Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Laporan ini di maksudkan dengan tujuan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
Geologi Lapangan pada Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknologi Produksi dan
Industri, Institut Teknologi Sumatera. Tujuan penulisan laporan ini merupakan pembelajaran
dalam pemetaan geologi dengan mempelajari dan menganalisa karakteristik geologi pada
daerah pemetaan di Karang Sambung yang dalam hal ini mencakup satuan geomorfologi,
satuan litologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi geologi yang dimiliki
pada daerah pemetaan.

1.2 Lokasi Pemetaan


Pada laporan ini daerah pemetaan di lakukan di daerah Penosogan, Waturanda, dan
Totogan yang merupakan pada hal ini menjadi lingkup kajian daerah pemetaan. Secara
administratif daerah penelitian ini merupakan termasuk Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan, secara geografis wilayah ini terletak
pada di koordinaat 7˚34’00”-7˚36’30” LS dan 109˚37’00”-109˚44’00” BT.
Dan secara geografis wilayah pemetaan terletak di koordinat (UMMT) 354000-356000 ,
9161000-9165000. Berdasarkan dari letak geografis dalam melakakukan pemetaan pada
daerah tersebut dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau 4, namun untuk
mencapai dalam suatu stopsite singkapan-singkapan batuan dengan baik di perlukan dengan
cara untuk menjelajahi atau di lakukan dengan cara berjalan kaki.

1.3 Pencapaian Lokasi


Pada pemetaan ini di lakukan selama dengan waktu ±5 hari. Pemetaan ini di lakukan
dengan cara ditempuh melalui sarana angkot dan hingga berjalan kaki demi untuk mencapai
semua di titik singkapan-singkapan batuan. Dalam kali ini pengamatan serta penelitian dalam
pemetaan di lakukan dengan 3 hari pertama yang mana terlebih dahulu di khususkan untuk
pemetaan pada daerah selatan yang terletak di Kawasan penosogan dan waturanda dengan titik
start pertama berada pada daerah sungai Kalijaya sampai berakhir pada daerah selanjutnya di
hari ketiga di bukit Kalijaya/Plumbon.
Selanjutnya, pada hari ke 4 dan 5 pemetaan di fokuskan kepada daerah yang berada di
utara yang mana pada hal ini termasuk Kawasan totogan dengan titik start pertama berada pada
hulu Kalijirek yang berakhir pada hari ke 5 pada daerah Kalisusu. Dengan waktu 5 hari
terselesaikan semua hasil data yang sudah di dapatkan selama pemetaan yang mana pada hal
ini akan di jabarkan sebagi berikut di lembaran berikutnya.

1.4 Geografi Daerah Pemetaan


Daerah Karangsambung merupakan daerah cagar alam geologi. Desa Karangsambung
yang berada dan menjadi titik pusat di dalam kawasan ini terletak 19 km di sebelah utara kota
Kebumen. Dan, secara fisiografi geologi Karangsambung termasuk dalam Banyumas Sub-
Basin yang merupakan salah satu cekungan di bagian selatan Jawa, beberapa pengarang
memasukkannya dalam Cekungan jawa Selatan. Pada umumnya daerah pemetaan ini terdiri
atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 287,5 m dengan bagian utara kawasan geologi Karangsambung
merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan.
Pemetaan ini meskipun di lakukan dengan berada pada musim transisi antara musim
kemarau dan hujan, sangat di untungkan dikarenakan pada hal tersebut selama pemetaan tidak
turun hujan dengan arti kata lain cuaca selama itu bersahabat / cerah. Dengan keadaan tumbuh-
tumbuhan selama pemetaan bukan lah sebagai penghalang dalam untuk menjelajahi di
karenakan rute yang di lewati masih merupakan daerah dari perkebunan dan juga serta tempat
hutan produksi warga seperti (jati dan pinus) sehingga untuk melakukan penjelajahan dalam
pemetaan pun tidak terlalu sulit dalam pembukaan akses jalan.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional Jawa


Secara regional seluruh pulau Jawa memiliki perkembangan tektonik yang sama,
namun karena pengaruh dari jejak tektonik yang lebih tua mengontrol struktur batuan dasar
khususnya yang lebih muda maka terdapat perbedaan antara daerah Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Untuk daerah Jawa Tengah terbagi menjadi empat zona fisiografi yaitu :
Dataran Pantai Selatan, Pegunungan Serayu Selatan, Pegunungan Serayu Utara, dan Dataran
Pantai Utara (Van Bemmelen, 1949).

2.2. Kerangka Tektonik


Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari
waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur.
Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin,
pensesaran, perlipatan dan volkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda
dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timurlaut –
Baratdaya (NE-SW) yang disebut Pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda
dan arah Timur – Barat (E-W).
Perubahan jalur penunjaman berumur Kapur yang berarah Timurlaut – Baratdaya (NE-
SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak Kala Oligosen sampai sekarang telah
menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit dan mengundang
pertanyaan tentang mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada
unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya (Sujanto dan Sumantri, 1977).

Gambar 2.2 Tatanan tektonik Pulau Jawa (Sujanto dan Sumantri 1977).

Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa Pola Meratus merupakan pola yang
paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan
tersebar dalam Jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karangsambung hingga di
daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih
muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah
mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen
Akhir. Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh
pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola
sesar naik dengan arah Barat-Timur masih aktif hingga sekarang.
Pada daerah Karangsambung, struktur geologi yang dapat dijumpai berupa lipatan,
sesar, dan kekar pada batuan berumur tersier awal hingga tersier akhir. Secara umum lipatan
pada daerah Karangsambung memiliki arah barat-timur dan ada sebagian yang berarah
timurlaut-baratdaya. Sesar yang dapat dijumpai pada daerah Karangsambung, berupa sesar
naik, sesar geser sejajar jurus, dan sesar normal. Sesar yang dijumpai pada bagian barat dan
timur merupakan sesar naik dengan arah relatif barat-timur, dengan bagian selatan relatif naik
dan keduanya terpotong oleh sesar geser.
Sesar geser sejajar jurus berarah baratlaut-tenggara, utara-selatan, timurlaut-baratdaya
(Pola Meratus), dengan jenis sesar dekstral dan sinistral. Sesar geser sejajar jurus, memotong
struktur lipatan yang terjadi segera sesudah terjadi perlipatan. Sesar turun berarah barat-timur
dan relatif utara-selatan. Sesar turun yang memotong lipatan, terjadi hampir bersamaan dengan
sesar geser sejajar jurus, kecuali sesar turun yang berarah relatif utara-selatan,yang terbentuk
segera setelah terbentuk sesar turun yang memotong lipatan. Kekar dapat dijumpai pada batuan
berumur tersier dengan arah yang tidak teratur.

2.3. Geomorfologi Karangsambung


Geologi regional daerah Karang sambung memiliki 5 satuan geomorfologi. Yaitu
satuan dataran alluvium lok ulo, satuan batuan bukit soliter, satuan perbukitan bergelombang
lemah kuat, satuan perbukitan perlipatan, satuan perbukitan ireguler. Berikut penjelasannya.

2.3.1 Satuan Dataran Alluvium luk ulo.


Merupakan dataran yang dipengaruhi oleh aktivitas pengendapan sungai lokulo. Luas
area dipeta adalah 10%. Dengan tipe geomorfik sungai lokulo dewasa menuju tua ditandai oleh
banyaknya point bar, meander, sungai yang berbentuk huruf ‘U’, serta terdapatnya dataran
banjir. Sungai ini banyak mengikis atau merombak batuan yang dilewatinya. Dengan
membawa material dari kerakal sampai lempung yang diendapkan pada point bar. Material-
material ini secara terus- menerus ditambang oleh penduduk sekitar sehingga dapat
menimbulkan ancaman lingkungan yang cukup besar.
2.3.2 Satuan Bukit Soliter.
Mempunyai total luas area dip eta yaitu 1%. Daerah ini mempunyai tinggian yang sangat
berbeda dengan daerah sekitarnya. Terdiri dari 2 bukit terisolir yaitu bukit Bujil dan
Jatibungkus. Litologi daerah bukit bujil adalah basalt sedangkan jatibungkus yaitu batu
gamping. 2 bukit ini berada pada formasi karangsambung dan bertindak menjadi fragmen
didalam massa dasar lempung.
2.3.3 Satuan Perbukitan Lipatan.
Memiliki luas total 20% pada peta trsebut. Dengan litologi berupa breksi. Mengelilingi
kampus karangsambung membentuk amphiteater. Daerah perbukitan ini terdiri dari gunung
parang, gunung paras, gunung prahu, gunung bulukuning, gunung waturandan dan gunung
brujul. Perbukitan ini sering dijadikan patokan untuk menuju kampus. Jika dilihat pada sore
hari dari wagirsambeng terlihat struktur sinklin PAda gunung paras.
2.3.4 Satuan Bergelombang lemah- kuat.
Memiliki luas area dipeta sekitar 40%. Dengan litologi penyusun yaitu batulempung.
Disebut bergelombang lemah kuat karena terlihat dari kerapatan kontur yang terdapat didaerah
ini. Satuan ini banyak yang dipengaruhi oleh aliran sungai lokulo ditandai dengan banyaknya
dataran alluvial.
2.3.5 Satuan Perbukitan Irreguler
Memiliki luas area dipeta yaitu 30%, terdiri dari gunung sigelap, gunung puncak, gunung
selepa, gunung gliwang, gunung cekep yang mempunyai ketinggian 452 mdpl. Dengan litologi
batuan bancuh atau mélange lokulo. Memiliki kemiringan yang relative sama.
2.4. Stratigrafi Karangsambung
Menurut Asikin drr (1992) batuan tertua di daerah ini berumur Pratersier dan Tersier
Awal yang tercampur aduk secara tektonik dalam masa dasar batulempung kelabu yang terabak
(sheared), ditafsirkan merupakan sebuah batuan bancuh (mélange) dan disebut sebagai
Komplek Luk Ulo. Dan tertutup oleh sedimen parit (pond deposit) yang termasuk Formasi
Karangsambung berumur Eosen Tengah sampai Oligosen. Diatasnya menindih selaras Formasi
Totogan yang berumur Oligosen sampai Miosen Awal.Kemudian selama Miosen Awal
diendapkan Formasi Waturanda sebagai endapan turbidit ukuran proksimal, dan
beranggotakan Tuff. Diatasnya terdapat Fomasi Penosogan yang berumur Miosen
Tengah.Diatasnya menindih selaras Formasi Halang yang terbentuk oleh serangkaian endapan
sedimen turbidit yang berumur akhir Miosen Tengah sampai Pliosen Awal, mempuyai anggota
breksi. Formasi Peniron yang berumur Pliosen dan beranggotakan sedimen turbidit, merupakan
formasi yang termuda didaerah ini.
Endapan gunung api muda dijumpai disudut timur laut lembar, berumur Kuarter, dan
kedudukannya tak selaras dibatuan yang paling tua. Sedimen paling muda adalah endapan
alluvium dan endapan pantai yang menindih tak selaras semua satuan yang lebih tua. Batuan
beku terobosan yang dijumpai didaerah ini adalah diabas yang berupa retas lempeng, berumur
akhir Miosen Tengah (Asikin, 1992). Disamping itu diKulonprogo juga tersingkap batuan
intrusi andesit dan dasit yangdiperkirakan berumur Miosen Awal (Rahardjo drr,1995),
sedangkan didaerah Karangbolong tersingkap intrusi batuan andesit yang berumur Miosen
Awal (Asikin, 1992).

Gambar 2.4 Kolom Stratigrafi Karangsambung (Asikin, 1922).


BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu tentang yang membicarakan tentang
bentuklahan yang mengukir permukaan bumi, Menekankan cara pembentukannya serta konteks
kelingkungannya. Obyek kajian geomorfologi adalah bentuklahan yang tersusun pada permukaan
bumi di daratan maupun penyusun muka bumi di dasar laut, yang dipelajari dengan menekankan
pada proses pembentukan dan perkembangan pada masa yang akan datang, serta konteksnya
dengan lingkungan.
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat
proses geomorfologi, baik yang bersal dari dalam bumi (endogen) maupun yang bersal dari luar
bumi. Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagai
kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit
Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus.
3.1.1 Satuan Lembah Antiklin
Pada hal ini sangat mudah dilihat di lapangan apabila berada di puncak deretan gunung
yang menyusun Satuan Punggungan Antiklin. Satuan ini berada di bagian tengah dan utara dari
daerah pemetaan. Berdasarkan data litologi yang diperoleh dilapangan, satuan geomorfologi ini
disusun oleh batulempung berfragmen. Satuan Lembah Antiklin ini memiliki pola sungai yang
bersifat trellis.
Berdasarkan pengamatan geomorfologi yang di lihat dari bukit Wagir Sambeng, terdapat
adanya pengaruh struktu dan perlipatan yang sangat mengontrol sehingga oleh karena itu bentukan
dari geomorfologi ini membentuk seperti kenampakaan lembahanan yang setengah melingkar.
Yang mana pada hal ini dikenal dengan sebutan dari sebuah amphiateater karangsambung yang
sudah terlihat jelas pada peta kontur. Berdasarkan dari kenampakan interval jarak kontur kita bisa
mengidentifikasi bahwa pengamatan geomorfologi pada daerah waturanda ini memiliki interval
kontur yang sangat relative rapat, sehingga kita bisa tahu bahwa pada dasarnya jika pola kontur
rapat teridentifikasi memiliki komposisi litologi batuan yang keras akan resisten terhadap
pelapukan, berbeda hal nya pada kenampakan pola kontur yang renggang yang teridentifikasi
merupakan jenis dari suatu litologi batuan yang sangat mudah mengalami pelapukan.
Gambar 3.1.1 Satuan lembah antiklin yang memperlihatkan kenampakan dari amphiateater
karangsambung
(foto ini diambil dari bukit Wagir Sambeng, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 20/6/2019)

Gambar 3.1.1.1 Kenampakan morfologi yang memperlihatkan Talus (Hasil bentukan yang
diakibatkan pengerosian sehingga membentuk pola perbukitan dibawahnya)
(Dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 20/6/2019)

Gambar 3.1.1.2 Kenampakan yang memperlihatkan pola aliran sungai Trellis pada daerah
pengamatan.
(Foto ini diambil dengan menggunakan citra satelit, 14/7/2019)
3.1.2 Satuan punggungan lipatan
Pada kenampakan morfologi berikut ini bisa dilihat dengan jelas menggunakan mata
telanjang, morfologi ini merupakan terusan dari sepanjang lembah antiklin yang memanjang luas
mengelilingi daerah waturanda. Dengan dominan berdasarkan dari posisi pada peta dilihat dari
kontur merupakan ciri-ciri termasuk satuan batuan yang resistensi terhadap pelapukan yang pada
hal ini termasuk lebih ke dominan ciri khas dari batuan Breaksi dan batu pasir. Pada satuan
punggungan lipatan ini memiliki ciri khas bentuk pola aliran sungai berupa radial yang mana pola
aliran ini bersifat menyebar ke segala arah, sehingga sungai yang memiliki pola aliran ini memiliki
satu pusat yang akan menyebarkan alirannya ke segala arah. Pada hal ini juga merupakan pusat
pengontrol terhadap ketahanan dari suatu batuan yang meliputi pada daerah litologi tersebut.

Gambar 3.1.2 Satuan punggungan lipatan yang memiliki kontur relatif rapat
(foto ini diambil dari daerah Kali Jirek, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 25/6/2019)

3.1.3 Satuan perbukitan denudasional


Pada kenampakan morfologi berikut ini merupakan suatu hasil dari proses denudasional
yang dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses – proses pelapukan,
erosi, gerak masa batuan (mass wasting) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau
degradasi. Dan dari berdasarkan pengamatan morfologi ini merupakan salah satu termasuk dari
agradasi yang mana merupakan terjadinya kenaikan permukaan bumi. Berdasarkan data dari
lapangan ini termasuk dari dengan litologi merupakan dari satuan batuan intrusi basalt dengan
diikuti keberadaan berupa sisipan dari batuan lempung. Dan jika dilihat dari topografi memiliki
kenampakan berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lereng yang kira-kira berkisaran
antara 15-55%.

Gambar 3.1.3 Satuan perbukitan denudasional


(foto ini diambil dari daerah Bukit Bujil, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 25/6/2019)

3.1.4 Satuan Pegunungan Patahan (Block Mountains)


Penggambaran morfologi ini memperlihatkan kenampakan dari suatu pegunungan patahan
yang mana berdasarkan penjelasan. Pada tahapan muda memperlihatkan gawir-gawir terjal yang
mana pada hal ini memisahkan antara satu blok pegunungan dengan blok yang lain atau antara
blok pegunungan dengan blok lembah. Dan, pada umumnya morfologi ini memiliki bidang gawir
tajam relatif rata, dan belum tersayat oleh lembah-lembah. Pada tahapan dewasa menyebabkan
adanya pengikisan pada bagian muka atau punggungan blok dengan beberapa kenampakan bagian
muka dari blok masih lebih terjal dari pada bagian punggungan, terkadang sering terlihat adanya
kenampakan kelurusan garis dasar sesar, adanya dataran aluvial berupa kipas aluvial yang terletak
berjajar dalam garis lurus sepanjang kaki bidang muka dan blok, serta munculnya mata air. Pada
tahapan tua, daerah pegunungan patahan menjadi mendatar dan kehilangan bentuk simetrinya,
dengan daerah aluvial yang meluas.

Gambar 3.1.4 Satuan Pegunungan Patahan


(foto ini diambil dari daerah Kali Gending, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT
23/6/2019)

3.1.5 Satuan Perbukitan Homoklin


Ini merupakan satuan kompleks perbukitan homoklin yang mana merupakan biasa pada
umumnya diterapkan secara sempit pada bagian letak dari sayap perlipatan, dimana perlapisan
batuannya miring ke satu arah. Penggambaran letak satuan ini biasanya memiliki kontur yang
relatif rapat dengan kenampakan morfologi yang sering kali tak kala memperlihatkan adanya suata
bagian yang terjal dan landai sepanjang morfologi, yang mana hal ini biasa di pengaruhi oleh
adanya suatu resisten yang menyebabkan terjadi suatu perbedaan tersebut. Satuan perbukitan
homoklin ini memiliki pola pengaliran sungai parallel yang kemudian cabang dari suatu sungai
akan bertemu di pusat sungai biasa pola aliran sungai ini sering terdapat di daerah yang mempunyai
letak suatu kemiringan yang sama.
Gambar 3.1.5 Satuan Perbukitan Homoklin
(foto ini diambil dari daerah sekitar Bukit Bujil, merupakan milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 23/6/2019)

3.1.6 Pola Aliran Sungai


Pada daerah Karangsambung terdapat ada tiga pembagian tipe sungai secara geneticnya
yaitu antara lain : - Tipe Konsekuen.
- Tipe Obsekuen, dan
- Tipe Subsekuen.
Pada tipe Konsekuen ini dicirikan pada kenampakan oleh sungai Luk Ulo yang memanjang dari
utara hingga sampai ke selatan daerah pemetaan yang mana pada hal ini mengikuti dari arah
kemiringan lereng secara regional. Berbeda lagi halnya jika pada tipe sungai Obsekuen, sungai ini
pada daerah karangsambung dapat di gambarkan oleh keberadaan sungai-sungai kecil yang berada
di sekelilingnya yang mana pada hal ini mengalir ke arah sungai Luk Ulo, sungai Cacaban, dan
sungai Welaran dengan arah aliran yang sama seperti tipe Konsekuen yakni mengikuti kemiringan
lereng, Sedangkan, pada tipe sungai Subsekuen berbeda dari kedua tipe sungai sebelumnya sungai
ini mempunyai ciri khas tersendiri yang mana arah alirannya mengikuti dari arah struktur yang
berkembang pada tipe ini kenampakan dari gambaran sungai tersebut bisa kita lihat pada sungai
Gebang yang mengalir ke arah timur dan sungai Welaran yang mengalir ke arah barat.
Pada daerah penelitian ini pola aliran sungai selama pada pemetaan dapat teramati bahwa
memiliki pola aliran sungai berupa Trellis, Radial, dan Paralel. Pada pola aliran sungai Trellis
dapat terlihat pada di daerah kenampakan amphiater yang memanjang luas mengelilingi seperti
tapak kaki kuda yang pada hal ini arah alirannya sejajar dengan arah kemiringan jurus lapisan
batuan, jika pada pola Radial terdapat dibagian daerah umumnya di punggungan lipatan yang
bersifat menyebar ke segala arah. Berbeda hal nya jika pada pola Paralel terdaopat di perbukitan
homoklin.

3.1.7 Jenjang Geomorfik


Pada daerah karangsambung ini merupakan hasil dari proses eksogenik yang mana terjadi
pembentukannya karena diakibatkan adanya suatu gaya dorongan/tarikan/pergeseran tenaga yang
terjadi pada kulit bumi sehingga oleh hal tersebut menyebabkan suatu struktur dari daerah tersebut.
Pada karangsambung ini bisa kita lihat ambil contoh dengan jelas keberadaan sungai Luk Ulo yang
mana pada hal ini sungai tersebut memanjang luas mengelilingi karangsambung, sungai ini
berbentuk berkelok-kelok dikarenakan adanya suatu gaya yang terjadi pada saat proses eksogenik
di daerah karangsambung tersebut sehingga menyebabkan terjadinya perubahan yang signifikan
dengan tingkat tingginya erosi pada sungai tersebut dan sehingga pada daerah ini dapat termasuk
di simpulkan dalam tahapan dewasa berdasarkan dari litologi dan proses pembentukannya.
Sedangkan, kenampakan lainnya bisa kita lihat dari sisi lain pada morfologi
karangsambung yang menggambarkan adanyaa beberapa bentukan dan perbedaan litologi dari
setiap satuan geomorfologi. Penggambaran tersebut bisa kita lihat pada adanya suatu bentukan dari
kenampakan perbukitan, lembahan, punggungan yang terjadi dikarenakan adanya proses selang
waktu sehingga menyebabkan terjadinya daerah tersebut. Hal ini juga sangat di pengaruhi oleh
adanya pengaruh dari suatu proses agradasi dan degradasi yang sangat berperan penting sehingga
mengontrol perbedaan dari suatu tiap litologi batuan di daerah masing-masing tersebut sehinga
dapat di simpulkan bahwa pada ini merupakan termasuk dalam jenjang tahapan muda.

3.2 Stratigrafi
Berdasarkan peta Geologi Lembar Kebumen, Jawa (S. Asikin, A. Handoyo, H. Busono, S.
Gafoer (1992), dapat diketahui bahwa batuan di daerah ini mulai dari yang tertua (Paleosen) hingga
termuda (Pliosen). Pada saat melalukakn pemetaan stratigrafi hasil yang didapatkan berupa adanya
antara lain satuan alluvial, satuan breksi, satuan intrusi basalt, satuan batu pasir, satuan batu
gamping, satuan batu lempung, satuan breksi-batu pasir, satuan batu lempung-breksi.

3.2.1 Satuan Alluvial


Satuan ini merupakan satuan yang paling termuda pada denga pola penyebaran berada
disekitar sungai meander seperti sungai Luk Ulo. Endapan satuan alluvial ini terdiri dari mulai
bongkah-bongkahan sampai berupa kerikil dan batuan sedimen, beku dan metamorf. Pada endapan
alluvial ini merupakan hasil lepasan dari sungai, oleh karena bersifat tidak selaras dengan litologi
fragmen yang sering dijumpai antara lain berupa andesit, basalt, batupasir, batulempung, kuarsit,
sekis, filit, konglomerat, dasit, rijang, marmer, batugamping.

3.2.2 Satuan Breksi


Satuan batuan Breksi ini diendapkan secara selaras di atas Satuan Batu lempung
berfragmen dengan penyebarannya adalah di sepanjang punggungan lipatan yang mengelilingi
lembah antiklin. Pada satuan ini disetarakan dengan Formasi Waturanda yang berumur Miosen
Awal – Miosen Tengah dengan penciri litologi berupa memikili warna gelap seperti abu-abu,
pemilahan baik, ukuran butir medium sand, porositas sedang, kemas terbuka, angular, semen silika,
dan fragmen litik.
Gambar 3.2.2 Kenampakan satuan batuan breksi yang berada di punggungan lipatan lembah
antiklin dengan memperlihatkan adanya berupa struktur spheroidal weathering (kulit bawang)
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 24/6/2019)

3.2.3 Satuan Breksi – Batu Pasir


Satuan ini berada di sepanjang perbukitan yang mengelilingi lembah antiklin dengan
penciri litologi berupa memikili warna gelap seperti abu-abu, pemilahan baik, ukuran butir
medium sand, porositas sedang, kemas terbuka, angular, semen silika, dan fragmen litik.(Breksi)
dan (Batu Pasir) memiliki warna dominan terang, dengan ukuran butir fine-medium sand,
pemilahan baik, bentuk butir sub-rounded – rounded, semen silika, matrix batu pasir. Lingkungan
pengendapan satuan ini berada dekat slope dengan mekanisme arus turbidit yang dibuktikan
dengan butiran menyudut (Breksi) yang didominasi fragmen volkanik pada satuan ini sehingga
dikirakan dapat diidentifikasikan adanya sumber gunung api bawah laut yang berada di dekat
lingkungan pengendapan.
Gambar 3.2.3 Batas kontak antara satuan batuan breksi dan batu pasir yang berada di
sekitar punggungan lipatan / amphiater
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 24/6/2019)

3.2.4 Satuan Intrusi Basalt


Pada satuan ini terdapat di bagian utara pada lokasi area pemetaan dengan detail lokasi
berada pada Bukit Bujil yang mana merupakan termasuk dalam area kawasan golongan jenis
batuan beku basalt. Pada pengamatan terdapat
adanya berupa sisipan litologi batuan lempung
yang terkena oleh efek bakar sehingga terjadinya
pengerasan batu lempung disekitar daerah
intrusi. Dengan berlitologikan warna yang
dominan gelap yaitu hitam, tekstur afanitik
dengan komposisi mineral yaitu berupa mafik.
Gambar 3.2.4 Satuan Basalt di Bukit Bujil
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 25/6/2019)
3.2.5 Satuan Batu Pasir
Pada satuan ini di dominasi oleh batuan pasir karbonatan dan batu lempung karbonatan
yang di endapkan secara selaras di atas satuan breksi. Dengan berlitologi memiliki warna abu-abu
(terang-gelap), ukuran butir medium san, sub-rounded, well sorted, kemas tertutup dengan sering
memperlihatkan adanya berupa struktur seperti laminasi, cross-laminasi, convolute dan ripple.

Gambar 3.2.5 Satuan Batu Pasir yang


memperlihatkan adanya gejala struktur berupa
laminasi, cross-laminasi, convolute dan ripple
yang terdapat pada daerah KaliGending.
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 23/6/2019)
3.2.6 Satuan Batu Gamping
Satuan ini terdapat di daerah Jatibungkus dengan litologi berwarna abu-abu terang,
memiliki ukuran butir fine-medium sand, sub-angular, pemilahan baik. Pada batu gamping ini
termasuk dalam ciri-ciri kalkarenit dan kalsilutit dengan sering dicirikan adanya kenampakan
berupa batuan pasir dengan sisipan berupa batu lempung. Satuan ini terbentuk di laut dangkal,
tenang, dan pada perairan yang hangat yang mana merupakan lingkungan yang paling ideal di
mana organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber
bahan pembentuk batugamping.

Gambar 3.2.6 Penyebaran Satuan Batu Gamping Jatibungkus


(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 26/6/2019)

3.2.7 Satuan Batu Lempung


Merupakan salah jenis penyebaran satuan yang paling tua, pada area pemetaan ini
berada di bagian utara pemetaan dengan litologi merupakan termasuk jenis batu lempung
berfragmen dengan warna abu-abu, memiliki ukuran <1/256mm, matrix lempung, semen karbonat,
mineral lempung dengan menyebar luas secara merata di amphitheater karangsambung. Satuan
batu lempung berfragmen ini disetarakan dengan Formasi Karangsambung yang kemungkinan
diendapkan di lingkungan laut dalam dengan mekanisme suspense sehingga menghasilkan batu
lempung yang tebal dengan fragmen pada satuan ini berupa kerikil, kerakal, dan sampai
bongkahan.

Gambar 3.2.7 Satuan Batu Lempung berfragmen


(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 25/6/2019)

3.2.8 Satuan Batu lempung - Breksi


Pada satuan ini terdapat di di Sungai KaliGending dengan penyebaran luas merata, berciri
litologikan berupa batu lempung dengan warna abu-abu, matrix lempung, semen karbonat dan
breksi vulkanik dengan warna hitam, angular, kemas terbuka, coarse-sand, semen silika, fragmen
batu pasir, basalt, litik gelap. Dan juga memperlihatkan adanya berupa sisipan batu pasir dengan
penciri litologi memiliki warna abu-abu, ukuran medium sand, kemas tertutup, porositas baik,
semen karbonat, dan matrix pasir. Pada satuan ini terdapat dan menyebar luas di formasi waturanda
dan penosogan yang di endapkan secara selara di atas batuan lempung berfragmen.
Gambar 3.2.8 Satuan Batu Lempung – Breksi yang ditemukan di sepanjang sungai KaliGending
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 24/6/2019)

3.3 Struktur Geologi


Secara regional daerah karangsambung terbagi atas dua pembentukan deformasi yaitu
deformasi brittle yang menghasilkan struktur sesar dan kekar, serta deformasi ductile yang
menghasilkan struktur lipatan. Pada kenampakan struktur lipatan terlihat jelas pada lembah
antiklin yang membentang seperti bentuk tapak kaki kuda atau yang sering disebut dengan
kenampakan amphiteater karangsambung yang mana merupakan struktur lipatan utama pada
daerah pemetaan, tidak hanya itu pada selama pemetaan juga sering ditemukan adanya
kenampakan struktur seperti berupa sesar dan kekar baik yang terisi ataupun tidak terisi. Dan
berikut merupakan kenampakan struktur yang ditemukan selama pemetaan yang sudah
berlangsung ± 5hari.

3.3.1 Lipatan
Pada struktur ini memperlihatkan adanya sebuah lipatan antiklin dan sinklin baik itu dalam
dimensi berukuran kecil maupun dimensi berukuran besar. Pada daerah karang sambung
mempunyai struktur utama yang memperlihatkan adanya bukti struktur lipatan berupa antiklin
yang mana sering disebut sebagai amphitheater karangsambung yang jika dilihat dari foto udara
akan memperlihatkan bentukan morfologi seperti berupa dip-slope dan gawir sesar yang
menunjukan kenampakan saling berlawanan.

Gambar 3.3.1 Struktur lipatan


antiklin yang di lihat dari foto
udara citra satelit pada daerah
karang sambung
(Foto diambil melalui citra satelit,
AkhmadDwiT 20/7/2019)
Tidak hanya itu selama melakukan pemetaan juga banyak di temukan beberapa struktur lipatan
berupa antiklin dan sinklin yang pada hal tersebut memperlihatkan adanya sebuah gejala proses
eksogenik berupa gaya yang sehingga mengakibatkan adanya pembentukan strukrut tersebut. Pada
struktur lipatan ini dapat dilihat pada daerah Kaligending dengan no.pengamatan B8 dengan
sumbu utama pada lipatan N143˚E/61˚ dan sayap lipatan-1 N95˚E/41˚ - sayap lipatan-2 N55˚E/24˚.
Pada lipatan ini merupakan perselingan dari batu pasir dan batu lempung dengan litologi umumnya
memiliki warna abu-abu terang dengan ukuran butir medium sand dan merupakan salah 1 jenis
lipatan antiklin. Selanjutnya, struktur lipatan kedua pada pengamatan di temukan pada derah
Kalijaya dengan no.pengamatan A16 memiliki sumbu utama N27˚E/61˚ dan sumbu sayap-1
N191˚E/24˚ - sumbu sayap-2 N20˚/41˚. Pada lipatan ini merupakan hasil dari perselingan batu
lempung dan batu pasir, dengan ukuran medium, memiliki warna abu-abu terang, matrix berupa
lempung, semen lempung dan salah 1 jenis lipatan sinklin.

Gambar 3.3.1 Kenampakan lipatan antiklin dan sinklin di daerah yang berbeda KaliGending
dan KaliJaya
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 22-23/6/2019)

3.3.2 Sesar
Pada struktur ini merupakan struktur dimana yang memperlihatkan adanya perpindahan
antara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan,
pergeseran ini dapat berjalan dengan cepat dan dapat juga berjalan dengan lambat. Yang mana
pada hal ini pergeseran tersebut dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter dan
panjangnya dapat mencapai beberapa miliimeter hingga ribuan meter. Sesar ini dapat terjadi pada
segala jenis batuan sehingga akibat dari terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah
perkembangan topografi, mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi
batuan dan sebagainya. Pada pemetaan berlangsung ditemukan ada beberapa gejala struktur berupa
sesar seperti sesar mayor dan sesar minor, serta pergerakan struktur lainnya yang mengontrol
pergerakan sesar tesebut sehingga ada juga kemuncul di temukan adanya slickensides.
Kenampakan struktur tersebut terdapat pada daerah Kalijaya merupakan salah satu jenis dari
batuan sedimen dengan perlapisan N332˚E/46˚ dengan ciri khusus berlitologikan warna abu-abu
gelap (batu lempung) dengan sisipan berupa batu pasir.

Gambar 3.3.2 Kenampakan yang


memperlihatkan adanya struktur
sesar mayor (N30˚E/60˚) dan
sesar minor (N45˚E/46˚) yang
terdapat di KaliJaya
(Milik dokumentasi pribadi,
AkhmadDwiT 22/6/2019)

Gambar 3.3.2.1 gambar pendukung yang


memperlihatkan adanya berupa slinkensides
pada daerah sesar dengan diiringi
kenampakan kekar pada daerah tersebut
yang terdapat di KaliJaya.
(Milik dokumentasi pribadi, AkhmadDwiT 22/6/2019)
BAB IV
SEJARAH GEOLOGI

Berdasarkan sejarah,tepat di Karangsambung, pada jutaan tahun yang lalu terjadi sebuah
fenomena alam yang luar biasa. Fenomena Geologi berupa subduksi yang mengakibatkan
bebatuan didasar laut berbenturan. Benturan tersebut tidak sektika melainkan melalu proses yang
lama. Dan karena benturan itu, maka naiklah dasar laut relatif terhadap muka air laut sehingga
menjadi sebah daratan (daratan itulah yang kini menjadi sebuah kecamatan karangsambung).
Melihat kembali fenomena alam itu dan kita hubungkan dengan nama karangsambung, maka bisa
disimpulkan bahwa siapapun yang memberi nama tempat itu dengan nama karangsambung bisa
dipastikan beliau mengenal betul ilmu geologi. Dan mengetahui secara pasti peristiwa yang terjadi
jutaan tahun yang lalu. Dengan kata lain, siapapun yang memberi nama tempat itu dengan nama
karangsambung, dia adalah seorang ahli geologi kuno.
Urutan batuan dari tua ke muda pada daerah ini adalah satuan kompleks melange, satuan
batu lempung berfragmen, satuan intrusi diabas, satuan breksi, satuan Batupasir dan satuan
endapan alluvial. Satuan batuan tertua, yaitu satuan kompleks melange yang mana pada ha linin
berperan sebagai basementnya karangsambung, yang selanjutnya kemudian diendapkan disatuan
batu lempung berfragmen secara tidak selaras diatas satuan kompleks melange. Sehingga
ketidakselarasan ini dikarenakan adanya pengaruh tektonik dengan ciri jalur goresan yang kuat
pada batas kedua satuan tersebut. satuan batu lempung berfragmen merupakan suatu endapan
olisostrome, yaitu endapan campuran yang bersifat chaotic yang menyebabkan kehadiran fragmen-
fragmen pada batu lempung.
Selama proses pembentukan satuan batu lempung berfragmen ini, terjadi peningkatan
aktivitas magmatik pada daerah ini yang menyebabkan terbentuknya satuan intrusi diabas yang
mengintrusi satuan batu lempung berfragmen yang pada hal ini salah satu bukti dapat dilihat pada
sekitaran bukit bujil yang mana menurut Soeria Atmadja, dkk (1991), satuan intrusi ini berumur
sekitar Eosen-Oligosen. Selanjutnya pada umur miosen tengah, adanya pengaruh aktivitas gunung
api mengalami penurunan dalam intensitasnya, hal ini ditandai dengan perubahan secara gradual
dari satuan breksi menjadi satuan batu pasir. Selain dari material vulkanik, satuan batu pasir ini
juga mencirikan mulainya terbentuk aktivitas karbonat di cekungan yang menyebabkan satuan
batu pasir ini memiliki sifat karbonatan. Satuan Batupasir ini menunjukkan perlapisan berulang
dari batupasir dan batulempung dengan hadirnya Sikuen Bouma pada batupasir yang menunjukkan
bahwa material sedimen ini terbawa oleh arus turbidit hingga diendapkan di depan slope.
Berdasarkan hadirnya aktivitas tektonik serta profil stratigrafi yang ditemukan dari Satuan
Batupasir ini, menunjukkan bahwa satuan ini diendapkan pada fore-arc. Semakin ke arah yang
lebih muda, pembentukan material karbonat kembali terganggu akibat kembali meningkatnya
aktivitas vulkanik. Hal ini ditandai dengan perubahan secara perlahan dari batupasir dan
batulempung yang memiliki sifat tuff-an. Peningkatan aktivitas letusan gunungapi ini mencapai
puncaknya kembali dengan ditemukannya lapisan tuff di atas batupasir dan batulempung dengan
ketebalan mencapai 3 meter. Selanjutnya aktivitas tektonik yang terjadi dapat menyebabkan
adanya pengangkatan pada semua satuan batuan melalui pembentukan perlipatan. Sehingga pada
proses ini menyebabkan adanya berupa gejala struktur yang terjadi di akibatkan adanya proses
gaya yang terjadi seperti antara lain adanya ditemukan beberapa macam sesar. Dan adanya
pengaruh aktivitas tektonik ini menyebabkan terjadinya pengangkatan hingga membentuk
lingkungan darat yang menyebabkan semua satuan batuan yang telah terbentuk di cekungan
sedimen laut dalam yang langsung terkena kontak yang dikontrol oleh adanya proses pelapukan
dan erosi. Sehingga, akibat dari proses ini membentuk berupa satuan alluvial yang berumur kan
resen yang mana penyebaran satuan ini tersebar secara meluas dan merata di sekitaran lembah
antiklin yang mengelilingi karangsambung atau yang sering di sebut amphitheater karangsambung.

BAB V
KESIMPULAN

Karangsambung merupakan Cagar Ilmu Pengetahuan Geologi Nasional. Tidak hanya


dijadikan kegiatan geowisata, tapi juga ada merupakan salah satu pusat pengembangan dan
penelitian bebatuan, melakukan konservasi wilayah yang mengandung bebatuan dan fenomena
geologi bernilai ilmiah untuk kepentingan pendidikan.
Pada pemetaan ini berdasarkan dari pembagian geomorfologi terbagi atas menjadi
beberapa satuan yang antara lain berupa :
1. Satuan perbukitan homoklin.
2. Satuan pegunungan patahan.
3. Satuan lembah antiklin.
4. Satuan perbukitan denudasional.
5. Satuan punggungan patahan.

Dan, pembagian stratigrafi yang dibagi atas beberapa satuan :


1. Satuan alluvial.
2. Satuan breksi.
3. Satuan breksi – batu pasir.
4. Satuan intrusi basalt.
5. Satuan batu pasir.
6. Satuan batu gamping.
7. Satuan batu lempung.
8. Satuan batu lempung – breksi.

Pada hal ini juga ditemukan adanya beberapa struktur yang terbentuk yang ditemukan
selama pemetaan. Salah satu beberapa contohnya dapat kita lihat pada kenampakan lipatan yang
berada pada di lembah punggungan antiklin atau yang sering disebut dengan amphiateater
karangsambung, tetapi tidak hanya itu juga ditemukan beberapa struktur lipatan dalam bentuk
dimensi kecil yang pada hal ini terdapat di dua daerah yaitu KaliGending dan KaliJaya.
Kenampakan sesar juga banyak ditemukan dalam selama melakukan pemetaan seperti ditemukan
sesar mayor dan sesar minor serta slickensides dan juga beberapa contoh kenampakan kekar
Dan berikut ini beberapa batuan yang ada di Karangsambung : Batuan sedimen adalah
salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan
metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic);
pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan.
Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan.
Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan metamorf adalah salah satu
kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan
yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan
ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa
batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist. Batuan beku atau sering disebut
igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi
batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji Noeradi, 1996, Deformasi pada Formasi
Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah. Buletin Geologi 26, 45-54.

Asikin, S., Harsolumakso, A. A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map Of Kebumen
Quadrangle, Java, Scale 1:100.000. Geologycal Research and Development Centre,
Bandung.

Haryanto, Iyan, Tinjauan Geologi Daerah Karangsambung, Laboratorium Geodimanik FMIPA-


Unpad., Bandung

Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque, Nederland.

Modul Panduan Fielftrip Petrografi 2017,. Dept. Teknik Geologi UGM


Catatan lapangan Kuliah Lapangan Karangsambung 2019
Slide Geomorfologi
LAPORAN AKHIR
PEMETAAN KARANGSAMBUNG, KEBUMEN. JAWA TENGAH

(Di ajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geologi Lapangan GL3202)

Disusun Oleh :
AKHMAD DWI TULAR
(15116004)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah membimbing Penulis dalam penyusunan laporan
ini. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi mata kuliah geologi lapangan sebagai
mata kuliah wajib di semester 6 Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera.
Penyusunan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap geologi
dan teknik penyusunan laporan.
Laporan ini membahas mengenai Daerah Karangsambung dengan maksud dan tujuan
pembuatan laporan dilakukan dengan berdasarkan data-data yang didapat selama pemetaan yang
telah berlangsung ± 5 hari. Tidak lupa Penulis berterimakasih kepada:
• Keluarga penulis atas dukungan material, moral, dan spiritual.
• Bapak Bambang Prihadi selaku Kepala Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi
Sumatera dan juga serta segenap Dosen Teknik Geologi ITERA selaku pembimbing kuliah
geologi lapangan selama di Karangsambung
• Semua teman-teman sekaligus keluarga AVANINDRA 2016 yang pada kali ini merupakan
ucapan rasa syukur untuk kita semua atas lancarnya Kuliah Lapangan pertama Teknik Geologi
Institut Teknologi Sumatera.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Penulis
berharap ada masukan saran dan kritik dari pembaca agar laporan ini dapat menjadi lebih baik.
Dengan penuh harapan semoga laporan ini kelak dapat dijadikan sebagai penopang untuk
menambah ilmu dan wawasan pendidikan tentang kebumian di bidangnya tersendiri.

Penulis

Bandar Lampung, 20 Juli 2019

Akhmad Dwi Tular

Anda mungkin juga menyukai