcl.

B. Diangnosa Keperawatan Prioritas Yang Muncul

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan T3

dan T4 ditandai dengan kulit lembab, parastesia, perubahan tekanan

darah di estermitas.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien ditandai dengan asupan

makanan yang adekuat, berat badan 20% atau lebih dibawah rentan

berat badan ideal.

35
C. Intervensi

Diagnosa NOC NIC Rasional

1.Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan nilai 1. Dapat diketahui

perfusi jaringan keperawatan selama 2 x 24 komprehensif sirkulasi yang sampai

berhubungan jam. Dengan kriteria hasil: sirkulasi perifer pada perifer

dengan indikat Saat Targe (memeriksa 2. Dengan melakukan

peningkatan T3 or ini t denyut perifer, ROM pasif maupun

dan T4 ditandai prestisi 2 3 warna dan suhu aktif dapat

dengan kulit a ujung kaki dan memperlancar

lembab, tangan ) peredaran darah

parastesia, 2. Bantu pasien 3. Dapat

perubahan untuk melakukan memperlancar

tekanan darah di ROM pasif atau peredaran darah

estermitas. aktif dengan cara 4. Dengan

tepat mengarahkan

3. Tinggikan tempat maka pasien

tidur dengan akan mengerti

menggunakan bahwa tidak

alas di kaki dianjurkan duduk

ranjang dibagian lama dengan kaki

ujung kaki dan menyilang,

36
tangan yang karena dapat

terkena dengan menyumbat

tepat peredaran darah

4. Arahkan pasien ke perifer

untuk tidak

menyilangkan

kaki dan

menghindari

duduk untuk

waktu

lamadengan kaki

dilipat

2.Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan 1. Dapat

an nutrisi kurang keperawatan selama 2 x 24 pasien mengenai menentukan

dari kebutuhan jam. Dengan kriteria hasil hubungan antara asupan makanan

tubuh berhubungan asupan makanan dan olahraga apa

dengan indikator Saat target olahraga, yang dianjurkan

37
ketidakmampuan ini peningkatan berat untuk dimakan dan

mengabsorpsi Kisaran 2 3 badan dan dilakukan.

nutrien ditandai berat penurunan berat 2. Dengan didiskusikan

dengan asupan badan badan kondisi bagaimana

makanan yang personal 2. Diskusikan dengan yang akan

adekuat, berat yang pasien mengenai mempengaruhi berat

badan 20% atau optimal kondisi medis badan maka pasien

lebih dibawah apasaja yang akan mengetahui dan

rentan berat badan berpengaruh mengerti jika ada hal

ideal. terhadap berat yang dianjurkan dan

badan dihindari

3. Bersama dengan 3. Dapat ditargetkan

pasien membuat asupan makanan apa

metode yang tepat saja dan hasilnya

untuk mencatat terlihat apakah

asupan makanan mengalami

dan penurunan penurunan atau

berat badan kenaikan berat badan.

4. Bantu pasien 4. Dapat menentukan

membuat dan mentargetkan

perencanaan makanan apa saja

makan yang yang seimbang

seimbang gizinya untuk

38
kenaikan berat badan.

D. Implementasi

Diagnosa Implementasi Respon

1.Ketidakefektifan 1. Berikan nilai komprehensif 1. Pasien mengatakan tidak merasakan


demam
perfusi jaringan sirkulasi perifer (memeriksa

berhubungan dengan denyut perifer, warna dan

peningkatan T3 dan suhu ujung kaki dan tangan )

T4 ditandai dengan

kulit lembab, 2. Bantu pasien untuk


2. Pasien megatakan bisa bergerak
parastesia, perubahan melakukan ROM pasif atau dengan bebas

tekanan darah di aktif dengan cara tepat

estermitas. 3. Tinggikan tempat tidur


3. Pasien mengatakan merasa rileks
dengan menggunakan alas di setelah dilakukan tindakan
tersebut
kaki ranjang dibagian ujung

kaki dan tangan yang terkena

dengan tepat

39
4. Arahkan pasien untuk tidak
4. Pasien merasa kaku karena terlalu
menyilangkan kaki dan
lama meluruskan kaki
menghindari duduk untuk

waktu lama dengan kaki

dilipat

2. Ketidakseimbangan 1. Diskusikan dengan pasien


1. Pasien mengatakan tidak merasa
nutrisi kurang dari mengenai hubungan antara
lemas
kebutuhan tubuh asupan makanan olahraga,

berhubungan dengan peningkatan berat badan dan

ketidakmampuan penurunan berat badan

mengabsorpsi nutrien 2. Diskusikan dengan pasien


2. Pasien mengetahui apa saja yang
ditandai dengan mengenai kondisi medis
berpengaruh pada penurunan berat
asupan makanan apasaja yang berpengaruh
badan
yang adekuat, berat terhadap berat badan

badan 20% atau lebih 3. Bersama dengan pasien


3. Pasien mengetahui apa saja
dibawah rentan berat membuat metode yang tepat
makanan yang diperbolehkan
badan ideal. untuk mencatat asupan untuk dikosumsi

makanan dan penurunan berat

badan

4. Bantu pasien membuat


4. Pasien mengatakan makanan yang
perencanaan makan yang
dikonsumsi sudah tercukupi

40
seimbang

E. Evaluasi

Diagnosa Evaluasi

Ketidakefektifan perfusi jaringan S: Pasien mengatakan demam

berhubungan dengan peningkatan T3 berkurang

dan T4 ditandai dengan kulit lembab, O: Pasien terlihat rileks,


TD : 120/ 80 mmHg
parastesia, perubahan tekanan darah di N: 85 x/ menit
R: 18 x/ menit
estermitas
S: 36,5o C

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S: Pasien mengatakan sudah tidak

kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemas

ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien O: Pasien terlihat ceria,

ditandai dengan asupan makanan yang TD : 120/ 80 mmHg


N: 85 x/ menit
adekuat, berat badan 20% atau lebih R: 18 x/ menit
S: 36,5o C

41
dibawah rentan berat badan ideal A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

42
BAB IV
PEMBAHASAN

43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang dinamakan hormon tiroid.
Ketika tiroid sehat maka tubuh akan merasa nyaman, tetapi jika kelenjar
tiroid tidak lagi berfungsi dengan baik timbullah kekurangan atau kelebihan
hormon tiroid. Tubuh bisa mengalami kenaikan atau penurunan berat
badan dalam sekejap, merasa kedinginan atau kepanasan, letih lesu atau
terus tegang dan berdebar-debar, banyak mengantuk atau mata terbelalak
terus serta sukar tidur (Hans, 2011).
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah
ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik
adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH
meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid.

5.2 Saran
Demikian yang bisa kami paparkan tentang materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan atau
referensi yang ada menunggu dengan judul makalah ini.
Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan penulis khusus dan
pembaca umum tentang hipertiroid.

44
DAFTAR PUSTAKA
Caresna Heriawan S. 2010. Wanita Rentan Mengidap Penyakit Tiroid.
Gramedia. Jakarta
Hans, Tander. 2011. Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid. PT
Grameia Pustaka Utama. Jakarta
Manurung, Nixon. 2017. Sistem Endokrin. Yogyakarta: Ed. 1, Cet. 1

45

Anda mungkin juga menyukai