Anda di halaman 1dari 5

Pertiwi Permata Putri, Khairun Nisa, Riyan Wahyudo|Program Olahraga Renang: Intervensi Non-Farmakologis yang Efektif

pada Asma Anak

Program Olahraga Renang: Intervensi Non-Farmakologis yang Efektif pada


Asma Anak
Pertiwi Permata Putri1, Khairun Nisa2, Riyan Wahyudo2
1Mahasiswa Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang prevalensinya terus meningkat terutama pada anak dan berkaitan erat
dengan riwayat atopi. Asma pada anak mungkin dapat mempengaruhi produktivitas anak di sekolah karena seringnya
terjadi serangan yang mengganggu aktivitas anak, sehingga asma pada anak merupakan permasalahan serius yang
membutuhkan upaya tatalaksana yang tepat. Tatalaksana pada asma anak terdiri dari tatalaksana farmakologi dan non-
farmakologi, dimana salah satu tatalaksana non-farmakologinya yaitu program latihan fisik atau olahraga. Renang
merupakan salah satu olahraga yang baik untuk anak dengan asma karena lebih kecil kemungkinannya untuk mencetuskan
serangan asma dibanding olahraga lain. Program olahraga renang sebagai terapi non-farmakologi asma anak menunjukkan
perbaikan yang signifikan pada Peak Expiratory Flow Rate (PEFR), dimana PEFR sebagai parameter terkontrol tidaknya
asma. Perbaikan PEFR berbanding lurus pada perbaikan beberapa aspek, seperti berkurangnya frekuensi serangan,
berkurangnya jumlah hari dengan keluhan wheezing, berkurangnya ketergantungan akan obat serta kunjungan ke rumah
sakit, berkurangnya frekuensi rawat inap, dan menurunnya angka absensi sekolah. Olahraga renang merupakan salah satu
latihan fisik yang sangat berguna terhadap asma anak karena menunjukkan perbaikan pada beberapa parameter penyakit
asma, sehingga renang dapat menjadi alternatif intervensi non-farmakologi yang efektif pada asma anak.

Kata kunci: Asma anak, latihan fisik, PEFR, program olahraga renang.

Swimming Training Programme: An Effective Non-Pharmacological


Intervention for Pediatric Asthma
Abstract
Asthma is an atophy-related chronic respiratory disease with increasing prevalence, especially in pediatric. Pediatric asthma
may decreased the children’s productivity at school because of the sudden attack that disrupt their activity. Therefore,
pediatric asthma is a serious health problem that has to be treated correctly. There are pharmacological treatment and
non-pharmacological treatment for pediatric asthma, one of non-pharmacological treatment is doing exercise or physical
training. Swimming is one of physical training which is suitable for children with asthma, as it is less likely to trigger asthma
than other forms of exercise. Swimming training programme as non-pharmacological therapy for pediatric asthma has
shown significant improvement in Peak Expiratory Flow Rate (PEFR), as one of the parameter of asthma monitoring. The
improvement of PEFR impacts some aspects, such lower frequency of attacks, less of wheezing days, less of days requiring
medication and emergency room visits, lower rate of hospitalization, and less days absent from school. Swimming appears
to be a useful form of exercise for asthmatics, so that swimming may be an effective non-pharmacological intervention for
the children with asthma.

Keywords: Pediatric asthma, PEFR, physical training, swimming training programme.

Korespondensi: Pertiwi Permata Putri, alamat Jl. Embun Blok E13 No. 2 Kemiling Bandar Lampung, HP 082307446699,
e-mail pertiwi.permata@gmail.com

Pendahuluan 3,8%, dan 5-14 tahun sebesar 3,9%.


Asma merupakan penyakit respiratorik Sementara di seluruh dunia, penderita asma
kronis yang tergolong sebagai penyakit tidak diperkirakan sejumlah 300 juta orang
menular namun sering terjadi pada anak, berdasarkan data dari World Health
berkaitan erat dengan riwayat atopi, dengan Organization (WHO) tahun 2002, dengan
angka kejadian yang terus meningkat.1 Angka persentase sekitar 1-18% dari populasi di
kejadian asma pada anak dan bayi yaitu seluruh dunia menurut Global Initiative for
sebesar 10-85%, sehingga dikatakan lebih Asthma (GINA) tahun 2011.3,4
tinggi dibandingkan oleh orang dewasa yaitu Pengaruh asma terhadap aktivitas
10-45%.2 Berdasarkan data dari Riset penderita bergantung dari derajat
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, keparahannya. Asma yang ringan mungkin
prevalensi asma di Indonesia pada anak usia masih tidak mengganggu aktivitas, namun
<1 tahun sebesar 1,5%, 1-4 tahun sebesar asma yang menetap dapat menyebabkan

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 37


Pertiwi Permata Putri, Khairun Nisa, Riyan Wahyudo|Program Olahraga Renang: Intervensi Non-Farmakologis yang Efektif
pada Asma Anak

produktivitas menurun.5 Berdasarkan bahwa olahraga renang dapat menurunkan


penelitian di 29 sekolah dasar di Nottingham, gejala asma dengan cukup signifikan.9
Inggris, sebanyak 7% anak harus absen dari
sekolah karena episode wheezing.6 Asma Isi
masih menjadi perhatian penting terutama Asma merupakan gangguan inflamasi
pada anak memperhatikan dampak yang kronis pada saluran napas yang berkaitan
ditimbulkan. dengan riwayat atopi.10 Prevalensi asma terus
Berdasarkan beberapa panduan meningkat di banyak negara, terutama pada
diagnosis asma anak, sampai saat ini, masih anak-anak.10 Di Indonesia, berdasarkan data
disepakati bahwa hiperreaktivitas bronkus dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
adalah bukti objektif untuk diagnosis asma 2013, prevalensi asma di Indonesia pada anak
anak, serta penurunan toleransi terhadap usia <1 tahun sebesar 1,5%, 1-4 tahun sebesar
aktivitas fisik atau timbulnya gejala batuk di 3,8%, dan 5-14 tahun sebesar 3,9%.3
malam hari.11 Gejala khas pada asma anak Walaupun tidak banyak laporan kasus asma
adalah wheezing, napas pendek, sesak napas, yang mengharuskan rawat inap atau sampai
dan batuk yang terjadi bervariasi dari segi menyebabkan kematian, tetapi asma masih
waktu dan intensitas.10 Beberapa faktor dapat dianggap sebagai masalah serius yang
memicu terjadinya serangan atau merugikan, seperti berkurangnya
10
memperburuk asma, seperti infeksi virus, produktivitas dan lain-lain. Pada anak,
alergen, asap rokok, latihan, dan stres, serta penyakit asma dapat mempengaruhi masa
konsumsi obat-obatan.12 pertumbuhan. Anak dengan asma sering
Patogenesis asma terus berkembang mengalami serangan yang mungkin
dari waktu ke waktu. Pertama, yang menjadi berpengaruh pada prestasi belajarnya di
dasar patogenesis asma adalah terjadinya sekolah.2 Berdasarkan penelitian Hill, Standen,
bronkokonstriksi, kemudian berkembang dan Tattersfield, 7% anak dengan asma
menjadi proses inflamasi kronis, dan yang kehilangan waktu belajar di sekolah karena
terakhir disertai remodelling selain dari timbulnya wheezing.6
inflamasi tersebut. Perkembangan
patogenesis ini sangat berkaitan dengan Tabel 1. Prevalensi penyakit asma di Indonesia
penatalaksanaan asma, sehingga telah banyak tahun 2013, menurut karkteristik kelompok usia3
upaya yang dilakukan untuk mengatasi asma.7 Kelompok Umur Prevalensi
Penatalaksanaan asma berfokus pada <1 1,5
penanganan jangka panjang namun tetap 1-4 3,8
memperhatikan serangan akut atau 5-14 3,9
perburukan gejala. Terdapat penatalaksanaan 15-24 5,6
farmakologi dan non-farmakologi untuk 25-34 5,7
mengatasi asma. Salah satu tatalaksana non-
35-44 5,6
farmakologi yaitu penerapan pola hidup sehat,
45-54 3,4
seperti berhenti merokok, menghindari
kegemukan, dan melakukan latihan fisik rutin 55-64 2,8
atau berolahraga. 5,8 65-74 2,9
Beberapa penelitian menyatakan bahwa 75+ 2,6
latihan fisik pada anak dengan asma memiliki
banyak manfaat, seperti meningkatnya Diagnosis asma anak tidak selalu
kebugaran; berkurangnya angka absensi di mudah. Beberapa kriteria diagnosis masih
sekolah, rawat inap dan kunjungan dokter, memiliki kelemahan masing-masing. Sampai
hari-hari bergejala, dan kebutuhan akan saat ini, masih disepakati bahwa
kortikosteroid inhalan; semua itu berbanding hiperreaktivitas bronkus adalah bukti objektif
lurus dengan peningkatan kualitas hidup untuk diagnosis asma, termasuk pada asma
pasien anak. Salah satu latihan fisik yang bisa anak. Penurunan toleransi terhadap aktivitas
dilakukan adalah olahraga renang. Penelitian fisik atau timbulnya gejala batuk di malam
di Milwaukee tahun 2003 menunjukkan hari.11

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 38


Pertiwi Permata Putri, Khairun Nisa, Riyan Wahyudo|Program Olahraga Renang: Intervensi Non-Farmakologis yang Efektif
pada Asma Anak

Gejala khas pada asma anak adalah kegemukan, dan melakukan latihan fisik rutin
wheezing, napas pendek, sesak napas, dan atau berolahraga.5,8
batuk yang terjadi bervariasi dari segi waktu Latihan fisik telah menunjukkan
dan intensitas.10 Beberapa faktor yang dapat perbaikan pada sistem kardiorespirasi. Apabila
memicu terjadinya serangan atau perbaikan sistem kardiorespirasi merupakan
memperburuk gejala, diantaranya: infeksi faktor penentu berkurangnya gejala dan
virus, alergen, asap rokok, latihan, dan stres. meningkatnya kualitas hidup pasien, maka
Bisa juga dipicu oleh konsumsi obat-obatan latihan fisik diharapkan dapat memberi
seperti beta-blocker, aspirin, OAINS, dan dampak yang menjanjikan. Dugaan sementara
lainnya.12 adalah terdapat hubungan dosis-respon
Berdasarkan Tabel 1, angka kejadian antara intensitas latihan fisik dengan gejala
asma pada anak yang cukup tinggi serta usia asma yang berkurang, sehingga diduga anak
yang variatif menjadikan penatalaksanaan yang menjalani latihan fisik intensitas berat
asma anak sebagai permasalahan yang tidak akan mengalami perbaikan gejala yang lebih
mudah.13 Diperlukan suatu upaya banyak. Perlu diperhatikan latihan fisik yang
penatalaksanaan yang tepat untuk anak dipilih diharapkan aman dan dapat ditoleransi
semua usia dengan minimal efek samping dan oleh anak dengan asma berat sekalipun.9
hasil efektif. Renang merupakan salah satu olahraga
Upaya penatalaksanaan asma bisa intensitas berat dengan energi yang
berupa talaksana farmakologi dan non- dibutuhkan sebesar 8-10 metabolik ekuivalen
farmakologi. Tatalaksana farmakologi yaitu (METs). Pada penelitian di Milwaukee,
penggunaan obat-obatan pelega (reliever) dan intervensi renang pada anak asma adalah
pengontrol (controller), seperti agonis β2, kombinasi antara renang dengan latihan
kortikosteroid inhalasi, leukotrien, kromolin kebugaran. Setiap kelompok renang memiliki
dan nedokromil, teofilin, serta kortikosteroid 4-6 pelatih yang tersertifikasi. Pertama,
oral. Sementara tatalaksana non-farmakologi pelajaran renang selama 30 menit dengan
meliputi edukasi pasien, pengukuran dengan format American Red Cross. Kedua, renang
peak flow meter, identifikasi dan selama 30 menit dengan porsi Swim Team,
mengendalikan faktor pencetus, pemberian dibagi menjadi 4 fase: interval training,
oksigen, banyak minum untuk menghindari endurance training, relay races, dan water
dehidrasi terutama pada anak-anak, kontrol game. Penelitian ini menyatakan bahwa
secara teratur dan penerapan pola hidup olahraga renang yang disupervisi tetap aman
seperti berhenti merokok, menghindari sekalipun dalam intensitas berat dan memiliki
efek terapi pada anak dengan asma.9

Tabel 2. Efek klinis dan fisiologis program olahraga renang15


Referensi Program Latihan Kontrol Hasil
50 menit 2x/minggu selama 10 minggu; Tidak ada perubahan
Schnall, Ford, & Gillam (1982) Matched
berenang vs olahraga darat vs kombinasi morbiditas
Svenonius, Kautto, & 60 menit 2x/minggu selama 3-4 bulan;
Self-selected EIB lebih sedikit
Arborelius (1983) intermiten
Mitsubayashi (1984) 6 bulan berenang Tidak EIB lebih sedikit
Tanizaki, Komagoe, & Sudo 3 bulan berenang, di pemandian air Penggunaan steroid
Tidak
(1984) panas berkurang
Renang selama beberapa tahun
Szentagothal, Gyene, & Morbiditas dan absensi
ditambah gymnasium dan outdoor Tidak
Szocska (1987) sekolah menurun
running
Morbiditas dan absensi
Huang et al. (1989) 60 menit 3x/minggu untuk 2 bulan Random
sekolah menurun
Peningkatan kapasitas
Mastsumoto et al. (1999) 15 menit 2x/hari selama 6 minggu Matched
aerobik
Morbiditas dan absensi
Wardell & Isbister (2000) 1x/minggu selama 2 tahun Tidak
sekolah menurun

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 39


Jika dibandingkan dengan olahraga lain, olahraga dengan posisi horizontal atau
renang memiliki asmogenisitas yang lebih berbaring lebih mampu meningkatkan aliran
rendah. Asmogenisitas adalah kemampuan darah dibanding olahraga dengan posisi
untuk mencetuskan serangan asma.15 Renang vertikal atau berdiri. Hal ini dikarenakan
membantu perbaikan fisik pada anak asma terjadinya peningkatan difusi dan ventilasi
dengan meningkatkan volume paru dan dalam tubuh, yang lebih efisien pada olahraga
mengembangkan teknik pernapasan yang lebih yang dilakukan di air dibanding di darat. Posisi
baik. Selain itu, renang sangat baik dari segi tersebut juga dapat memicu lower respiratory
psikologis karena menimbulkan rasa senang heat loss (RHL). Ketiga, vasokonstriksi perifer
pada anak yang menjalani renang sebagai selama olahraga renang meningkatkan volume
terapi asma. Dengan kata lain, upaya darah sentral, yang memungkinkan
penatalaksanaan asma menjadi lebih mudah berkurangnya RHL dan EIB. Selain 3 mekanisme
dijalani oleh anak sehingga tujuan dapat tersebut, terdapat banyak lagi mekanisme lain
tercapai.11 yang hingga saat ini masih terus dilakukan
Berdasarkan Tabel 2, program olahraga penelitian.11
renang menunjukkan hasil yang baik seperti
berkurangnya penggunaan steroid, Ringkasan
menurunnya morbiditas, dan menurunnya Asma merupakan penyakit respiratorik
angka absensi sekolah. kronis yang khas dengan proses inflamasi yang
Penelitian di California dengan berkaitan dengan riwayat atopi.7 Beberapa
pemberian olahraga renang selama 6 minggu gejala asma seperti wheezing, napas pendek,
sebagai terapi pada asma anak menunjukkan sesak napas, dan batuk yang terjadi bervariasi
perbaikan yang signifikan dimana terdapat dari segi waktu dan intensitas.10 Beberapa
peningkatan Peak Expiratory Flow Rate (PEFR). faktor dapat memicu terjadinya serangan atau
Menurut Panduan National Heart Lung Blood memperburuk asma, seperti infeksi virus,
Institute (NHLBI), PEFR merupakan pengukuran alergen, asap rokok, latihan, dan stres, serta
sederhana terkontrol tidaknya asma. Untuk konsumsi obat-obatan.12 Prevalensi asma
asma derajat ringan sampai sedang persisten meningkat dari waktu ke waktu terutama pada
pada pasien di bawah 20 tahun bisa dimonitor anak sehingga membutuhkan upaya
PEFR.14 1
tatalaksana yang tepat. Terdapat tatalaksana
Penelitian acak terkontrol pada anak farmakologi dan non-farmakologi pada asma
dengan asma di Taiwan menilai efek dari anak, dimana salah satunya tatalaksana non-
olahraga renang selama 6 minggu terhadap farmakologi yaitu program latihan fisik atau
fungsi paru dan derajat asma. Anak yang olahraga.5,8 Renang merupakan salah satu
mengikuti renang tidak menunjukkan olahraga yang baik untuk anak dengan asma
perbaikan pada uji spirometri tetapi karena lebih tidak mungkin memicu serangan
menunjukkan perbaikan signifikan pada PEFR asma dibanding olahraga lain.11 Program
dan gejala asma. Pada kelompok perlakuan, olahraga renang sebagai terapi non-
terdapat perbaikan signifikan dari PEFR setelah farmakologi asma pada anak menunjukkan
3 minggu (300 L/min, 95% CI: 281–319 vs. 237 perbaikan yang signifikan pada PEFR, dimana
L/min, 95% CI: 224–250, P <0.05) dan setelah 6 PEFR sebagai parameter terkontrol tidaknya
minggu (330 L/min, 95% CI: 309–351 vs. 252 asma.14 Selain itu renang juga memberikan
L/min, 95% CI: 235–269, P <0.01) dibandingkan dampak lain, seperti berkurangnya frekuensi
dengan kelompok kontrol.11 serangan, berkurangnya jumlah hari dengan
Beberapa mekanisme diajukan untuk keluhan wheezing, berkurangnya
menjelaskan hal tersebut. Pertama, inspirasi ketergantungan akan obat serta kunjungan
udara kering yang merupakan pencetus rumah sakit, dan menurunnya angka absensi
exercise-induced broncho-constriction (EIB), sekolah.11
dapat disebabkan oleh banyaknya uap udara
yang dingin atau karena peningkatan Simpulan
osmolaritas mukus di saluran napas. Pada Renang dapat menjadi intervensi non-
olahraga renang, udara yang diinspirasi farmakologi yang efektif untuk asma pada anak
cenderung lebih lembab sehingga kecil karena menunjukkan perbaikan pada beberapa
kemungkinan terjadi serangan. Kedua, parameter penyakit, salah satunya adalah
Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 40
PEFR. Peningkatan PEFR berbanding lurus Majalah Kedokteran Indonesia.
dengan perbaikan beberapa aspek, seperti 2005;55(3):237-43.
berkurangnya frekuensi serangan, 8. Kementerian Kesehatan Republik
berkurangnya jumlah hari dengan keluhan Indonesia. Tatalaksana Asma.
wheezing, berkurangnya ketergantungan akan Jakarta:Kemenkes RI; 2007.
obat serta kunjungan ke rumah sakit, 9. Weisgerber M, Webber K, Meurer J,
berkurangnya frekuensi rawat inap, dan Danduran M, Berger S, Flores G. Moderate
menurunnya angka absensi sekolah 11,14 and vigorous exercise programs in
children with asthma: safety, parental
Daftar Pustaka satisfaction, and asthma outcomes.
1. Rahajoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B, Pediatric Pulmonology. 2008;43:1175-82.
Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma 10. Global Strategy For Asthma Management
Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit and Prevention. USA: Global Initiative for
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. Asthma; 2017.
2. Oemiati R, Sihombing M, Qomariah. 11. Wang JS, Hung WP. The effects of a
Faktor-faktor yang berhubungan dengan swimming intervention for children with
penyakit asma di Indonesia. Media Litbang asthma. Asian Pasific Society of
Kesehatan. 2010. Respirology. 2009;14:838-42.
3. Kementerian Kesehatan Republik 12. Global Strategy For Asthma Management
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar and Prevention. Pocket Guide for Asthma
2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013. Management and Prevention. USA: GINA;
4. Kementerian Kesehatan Republik 2017.
Indonesia. InfoDATIN (Pusat Data dan 13. Akib A. Asma pada Anak. Sari Pediatri.
Informasi Kesehatan RI). Jakarta: 2002;4(2):78-82.
Kemenkes RI; 2013. 14. Chan M, Sitaraman S, & Dosanjh A.
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asthma control test and peak expiratory
Konsensus Asma - Pedoman Diagnosis dan flow rate: independent pediatric asthma
Penatalaksanaan di Indonesia. management tools. Journal of Asthma.
Kementerian Kesehatan Republik 2009;46:1042–44.
Indonesia. Jakarta: PDPI; 2003. 15. Rosimini C. Benefits of swim training for
6. Hill RA, Standen PJ, Tattersfield AE. children and adolescents with asthma.
Asthma, wheezing, and school absence in Journal Of The American Academy Of
primary schools. Archives of Disease in Nurse Practitioners. 2003;5(6):247-52.
Childhood. 1989;64:246-51.
7. Supriyatno B. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak.

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 41

Anda mungkin juga menyukai