PENDAHULUAN
Gambar 2.2 Tatanan tektonik Pulau Jawa (Sujanto dan Sumantri 1977).
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa Pola Meratus merupakan pola yang
paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan
tersebar dalam Jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karangsambung hingga di
daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih
muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah
mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen
Akhir. Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh
pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola
sesar naik dengan arah Barat-Timur masih aktif hingga sekarang.
Pada daerah Karangsambung, struktur geologi yang dapat dijumpai berupa lipatan,
sesar, dan kekar pada batuan berumur tersier awal hingga tersier akhir. Secara umum lipatan
pada daerah Karangsambung memiliki arah barat-timur dan ada sebagian yang berarah
timurlaut-baratdaya. Sesar yang dapat dijumpai pada daerah Karangsambung, berupa sesar
naik, sesar geser sejajar jurus, dan sesar normal. Sesar yang dijumpai pada bagian barat dan
timur merupakan sesar naik dengan arah relatif barat-timur, dengan bagian selatan relatif naik
dan keduanya terpotong oleh sesar geser.
Sesar geser sejajar jurus berarah baratlaut-tenggara, utara-selatan, timurlaut-baratdaya
(Pola Meratus), dengan jenis sesar dekstral dan sinistral. Sesar geser sejajar jurus, memotong
struktur lipatan yang terjadi segera sesudah terjadi perlipatan. Sesar turun berarah barat-timur
dan relatif utara-selatan. Sesar turun yang memotong lipatan, terjadi hampir bersamaan dengan
sesar geser sejajar jurus, kecuali sesar turun yang berarah relatif utara-selatan,yang terbentuk
segera setelah terbentuk sesar turun yang memotong lipatan. Kekar dapat dijumpai pada batuan
berumur tersier dengan arah yang tidak teratur.
3.1 Geomorfologi
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang membicarakan tentang
bentuklahan yang mengukir permukaan bumi, Menekankan cara pembentukannya serta konteks
kelingkungannya. Obyek kajian geomorfologi adalah bentuklahan yang tersusun pada permukaan
bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut, yang dipelajari dengan menekankan
pada proses pembentukan dan perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya
dengan lingkungan.
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat
proses geomorfologi, baik yang bersal dari dalam bumi (endogen) maupun yang bersal dari luar
bumi. Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagai
kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit
Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus.
3.1.1 Satuan Lembah Antiklin
Pada hal ini sangat mudah dilihat di lapangan apabila berada di puncak deretan gunung
yang menyusun Satuan Punggungan Antiklin. Satuan ini berada di bagian tengah dan utara dari
daerah pemetaan. Berdasarkan data litologi yang diperoleh dilapangan, satuan geomorfologi ini
disusun oleh batulempung berfragmen. Satuan Lembah Antiklin ini memiliki pola sungai yang
bersifat trellis.
Berdasarkan pengamatan geomorfologi yang di lihat dari bukit Wagir Sambeng, terdapat
adanya pengaruh struktu dan perlipatan yang sangat mengontrol sehingga oleh karena itu bentukan
dari geomorfologi ini membentuk seperti kenampakaan lembahanan yang setengah melingkar.
Yang mana pada hal ini dikenal dengan sebutan dari sebuah amphiateater karangsambung yang
sudah terlihat jelas pada peta kontur. Berdasarkan dari kenampakan interval jarak kontur kita bisa
mengidentifikasi bahwa pengamatan geomorfologi pada daerah waturanda ini memiliki interval
kontur yang sangat relative rapat, sehingga kita bisa tahu bahwa pada dasarnya jika pola kontur
rapat teridentifikasi memiliki komposisi litologi batuan yang keras akan resisten terhadap
pelapukan, berbeda hal nya pada kenampakan pola kontur yang renggang yang teridentifikasi
merupakan jenis dari suatu litologi batuan yang sangat mudah mengalami pelapukan.
Gambar 3.1.1 Satuan lembah antiklin yang memperlihatkan kenampakan dari amphiateater
karangsambung
(foto ini diambil dari bukit Wagir Sambeng, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 20/6/2019)
Gambar 3.1.1.1 Kenampakan morfologi yang memperlihatkan Talus (Hasil bentukan yang
diakibatkan pengerosian sehingga membentuk pola perbukitan dibawahnya)
(Dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 20/6/2019)
Gambar 3.1.1.2 Kenampakan yang memperlihatkan pola aliran sungai Trellis pada daerah
pengamatan.
(Foto ini diambil dengan menggunakan citra satelit, 14/7/2019)
3.1.2 Satuan punggungan lipatan
Pada kenampakan morfologi berikut ini bisa dilihat dengan jelas menggunakan mata
telanjang, morfologi ini merupakan terusan dari sepanjang lembah antiklin yang memanjang luas
mengelilingi daerah waturanda. Dengan dominan berdasarkan dari posisi pada peta dilihat dari
kontur merupakan ciri-ciri termasuk satuan batuan yang resistensi terhadap pelapukan yang pada
hal ini termasuk lebih ke dominan ciri khas dari batuan Breaksi dan batu pasir. Pada satuan
punggungan lipatan ini memiliki ciri khas bentuk pola aliran sungai berupa radial yang mana pola
aliran ini bersifat menyebar ke segala arah, sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini memiliki
satu pusat yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Pada hal ini juga merupakan pusat
pengontrol terhadap ketahanan dari suatu batuan yang meliputi pada daerah litologi tersebut.
Gambar 3.1.2 Satuan punggungan lipatan yang memiliki kontur relatif rapat
(foto ini diambil dari daerah Kali Jirek, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 25/6/2019)
3.2 Stratigrafi
Berdasarkan peta Geologi Lembar Kebumen, Jawa (S. Asikin, A. Handoyo, H. Busono, S.
Gafoer (1992), dapat diketahui bahwa batuan di daerah ini mulai dari yang tertua (Paleosen) hingga
termuda (Pliosen). Pada saat melalukakn pemetaan stratigrafi hasil yang didapatkan berupa adanya
antara lain satuan alluvial, satuan breksi, satuan intrusi basalt, satuan batu pasir, satuan batu
gamping, satuan batu lempung, satuan breksi-batu pasir, satuan batu lempung-breksi.
3.3.1 Lipatan
Pada struktur ini memperlihatkan adanya sebuah lipatan antiklin dan sinklin baik itu dalam
dimensi berukuran kecil maupun dimensi berukuran besar. Pada daerah karang sambung
mempunyai struktur utama yang memperlihatkan adanya bukti struktur lipatan berupa antiklin
yang mana sering disebut sebagai amphitheater karangsambung yang jika dilihat dari foto udara
akan memperlihatkan bentukan morfologi seperti berupa dip-slope dan gawir sesar yang
menunjukan kenampakan saling berlawanan.
Gambar 3.3.1 Kenampakan lipatan antiklin dan sinklin di daerah yang berbeda KaliGending
dan KaliJaya
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 22-23/6/2019)
3.3.2 Sesar
Pada struktur ini merupakan struktur dimana yang memperlihatkan adanya perpindahan
antara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan,
pergeseran ini dapat berjalan dengan cepat dan dapat juga berjalan dengan lambat. Yang mana
pada hal ini pergeseran tersebut dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter dan
panjangnya dapat mencapai beberapa miliimeter hingga ribuan meter. Sesar ini dapat terjadi pada
segala jenis batuan sehingga akibat dari terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah
perkembangan topografi, mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi
batuan dan sebagainya. Pada pemetaan berlangsung ditemukan ada beberapa gejala struktur berupa
sesar seperti sesar mayor dan sesar minor, serta pergerakan struktur lainnya yang mengontrol
pergerakan sesar tesebut sehingga ada juga kemuncul di temukan adanya slickensides.
Kenampakan struktur tersebut terdapat pada daerah Kalijaya merupakan salah satu jenis dari
batuan sedimen dengan perlapisan N332˚E/46˚ dengan ciri khusus berlitologikan warna abu-abu
gelap (batu lempung) dengan sisipan berupa batu pasir.
Berdasarkan sejarah,tepat di Karangsambung, pada jutaan tahun yang lalu terjadi sebuah
fenomena alam yang luar biasa. Fenomena Geologi berupa subduksi yang mengakibatkan
bebatuan didasar laut berbenturan. Benturan tersebut tidak sektika melainkan melalu proses yang
lama. Dan karena benturan itu, maka naiklah dasar laut relatif terhadap muka air laut sehingga
menjadi sebah daratan (daratan itulah yang kini menjadi sebuah kecamatan karangsambung).
Melihat kembali fenomena alam itu dan kita hubungkan dengan nama karangsambung, maka bisa
disimpulkan bahwa siapapun yang memberi nama tempat itu dengan nama karangsambung bisa
dipastikan beliau mengenal betul ilmu geologi. Dan mengetahui secara pasti peristiwa yang terjadi
jutaan tahun yang lalu. Dengan kata lain, siapapun yang memberi nama tempat itu dengan nama
karangsambung, dia adalah seorang ahli geologi kuno.
Urutan batuan dari tua ke muda pada daerah ini adalah satuan kompleks melange, satuan
batu lempung berfragmen, satuan intrusi diabas, satuan breksi, satuan Batupasir dan satuan
endapan alluvial. Satuan batuan tertua, yaitu satuan kompleks melange yang mana pada ha linin
berperan sebagai basementnya karangsambung, yang selanjutnya kemudian diendapkan disatuan
batu lempung berfragmen secara tidak selaras diatas satuan kompleks melange. Sehingga
ketidakselarasan ini dikarenakan adanya pengaruh tektonik dengan ciri jalur goresan yang kuat
pada batas kedua satuan tersebut. satuan batu lempung berfragmen merupakan suatu endapan
olisostrome, yaitu endapan campuran yang bersifat chaotic yang menyebabkan kehadiran fragmen-
fragmen pada batu lempung.
Selama proses pembentukan satuan batu lempung berfragmen ini, terjadi peningkatan
aktivitas magmatik pada daerah ini yang menyebabkan terbentuknya satuan intrusi diabas yang
mengintrusi satuan batu lempung berfragmen yang pada hal ini salah satu bukti dapat dilihat pada
sekitaran bukit bujil yang mana menurut Soeria Atmadja, dkk (1991), satuan intrusi ini berumur
sekitar Eosen-Oligosen. Selanjutnya pada umur miosen tengah, adanya pengaruh aktivitas gunung
api mengalami penurunan dalam intensitasnya, hal ini ditandai dengan perubahan secara gradual
dari satuan breksi menjadi satuan batu pasir. Selain dari material vulkanik, satuan batu pasir ini
juga mencirikan mulainya terbentuk aktivitas karbonat di cekungan yang menyebabkan satuan
batu pasir ini memiliki sifat karbonatan. Satuan Batupasir ini menunjukkan perlapisan berulang
dari batupasir dan batulempung dengan hadirnya Sikuen Bouma pada batupasir yang menunjukkan
bahwa material sedimen ini terbawa oleh arus turbidit hingga diendapkan di depan slope.
Berdasarkan hadirnya aktivitas tektonik serta profil stratigrafi yang ditemukan dari Satuan
Batupasir ini, menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada fore-arc. Semakin ke arah yang
lebih muda, pembentukan material karbonat kembali terganggu akibat kembali meningkatnya
aktivitas vulkanik. Hal ini ditandai dengan perubahan secara perlahan dari batupasir dan
batulempung yang memiliki sifat tuff-an. Peningkatan aktivitas letusan gunungapi ini mencapai
puncaknya kembali dengan ditemukannya lapisan tuff di atas batupasir dan batulempung dengan
ketebalan mencapai 3 meter. Selanjutnya aktivitas tektonik yang terjadi dapat menyebabkan
adanya pengangkatan pada semua satuan batuan melalui pembentukan perlipatan. Sehingga pada
proses ini menyebabkan adanya berupa gejala struktur yang terjadi di akibatkan adanya proses
gaya yang terjadi seperti antara lain adanya ditemukan beberapa macam sesar. Dan adanya
pengaruh aktivitas tektonik ini menyebabkan terjadinya pengangkatan hingga membentuk
lingkungan darat yang menyebabkan semua satuan batuan yang telah terbentuk di cekungan
sedimen laut dalam yang langsung terkena kontak yang dikontrol oleh adanya proses pelapukan
dan erosi. Sehingga, akibat dari proses ini membentuk berupa satuan alluvial yang berumur kan
resen yang mana penyebaran satuan ini tersebar secara meluas dan merata di sekitaran lembah
antiklin yang mengelilingi karangsambung atau yang sering di sebut amphitheater karangsambung.
BAB V
KESIMPULAN
Pada hal ini juga ditemukan adanya beberapa struktur yang terbentuk yang ditemukan
selama pemetaan. Salah satu beberapa contohnya dapat kita lihat pada kenampakan lipatan yang
berada pada di lembah punggungan antiklin atau yang sering disebut dengan amphiateater
karangsambung, tetapi tidak hanya itu juga ditemukan beberapa struktur lipatan dalam bentuk
dimensi kecil yang pada hal ini terdapat di dua daerah yaitu KaliGending dan KaliJaya.
Kenampakan sesar juga banyak ditemukan dalam selama melakukan pemetaan seperti ditemukan
sesar mayor dan sesar minor serta slickensides dan juga beberapa contoh kenampakan kekar
Dan berikut ini beberapa batuan yang ada di Karangsambung : Batuan sedimen adalah
salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan
metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic);
pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan.
Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan.
Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan metamorf adalah salah satu
kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan
yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan
ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa
batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist. Batuan beku atau sering disebut
igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi
batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Noeradi, 1996, Deformasi pada Formasi
Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi 26, 45-54.
Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and Development Centre,
Bandung.
Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque, Nederland.
(Di ajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi Lapangan GL3202)
Disusun Oleh :
AKHMAD DWI TULAR
(15116004)
Penulis