Anda di halaman 1dari 37

“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53181

Telp. (0281) 636751, Fax (0281) 637239

BUKU PANDUAN SKILLS LAB


BLOK 7
Sistem Respirasi
3 nd

Edition
Edition

http://heartcooler.wordpress.com/2012/08/07/efek-samping-

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

KETERAMPILAN KLINIS Mulai saat itu, dia tidak ingin anak cucunya merasakan penderitaan yang sama.
SKILLS LAB "Tanpa merokok pun, kita sudah menghirup udara kotor. Contohnya tadi, saat
EDUKASI BERHENTI MEROKOK membagikan bunga ke pengendara yang lewat, tiba-tiba ada bus dengan asap
hitamnya. Wah, itu sumber penyakit," kata Rima. (BOB)
TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai rokok, data-data statistic, Rokok merupakan satu-satunya produk yang di legalkan oleh
komposisi dan bahaya merokok agar tidak disalahgunakan pemerintah dan merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia.
2. Mampu melakukan edukasi berhenti merokok Survey Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007 menyebutkan
3. Mahasiswa kedokteran memberikan contoh untuk tidak merokok setiap jam sekitar 46 orang meninggal dunia akibat penyakit yang berhubungan
dengan rokok.
Skenario:
Rima Melati: Merokok Buat Saya Kena Kanker
Kompasiana Senin, 4 Februari 2008 | 10:19 WIB
JAKARTA, SENIN - Merokok. Itulah hal yang disesali oleh Rima Melati, artis
kawakan yang selalu aktif dalam kampanye anti kanker di Indonesia. Merokok
membuatnya merasakan penderitaan menyusul operasi yang dijalaninya 19
tahun lalu di Belanda.
"Ya, merokok membuat saya kena kanker. Oh, jangan salah. Saya dulu bisa
habis rokok satu bungkus dalam satu hari. Kadang masih minta-minta sama
teman. Oleh karena itu, saya sekarang ini sangat anti dengan rokok dan selalu
mengampanyekannya," ujarnya saat ditemui pada peringatan hari kanker
sedunia di Bundaran HI, Senin (4/1). Hampir 80% perokok di Indonesia mulai merokok ketika usianya
Tak tanggung-tanggung karena merokok, istri Frans Tumbuan ini mengidap belum mencapai 19 tahun. Perokok remaja adalah calon perokok jangka
kanker payudara stadium 3B. Beruntung bagi Rima yang dapat menjalani
pengobatan di Belanda hingga sel kanker tak lagi bersarang di tubuhnya.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

panjang dan menempatkan mereka pada kerusakan kualitas generasi dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa kontroversial. Melalui
kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah. Ijtima` Ulama Komisi Fatwa MUI ke III, 24-25 Januari 2009, di Sumatera Barat,
Pemerintah dan sistem pendidikan di dunia pada umumnya memiliki ditetapkan bahwa merokok adalah haram bagi anak-anak, ibu hamil, dan dilakukan di
kurikulum anti tembakau berbasis sekolah. Di banyak Negara, terutama yang memiliki tempat-tempat umum. Sebagai bentuk keteladanan, diharamkan bagi pengurus MUI
keterbatasan sumber daya dan dana untuk pendidikan kesehatan, industri tembakau untuk merokok dalam kondisi yang bagaimanapun. Alasan pengharaman ini karena
telah memanfaatkan peluang dengan menjual citra tanggung jawab sosialnya melalui merokok termasuk perbuatan mencelakakan diri sendiri. Merokok lebih banyak
program pencegahan merokok bagi remaja (Youth Smoking Prevention Program). mudaratnya ketimbang manfaatnya (itsmuhu akbaru min naf`ihi).
Program ini tidak efektif, bahkan mendorong remaja untuk mencoba-coba merokok “Dan Janganlah kalian menjerumuskan diri kalian dengan tangan kalian
karena memposisikan merokok sebagai kebebasan dan kedewasaan yang sebaiknya sendiri ke dalam jurang kerusakan.” (QS. Al Baqarah (2): 195)
tidak dilakukan oleh anak-anak (smoking as an “adult choice”). “Dan Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri ..” (QS. An Nisa (4):
Semakin muda seseorang mulai merokok, makin besar resiko orang tersebut 29)
mendapat penyakit saat tua. Perokok pasif memiliki resiko 3 kali lebih tinggi dari Dua ayat ini, tidak syak (ragu) lagi, merokok merupakan tindakan merusak diri si
perokok aktif. Dan perokok wanita beresiko 25% lebih tinggi dari perokok pria. pelakunya, bahkan tindakan bunuh diri. Para pakar kesehatan telah menetapkan dalam satu
batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia, 200 jenis diantaranya bersifat
karsinogenik yang sangat berbahaya, bahkan lebih bahaya dari Ganja (Canabis Sativa).
Kebiasaan merokok sedikitnya menyebabkan 30 jenis penyakit pada manusia.
Penyakit yang timbul tergantung dari kadar zat berbahaya yang terkandung
didalamnya, kurun waktu kebiasaan merokok dan cara menghisap rokok.
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok
yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran
tembakau yang tidak sempurna. Asap rokok mengandung sejumlah zat yang
berbahaya seperti benzen, nikotin, nitrosamin, senyawa amin, aromatik, naftalen,
ammonia, oksidan sianida, karbon monoksida benzapirin, dan lain-lain. Partikel ini
akan mengendap di saluran napas. Endapan asap rokok juga mudah melekat di
benda- benda di ruangan dan bisa bertahan sampai lebih dari 3 tahun.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

A. Zat Berbahaya dalam Rokok B. Bahaya Rokok/Bahaya Merokok


1. Nikotin 1. Penyakit Jantung
- Nikotin bukan zat karsinogenik, tetapi hasil pembusukan panas Rokok menimbulkan aterosklerosis atau terjadi pengerasan
dari nikotin yang bersifat karsinogenik. pada pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penumpukan zat lemak
- Zat ini mengandung zat adiktif sehingga menyebabkan seseorang di arteri, lemak dan plak memblok aliran darah dan membuat
ketagihan untuk terus menghisap rokok. penyempitan pembuluh darah.
- Nikotin menghambat silia Jantung harus bekerja lebih keras dan tekanan ekstra dapat
- Merangsang hormon katekolamin (adrenalin) yang bersifat menyebabkan angina atau nyeri dada. Jika satu arteri atau lebih menjadi
memacu jantung dan tekanan darah benar-benar terblokir, serangan jantung bisa terjadi.
- Merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah) Semakin banyak rokok yang dihisap dan semakin lama
2. Tar seseorang merokok, semakin besar kesempatannya terkena penyakit
- Bahan dasar pembuatan aspal berupa cairan kental berwarna coklat jantung atau menderita serangan jantung atau stroke.
tua/hitam, merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket 2. Penyakit paru
dan menempel pada paru-paru serta bisa menimbulkan iritasi Resiko terkena pneumonia, emfisema dan bronkitis kronis serta
bahkan kanker Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).
3. Karbon Monoksida (CO) 3. Kanker paru dan kanker lainnya
- Pembakaran tidak sempurna dari karbon/arang Kanker paru sudah lama dikaitkan dengan bahaya rokok, yang
- Lebih kuat mengikat Hb daripada Oksigen (O2) sehinga tubuh juga dapat menyebabkan terhadap kanker lain seperti dari mulut,
kekurangan oksigen. Tubuh mengkompensasi pembuluh darah laring, tenggorokan dan kerongkongan. Merokok juga dikaitkan
sehingga pembuluh darah menjadi spasme (aterosklerosis) dengan kanker ginjal, kandung kemih, perut pankreas, leher rahim dan
- Menghalangi transportasi dalam darah kanker darah (leukemia).
- Memicu leukemia 4. Diabetes
Merokok meningkatkan resiko terjadinya diabetes. Rokok juga
bisa naik menyebabkan komplikasi dari diabetes, seperti penyakit

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

mata, penyakit jantung, stroke, penyakit pembuluh darah, penyakit


ginjal dan masalah kaki.
5. Impotensi
Rokok merupakan faktor resiko utama untuk penyakit
pembuluh darah perifer, yang mempersempit pembuluh darah yang
membawa darah ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh darah ke penis
kemungkinan juga akan terpengaruh karena merupakan pembuluh
darah kecil dan dapat mengakibatkan disfungsi ereksi/impoten.
6. Menimbulkan Kebutaan
Merokok meningkatkan resiko degenerasi makula yaitu
penyebab kebutaan yang dialami orang tua.
7. Penyakit mulut
Penyakit mulut yang disebabkan oleh rokok antara lain bau
Berlakunya Peringatan bahaya merokok dengan foto mengerikan sejak
mulut, perubahan warna gigi, peradangan bukan kelenjar ludah di
24 juni 2014 yang sesuai dengan PP 109/2012 dan Permenkes No.28. Apabila
langit-langit mulut, meningkatnya timbunan plak dan tartar pada gigi,
ada pabrik rokok yang tidak mengikuti peraturan ini akan dikenakan sanksi
hilangnya tulang dalam rahang meningkat, risiko leukoplakia
lima tahun penjara atau membayar denda Rp 500 juta bagi pihak yang secara
meningkat, risiko penyakit gusi meningkat, proses penyembuhan
sengaja tidak mencantumkan peringatan tersebut. Rokok yang sudah beredar
setelah pencabutan gigi, perawatan periodontal, atau bedah mulut
diberikan waktu 2-3 bulan, jika tidak ditarik akan diberikan sanksi.
bertambah lama, prosedur implan gigi memiliki tingkat keberhasilan
yang lebih rendah, risiko kanker mulut meningkat.
8. Gangguan Janin
Merokok berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan
janin dalam kandungan dan kehamilan, termasuk infertilitas
(kemandulan), keguguran, kematian janin, bayi lahir berberat badan
rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

- Sering-sering pergi ke tempat yang ruangannya ber-AC


- Pindahkan semua barang-barang yang berhubungan dengan
rokok
2. Alasan berhenti merokok
Perlu ditanyakan kepada pasien yang ingin berhenti merokok alasan
berhenti merokok sebagai motivasi yang kuat, antara lain :
- Kesehatan
- Teladan/contoh bagi yang lain (anak, pasangan, murid, dsb)
- Uang
3. Ubah rutinitas/kebiasaan
- Sebagai contoh, kebiasaan merokok setelah makan dapat diganti
dengan berjalan-jalan atau langsung meninggalkan meja makan.
- Saat stress tidak melampiaskan kepada rokok
- Saat mengobrol atau teman minum teh ditambahkan camilan atau
C. Edukasi Kepada Pasien
makanan ringan
1. Persiapkan diri (niat)
4. Mengunakan obat-obatan
- Persiapan diri terutama waktu sangat dibutuhkan. Tidak harus
- Obat-obatan dapat membantu keinginan merokok dan
langsung berhenti sekarang, namun tetapkan tanggal dan pilihlah
mengurangi stress
waktu saat tidak terlalu banyak pekerjaan dan saat tidak terlalu
- Obat-obatan dipilih yang aman untuk pasien seperti permen karet
banyak stress dalam kehidupan.
nikotin, lozenges, dan lain-lain
- Asbak dan korek api di singkirkan selama proses pemberhentiaan
5. Dukungan
merokok dan tidak membiarkan orang lain merokok terutama
- Keluarga terutama yang tinggal serumah dengan pasien.
didalam rumah.
- Teman didalam pergaulan maupun didalam teman kerja
- Belajar membenci rokok
- Dokter, perawat, atau terapis untuk konseling
- Bergaul dengan orang yang tidak merokok

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

- Departemen Kesehatan Negara atau program berhenti merokok, Seluruh dokter dan mahasiswa kedokteran wajib menggalangkan bahwa
seperti Freedom American Lung Association dari program setiap tanggal 31 Mei seluruh dunia merayakan atau mengkampanyekan
berhenti merokok. World No Tobacco Day.

D. Efek Yang Mungkin Terjadi


1. Merasa buruk ketika mencoba berhenti merokok
Pasien cenderung menginginkan rokok dan mungkin merasa
kesal, gelisah, atau sedih selama 2 sampai 3 minggu pertama setelah
berhenti merokok. Efek lain mungkin sulit untuk fokus pada tugas-
tugas atau mengalami kesulitan tidur dan ingin makan lebih banyak.
Perasaan buruk tersebut hanya sementara dan obat-obatan dapat
membantu mengatasinya. Menggunakan obat-obatan dan produk-
produk seperti permen karet nikotin atau patch dapat membantu
keinginan untuk merokok dan membuat pasien lebih mudah melawan
keinginan tersebut.
2. Berat Badan Cenderung Naik
Pasien terutama wanita mungkin khawatir tentang berat badan
setelah berhenti merokok. Edukasikan kepada pasien bahwa jangan
sampai hal tersebut menjadi kendala dalam usaha berhenti merokok.
Jika berat badan naik, maka dapat memfokuskan penurunan berat badan
setelah berhasil berhenti merokok. Menjadi lebih aktif dalam kegiatan
sehari-hari, berolahraga, makan lebih banyak buah dan sayuran menjadi
pilihan yang dapat dilakukan baik saat dalam upaya berhenti merokok
maupun setelah berhasil berhenti merokok.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN 19 Menjelaskan pentingnya berkonsultasi secara


EDUKASI BERHENTI MEROKOK rutin
Nama : 20 Menanyakan apabila kurang jelas
NIK : 21 Membuat kesepaatan untuk memulai program
SKOR berhenti merokok
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2 JUMLAH SKOR
MEMBUKA PEMBICARAAN
1 Mengucapkan salam, membaca basmallah Keterangan :
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas penderita 0 Tidak dilakukan mahasiswa
4 Informed concent (meminta ijin untuk 1 Dilakukan, tapi belum sempurna
melakukan edukasi) 2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
EDUKASI MENGENAI ROKOK mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak
5 Memberikan penjelasan umum mengenai diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
rokok
6 Memberikan data-data statistik yang akurat
7 Menjelaskan landasan/dalil MUI Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x 100% =
mengharamkan merokok 42
EDUKASI ZAT DAN AKIBAT ROKOK
8 Menjelaskan efek dari nikotin* Purwokerto, …………………….
9 Menjelaskan efek dari Tar*
10 Menjelaskan efek dari Karbon Monoksida*
11 Menyebutkan penyakit akibat rokok (dr. ………………………….)
12 Menjelaskan foto diluar bungkus rokok
EDUKASI BERHENTI MEROKOK
13 Menjelaskan persiapan berhenti merokok
14 Menjelaskan alasan berhenti merokok
15 Menjelaskan rutinitas/kebiasaan yang harus
dihindari
16 Menjelaskan fungsi obat-obatan dalam proses
berhenti merokok
17 Menjelaskan perlunya dukungan berhenti
merokok
18 Menjelaskan efek yang mungkin terjadi
MENUTUP PEMBICARAAN

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

ANAMNESIS RESPIRASI 4. Riwayat Sosial dan Ekonomi


Sebelum memulai anamnesis, terlebih dahulu harus mendokumentasikan
A. TUJUAN PEMBELAJARAN identitas dan karakteristik pasien, meliputi nama, usia, jenis kelamin,
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara menegakkan alamat, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
diagnosis sementara penyakit paru berdasarkan hasil anamnesis yang
baik dan terarah 1. Riwayat Penyakit Sekarang,
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara menggali Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama yang mana
informasi berdasarkan fundamental four dan sacred seven pada didalamnya terdapat tujuh butir mutiara anamnesis. Keluhan utama
berbagai penyakit paru (bronkitis akut, bronkitis kronis, TBC Paru, adalah keluhan yang membuat seseorang/penderita datang
asma bronchial, PPOK, efusi pleura, edema paru,atelektasis, memeriksakan diri atau mencari pertolongan pada tempat pelayanan
Bronkopneumonia, Tumor paru, dll) kesehatan, misalnya : batuk, sesak nafas, myeri dada, dll. Keluhan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ciri-ciri khas penyakit utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian
paru yang di dapatkan pada anamnesis (bronkitis akut, bronkitis kronis, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh
TBC Paru,asma bronchial, PPOK, efusi pleura, edema paru,atelektasis, butir mutiara anamnesis untuk menggali keluhan utama, yaitu :
Bronkopneumonia, Tumor paru, dll) 1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
B. ANAMNESIS 3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, 4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) 5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Empat pokok 6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
pikiran yang dimaksud adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari 7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama (sistem respirasi).
data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :
3. Riwayat Kesehatan Keluarga 1. Lokasi

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Perlu ditanyakan mengenai lokasi dari keluhan misal, - Apakah batuk berdahak/kering?
penderita dengan keluhan nyeri dada, perlu ditanyakan lebih - Apakah batuk disertai dengan keluarnya darah?
lanjut secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu - Apakah nafsu makan menurun?
penderita diminta menunjukkan dengan tangannya, dimana - Apakah ada keringat dingin saat malam hari?
bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana. - Adakah terjadi penurunan berat badan ?
2. Onset dan kronologis - Apakah terdengar bunyi mengi?
Kapan mulai timbulnya benjolan atau sudah berlangsung - Apakah disertai demam?
berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau - Apakah disertai dengan sesak nafas?
perlahan-lahan. Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai
3. Kualitas berikut :
Apakah sesak tersebut seperti terengah-engah. 1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four
4. Kuantitas & Sacred Seven.
Apakah batuknya mengganggu aktifitas sehari-hari, 2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir
pekerjaan atau aktifitas fisik lainnya. penyakit apa, sehingga pengetahuan anatomi dan fisiologi harus
5. Faktor yang memperberat keluhan. dikuasai dengan baik.
Faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas fisik / 3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga
olah raga, makan, keadaan atau posisi tertentu. dibutuhkan pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.
6. Faktor yang memperingan keluhan.
Adakah usaha penderita yang dapat memperingan 2. Riwayat Penyakit Dahulu
keluhannya, misalnya dengan minum obat rasa sakit berkurang, Ditanyakan apakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya,
atau dengan beristirahat. kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja,
7. Keluhan yang menyertai serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang,
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul perawatan lama, rawat inap, riwayat pengobatan atau tindakan khusus.
menyertai dan faktor pencetusnya, misalnya bila penderita
mengeluh batuk, yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah : 3. Riwayat Penyakit Keluarga
“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”
“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit 5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.
keturunan dari pihak keluarga atau riwayat penyakit yang menular. 6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang
Adakah anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama atau membutuhkan suatu keterangan tambahan.
memiliki penyakit yang merupakan faktor resiko dari keluhan 7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk
penderita. memverifikasi pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi
pernyataan anda, atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan
4. Riwayat sosial dan ekonomi tambahan bila diperlukan.
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang 8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari
meliputi:tingkat pendidikan, pekerjaan,tingkat pendapatan, menggunakan istilah-istilah medis yang tidak dipahami pasien.
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obat-obatan, aktivitas seksual, sumber Beberapa anamnesis kasus respirasi, antara lain :
keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan serta konsumsi TB Paru
makanan sehari-hari). Gejala respiratorik :
• batuk ≥ 3 minggu
Keterampilan yang harus dikuasai dalam melakukan Anamnesis • batuk darah
Keterampilan Mengeksplorasi Masalah Pasien : • sesak napas
1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang • nyeri dada
dihadapinya. Gejala sistemik :
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan • Demam
pertanyaan terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan • gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
tertutup. menurun
3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk PPOK
menyelesaikan ceritanya, dan jangan menginterupsi. • Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas
4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara • Kadang-kadang disertai mengi
verbal maupun nonverbal. • Batuk kering atau dengan dahak yang produktif

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

• Rasa berat di dada • batuk


• Riwayat merokok aktif atau pasif PNEUMONIA
• Terpajan zat beracun (polusi udara, debu pekerjaan) • Onset demam mendadak
• Batuk berulang pada masa kanak-kanak • batuk produktif
• demam sampai menggigil
Kanker paru • sesak nafas
• Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) • nyeri dada (nyeri pleuritik)
• Batuk darah
• Sesak napas Contoh Kasus
• Suara serak Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke poli umum dengan keluhan batuk.
• Sakit dada Lakukan anamnesis yang sistematis dengan menggunakan pertanyaan terbuka,
• Sulit / sakit menelan galilah mengenai keluhan utama pasien.
• Benjolan di pangkal leher Pada penggalian informasi lebih lanjut tanyakan :
• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan 1. Lokasi : dada
rasa nyeri yang hebat. 2. Onset & kronologi : batuk sudah 1 bulan
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti : 3. Kuantitas : -
• Berat badan berkurang 4. Kualitas : batuk terus menerus tidak berhenti (ngikil)
• Nafsu makan hilang 5. Faktor pemberat : jika terkena asap rokok/polusi, udara dingin dan
• Demam hilang timbul kelelahan
• Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary 6. Faktor peringan : istirahat dan minum obat
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia 7. Gejala yang menyertai : sesak
BRONKHITIS Riwayat Penyakit Dahulu : tidak pernah mengalami sakit yang serupa
• Demam Riwayat Penyakit Keluarga : saat ini ayah pasien menderita penyakit yang
• nyeri dada (terutama disaat batuk) sama
• dyspnea

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Riwayat sosial: pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak serta kakak CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
ANAMNESIS RESPIRASI
iparnya. Ayahnya perokok berat bekerja sebagai kuli bangunan.
Riwayat ekonomi:pasien memiliki asuransi kesehatan BPJS PBI Nama :
NIK :

SKOR
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
MEMBUKA WAWANCARA
1 Mengucapkan salam, membaca basmallah
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas penderita*
nama, umur, alamat, jenis kelamin,
pekerjaan (jenis pekerjaan, sudah berapa
lama, dll), status perkawinan
ANAMNESIS
4 Menanyakan keluhan utama*
(batuk, batuk kering, batuk berdahak, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada, suara
napas menciut,dll)
5 Menanyakan lokasi (disatu tempat, menjalar
atau tidak, dll)
6 Menanyakan onset (permulaan timbul
keluhan) dan kronologi (kapan timbul :
akut/mendadak, kronik,kambuh-kambuhan,
dll)
7 Menanyakan durasi (sudah berapa lama
keluhan dirasakan)
8 Menanyakan kualitas (jenis) keluhan (batuk
darah berwarna merah jambu, kental, dll)
9 Menanyakan kuantitas(seberapa hebat)
keluhan
10 Menanyakan faktor-faktor pemberat (lebih
berat pada malam hari, udara dingin, saat
aktivitas, dll)

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

SKOR SKOR
No ASPEK PENILAIAN No ASPEK PENILAIAN
0 1 2 0 1 2
11 Menanyakan faktor-faktor peringan logis*
(berkurang dengan obat-obatan, istirahat, 24 Memperhatikan waktu
dll) JUMLAH SKOR
12 Menanyakan gejala penyerta
(suara serak, penurunan berat badan,
pembengkakan mata kaki, demam,nafsu Keterangan :
makan menurun, sulit menelan, dll) 0 Tidak dilakukan mahasiswa
13 Menanyakan riwayat penyakit dahulu 1 Dilakukan, tapi belum sempurna
14 Menanyakan riwayat pengobatan (sudah 2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
pernah berobat sebelumnya, pernah mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak
memakan obat setiap hari sampai kurun diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
waktu tertentu, dosis, sekarang sedang
mengkonsumsi obat apa saja seperti obat Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x 100% =
hipertensi, dll) 48
15 Menanyakan riwayat alergi obat (pernah Purwokerto, ………………………..
atau tidak, kapan terjadinya, efek yang
timbul, dll)
16 Menanyakan pernah dioperasi (torakotomi, (dr. …………………………………)
luka bekas WSD, dll)
17 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
(riwayat terkena TB, asma, eksema/atopik,
DM, Hipertensi, tumor
18 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
(asuransi kesehatan, jenis rumah dengan
ventilasi baik, memelihara binatang, dll)
19 Menanyakan kebiasaan pribadi (merokok,
napza, alkohol, dll)
MENUTUP WAWANCARA
20 Menanyakan pada pasien apakah ada hal
yang terlewat
21 Menutup wawancara dengan membuat suatu
ringkasan
22 Membuat kesepakatan dengan pasien
23 Melakukan wawancara dengan urutan yang

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI toraks seperti kelainan bentuk dinding toraks, dll. Sehingga pada pemeriksaan
inspeksi sistem respirasi ini perlu diperhatikan sebagai berikut;
Tujuan Pembelajaran  Kelainan yang terdapat pada sistem respirasi
Tujuan pembelajaran dari skills lab ini adalah agar mahasiswa mampu:  Kelainan alat diluar sistem respirasi yang mempengaruhi pernapasan, seperti
1. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan sistem respirasi (paru) • Penyakit jantung
2. Menjelaskan cara pemeriksaan fisik paru yang baik dan benar meliputi • Anemia
inspeksi,palpasi, perkusi dan auskultasi paru • dll
3. Menjelaskan ciri-ciri khas penyakit paru yang di dapatkan pada  Kelainan sistem respirasi yang menimbulkan gejala diluar paru
pemeriksaan fisik (bronkitis akut, bronkitis kronis, TBC Paru,asma • Jari tabuh
bronchial, PPOK, efusi pleura, edema paru,atelektasis, Bronkopneumonia, • Sianosis
Tumor paru, dll • Edema muka
4. menjelaskan cara mampu menegakkan diagnosis/diagnosis sementara • Bendungan vena leher
penyakit paru berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang baik dan terarah • dll
5. Melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi meliputi : inspeksi, palpasi, Dibawah ini terdapat beberapa contoh kelainan bentuk bentuk pada dinding
perkusi dan auskultasi dari sistem respirasi ( paru) toraks :
1. Pigeon chest
INSPEKSI sternum ½ distal melengkung ke anterior, bagian lateral dinding thorax
Pada pemeriksaan inspeksi sistem respirasi dilakukan secara menyeluruh dan kompressi ke medial (seperti dada burung), etiologi ricketsia dan kelainan
sistematis. Prosedur pemeriksaan inspeksi toraks dilakukan dalam dua keadaan, congenital.
yaitu inspeksi yang dilakukan dalam keadaan statis dan dalam keadaan dinamis. 2. Funnel chest, yaitu bagian distal dari sternum terdorong
Inspeksi diawali dengan pengamatan pada keadaan statis, terhadap keadaan kedalam/mencekung.
umum pasien, kepala (adanya edema di muka), mata (cunjunctiva, kelopak Penyebabnya adalah penyakit ricketsia/congenital
mata), leher ( Jugular Venous Presure, deviasi trakea) tangan (clabing finger, 3. Flat chest, yaitu diameter anterioposterior memendek. Etiologinya adalah
kuku), kaki (edema tungkai) dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan adanya bilateral pleuro pulmonary fibrosis.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

4. Barrel chest (Thorax emfisematous), yaitu diameter anteroposterior


memanjang dengan ciri ciri:
Iga-iga mendatar
Sela iga melebar
Sudut epigastrium tumpul
Diafragma mendatar
Terdapat pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
5. Unilateral Flattening : salah satu hemi thoraks menjadi lebih pipih, contoh
Gambar. Funnel chest
pada fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte)
6. Unilateral prominence, contoh :
Efusi Pleura yang banyak
Pneumo thorax
Tumor paru
7. Scoliosis dari vertebra thoracalis yaitu perubahan bentuk dari rongga
thoraks Gambar 9. Flat chest Gambar 10. Barrel chest
akibat vertebra bengkok ke kiri atau ke kanan.
8. Kyphosis / gibbus dari vertebrae thoracalis, yaitu

Gambar 11. Skoliosis

Gambar 7. Pigeon chest

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

c. Penyakit jantung
d. Penyakit paru
e. Anemia
f. Hipertiroidisme
g. Neurosirkulatory
h. Asthenia
2. Orthopnea : sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi
Gambar 12. Kiposis
duduk.
3. Kusmaull breathing napas cepat dan dalam, misal pada keadaan asidosis.
Pergerakan Pernapasan
4. Asthmatic breathing adalah ekspirasi memanjang disertai wheezing,
Pengembangan rongga toraks terjadi akibat aktivitas otot pernapasan dan secara
misal pada asma bronchial.
pasif kemudian terjadi ekspirasi, frekwensi pernapasan normal 14-18/mnt, pada
5. Cheyne stokes breathing, pernapasan periodic secara bergantian antara
bayi baru lahir normal 44x/menit dan secara gradual berkurang dengan
pernapasan cepat (hipernea) dengan apnea. Apnea dapat sampai 30 detik,
bertambahnya umur.
pasien dapat tertidur pada periode ini.
Pada laki-laki dan anak diafragma lebih berperan, sehingga yang menonjol
Contoh :
gerakan
a. penyakit jantung
pernapasan bagian atas abdomen dan toraks bagian bawah. Pada wanita yang
b. penyakit ginjal
lebih berperan adalah musculus intercostal, gerakan pernapasan yang menonjol
c. asthma berat
adalah gerakan rongga toraks bagian atas.
d. peningkatan tekanan intra cranial
e. keracunan obat
Pernapasan Abnormal
6. Biot‟s breathing  pernapasan yang tak teratur, contoh :
1. Dyspnea: keluhan objektif dimana orang sakit akan merasakan susah/sesak
a. Trauma capitis b. Meningo ensefalitis
bernapas, dapat terjadi pada:
b. Tumor cerebral
a. Exercise
b. Obesitas

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Compressive atelektasis
Cavitas paru

Gambar 14 pemeriksaan palpasi toraks dan lokasi penempatan tangan pada

Gambar . 13 Jenis pernapasan pemeiksaan fremitus.


 Fremitus menurun pada :

PALPASI Penebalan pleura

Pada pemeriksaan palpasi sistem respirasi dapat dilakukan pemeriksaan Tactil Efusi pleura

fremitus dinding toraks dengan cara : Pneumothorax

Menempelkan telapak dan jari jari tangan pada dinding dada, kemudian Emfisema paru

pasien Obstruksi dari bronkus

disuruh mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada yang sedang. Selain itu dengan palpasi dapat juga menentukan kelainan di perifer seperti

Bandingkan kondisi kulit; (basah atau kering), adanya demam, arah aliran vena dikulit pada

getaran yang timbul antara hemithorax kiri dan kanan secara simetris dengan vena yang terbendung (venaectasi), tumor, pembesaran KGB, deviasi trakea dll

cara
menyilangkan tangan pemeriksa secara bergantian.
 Fremitus meningkat bisa ditemukan pada :
Infiltrat paru

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Dengan pemeriksaan ketok/ perkusi pada dinding toraks akan menggetarkan


udara yang ada dalam dalam paru. Bunyi yang dihasilkan tergantung dari
banyak sedikitnya udara yang ada dalam rongga dada. Penilaiananya dapat
dikelompokan sebagai berikut;
Sonor
Gambar 15. A. pemeriksaan trakea, B pemeriksan kelenjer Getah Beninng ( Hipersonor
KGB) supra clavikula. redup
Pekak
Pemeriksaan palpasi juga dapat menilai pengembangan dinding toraks.
Gambar 17.
Lokasi
berbagai bunyi
perkusi
didnding toraks
dalam keadaan
normal.
Gambar. 16 penilaian pengembangan dinding toraks depan dan belakang Teknik dari perkusi
Pada pemeriksaan perkusi penderita bisa dalam posisi tidur dan bisa dalam
PERKUSI posisi
Perkusi sistem respirasi (perkusi dinding toraks) duduk. Pemeriksa menggunakan jari tengah tangan kiri yang menempel pada
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara permukaan dinding toraks, tegak lurus dengan iga atau sejajar dengan iga
yang dihasilkan oleh ketokan pada dinding toraks. Metoda ini tetap penting disebut sebagai flexi meter. Sementera jari tengah tangan kanan digunakan
walaupun pemeriksaan radiologi toraks sudah makin berkembang, oleh karena sebagai pemukul (pengetok) disebut flexor.
dengan pemeriksaan fisik yang baik bisa memprediksi kelainan yang ada dalam Perkusi pada diding toraks depan dapat dilakukan pada posisi tidur telentang,
rongga toraks sebelum pemeriksaan radiologi dilakukan. jika pasien duduk kedua tangan pada paha dengan flexi pada sendi siku. Perkusi

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan bawah sambil 3. Gerakan ketokan pada perkusi berpusat pada sendi pergelangan tangan
membandingkan bunyi perkusi antara hemi toraks kanan dan hemi toraks kiri. bukan pada pada sendi siku.
Pemeriksaan perkusi dinding toraks belakang dilakukan pada posisi pasien 4. Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding toraks yang ototnya tebal
duduk perkusi agak lebih kuat sedangkan pada daerah yang ototnya tipis seperti
membelakangi pemeriksa, jika pasien tidur oleh karena, tidak dapat duduk daerah axilla dan lapangan bawah paru, kekuatan perkusi tidak terlalu kuat.
maka untuk perkusi daerah punggung, posisi pasien dimiringkan kekiri dan Jenis bunyi perkusi dinding toraks:
kekanan bergantian. a) Suara perkusi normal dari toraks pada lapangan paru disebut sonor (
Gambar 18. Perkusi toraks resonance)
b) Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid mengandung
sedikit udara) perkusi akan menghasilkan redup (dullness).
c) Perkusi pada efusi pleura masif atau massa tumor yang besar suara perkusi
pekak (flatness.)
d) Hiperinflasi dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli
atau adanya udara didalam rongga pleura (pnemothorax) menghasilkan
perkusi (hipersonor).
e) Adanya udara dalam lambung menimbulkan suara perkusi ( timpani.)

Gambar 19. Lokasi perkusi dinding toraks depan dan belakang


Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan perkusi dinding toraks :
1. Jika dinding toraks pasien lebih tebal tekanan jari flexi meter pada
permukaan dinding toraks semakin ditingkatkan dan ketokan flexor
semakin kuat.
2. Lakukan ketokan cepat, kuat, tegak lurus memantul dari jari tengah tangan
kanan pada phalanx kedua dari jari tengah tangan kiri yang menempel
Gambar 20. Lokasi berbagai bunyi perkusi didnding toraks dalam keadaan
pada permukaan dinding toraks.
normal.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Waktu inspirasi dalam, batas belakang paru akan turun 4-6 cm, oleh karena  2-3 cm diatas (superior) dari clavicula di sebut kronig’s isthmus. Suatu zona
terjadi peranjakan batas paru turun ke bawah yang ditandai oleh perobahan sonor + 4-6 cm meluas melewati bahu kearah posterior sampai tonjolan
suara perkusi redup menjadi sonor sejauh 4-6 cm. scapula, daerah ini bisa menyempit bila terjadi fibrosis dari apex paru.
 Daerah dinding belakang toraks, bunyi perkusi sonor dari apex paru sampai
batas bawah vertebrae thoracal X/XI.
 Diatas scapula bunyi perkusi sonor agak melemah.
 Batas jantung dengan perkusi :
 Kanan : Ruang intercostal III-IV pinggir sternum kanan
 Kiri atas : Ruang intercostal III kiri, 2-4 cm dari mid sternum
 Kiri bawah : Intercostal V kiri, pada linea mid clavicularis.

Gambar 21. Peranjakan batas belakan paru


 Bagian anterior toraks, bunyi sonor mulai dari clavicula kearah arcus
costarum, kecuali pada daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi
redup atau pekak
Tabel 1. Resume Pemeriksaan Dinding Dada.
 Pada daerah anterior kanan pada ruang intercostal 4 sampai 6 akan
didapatkan perkusi redup, dimana pada daerah ini didapatkan overlap
AUSKULTASI PARU
antara parenkim paru dengan hati (perkusi dilakukan pada linea medio Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop.
clavicularis kanan. Sebelum ditemukan stetoskop auskultasi dilakukan secara direct dengan
 Dari intercostal 6 sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak menempelkan telinga pemeriksa pada permukaan tubuh orang sakit. Ada dua
(daerah hati) yang tidak ditutupi parenkim paru. tipe dari stetoskop yaitu Bell type untuk mendengar nada-nada yang lebih
 Pada bagian anterior kiri bawah, didapatkan perkusi timpani (daerah rendah dan Bowel atau membran type untuk nada-nada yang lebih tinggi.
lambung) Umumnya setiap stetoskop dilengkapi dengan kedua tipe ini. Posisi penderita

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi. Kalau pasien tidak bisa duduk, Suara Napas Vesikuler.
auskultasi dapat dilaksanakan dalam posisi tidur. Pasien sebaiknya disuruh Pada suara napas vesikuler, suara inspirasi lebih keras, lebih panjang dan
bernapas dengan mulut tidak melalui hidung. pitchnya (nada) lebih tinggi dari suara ekspirasi. Suara napas vesikuler
Pemeriksa memberikan contoh bernapas terlebih dulu sebelum memeriksa terdengar hampir diseluruh lapangan paru, kecuali pada daerah supra sternal
pasien. Yang diperiksa pada auskultasi paru adalah : dan interscapula. Suara vesikuler dapat mengeras pada orang kurus atau post
1. Suara napas utama (breath sounds) “exercise” dan melemah pada orang gemuk atau pada penyakit-penyakit
2. Suara napas tambahan tertentu.
Breath Sounds (Suara napas Utama) Suara Napas Bronkial / Trakeal
Pada orang sehat dapat didengar dengan auskultasi suara napas : Pada suara napas bronkial, suara napas ekspirasi, intensitasnya lebih keras,
1. Vesikuler durasinya lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara inspirasi, terdapat
2. Trakeal pada daerah supra sternal.
3. Bronkial Suara napas trakeal hampir sama dengan suara napas bronkial tetapi durasi
4. Bronkovesikuler ekspirasi hampir sama antara ekspirasi dengan inspirasi, terdengar pada daerah
Untuk mendengar suara napas perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada) dari trakea. Ditemukanya bunyi napas bronkial pada daerah yang seharusnya suaran
inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi. napas vesikuler, hal ini dapat disebabkan oleh pemadatan dari parenkim paru
seperti pada pneumonia dan kompresive atelektase.
Suara Napas Bronkovesikuler
Pada bunyi napas bronkovesikuler, suara yang timbul adalah campuran antara
suara napas vesikuler dan bronkial. Jenis suara napas ini ditandai dengan
ekspirasi lebih keras, lebih lama dan nadanya lebih tinggi dari inspirasi. Jenis
pernapasan ini, normal didapatkan pada pada pada bagian belakang, dimana
terdapat ovelap antara parenkim paru dengan bronkus besar.
Pernapasan broncovesikuler bila didapatkan pada daerah yang secara normal
Gambar 22. Auskultasi dan lokasi pemeriksan auskultasi pada dinding toraks
adalah vesikuler ini menunjukkan adanya kelainan pada daerah tersebut.
depan dan belakang

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Jenis pernapasan lain :


 Asmatis
Suara napas asmatik yaitu pernapasan dengan ekspirasi yang memanjang
kadang
disertai bunyi yang menciut (mengi) atau wheezing didapat pada penderita
asma bronkial atau penderita PPOK.
 Amphoric sounds
Suara napas Amporik dapat berasal dari kavitas atau pneumotoraks dengan
fistel yang terbuka. Bunyinya seperti mendengar botol kosong yang ditiup.
Suara napas tambahan
1. Ronki (Rales)
Gambar Gambar 21. A. Lokasi suara napas di diding depan toraks, B. lokasi Adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
suara napas di diding toraks belakang. napas yang berisi sekret / eksudat atau akibat saluran napas yang
menyempit atau oleh oedema saluran napas. Ada dua jenis ronchi yaitu
ronki basah (moist rales) dan ronki kering (dry rales).
Ronki basah
Ronki basah adalah suara tambahan disamping suara napas, yaitu bunyi
gelembunggelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau bubling)
terutama pada fase inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya
eksudat atau cairan dalam bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada
bronkus dan trakea.
Ada ronki basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah
tak nyaring misalnya pada bendungan paru.
Tabel 8. Resume Pemeriksaan Suara Napas Ada ronki basah kasar, ini biasanya berasal dari cairan yang berada
dibronkus besar atau trakea.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

Ada ronki basah sedang dan ada pula ronki basah halus yang terutama voice). Dimana pasien disuruh mengucapkan kata 77 (tujuh puluh tujuh)
terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti bunyi gesekan rambut secara berbisik sementara pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop pada
antara jari telunjuk dengan empu jari. seluruh lapangan paru. Pada kelainan infiltrat maka suara berbisik tersebut
Ronki kering akan terdengar jelas pada pangkal telinga kita dan disebut bronchial
Ronki kering disebabkan lewatnya udara melalui penyempitan saluran whispered positif dapat mendeteksi infiltrat yang kecil / minimal.
napas, inflamasi atau spasme saluran napas seperti pada bronchitis atau 4. Bronchophoni
asma bronchial. Vocal sound (suara biasa) bila didengarkan pada dinding thorax (lapangan
Ronchi kering lebih dominant pada fase expirasi terdengar squeking dan paru) akan terdengar kurang keras dan kurang jelas dan terdengar jauh. Bila
grouning, pada saluran yang lebih besar adalah deep tone grouning terdengar lebih keras, lebih jelas dan pada pangkal telinga pemeriksaan
(sonorous) dan pada saluran yang lebih kecil terdengar squeking dan disebut bronchoponi positif terdapat pada pemadatan parenkim paru, misal
whistling (sibilant). pada infiltrat dan aktelektasis kompresif.
Ronchi kering dengan berbagai kwalitas frekwensi pitchnya disebut 5. Eugophoni
musical rales (seperti pada penderita asma bronchial) Eugophoni yaitu bronchophoni yang terdengar nasal, biasanya disebabkan
2. Pleural friction oleh kompresif atelektasis akibat dorongan efusi pleura pada parenkim paru
Terjadinya bunyi pergeseran antara pleura parietal dengan pleura viseral terdengar pada perbatasan cairan dengan parenkim paru.
waktu inspirasi disebut Pleura friction. Dapat terjadi pada pleuritis
fribrinosa. Lokasi yang sering terjadi pleura friction adalah pada bagian
bawah dari axilla, namun dapat juga terjadi di bagian lain pada lapangan
paru. Terdengar seperti menggosok ibu jari dengan jari telunjuk dengan
tekanan yang cukup keras pada pangkal telinga kita, terdengar pada fase
inspirasi dan ekspirasi.
3. The Whispered Voice (Suara berbisik)
Dalam keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan suara
napas secara memuaskan, misalnya nyeri dada bila bernapas atau keadaan
keletihan, maka dapat dilakukan pemeriksaan suara berbisik (the whispered

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

CHECK LIST No. Poin penilaian B Skor


0 1 2 3
No. Poin penilaian B Skor
dinding dada yang tertinggal.
0 1 2 3
16. Apakah ada limfadenopati supra klavikularis dan
Melakukan persiapan pemeriksaan sistem respirasi
leher kekiri atau deviasi kekanan.
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri,
17. Lakukan pemeriksaan posisi trakea apakah normal,
menanyakan identitas pasien
deviasi
2. Menanyakan keluhan utama pasien datang berobat,
18. Apakah ada emfisema subkutis
RPS,RPD,riwayat kebiasaan ( merokok) dll
19. Melakukan pemeriksaan pengembangan rongga
3. Menginformasikan tentang pemeriksaan yang akan
toraks
dilakukan dan minta izin untuk melakukan
pemeriksaan.* 20. Melakukan palpasi pada permukaan dinding torak
untuk menilai tactil fremitus (stem fremitus) pada
4. Berdiri di sisi kanan pasien,meminta membuka
hemitorak kiri dan kanan mulai dari dinding torak
pakaian, berbaring dengan posisi telentang dan
bagian atas ke bawah. Bandingkan kiri dengan
relaks
kanan secara simetris dan silangkan tangan
PEMERIKSAAN FISIK TORAKS DEPAN
pemeriksa, sambil pasien disuruh menyebut 77
INSPEKSI TORAKS
Perkusi
Melakukan inspeksi dalam keadaan statis 21. Melakukan perkusi pada kedua hemithorax kiri dan
5. Perhatikan muka (edema) dan mata (cunjunctiva kanan mulai dari dinding toraks atas ke bawah,
anemis bandingkan kiri dengan kanan.
atau tidak) dan bibir (sianosis atau tidak) dll 22. Menentukan batas paru hepar pada linea mid klavikularis
6. Perhatikan : Posisi trakea : normal, deviasi kiri atau kanan (perubahan suara perkusi dari sonor ke redup, normal
kanan pada RIC V kanan)
7. Perhatikan bentuk dada ( adakah kelainan bentuk) 23. Perkusi menentukan batas paru jantung : kanan, kiri
8. Posisi dari iga-iga ( mendatar atau tidak) atas, kiri bawah
9. Ruang sela iga ( bandingkan kiri dan kanan) 24. Perkusi timpani pada toraks anterior kiri bawah (daerah
10. Sternum dan klavikula ( apakah ada kelaianan lambung).
bentuk) Auskultasi
11. Sudut epigastrium ( lancip atau tumpul) 25. Mendengar suara napas, vesikuler pada kedua
12. Apakah ada : Venektasi hemithorax kiri dan kanan, mulai dari atas ke
Melakukan inspeksi dalam keadaan dinamis bawah.
13. Tentukan jenis pernapasan apakan ada pernapasan 26. Mendengar suara napas trakeal ( normal) pada
abnormal (Kusmaull, Cheyne Stokes dll) derah leher (trakea) dan bronkial ( normal) pada
14. Hitung prekuensi napas daerah supra sternal
15. Bandingkan pergerakan dinding dada kiri dengan 27. Mendengar suara napas bronkovesikuler (normal)
kanan apakah sama atau ada pergerakan salah satu pada daerah diatas korpus sterni.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

No. Poin penilaian B Skor No. Poin penilaian B Skor


0 1 2 3 0 1 2 3
28. Mendengarkan suara napas tambahan (normal batas paru beranjak turun 2 jari (+ 4 cm)
PEMERIKSAAN FISIK TORAKS BELAKANG ( PUNGGUNG) Auskultasi
InspeksiTorak 39. Mendengar suara napas, vesikuler pada kedua
29. Melakukan inspeksi dalam keadaan statis hemithorax belakang kiri dan kanan, mulai dari atas
30. Perhatikan bentuk dinding toraks bagian belakang ( ke bawah.
adakah kelainan bentuk) 40. Mendengar suara napas bronkovesikuler ( normal)
31. Perhatikan bentuk tulang belakang ( apakan ada pada daerah inter skapula.
kelainan bentuk ; kiposis, skolisis, lordosis atau 41. Mendengarkan suara napas tambahan ( ronki,
gibus) whizing dll )
32. Bandingkan bentuk dinding toraks belakang kiri TOTAL
dengan kanan.
Melakukan inspeksi dalam keadaan dinamis
Tanda „*‟ merupakan critical point Purwokerto, ...................2014
33. Bandingkan pergerakan dinding toraks belakang
kiri dengan kanan, apakah sama atau ada
pergerakan salah satu dinding dada yang tertinggal.
Keterangan Skor
34. Melakukan pemeriksaan pengembangan rongga
toraks 0. Tidak Dilakukan sama sekali
Palpasi 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan
35. Melakukan palpasi pada permukaan dinding toraks
belakang untuk menilai tactil fremitus (stem 2. Dilakukan dengan sedikit perbaikan (
fremitus) pada hemithorax kiri dan kanan mulai dari ……………………..)
dinding torak bagian atas ke bawah. Bandingkan
kiri dengan kanan secara simetris dan silangkan 3. Dilakukan dengan sempurna
tangan pemeriksa, sambil pasien disuruh menyebut NILAI : Skor Total X 100 = .................
77
Perkusi 123
36. Melakukan perkusi pada kedua hemithorax
belakang kiri dan kanan mulai dari dinding toraks
atas ke bawah, bandingkan kiri dengan kanan.
37. Menentukan batas paru belakang kanan dan kiri
(normal vertebra Th X/XI
38. Menentukan peranjakan batas paru belakang. (
tentukan batas paru saat inspirasi biasa tandai,
kemudian tentukan batas paru saat inspirasi dalam,

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

PEMERIKSAAN RADIOLOGI THORAKS Cara Membaca Rontgen Thoraks :


1. Perhatikan terlebih dahulu identitas pasien dan nomer rekam medis apakah
Tujuan pembelajaran: sesuai atau tidak.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan membaca (interpretasi) rontgen 2. Perhatikan tanda R (right) dan L (left) apakah posisi foto rontgen sudah
thoraks non infeksi seperti: benar.
- Trauma: pneumothorax, hidropneumothorax 3. Apakah eksposure sinar X-ray cukup atau berlebih atau kurang. Eksposure
- Massa/tumor paru dan mediastinum yang cukup ditandai dengan os vertebralis thorakalis tampak terlihat sampai
- dll thorakalis ke-5. Eksposure yang berlebih akan menyebabkan hulangnya
2. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai penyakit paru akibat infeksi gambaran dari paru sehingga tidak bisa terbaca. eksposure yang kurang
3. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri khas dan mampu menginterpretasi akan menyebabkan paru tampak putih (radiolusen) sehingga tidak bisa
rontgen thorax penyakit infeksi paru spesifik maupun non spesifik seperti: dibaca atau misdiagnosis.
- TBC Paru 4. Perhatikan posisi foto rontgen apakah berdiri atau berbaring. Bisa dilihat
- Bronkhopneumonia/Pneumonia dari letak os scapula.Jika os scapula di lateral maka posisi pasien berdiri.
- Bronkhitis Posisi berdiri biasanya dengan proyeksi posterior-anterior (PA). Posisi
- Efusi pleura berbaring dengan proyeksi anterior-posterior (AP)
- PPOK 5. Perhatikan apakah foto thorak cukup inspirasi atau tidak. Inspirasi yang
- Emfisema cukup bisa dilihat dari batas diafragma di antara sela iga 5 dan 6.
- Bronkiektasis 6. Perhatikan jalan napas. Trakea tampak sebagai radioopage diantara os
- dll vertebralis. Normal berada di tengah os vertebralis.
7. Perhatikan tulang-tulang clavicula, scapula, sternum dan iga. Apakah
terdapat fraktur. Juga lihat sela iga apakah simetris atau mengalami
penyempitan atau pelebaran. sela iga yang menyempit bisa disebabkan
Sudut costo & cardiophrenicus ateletaksis. Sela iga yang melebar bisa menggambarkan adanya
kanan/kiri lancip. pneumothorak atau emfisema.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

8. Lihat posisi diafragma apakah simetris. lihat sudut diafragma dengan sela Namun kepastian harus diperoleh dengan hasil pemeriksaan klinis dan lab
iga (sudut costophrenicus) kanan dan kiri. Normalnya kedua sudut yang lengkap.
costophrenicus tampak tajam. Jika tumpul mungkin terdapat efusi pleura. Menurut ATA ( American Tuberculosis Association ).
9. Lihat udara di lambung. Normal terdapat di sebelah kiri bawah foto rontgen _ TBC minimal : luas kelainan yang di lihat tidak melebihi ruangan yang di
thorak. batasi garis median,apex dan iga-iga depan dan tidak ada lubang.
10. Perhatikan gambaran paru apakah terdapat radio opaque atau radio lusen. _ TBC lanjut sedang (Moderatly Advanced TB): luas kelainan yang di lihat
Gambaran radio lusen dengan air fluid level bisa merupakan efusi plura bisa dimana saja dalam paru,luas kelainan tidak melebihi satu
atau kista paru. gambaran radio opaque tanpa gambaran corakan pembuluh lobus,bisaterdapat lubang tapi dengan diameter tidak lebih dari 4 cm.
darah bisa merupakan pneumothorak. konfirmasi dengan pemeriksaan fisik _ TBC sangat lanjut (Far Advanced): luas kelainan yang terlihat menempati
dan kalau perlu foto thorak lateral atau dekubitus. daerah yang lebih daripada satu lobus dan bila ada lubang maka diameter
lebih dari 4 cm.
a. TBC Perbedaan TBC dewasa dan anak
- Penyakit yang masih banyak di indonesia .peranan radiologi masih tinggi _ TBC dewasa (sekunder).
karena walau belum ada gejala-gejala klinis dan Lab, kadangkadang dengan 1. Lokalisasi biasanya dila lapangan atas paru
roentgen dapat diketahui tanda-tanda spesifik. 2. Jarang di sertai dengan pembesaran kelenjar.
- Tapi kadang-kadang sputum(+) sedangkan roetngen (-). 3. Jarang di sertai dengan komplikasi.
- Sifat daripada bayangan pada foto dapat memberi kesan tentang aktifitas _ TBC anak (primer).
pada TBC : 1. Lokalisasi di mana saja.
_ Aktif : 2. Sering disertai dengan pembesaran kelenjar.
1. bercak-bercak. 3. Bila ada komplikasi (pleuritis,bronchiectasis,atelektasis ) maka sering
2. Gambaran berawan (infiltrat). menyelubungi sarang TBC sendiri.
3. Cavitas (lubang).
_ Tenang (tidak aktif) : b. Pleuritis exuditiva/pleural effusion.
1. Garis-garis. _ Gambaran putih di hemi thorax bawah sehingga batas diafragma tidak
2. Bintik kapur. jelas.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

_ Sinus phrenicocostalis atau sinus phrenicostalis dan sinus


phrenicocardialis cardiocostalis kiri berselubung. h. Bronkhitis
_ Meniscus sign (+) - Biasanya bilateral
_ Jantung dapat terdorong ke arah contra lateral tergantung jumlah cairan - Gambaran Radiologi :
pleuralEffusion  infiltrate peribronchial
c. Oedem Paru.  air bronchogram imaging ; imaging of lucent lines going to hyllus
_ Bayangan seperti awan menyebar dari hillus ke lateral (batwing/ butterfly direction more bronchovascular characteristics, additional 1/3 to lung
appearance) .  field lateral
_ Bisa disertai pleural effusion. i. Bronchopneumonia
_ Cor bisa membesar atau tidak. - bisa uni/bilateral
d. Hydropneumothorax - radiology imaging :
_ Pleural effusion + pneumothorax  infiltrate on peribronchial : causing bronchovascular characteristics
_ Gambaran radiologisnya : to improve and air bronchogram (+)
• Lusen avaskular + fluid level  infiltrate on paracardial, causing heart limit blurred (silhoutte sign)
e. Abses  on the lateral photo, infiltrate in central heart with unclear limit is
_ Adanya cairan dengan batas tegas seen.
_ 75% pada lobus bawah paru kanan. j. Pneumonia
f. Pneumothorax - biasanya unilateral
1. Total : gambaran radiolusent avaskular pada daerah yang collaps. - radiology imaging :
2. Partial : gambaran sebagian radiolusent avaskular pada paru yang  infiltrate on lung parenchyma, located on periphery (medium on
collaps. central bronchopneumonia)
g. Bronchiectasis.
 infiltrate limit is obvious (hitting one lobus, segment)
_ Bayangan bulat seperti cincin (honeybeecome appearance).
 air bronchogram (+)
_ Bila normal :tidak di jumpai pelebaran bronchus,bentuk cincin dan
(gambaran rontgen thoraks lihat di power point kuliah)
obstruksi.

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

CHECK LIST PEMBACAAN RONTGEN THORAKS


Keterangan Skor
No. Poin penilaian B Skor 0. Tidak Dilakukan sama sekali
0 1 2 3 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan
1. Perhatikan identitas pasien dan nomer rekam 2. Dilakukan dengan sedikit perbaikan
medis apakah sesuai atau tidak.* 3. Dilakukan dengan sempurna
2. Perhatikan tanda R (right) dan L (left) apakah
posisi foto rontgen sudah benar. NILAI : Skor Total X 100 = .................
3. Apakah eksposure sinar X-ray cukup atau berlebih 42
atau kurang.
4. Perhatikan posisi foto rontgen apakah berdiri atau
berbaring. Purwokerto, ...............2014
5. Perhatikan apakah foto thorak cukup inspirasi atau
tidak.
6. Perhatikan jalan napas. Trakea tampak sebagai
radioopage diantara os vertebralis. Normal/Tidak
7. Perhatikan tulang-tulang clavicula, scapula, ( ……………………..)
sternum dan iga. Apakah terdapat fraktur.
8. Perhatikan sela iga apakah simetris atau
mengalami penyempitan atau pelebaran.
9. Lihat posisi diafragma apakah simetris. lihat sudut
diafragma dengan sela iga (sudut costophrenicus)
kanan dan kiri. Tajam/tumpul
10. Lihat udara di lambung. Normal terdapat di
sebelah kiri bawah foto rontgen thorak.
11. Perhatikan gambaran paru apakah terdapat radio
opaque atau radio lusen.
12. Perhatikan apakah terdapat tanda infeksi spesifik
atau non spesifik
13. Perhatikan adanya tanda-tanda khas suatu
penyakit (AFL, meniscus sign, honeybeecome
appearance, batwing/ butterfly appearance, cavitas
dll)
14. Membuat kesimpulan interpretasi rontgen thoraks
15. Total
Tanda „*‟ merupakan critical point

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

SKILL LAB g. Asidosis,


TERAPI OKSIGEN DAN NEBULIZIER h. Selama dan sesudah pembedahan

TERAPI OKSIGEN Secara klinis tujuan utama pemberian oksigen adalah :


Terapi oksigen bertujuan untuk mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan 1. Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas
meminimalkan asidosis respiratorik. Darah
2. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.
Indikasi Pemberian Oksigen
Indikasi utama pemberian oksigen adalah : Keterangan: RUMUS KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Pasien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah VT : Volume Tidal VT x BB x RR
2. Pasien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap BB : Berat badan
1000
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan RR : Respiratory Rate
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan Nilai normal VT adalah 6-8 cc/ kgBB
3. Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha
untuk mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa Metode pemberian oksigen ada 2 cara yaitu: dengan variable performance dan
jantung yang adekuat. fixed performance. Yang termasuk variable performance misalnya:
1. Low capacity mask shell
Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi pemberian 2. Nasal kanul
oksigen diindikasikan kepada pasien dengan gejala : 3. Nasal kateter
a. Pasien dengan keadaan tidak sadar, 4. Non-rebreathing mask (NRM)
b. Sianosis, Sedangkan yang fixed performance misalnya venturi mask, ventimask,
c. Hipovolemia, pemasangan endotrakheal tube.
d. Perdarahan,
e. Anemia berat,
f. Keracunan gas karbondioksida,

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

TERAPI OKSIGEN PADA ANAK mengguna rendah


kan plester - Oksigen
atau dingin
Cara Petunjuk Kecepatan Keuntungan Kerugian elastik langsung
cara dan masuk ke
menggunaka konsentrasi dalam paru
n bayi.
Headbo - Pasang Rendah = - Menghangatk - Kecepatan Kateter - Ukur jarak Rendah = - Diperlukan - Perlu pengatur
x headbox 3L per menit an Oksigen oksigen tinggi Nasal dari 0,5 L per kecepatan aliran khusus
(gambar - Dapat dicapai diperlukan lubang menit oksigen yang yang dapat
B-4) konsentrasi untuk didung rendah mengalirkan
menutup Tinggi = > 5 tinggi mencapai sampai ke - Bila dipasang oksigen aliran
kepala L per menit - Tidak ada konsentrasi batas dengan betul, rendah
bayi. pipa yang sedang (antara dalam alis, Tinggi = 1 L konsentrasi di - Oksigen
- Pastikan menyumbat tinggi dan Ini adalah per menit jamin konstan dingin
kepala lubang hidung rendah) panjang langsung
bayi tetap pipa yang masuk ke
berada di harus dalam paru
dalam dimasukka bayi.
headbox, n
meskipun - Masukkan
bayi pipa ke
bergerak- dalam
gerak. lubang
hidung
- Lihat
Prong - Letakkan Rendah = - Diperlukan - Perlu pengatur mulut
Nasal prong 0,5 L per kecepatan aliran khusus bayi. Pipa
hanya di menit oksigen yang untuk bayu tidak
dalam rendah baru lahir boleh
cuping Tinggi = 1 L - Bila dipasang - Perlu terlihat
hidung permenit dengan betul, pengaturan dari
bayi konsentrasi aliran khusus belakang
- Fiksasi dijamin yang dapat rongga
prong konstan mengalirkan mulut.
dengan oksigen aliran Bila pipa

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

masih incubator dihubungka an oksigen - Oksigen


terlihat sesuai n dengan dengan
maka dengan incubator, kecepatan
tariklah petunjuk ikuti tinggi
pipa pabrik petunuuk diperlukan
pelan- cara untuk
pelan menggunaka mencapai
sampai n incubator. konsentrasi
pipa tidak sedang
trelihat - Sulit untuk
lagi. mempertaha
Sungkup - Pasang Rendah = 1 - Memungkink - Dapat terjadi nkan
Muka sungkup di L per menit an pemberian akumulasi konsentrasi
muka bayi oksigen karbon oksigen bila
menutup Tinggi = dengan cepat dioksida bila incubator
mulut dan lebih 2 L per - Tepat untuk kecepatan sering
hidung. menit pemberian aliran rendah dibuka untuk
- Fiksasi oksigen dan sungkup melakukan
porong jangka muka kecil prosedur/tin
dengan pendek. - Sulit memberi dakan.
mengguna minum bayi
kan plester selama
atau pemberian
elastik oksigen
- Sulit
mempertahan
kan sungkup
tetap di
tempat

Inkubato - Gunakan Bila - Pastikan bayi Kerugian


r Headbox menggunaka tetap hangat pemberian
ATAU n headbox, selama oksigen
- Hubungka lihat di atas pemberian langsung ke
n oksigen oksigen incubator adalah
ke Bila - Menghangatk :

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

DEVICE FLOW RATE DELIVERY O2


Nasal canula 1 L/min 21% - 24%
2 L/min 25% - 28%
3 L/min 29% - 32%
4 L/min 33% - 36%
5 L/min 37% - 40%
6 L/min 41% - 44%
Simple oxygen face 6-10 L/min 35% - 60%
a. Head box b.nasal kanul c. Simple oxygen face
mask
mask
Face mask w/ O2 6 L/min 60%
reservoir 7 L/min 70%
(nonrebreathing mask) 8 L/min 80%
9 L/min 90%
10-15 L/min 95% - 100%
Ventury mask 4-8 L/min 24% - 35%
10-12 L/min 40% - 50%

d. Face mask w/ O2 reservoir e.Ventury mask (nonrebreathing mask)

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN SKOR


TERAPI OKSIGEN No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
Nama : 40% @5L/menit
NIK : 45%-50% @6L/menit
SKOR 55%-60% @8L/menit
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2 PROSEDUR NRM
1 Mengucapkan salam, membaca basmallah 19 Mencuci tangan dengan tehnik WHO*
2 Memperkenalkan diri 20 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
3 Menanyakan identitas penderita sesuai ketentuan
4 Informed consent* 21 Menghubung selang dari NRM ke tabung pelembab
PERSIAPAN ALAT 22 Memeriksa apakah O2 keluar dari NRM
5 Menyiapkan alat : 23 Memasang masker menutupi area hidung dan mulut
Tabung O2, kanula nasal/simple mask/nrm, humidifier 24 Menetapkan kadar O2*
(tabung pelembab) berisi air steril, flow meter 60%-90% @6-15L/menit
6 Menjaga privacy pasien (suasana tenang dan nyaman) PENUTUP
PROSEDUR (NASAL KANUL) 25 Memfiksasi selang di pipi, dan kepala belakang
7 Mencuci tangan dengan tehnik WHO* 26 Mendokumentasikan prosedur dalam status Rekam
8 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab Medik :
sesuai ketentuan Waktu pemberian
9 Menghubung selang dari kanula nasal ke tabung pelembab Aliran kecepatan O2
10 Memeriksa apakah O2 keluar dari kanula nasal Rute pemberian
11 Memasang kanula pada lubang hidung Respon pasien
12 Menetapkan kadar O2* Keterangan :
24% @ 1L/menit 0 Tidak dilakukan mahasiswa
28% @ 2L/menit 1 Dilakukan, tapi belum sempurna
32% @ 3L/menit 2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
36% @ 4L/menit mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak
40% @ 5L/menit diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
PROSEDUR (SIMPLE MASK) Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x 100% =
13 Mencuci tangan dengan tehnik WHO* 52
14 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab
sesuai ketentuan Purwokerto, ……………………..
15 Menghubung selang dari simple mask ke tabung pelembab
16 Memeriksa apakah O2 keluar dari simple mask
17 Memasang masker menutupi area hidung dan mulut
18 Menetapkan kadar O2* (dr. …………………………………)

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

INHALASI NEBULIZER

Nebulizer adalah suatu alat yang bisa menyemburkan medikasi atau agens
pelembab seperti agens bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel
mikroskopik dan mengirimkannya ke dalam paru – paru ketika menghirup
nafas.

Indikasi Pemberian Inhalasi Nebulizier


Nebulizer biasanya diberikan pada pasien dengan penyempitan jalan nafas atau
bronkospasme. Nebulizer dapat menguapkan obat – obat yang dapat dihirup.

Dosis Yang Dibutuhkan Untuk Pemberian Inhalasi Nebulizier

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


- Memantau reaksi pasien sebelum, selama dan sesudah pemberian inhalasi
nebulizer
- Nebulizer harus diberikan sebelum makan
- Setelah nebulizier pasien disarankan membatukkan dengan efektif dan
postural drainase untuk membantu dalam pengeluran sekresi

Efek Samping Saat Penggunaan obat-obat bronkodilator/mukolitik, antara


lain :
- Takikardi
- Palpitasi ( jantung berdebar – debar )
- Pusing

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”


“ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto” “ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto”

- Mual SKOR
No ASPEK PENILAIAN
- Tremor 0 1 2
nyaman *
- Insomnia ( susah tidur ) 15 Pasangkan masker pada pasien, jika pasien
berumur <1 tahun minta bantuan pada orang
tua untuk mempertahankan posisi masker.
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN Sebaliknya pada anak – anak ajarkan dan
INHALASI NEBULIZIER motivasi untuk memegang sendiri masker dan
bernafas melalui mulut dengan cara ambil
Nama : nafas lambat, dalam dan kemudian menahan
NIK : nafas selama beberapa detik pada akhir
mengambil nafas
SKOR 16 Melakukan evaluasi tindakan
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2 17 Mendokumentasikan dalam status Rekam
1 Mengucapkan salam, membaca basmallah Medik
2 Memperkenalkan diri
3 Menanyakan identitas penderita
4 Informed consent* Keterangan :
5 Menyiapkan alat (nebulizier, obat 0 Tidak dilakukan mahasiswa
bronkodilator/mukolitik, kapas alcohol) dan 1 Dilakukan, tapi belum sempurna
mendekatkan ke kursi/tempat tidur pasien 2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
6 Menjaga privacy pasien (suasana tenang dan mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak
nyaman) diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
7 Mengatur posisi pasien dalam keadaan posisi
duduk Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x 100% =
8 Mencuci tangan dengan tekhnik WHO* 34
9 Bersihkan masker nebulizer dengan kapas
alkohol Purwokerto, ………………………..
10 Masukkan obat bronkodilator/mukolitik sesuai
dosis
11 Hubungkan nebulizer dengan kontak listrik
12 Hidupkan nebulizer dengan cara menekan (dr. …………………………………)
tombol on
13 Pastikan uap keluar dari nebulizer
14 Melakukan komunikasi dan meminta ijin
pemasangan masker agar pasien merasa

“ Blok 7 Sistem Respirasi ” “ Blok 7 Sistem Respirasi ”

Anda mungkin juga menyukai