Anda di halaman 1dari 43

[Type the document title]

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Daerah Karangsambung merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng


Hindia dan terletak di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Batuan yang terdapat di daerah ini sangatlah beragam mulai dari yang tertua yaitu
berumur Kapur akhir. Sejarah pembentukan dan perkembangan cekungan mulai
dari akhir Mesozoikum hingga awal Tersier.. Di Kecamatan Karangsambung ini
terdapat Lokasi Cagar Alam Geologi Nasional yang dikelola oleh Unit Pelaksana
Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.

Penelitian di daerah ini diharapkan memberikan banyak ilmu pada mahasiswa


Teknik Geologi 2009 ITB yang sedang melakukan pemetaan di tahun 2012 agar
mengetahui persebaran batuannya serta menganilisis sejarah geologinya.

1. 2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan laporan pemetaan ini yaitu untuk memenuhi syarat
dalam kelulusan mata kuliah Geologi Lapangan (GL3201) di Program Studi
Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumia n, Institut Teknologi
Bandung.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari tatanan geologi
daerah Sigeong yang mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan
sejarah geologi berdasarkan analisis dari data-data pengamatan unsur-unsur
geologi yang telah diperoleh di lapangan dengan metode observasi menggunakan
bantuan palu, kompas geologi, dan peta topografi daerah Sigeong.

1. 3 Lokasi Penelitian

Wilayah pemetaan yang dilakukan di Daerah Sigeong terletak di Kecamatan


Karangsambung, Provinsi Jawah Tengah, Indonesia. Secara geografis wilayah

1
[Type the document title]

pemetaan ini terletak di koordinat (UMMT) 350000-355000, 9157000-9163000.


Wilayah pemetaan ini dibatasi oleh:

1. Bagian utara dibatasi oleh K. Susu,


2. Bagian selatan dibatasi oleh Desa Lubangbuluh,
3. Bagian timur dibatasi oleh G. Watugolong, dan
4. Bagian barat dibatasi oleh G. Cantel.

1. 4 Pencapaian Lokasi Karangsambung

Secara administratif Karangsambung termasuk ke dalam wilayah Kabupaten


Kebumen, Jawa tengah. Daerah ini dapat ditempuh melalui jalan darat
menggunakan beberapa alternatif kendaraan, seperti:

 Kereta api, dari Bandung menuju Kebumen dengan tiket seharga Rp


120.000,00.
 Jasa ojek, dari stasiun kota kebumen dapat langsung menuju
Karangsambung dengan tarif antara Rp 20.000 – Rp 25.000 maupun
menggunakan jasa angkutan umum becak atau ojek menuju Mertokondo,
kemudian naik angkutan umum bus menuju karangsambung dengan tarif
Rp 5000. Perjalanan ditempuh kurang lebih selama 45 menit.
 Kendaraan pribadi, dari kota Kebumen langsung menuju
Karangsambung melewati jalan Karangsambung. Gerbang masuk jalan ini
berada di Mertokondo, tepat di persimpangan Pasar Mertokondo, dengan
waktu tempuh kurang lebih 45 menit.
1. 5 Geografi Daerah Penelitian
Pada umumnya daerah Sigeong ini terdiri atas dataran rendah pada bagian
tengah sampai selatan dan bagian utara merupakan daerah punggungan dengan
ketinggian puncak bukit yang beragam hingga 428 m yaitu G. Brujul.
Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan
musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua
musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober.

2
[Type the document title]

Pada beberapa daerah, vegetasi masih cukup lebat diantaranya pada daerah
perbukitan, namun pada bagian tengah sampai selatan daerah pemetaan sudah
dijadikan sebagai lahan pertanian.

Sebagian besar pada daerah pemetaan sudah terdapat jalan-jalan warga.


Sebagian besar warga disini bekerja sebagai petani dan beberapa diantaranya
bekerja sebagai penambang kerikil di Sungai Lok Ulo. Ada beberapa diantarnya
yang menjadi petani karet pada perbukitan-perbukitan disana. Sebagian kecil
bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintahan atau merantau ke luar daerah.
Hasil pertanian selain padi adalah, tembakau, ubi kayu, petai, kelapa, jagung,
pisang dan sedikit sayur-mayur.

Kondisi singkapan di daerah penelitian umumnya segar dan banyak


ditemukan singkapan-singkapan yang menerus, tetapi di beberapa tempat di
bagian barat daya daerah pemetaan kondisi singkapan pada umumnya lapuk
tertutup oleh soil.

1. 6 Ruang Lingkup Pembahasan


Penulisan laporan ini meliputi pembahasan mengenai studi pemetaan geologi
di daerah Sigeong, Karangsambung, yang meliputi aspek geomorfologi,
stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi. Berdasarkan letak geografisnya
daerah pemetaan mencakup 5 x 6 km2.

1. 7 Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan melakukan


pemetaan, sedangkan analisa yang dilakukan bersumber dari data-data lapangan
yang tertulis pada buku catatan lapangan, analisis peta topografi skala 1:25.000
untuk menentukan kelurusan geomorfologi, serta studi literatur dengan
menggunakan beberapa buku-buku penunjang.

1. 8 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada laporan ini dibagi menjadi beberapa bagian
antara lain sebagai berikut.

3
[Type the document title]

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, maksud tujuan,lokasi penelitian,
Pencapaian Lokasi Karangsambung, Geografi Daerah Penelitian, Ruang Lingkup
Pembahasan, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai fisiografi regional, geomorfologi,


stratigrafi regional, dan struktur geologi wilayah Karangsambung berdasarkan
studi pustaka.

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN


Bab ini berisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah
geologi, serta potensi daerah pemetaan Sigeong, Karangsambung, berdasarkan
hasil pengamatan atau observasi di lapangan serta analisis dan interpretasi data.

BAB 4 KESIMPULAN
Pada bab ini terdapat kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dipaparkan dalam laporan ini berdasarkan pengamatan, analisis, dan interpretasi
dari pemetaan yang dilakukan di daerah Sigeongs, Karangsambung.

4
[Type the document title]

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional

Desa Karangsambung secara geografis terletak pada koordinat 109o35’-


109o41’BT dan 7o25’-7o36’LS di Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah.
Wilayah ini berjarak ±20 km dari utara Kota Kebumen, Propinsi Jawa Tengah
(Gambar 2.1). Luas wilayah Karangsambung adalah 65.150 km².

Daerah Pemetaan

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Kebumen dan Karangsambung (Google Maps).

Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari


Lajur Pegunungan Serayu Selatan (van Bemmelen, 1949) seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.2.

5
[Type the document title]

2.2 Geomorfologi Regional

Gambar 2.2 Fisiografi Regional Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949 op. cit.
Hadiyansyah, 2005).

2.3 Stratigrafi Regional

Stratigrafi daerah Karangsambung terdiri dari Lukulo Melange Complex


yang berumur paling tua hingga aluvial yang berumur paling muda. Urut-
urutan stratigrafi daerah Karangsambung secara lengkap dari yang paling tua
ke yang paling muda (Gambar 1.3) dapat dijabarkan sebagai berikut:

6
[Type the document title]

Gambar 2.3 Stratigrafi umum Daerah Karangsambung


( modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 )

 Kompleks Melange Luk Ulo


Kompleks Melange Luk Ulo ini merupakan satuan yang tertua di
Wilayah Karangsambung ini bahwa Pulau Jawa, karena memiliki umur
yaitu Kapur Atas hingga Paleosen. Kompleks ini diakibatkan karena
adanya proses subduksi yang diakibatkan oleh pertemuan antar lempeng,
yang mengakibatkan pencampuran litologi yang beraneka ragam.
Pada kompleks ini terdapat fragmen-fragmen yang terdiri dari native
blocks yang merupakan bongkah-bongkah selingkungan yang pada
umumnya terdiri dari greywacke, dan exotic blocks yang merupakan
bongkah-bongkah asing berukuran besar dan berbentuk lonjong seperti
boudine terdiri dari sekis, rijang, peridotit, serpentinit, batugamping
merah, basalt, amfibolit, dan gabro serta setempat batuan metamorf
tekanan tinggi yaitu sekisbiru dan eklogit yang terkepung dalam
masadasar serpih dan batulempung hitam.

7
[Type the document title]

 Formasi Karangsambung
Formasi ini memiliki umur Eosen. Litologi yang dijumpai pada
formasi ini adalah berupa batulempung bersisik (scaly clay) berwarna abu-
abu. Pada umumnya batulempung ini bersifat gampingan (karbonatan)
hingga napal yang berwarna abu-abu gelap kehijauan yang tergerus.
Warna abu-abu gelap tersebut mempelihatkan struktur slump, blok
batulempung foraminifera (Nummulites), dan adanya konglomerat yang
bersifat polimik. Formasi Karangsambung diendapkan secara tidak selaras
di atas Kompleks Melange Lok Ulo.

 Formasi Totogan
Formasi Totogan ini berumur Oligosen-Miosene Awal dengan
Litologi berupa breksi dengan komponen batulempung, batupasir,
batugamping, napal, dan tufa. Formasi ini diendapkan secara selaras di
atas Formasi Karangsambung.

 Formasi Waturanda
Formasi Waturanda memiliki umur Miosen Awal dengan litologi
secara umum berupa batupasir breksian dan breksi dengan Basalt dan
Andesit sebagai fragmennya. Formasi ini diendapkan secara gravity mass
flow atau turbidit, selaras di atas Formasi Totogan.

 Formasi Penosogan
Formasi Penosogan memiliki umur Miosen Tengah. Formasi ini
diendapkan secara selaras di atas Formasi Waturanda. Litologi yang
terdapat di formasi ini adalah berupa batulempung , batupasir,
batugamping (sebagian kalkarenit, dan gampingan) dan tuff (sebagian
karbonatan dan tidak). Secara berangsur litologi yang ada berubah menjadi
batupasir gampingan dan napal tufaan yang dikenal sebagai Formasi
Penosongan

8
[Type the document title]

 Formasi Halang
Formasi Halang memiliki umur Miosen Atas-Pliosen dan
diendapkan selaras di atas Formasi Penosogan. Endapan Formasi Halang
berupa perselingan batupasir, batulempung, napal, tuff dengan sisipan
breksi. Perselingan batupasir dan batu lempung semakin menebal ke arah
atas.

 Endapan Aluvial
Endapan aluvial merupakan yang paling muda. Endapan ini
memiliki umur Holosen dan pembentukannya terus berlangsung hingga
sekarang

2.4 Struktur Geologi

Karangsambung merupakan tempat pertemuan antar lempeng (lempeng


Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia). Struktur geologi yang terbentuk
akibat proses subduksi ini berupa perlipatan, sesar, foliasi yang dimana
pembentukan struktur ini tergantung dari besar gaya, arah gaya yang bekerja,
dan litologi yang terkena gaya tersebut.

Gambar 2.4 Posisi Lajur Subduksi Kapur, Oligosen, dan Masa Kini (Modifikasi
Katili, 1975 dan Sujanto dkk., 1977).

9
[Type the document title]

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa subduksi pada daerah


Karangsambung terjadi dalam dua tahap, yaitu:

1. Zaman Kapur Akhir – Pliosen


Menurut Sucipta, (2006) kejadian proses subduksi ini mempunyai
struktur – struktur-struktur geologi yang mempunyai arah baratdaya –
timurlaut yang lebih dikenal dengan sebutan Pola Meratus (Gambar 6).
Struktur ini diperkirakan terjadi karena adanya subduksi antara Lempeng
Eurasia dengan mikrokontinen yang berasal dari Lempeng Indo-Australia.
2. Zaman Tersier
Proses subduksi yang terjadi di zaman ini mempunyai arah barat –
timur. Proses yang terjadi di zaman ini merupakan zona subduksi yang
baru atau bisa dibilang masih berlangsung hingga sekarang. Proses
subduksi terjadi setelah proses subduksi yang pertama (pada Zaman Kapur
Akhir – Pliosen) ini telah berhenti (tidak ada lagi kegiatan tektonik) yang
lebih dikenal dengan sebutan Pola Jawa (Gambar 6). Pembentukan
struktur geologi ini terbentuk di bagian selatan dari zona subduksi yang
pertama.

Gambar 2.5 Pola struktur Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994 op. cit.
Fahmi, 2007)

10
[Type the document title]

BAB III

GEOLOGI DAERAH SIGEONG

3.1 Geomorfologi Daerah Sigeong

Analisis geomorfologi yang dilakukan berdasarkan peta topografi skala


1:25000 dan foto udara “false color” . Pola kontur daerah Sigeong sangat
bervariasi dan cenderung terkonsentrasi di beberapa bagian saja. Proses yang
membentuk morfologi daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat resistensi dari
litologi dan struktur geologi yang menyertainya, serta proses permukaan seperti
erosi dan sedimentasi yang terus berlangsung hingga saat ini. Penarikan pola
punggungan maupun kelurusan sangat dipengaruhi oleh struktur geologinya.
Sungai utama pada daerah Sigeong memotong punggunan dan berarah hampir
Utara-Selatan, relatif tegak lurus dengan struktur regional di daerah tersebut.
Secara umum tahapan geomorfik daerah penelitian termasuk ke dalam tahapan
lanjut, terlihat dari sungai Luk Ulo sebagai sungai utama merupakan sungai
dengan aliran meander, menandakan bahwa intensitas erosi lateral lebih tinggi
dari erosi vertikal.

Berdasarkan pola kerapatan kontur, maka daerah Sigeong dapat dibagi


menjadi 4 satuan geomorfologi yaitu:

a. Satuan Punggungan Homoklin

Satuan ini terletak di bagian utara menempati sekitar 20% daerah penelitian,
dicirikan dengan pola kontur yang rapat di utara, merenggang ke selatan
menunjukkan arah kemiringan lapisan pada satuan ini adalah ke selatan. Pola
aliran sungai yang paralel menunjukkan arah kemiringan lapisan, di beberapa
tempat berpola rektangular yang dikontrol oleh kekar maupun sesar, tersusun atas
dua jenis litologi yang berbeda sifat resistensinya, yaitu breksi yang terdapat pada
daerah dengan pola kontur rapat, kemudian batupasir yang terdapat pada daerah
dengan pola kontur yang lebih renggang.

Gambar 3.1 Satuan morfologi punggungan homoklin


terlihat dari foto udara
11
[Type the document title]

NW

Gn. Brujul

Gambar 3.2 Satuan morfologi punggungan homoklin (Despritanti, 2012)

b. Satuan Perbukitan Lipatan

Satuan ini menempati pada bagian selatan mencakup sekitar 50% daerah
penelitian dicirikan dengan pola kontur yang bervariasi, pola kontur yang rapat
membentuk suatu pola punggungan mencirikan struktur scarp slope dan dip slope
yang berbeda-beda dan pola kontur yang renggang membentuk lembah.
Perbedaan pola kontur tersebut memberikan perbedaan arah kemiringan lapisan
yang berbeda, oleh karena itu dibuktikan dengan data lapangan menunjukkan
bahwa pada satuan ini terdapat struktur perlipatan antiklin dan sinklin mengikuti
dari pola gawir yang terlihat pata peta topografi sebagai pola kontur yang rapat

Gambar 3.3 Satuan morfologi perbukitan lipatan berdasarkan peta


topografi
12
[Type the document title]

Tegalsari

Gambar 3.4 Satuan Morfologi perbukitan lipatan

c. Satuan Bukit Terisolir

Satuan bukit terisolir diinterpretasikan hanya terdapat pada Gn. Cuntang,


mencakup + 5 % daerah penelitian dicirikan dengan pola kontur yang rapat
melingkar membentuk bukit dikelilingi oleh lembahan. Hal ini dapat
diinterpretasikan sebagai perbedaan sifat resistensi litologi penyusunnya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sekelilingnya.

SW
Gn. Cuntang

Gambar 3.5 Satuan morfologi bukit terisolir (Kartanegara, 2012)

13
[Type the document title]

d. Satuan Dataran Aluvial

Satuan ini mencakup 25% daerah penelitian, terletak di sepanjang sungai


Luk Ulo dicirikan dengan morfologi yang datar, proses eksogen lebih berperan
dalam pembentukan morfologi ini, erosi dan sedimentasi terus berlangsung
membentuk gosong pasir dan teras sungai, tersusun dari material lepas yang
berasal dari proses erosi dari batuan yang berada di hulu sungai dan tertransportasi
serta terendapkan di sekitar sungai.

Gambar 3.6 Satuan morfologi dataran aluvial (Kartanegara, 2012)

3.1.1 Pola Aliran Sungai

Berdasarkan analisis peta topografi, maka daerah penelitian memiliki


beberapa pola aliran sungai diantaranya

a. Trellis, merupakan pola aliran utama di daerah penelitian, Sungai Luk


Ulo yang berarah Utara-Selatan menjadi sungai utama nya, sedangkan
cabang sungai lainnya mengalir menuju Sungai Luk Ulo sebagai tujuan
akhirnya.
b. Rectangular, merupakan pola aliran yang berkembang pada daerah yang
terkekarkan intensif seperti pada K. Keji, K.Krembeng, K.Curung, dan
sungai-sungai yang berasosiasi dengan patahan.
c. Radial, merupakan pola aliran sungai yang berkembang pada daerah
yang mempunyai tinggian atau puncak, berkembang pada daerah
punggungan brujul bagian hulu, sumber aliran sungai terpusat pada satu
titik, yaitu puncak tinggian yang paling tinggi.

14
[Type the document title]

Secara genetik, sungai utama pada daerah penelitian merupakan sungai


antacedent terlihat dari aliran sungai yang tegak lurus struktur regional daerah
penelitian, sungai tersebut juga merupakan sungai konsekuen yang artinya arah
aliran nya searah dengan kemiringan regional.

Gambar 3.7 Tipe genetik sungai berdasarkan arah alirannya

Cabang-cabang sungai lainnya memiliki genetik yang berbeda-beda,


dikontrol oleh struktur geologi dan litologi penyusunnya seperti:

a. Sungai subsekuen merupakan sungai dengan arah aliran yang searah


dengan jurus lapisan litologi penyusunnya, seperti K. Krembeng, K.
Penosogan, K. Wadas, dan yang lainnya yang berarah relatif Barat-
Timur.
b. Sungai obsekuen merupakan sungai yang searah dengan arah
kemiringan regional seperti K. Karah, K. Peniron, K. Pancur dan yang
sungai lainnya yang berarah relatif Utara-Selatan.
c. Sungai Resekuen merupakan sungai yang mengalir berlawanan dengan
arah kemiringan lapisan. Sungai bertipe ini adalah Kali Susu.

15
[Type the document title]

3.2 Stratigrafi Daerah Sigeong

Stratigrafi daerah Sigeong tersusun atas 5 satuan batuan tidak resmi


berurutan dari tua ke muda yaitu:

a. Satuan Breksi Waturanda.


b. Satuan Batupasir-Batulempung
c. Satuan Batulempung-Batupasir
d. Satuan Breksi Monomik
e. Satuan Breksi Polimik

Kemudian terdapat satua aluvial yang menindih semua satuan batuan di atas
secara tidak selaras, secara umum ke-5 satuan batuan di atas terendapkan pada
lingkungan laut.

3.2.1 Satuan Breksi Waturanda

Satuan ini berupa breksi dengan sisipan batupasir breksian tersingkap baik
pada dinding sepanjang jalan karangsambung di sebelah timur, menempati sekitar
20% daerah penelitian, tebal + 800 m tersebar di bagian utara daerah penelitian,
sepanjang punggungan homoklin brujul, tersusun atas dua litologi yaitu breksi dan
batupasir breksian.

Gambar 3.8 Singkapan satuan breksi waturanda

16
[Type the document title]

Gambar 3.9 Profil umum satuan breksi waturanda

a. Breksi

Litologi ini dicirikan dengan warna abu-abu gelap, polimik dengan


fragmen dominan batuan volkanik (andesit, basalt vesikuler), batugamping,
batulempung hitam berukuran kerakal-bongkah, menyudut, sortasi buruk,
kemas terbuka, matriks batupasir berukuran kasar-sedang.

Ukuran butir yang besar-besar serta bentuk butir yang menyudut


mengindikasikan bahwa fragmen dari breksi tersebut tidak jauh dari sumber
nya, dominasi batuan volkanik menandakan adanya material volkanik yang
teendapkan kembali (epiclastic), serta komponen batuan lainnya menandakan
jenis batuan sumber sebelumnya, matriks batupasir kasar menandakan bahwa
saat pengendapan mekanisme arus yang bekerja merupakan arus dengan
kecepatan tinggi berdasarkan diagram hjulstrom

Gambar 3.10 Breksi pada satuan breksi waturanda

17
[Type the document title]

b. Batupasir breksian

Batupasir breksian pada satuan breksi waturanda dicirikan dengan warna


abu-abu, pasir kasar- kerikil, menyudut tanggung, sortasi buruk, kemas
terbuka, tersusun atas fragmen batulempung hitam, andesit, basalt vesikuler,
rijang, struktur graded bedding, reverse graded bedding min. sedikit
hornblende (?).

Batupasir ini dijumpai di dekat kontak dengan satuan batuan batupasir-


batulempung, atau bagian top dari satuan breksi waturanda, memiliki struktur
reverse graded bedding kemudian menjadi normal graded bedding, hal ini
menandai bahwa batupasir breksian ini terendapkan dengan mekanisme arus
yang kental (high dense) kemunginan adalah arus turbidit.

Normal graded bedding

Reverse graded bedding

Gambar 3.11 Batupasir breksian pada satuan breksi waturanda

Berdasarkan data yang didapat selama penelitian, maka satuan batuan


breksi waturanda ini terendapkan dengan mekanisme arus turbidit pada
lingkungan laut dalam (submarine fan), penulis menyetarakan satuan breksi
waturanda ini dengan formasi Waturanda berdasarkan Harsolumakso (1996)

18
[Type the document title]

3.2.2 Satuan batupasir-batulempung

Satuan ini merupakan perselingan batupasir-batulempung dengan sisipan


kalkarenit terendapkan selaras di atas satuan breksi waturanda, menempati
sekitar 20% daerah penelitian dengan tebal + 725 m, tersingkap baik di sungai-
sungai kaki punggungan homoklin brujul, sampai ke Kali Sibango. Tersusun
atas tiga litologi yaitu batupasir, batulempung, dan kalkarenit

Gambar 3.12 Singkapan satuan batupasir batulempung di K. Gending

Satuan batupasir-batulempung ini memiliki beragam pola perulangan


yang dapat teramati, secara umum satuan ini memiliki pola lapisan batupasir
menipis keatas (thinning upward) dan menghalus ke atas (fining upward).
Dominasi batupasir menyebabkan sulitnya mengetahui pola perulangan pada
lapisan batulempungnya.

Gambar 3.13 Profil umum satuan batuan batupasir-batulempung

19
[Type the document title]

a. Batupasir

Litologi ini dicirikan dengan berwarna abu-abu, ukuran pasir sedang-halus,


membuundar, sortasi baik, kemas tertutup, matriks karbonatan, fragmen litik
volkanik, litik gamping, min sedikit kalsit, memiliki urut-urutan struktur sedimen
sekuen bouma yaitu graded bedding, paralel laminasi, cross laminasi, wavy
laminasi, dan convolute laminasi.

Gambar 3.14 Sekuen bouma pada batupasir satuan batupasir-batulempung.

Keterdapatan struktur bouma pada perlapisan batupasir menandakan


bahwa batupasir ini terendapkan dengan mekanisme arus turbidit, beberapa
struktur gerusan atau erosional yang terdapat pada bagian alas dari batupasir
menandakan adanya fase pengendapan baru atau mulai nya siklus turbidit yang
dapat menghasilkan sekuen bouma.

b. Batulempung

Litologi ini berlapis tipis- tipis berselingan dengan batupasir, di beberapa


tempat tidak ditemukan atau sangat tipis dibandingkan dengan batupasirnya
dicirikan dengan abu-abu gelap, kompak, tekstur umumnya menyerpih,
karbonatan.

Gambar 3.15 Singkapan batulempung pada satuan batupasir-batulempung


20
[Type the document title]

c. Kalkarenit

Litologi ini hadir sebagai sisipan pada satuan batupasir-batulempung,


keterdapatannya sangat jarang ditemukan, tetapi merupakan penanda awal dari
fase pengendapan satuan ini, karena letaknya yang tidak jauh dari kontak dengan
satuan breksi waturanda, memiliki warna abu-abu terang, pasir sedang-kasar,
membundar tanggung, sortasi baik, kemas tertutup, fragmen foraminifera besar,
setempat terdapat koral, min sedikit kalsit, dan sangat kompak.

Gambar 3.16 Singkapan kalkarenit yang terdapat di K. Karah.

Di beberapa lokasi terdapat struktur sedimen slump yang merupakan


akibat dari longsoran pada slope, mekanisme yang memungkinkan terbentuknya
struktur ini adalah gravity mass flow.

Gambar 3.17 Struktur “slump” yang teramati di K. Keji.

21
[Type the document title]

Berdasarkan data lapangan yang didapat, maka satuan ini terendapkan


dengan mekanisme arus turbidit pada submarine fan, lebih tepatnya pada bagian
proksimal-medial submarine fan karena masih terdapat dominasi batupasir pada
sistem pengendapannya dan kemunculan perlapisan batulempung di beberapa
tempat. Satuan ini disetarakan dengan formasi Penosogan berdasarkan
Harsolumakso (1996)

3.2.3 Satuan Batulempung-batupasir

Satuan batuan ini merupakan perselingan batulempung-batupasir tufan


dengan sisipan kalkarenit dan tuff terendapkan secara selaras di atas satuan
batupasir-batulempung menempati sekitar 30% daerah penelitian tersingkap baik
pada bagian tenggara daerah penelitian yang merupakan dataran rendah.

Gambar 3.18 Singkapan satuan batulempung-batupasir di Luk Ulo

Gambar 3.19 Profil umum satuan batulempung-batupasir

22
[Type the document title]

Tebal satuan ini sekitar + 700 m, tersusun atas 4 litologi yaitu:

a. Batulempung tufan

Batulempung tufan pada satuan ini lebih dominan dibandingkan dengan


batupasir nya, dicirikan dengan berwarna putih, brittle, bertekstur choncoidal
fracture, tekstur choncoidal fracture menandakan bahwa komponen penyusun
pada batulempung tersebut berupa gelas volkanik yang mempunyai sifat
choncoidal fracture, setempat ditemukan material tuf (debu volkanik) merupakan
hasil rombakan dari endapan piroklastik sebelumnya (epiklastik).

Gambar 3.20 Singkapan batulempung tufan dengan tekstur choncoidal fracture.

b. Batupasir tufan

Batupasir tufan pada satuan ini dicirikan dengan warna putih, ukuran butir
pasir sedang-halus, membundar, sortasi baik, kemas tertutup, matriks karbonatan,
fragmen litik volkanik, gelas volkanik, setempat terdapat fosil, kompak. Setempat
terdapat struktur paralel laminasi.

23
[Type the document title]

Gambar 3.21 Singkapan batupasir tufan berlapis dengan struktur paralel laminasi

Struktur paralel laminasi menunjukkan bahwa adanya arus traksi yang


bekerja pada saat pengendapan batupasir ini, bersamaan dengan itu terendapkan
pula sedimen berbutir halus berupa batulempung yang mekanisme nya merupakan
suspensi, hal yang dapat menjelaskan kedua mekanisme pengendapan tersebut
adalah dengan mekanisme arus turbidit, dimana arus traksi berjalan dahulu
kemudian pada fase akhir dari arus turbidit terjadi pengendapan mekanisme
suspensi.

c. Kalkarenit

Kalkarenit pada satuan batuan ini hadir sebagai sisipan, karena


keterdapatannya yang tidak selalu ada, dicirikan dengan warna putih, ukuran
butir pasir sedang, membundar, sortasi baik, kemas tertutup, fragmen fosil,
setempat terdapat struktur paralel laminasi.

Gambar 3.22 Singkapan sisipan kalkarenit diantara perlapisan batulempung tufan

24
[Type the document title]

d. Tuff

Tuff pada satuan ini hanya dijumpai di puncak Desa Tegalsari, dicirikan
dengan putih, abu halus, sortasi baik, kemas tertutup, fragmen gelas volkanik,
kompak.

Perselingan batulempung-batupasir ini didominasi oleh litologi


batulempung, dapat diinterpretasikan bahwa mekanisme pengendapannya juga
didominasi oleh mekanisme suspensi, kehadiran batupasir yang tidak dominan
dapat diinterpretasikan sebagai pengaruh sistem arus traksi dalam pengendapan
satuan ini, oleh karena itu, lingkungan pengendapan yang dapat menggambarkan
keadaan tersebut adalah distal submarine fan. Jarak terjauh dari slope
menyebabkan kecilnya pengaruh arus traksi dan menyisakan arus suspensi
sebagai fase akhir dari arus turbidit. Kehadiran fragmen volkanik yang dominan
pada satuan batuan ini menandakan adanya material volkanik yang terendapkan
kembali (epiklastik) menjadi fragmen dalam satuan batuan ini, begitu juga dengan
keterdapatan tuff.

3.2.4 Satuan Breksi Monomik

Satuan ini menempati sekitar 10 % daerah penelitian, tersingkap baik di Gn.


Cuntang dan sepanjang pinggir jalan sebelah barat daya daerah penelitian,
memiliki ketebalan + 525 m, terendapkan selaras di atas satuan batulempung-
batupasir. Litologi penyusun dari satuan ini hanya breksi yang dicirikan dengan
warna abu-abu gelap, masif, monomik dengan fragmen batuan beku volkanik
berupa basalt vesikuler, andesit berukuran kerakal-bongkah, menyudut, kemas
tertutup, “grain supported”, matriks batupasir berukuran pasir sedang-kasar,
sangat kompak.

Gambar 3.23 Singkapan satuan breksi monomik yang terdapat di Gn. Cuntang

25
[Type the document title]

Gambar 3.24 Profil umum satuan breksi monomik.

Fragmen batuan volkanik yang dominan mencirikan bahwa sumber utama


dari batuan sebelumnya merupakan batuan volkanik, ukuran butir yang sebesar
kerakal-bongkah dan bentuk butir yang menyudut menandakan bahwa lokasi dari
batuan sebelumnya yang tidak jauh. Sortasi yang buruk mencirikan bahwa
mekanisme pengendapan yang terjadi adalah gravity mass flow atau debris flow.
Oleh karena itu lingkungan yang memungkinkan terjadinya mekanisme di atas
adalah submarine fan. Satuan batuan ini disetarakan dengan breksi kemangguan
berdasarkan Harsolumakso (1996)

3.2.5 Satuan Breksi Polimik

Satuan ini merupakan breksi dengan sisipan batupasir tufan menempati


sekitar 7% daerah penelitian, tersingkap baik di hulu Kali Duren pada bagian
barat daya daerah penelitian, memiliki ketebalan + 375 m, terendapkan selaras di
atas satuan breksi monomik. Litlogi penyusunnya terdiri dari breksi dan batupasir
tufan.

Gambar 3.25 Profil umum satuan breksi polimik

a. Breksi

Breksi pada satuan ini dicirikan dengan warna abu-abu terang, polimik
dengan fragmen batulempung, batuan volkanik, batugamping, berukuran kerakal-
bongkah, bentuk butir menyudut, sortasi buruk,matriks batupasir berukuran pasir

26
[Type the document title]

halus sampai batulempung dan bersifat karbonatan, terdapat struktur slump di


beberapa tempat.

Gambar 3.26 Singkapan breksi polimik dengan struktur slump di K.Duren

b. Batupasir tufan

Batupasir tufan pada satuan hadir sebagai sisipan karena keterdapatannya


hanya di beberapa tempat saja, dicirikan dengan warna abu-abu kecoklatan, pasir
halus, membundar, sortasi baik, kemas terutup, fragmen gelas volkanik, matriks
karbonatan.

Gambar 3.27 Singkapan batupasir tufan lapuk terletak di hulu K.Curung

Keterdapatan batupasir tufan pada satuan ini menandakan adanya fase


energi pengendapan, dimana pada saat pengendapan breksi energi
pengendapannya tinggi, sedangkan saat pengendapan batupasir tufan, energi nya
lebih lemah

27
[Type the document title]

Struktur slump yang ditemukan pada satuan batuan ini dapat menandakan
mekanisme pengendapan yang dipengaruhi oleh arus gravitasi, kemungkinan
terjadi pada lingungan dengan morfologi yang dipengaruhi oleh keiringan (slope),
fragmen material volkanik menandakan adanaya bauan sumber yang merupakan
batuan volkanik yang terendapkan kembali menjadi fragmen pada satuan batuan
ini. Lingkungan pengendapan yang memungkinkan terjadinya mekanisme
pengendapan sepert itu adalah submarine fan.

3.2.6 Satuan Aluvial

Satuan ini merupakan satuan yang paling muda di daerah penelititan


menindih secara tidak selaras di atas semua satuan batuan, penyebarannya pun
mengikuti dari morfologi sungai Luk Ulo. Satuan ini dicirikan dengan material
lepas-lepas yang tersusun atas serpentinit, filit, dasit, rijang, konglomerat
berukuran pasir-bongkah, menyudut-menyudut tanggung, di beberapa tempat
satuan ini sudah mulai terendapkan dengan ketebalan + 7 m sebagai hasil dari
proses sedimentasi sungai Luk Ulo itu sendiri.

Gambar 3.28 Satuan Aluvial yang teramati sepanjang sungai Luk Ulo

Berdasarkan pengamatan stratigrafi daerah penelitian secara umum yang


terdiri dari 5 satuan batuan dan satuan aluvial dan dianalisis lingkungan
pengendapan nya berdasarkan data lapangan, maka stratigrafi daerah ini dapat
disajikan dalam bentuk kolom stratigrafi sebagai berikut:

28
[Type the document title]

Gambar 3.29 Kolom Stratigrafi Daerah Sigeong

29
[Type the document title]

3.3 Struktur Geologi Daerah Sigeong

Struktur yang teramati pada daerah penelitian yaitu perlipatan antiklin dan
sinklin, sesar geser, dan sesar naik, semua struktur di atas menandakan daerah
penelitian mengalami deformasi dengan rezim kompresional, berikut adalah
penjelasan dan analisis struktur yang teramati di daerah penelitian:

3.3.1 Antiklin Widoropayung dan Sinklin Penosogan

Penarikan struktur antiklin dan sinklin didasari dari interpretasi


geomorfologi dan dibuktikan dengan data lapangan yang menunjukkan
perubahan arah dip. Berdasarkan data lapangan antiklin widoropayung
merupakan antiklin menujam dengan arah penujaman ke arah timur, dengan
sumbu antiklin memanjang sepanjang barat timur. Sedangkan sinklin penosogan
juga merupakan sinklin dengan jenis sinklin menujam, arah penujaman juga
berarah ke timur, sumbu sinklin ditarik berdasarkan data lapangan yang
menunjukkan perlapisan datar (lampiran MY.5.12).

Gambar 3.30 Kenampakan antiklin widoropayung dan sinklin penosogan pada


peta

30
[Type the document title]

3.3.2 Sesar Geser Kaligending

Penarikan sesar geser kaligending dicurigai dari hasil penarikan batas satuan
batuan yang menunjukkan adanya offset serta dibuktikan dengan data lapangan
yaitu berupa shear fracture, tension fracture, dan slickenside (lampiran MY.9.2)
yang teramati di kali Luk Ulo, berikut adalah data dan hasil analisis struktur untuk
menentukan pergerakan sesar geser Kaligending.

Gambar 3.31 Slickenside yang teramati di kali Luk Ulo

Data slickenside yang teramati ada 2 slickenside, dengan arah pergerakan


relatif yang sama yaitu menganan turun, slickenside 1 memiliki kedudukan bidang
sesar minor N175E/80SW, dan pitch 40SW, sedangkan slickenside 2 memiliki
kedudukan bidang sesar mnor N168E/75SW, dan pitch 42SW.

Sedangkan analisis kinematik berdasarkan dari 18 data shear fracture dan 7


data tension fracture yang teramati di kali Luk Ulo memberikan hasil yang sama
dengan analisis dinamik dari 2 data slickenside

Gambar 3.32 pola penyebaran data SF (kiri) dan TF (kanan) sesar kaligending

31
[Type the document title]

Tension Fracture
N193E/84NW
Bidang sesar
N168E/75SW

Shear Fracture
N2E/71SE

Gambar 3.33 Hasil Analisis kinematik sesar geser kaligending menunjukkan arah
pergerakan sesar menganan turun dengan pitch 71 SW, tegasan utama beraran
NE-SW

Gambar 3.34 Kenampakan struktur sesar kaligending pada peta geologi

32
[Type the document title]

3.3.3 Sesar naik Keji-Krembeng

Penarikan sesar naik Keji-Krembeng didasari dari kelurusan kontur yang


memanjang dari timur ke barat, mulai dari Kali Krembeng, sampai Kali Keji,
kemudian dibuktikan dengan perlapisan yang acak dan hampir tegak di Kali Keji
diinterpretasikan sebagai zona hancuran. Pengambilan data Shear Fracture dan
Tension Fracture dilakukan pada Kali Keji dan Kali Pertapaan untuk
membuktkan sesar naik ini. Kenampakan struktur penyerta sangat banyak
dijumpai di sekitar Kali Keji dan Kali Pertapaan.

Gambar 3.35 Zona Hancuran yang terdapat pada Kali Keji

Gambar 3.36 Perlapisan tegak di Kali Keji (kiri) dan struktur penyerta di Kali
Pertapaan (kanan)
33
[Type the document title]

Analisis kinematik dilakukan dari 36 data shear fracture dan 28 data tension
fracture untuk menentukan arah pergerakan relatif dari sesar naik Keji-Krembeng
ini.

Gambar 3.37 Pola penyebaran SF (kiri) dan TF (kanan) sesar naik Keji-Krembeng

Gambar 3.38 Pola kelurusan Kontur yang memanjang B-T diinterpretasikan


sebagai jurus dari sesar naik

34
[Type the document title]

Tension Fracture
N187E/71NW

Shear Fracture
N31E/72SE

Bidang Sesar
N90E/32SE

Gambar 3.39 Hasil Analisis Kinematik menunjukkan bahwa sesar Keji-Krembeng


memiliki pergerakan relatif naik menganan. Tegasan utama berarah NE-SW

Berdasarkan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa sesar ini selalu


berasosiasi dengan perlipatan, oleh karena itu jenis perlipatan (antiklin) yang
terbentuk akibat sesari ini merupakan fault propagation fold

Gambar 3.40 Ilustrasi terjadinya perlipatan akibat sesar (dalam Sapiie 2005)

35
[Type the document title]

3.3.4 Sesar Geser Peniron

Interpretasi sesar geser peniron ditarik berdasarkan penarikan batas satuan


batuan yang mengalami offset dan pola pergeseran puncak bukit brujul yang
menunjukkan adanya struktur sesar geser ini. Pola
pergeseran puncak bukit brujul menunjukkan arah
relatif pergerakan sesar yaitu menganan, dan
ditemukan pula bukti-bukti offset menganan pada
kali di sekitarnya yang dilewati oleh kelurusan
tersebut.

Gambar 3.42 Offset batupasir


yang ditemukan di K. Karah

Gambar 3.41 Interpretasi


kelurusan sesar geser peniron

Gambar 3.43 Kenampakan sesar geser


peniron pada peta
36
[Type the document title]

3.3.5 Sesar Geser Curung-Luk Ulo

Dugaan awal akan adanya keberadaan sesar didasarkan dari kelurusan


KaliCurung yang menerus sampai Kali Luk Ulo, dan dibuktikan dengan adanya
breksiasi berarah umum N345E di Kali Curung.

Gambar 3.44 Breksiasi dengan arah umum N345E yang terdapat di Kali Curung

Gambar 3.45 Pola kelurusan sungai antara Kali Curung-Luk Ulo

37
[Type the document title]

3.3.6 Sesar Naik Sumbul

Pola kerapatan kontur melingkar yang terdapat di bagian barat daya daerah
penelitian menunjukkan kerumitan struktur yang ada di sana, kondisi singkapan
yang lapuk memberikan data yang kurang representatif. Sesar naik Sumbul
diinterpretasikan sebagai Thrust karena satuan batuan batulempung-batupasir
yang lebih tua dari satuan batuan breksi polimik maupun monomik muncul di
atasnya secara stratigrafi. Oleh karena itu sesar naik Sumbul merupakan sesar
interpretatif untuk menjelaskan bagaimana mekanisme keterdapatan satuan batuan
yang lebih tua di atas yang lebih muda.

Gambar 3.46 Pola kontur/punggungan yang diinterpretasikan sebagai thrust.

38
[Type the document title]

3.4 Sejarah Geologi Daerah Sigeong

Sejarah geologi daerah Sigeong diawali dengan pengendapan satuan batuan


tertua yaitu satuan breksi waturanda pada lingkungan pengendapan submarine fan,
kemudian cekungan mengalami pendalaman sehingga yang pada awalnya
submarine fan dengan dominasi klastika kasar, menjadi proksimal-medial
submarine fan dan mengendapkan satuan batuan batupasir-batulempung dengan
mekanisme arus turbidit, kemudian cekungan mengalami pendalaman sehingga
menjadi distal fan yang membentuk endapan satuan batuan batulempung-
batupasir. Setelah pengendapan satuan batulempung-batupasir cekungan kembali
mengalami pendangkalan sehingga klastika kasar kembali diendapkan satuan
breksi monomik dengan mekanisme debris flow pada submarine fan, kemudian
terjadi beberapa perubahan fase pengendapan baik dari sumber batuan
sebelumnya maupun kondisi fisik dan kimia dari lingkungan pengendapan
tersebut hingga mengendapkan satuan batuan breksi polimik pada lingkungan
submarine fan, proses sedimentasi terus berlangsung mengendapkan sedimen
yang lebih muda hingga tidak ada lagi proses pengendapan di cekungan tersebut.

Kemudian terjadi proses pengangkatan yang menyebabkan tersingkapnya


semua satuan batuan tersebut ke permukaan, proses permukaan berupa erosi dan
sedimentasi terus berlangsung hingga sekarang dan menyebabkan terbentuknya
satuan aluvial sepanjang Sungai Luk Ulo.

39
[Type the document title]

3.5 Potensi Daerah Daerah Sigeong

Potensi geologi yang terdapat di Daerah Sigeong dapat berupa potensi


bahan konstruksi. Sisipan batupasir pada satuan batuan breksi waturanda memiliki
sifat yang sangat keras, masyarakat sekitar pun sudah menambang nya untuk
dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan,
maka daerah yang prospek untukditambang dan dimanfaatkan batuannya untuk
bahan konstruksi adalah bagian atas atau top dari satuan breksi waturanda yang
merupakan batupasir dengan tingkat kekerasan yang baik.

Gambar 3.41. Penambangan batupasir pada satuan breksi waturanda

40
[Type the document title]

BAB IV

KESIMPULAN

 Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan berdasarkan


analisis peta topografi dan foto udara yaitu: Satuan Punggungan
Homoklin, Satuan Perbukitan Lipatan, Satuan Bukit Terisolir, dan Satuan
dataran Aluvial.
 Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi 5 satuan batuan dan endapan
aluvial dari tua ke muda yaitu: Satuan Breksi Waturanda, Satuan
Batupasir-Batulempung, Satuan Batulempung-Batupasir, Satuan Breksi
Monomik, Satuan Breksi Polimik yang semuanya terendapkan pada
lingkungan laut dalam (submarine fan), dan satuan aluvial merupakan
produk dari proses erosi dan sedimentasi resen.
 Struktur geologi daerah penelitian terdiri dari perlipatan dan sesar geser,
serta sesar naik, semua struktur di atas menandakan fase deformasi dengan
rezim kompresional dengan arah tegasan utama relatif NE-SW.
 Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dengan pengendapan satuan
batuan yang dipengaruhi oleh proses pendangkalan ataupun pendalaman
cekungan, kemudian terjadi proses pengangkatan dengan menghasilkan
struktur sesar dan perlipatan, proses permukaan terus terjadi sampai
sekarang membentuk morfologi daerah penelitian menjadi seperti saat ini.
 Potensi daerah penelitian yang ditemukan berupa potensi bahan baku
bangunan, yaitu pada satuan breksi waturanda, sisipan batupasirnya dapat
digunakan sebagai material konstruksi karena bersifat keras / kompak.

41
[Type the document title]

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak
diterbitkan.

Fahmi, A. D., 2007, Analisis Kestabilan Lereng Batugamping dengan Menggunakan


Metode Kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan di Desa Nonkosepet, Kecamatan
Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Skripsi Sarjana S-1, Program Studi
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung (tidak diterbitkan).

Hadiyansyah, D., 2005, Karakteristik Struktur Formasi Karangsambung, Daerah


Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan Karangsambung-Karanggayam,
Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Skripsi Sarjana S-1, Program Studi
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung (tidak diterbitkan).

Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R., Dardji Noeradi,
dan Chalid I. Abdullah, 1996, Karakteristik Struktur Melange di Daerah Luk Ulo,
Kebumen, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Geoteknologi III, hal. 441-
442.

42
[Type the document title]

LAMPIRAN

43

Anda mungkin juga menyukai