Perbaikan Makalah
Oleh:
Abdul Hafiz
Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.H.M. Atho Mudzar
Diskursus tentang agama dan negara selalu menjadi tema hangat dan
menarik banyak kalangan, baik para intelektual Islam maupun para orientalis.
konstelasi dan tarik ulur perdebatan baik dalam dataran wacana maupun
politik praktis. Belum lagi apabila dihadapkan pada realitas sifat evolusioner
kehidupan yang tentu saja masalah dan tantangan baru selalu bermunculan.
Dari perspektif ini, relasi Islam dan negara berada dalam locus yang
tokoh mengulas tentang relasi agama dan negara serta konsep-konsepnya. Hal
1
B. Pengertian Agama dan Negara
Agama berasal dari kata a yang berarti tidak, gama yang berarti kacau atau
kocar-kacir, jadi agama itu tidak kacau atau teratur, rapi dan tidak berantakan.
Dalam agama manusia mempercayai adanya Yang Maha Suci dan Yang Maha
diri dalam kerapihan dengan satu sistem yang disebut Islam… Islam sebagai
samawi yang mempunyai trias azazi dari pokok ajarannya yaitu aqidah,
mengurus negara dalam Islam adalah satu cabang dari pokok dasar ajarannya,
syari’at. Kebenaran dan keadilan mutlak hanyalah dari sisi Allah SWT. Maka
Islam tidak menerima teori pemisahan agama dengan negara, sebab Islam
menuntut umatnya agar melaksanakan syari’at secara utuh, meliputi tata cara
beribadah dan muamalah yakni hidup secara individu (hablum min Allah) dan
1
Jamaluddin Kafie, Islam Agama dan Negara, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1983), h. 17-21
2
dibebani tanggung jawab untuk menyampaikan amanah terhadap Tuhannya,
iman, tetapi juga mengatur prilaku kehidupan umat manusia dari berbagai
keamanan.
agama dengan seperangkat ritual, atau sebagai suatu hukum dengan daftar yang
berisi anjuran dan larangan, tetapi sebagai pandangan dunia holistik yang
Perspektif Islam ada dalam setiap usaha manusia, lebih-lebih, Islam berurusan
2
Ibid., h. 21-22
3
Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa, (Bandung: Pustaka, 1987), Cet. ke-I, h. 12
4
Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam, (Bandung: Pustaka, 1987), Cet. ke-I, h. 12
3
instrumental, etis, estetis dan eskatologis, yang semuanya mencerminkan dan
yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, Islam adalah suatu usaha
menyeluruh.5
hukuman seperti hukum pancung, rajam dan potong tangan dan sebagainya.
Tetapi Islam merupakan seluruh kegiatan manusia dari hal yang paling kecil
ibadah yang menghubungkan ikatan segenap umat manusia antara yang satu
umat yang dijiwai oleh kesatuan rohani. Sedang pengertian negara adalah
himpunan suatu bangsa yang bercita-cita menegakkan hak dan keadilan bagi
5
Ibid., h. 59-60
6
Mustafa As-Siba’i, Agama dan Negara, Studi Perbandingan Antara Yahudi-Kristen dan
Islam, (Jakarta : Media Da’wah, 1983), Cet., 1, h. 7
4
Demikianlah, dari berbagai pendapat tersebut di atas jelas menunjukkan
bahwa antara agama dan negara mempunyai hubungan yang sangat erat dan
manusia, maka agama merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
rangka menegakkan prinsip tersebut yang dilandasi iman, akhlak dan syari’ah.
mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk mencapai tujuan itu. Untuk itu
terpenting dari agama (Islam), bahkan lebih dari itu, tanpa mengurusi masalah-
Artinya, tanpa adanya negara, agama tidak akan dapat mewujudkan dan
Tanpa negara, agama tidak akan berlaku, sebab tidak ada suatu lembaga
7
S. Waqar Ahmed Husaini, Sistem Pembinaan Masyarakat Islam, (Bandung: Pustaka,
1983), Cet. ke-I, h. 217
5
Dengan begitu, agama hanya merupakan suatu faham yang berurusan dengan
negara adalah suatu perjuangan untuk merealisir hal-hal yang spiritual dalam
organisasi manusia.8
diantara pakar-pakar Islam hingga kini, yang diilhami oleh hubungan yang
agak canggung antara Islam sebagai agama (din) dan negara (dawlah) menurut
politik. Islam memberikan pandangan dunia dan makna hidup bagi manusia
termasuk bidang politik. Dari sudut pandang ini, maka pada dasarnya dalam
Islam tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Akhirnya ditemukan
1. Paradigma integralistik.
Konsep ini menegaskan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama
8
Ibid.
6
dan politik (negara). Paradigma integralistik ini dianut oleh kelompok Islam
Syi’ah.
2. Paradigma Simbiotik.
3. Paradigma sekularistik.
dan negara. Agama dan negara merupakan dua (2) bentuk yang berbeda dan
keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan
Tidak ada satupun langkah dan lapangan hidup manusia di dunia ini
yang dapat dipisahkan dari agama (sebagai pedoman hidup), manusia hanya
dapat memilih antara dua faham, yang berdasarkan agama atau yang non
agama (sekularisme).
hubungan agama (gereja) dengan negara. Hubungan itu sebagai suatu proses
7
maka pada zaman renaissance di Eropa merupakan suatu epilog terjadinya
perebutan hegemoni antara Gereja dan negara. Ketika itu Eropa baru saja
umat Islam. Meskipun perang besar itu telah dikerahkan oleh Gereja, ironisnya
tersebut tidak lain adalah kebebasan berpikir yang masa itu sedang berkembang
(Gereja) dan setelah abad reformasi agama (1453) beberapa bidang hidup
yang mana baik Gereja atau umat Kristen tidak berhak untuk campur tangan
dalam politik, perdagangan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Kurun abad
lapangan yang sempit. Dan pada babakan selanjutnya negara mengambil alih
8
kebutuhan non materialnya, maka para penganut sekularisasi menganjurkan
melepaskan diri dari agama, maka suatu negara akan mengalami kemajuan
dalam segala bidang kehidupan, baik di bidang sosial, politik, ekonomi dan
sekularisme radikal.
bahwa agama merupakan musuh yang harus dimusnahkan, sebab agama hanya
Islam.
9
Islam tidak memberikan tempat bagi sekularisme, Karena agama wahyu
ini memang tidak mengenal dikotomi antara kehidupan secara tegar antara
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, antara yang profan dan yang sakral,
antara imanen dan transedental. Universalitas dan sentralitas Islam bagi kaum
tidak dapat ditawar lagi. Doktrin Nasrani yang menyatakan “berikan kepada
sang kaisar apa yang menjadi hak kaisar; dan berikan kepada Tuhan apa yang
menjadi hak Tuhan”, sama sekali tidak dikenal dalam agama Islam.9
agama yang bagi umat beragama merupakan satu kepercayaan hidup, berbeda
dengan faham non agama, dapat diterima oleh akal dan memberikan tujuan
perorangan. Agama juga memberikan dasar yang tetap yang tidak berubah.
Untuk itu segala yang bergerak dan berubah harus mempunyai dasar yang
tetap, harus mempunyai tempat kembali atau point of refrence. Bila tidak ada
dasar yang tetap itu, maka krisis dan bencana akan timbul.
memahami dengan benar apa yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadits,
harus meyakini bahwa hanya kedua sumber Islam itulah yang dapat
memberikan garis kehidupan yang jelas dan tegas bagi hidup dan kehidupan
9
Amin Rais, op.cit., h. 126
10
“Adalah kehendak Allah yang harus dijadikan sumber hukum dalam suatu
masyarakat Islam, bukan kehendak manusia. Skema atau kode kehidupan yang
skema kehidupan yang lengkap dan suatu tata sosial yang serba mencakup,
dimana tidak ada yang tidak bermanfaat dan tiada yang kurang.10
merupakan satu kesatuan yang utuh, yang harus diterima dan dilaksanakan
secara utuh pula. Syari’ah adalah tata nilai yang meliputi seluruh aspek
Maka apabila Islam dipelajari secara utuh dan selektif, menurut penulis,
akan terlihat bahwa dalam syari’ah Islam tidak ada pemisahan antara urusan
dunia dan urusan akhirat. Kehidupan dunia dimulai sejak pertama kali manusia
dilahirkan di atas bumi ini, dengan ditandai ratap tangis bahagia. Maka setelah
nafas terlepas dari tubuh, jasad telah kaku dan dimasukkan kembali ke dalam
Untuk itu Islam haruslah dipandang sebagai satu jalinan terpadu yang
melingkari hidup dan kehidupan manusia, yang berpusat pada satu sistem
ajaran moral. Maka sejauh mata memandang, ajaran Islam adalah mencakup
10
Ibid., h. 51
11
Bila kita lihat lembaran sejarah Islam, dari sejak zaman Rasulullah
SAW, Khulafaur Rasyidin dan para Tabi’in, kita akan mendengar dan
dari setiap aktivitas umat Islam di waktu itu tidak dapat dibedakan yang mana
urusan agama dan yang mana urusan dunia (kenegaraan), sebab shalat, puasa,
perdagangan dan lain sebagainya semuanya adalah ibadah kepada Allah SWT,
Islam tidak terpisah sebagai agama dan negara. Islam berbeda dengan agama-
agama lain, karena Islam mempunyai kitab suci al-Qur’an dan Hadis sebagai
dimana faham non agama bukanlah bersumber dari wahyu Illahi, melainkan
ciptaan manusia sendiri. dari perbedaan itu sekaligus kita dapat melihat
faham non agama dengan isme-isme tertentu. Dari uraian tersebut di atas,
jelaslah bahwa agama mempunyai nilai lebih dari faham non agama.
agama-agama lain, Islam adalah agama yang meliputi seluruh aspek kehidupan
12
ekonomi keuangan, masalah individu dan keluarga, pendidikan dan pengajaran,
Dalam pandangannya, terlalu sempit waktu dan kertas ini bila kita ingin
membicarakan ciri khas ajaran Islam yang komplit itu. Islam menurut
Jamaluddin, adalah agama yang mengatur tata cara hubungan dengan Allah
dan tata cara hubungan dengan sesama manusia, antara hablum min Allah dan
pemisahan antara urusan dunia dan urusan akhirat, urusan lahir dan urusan
batin, jasmani dan rohani, materil dan sprituil… pokok pangkal segala urusan
manusia untuk senantiasa suci, baik diri maupun hati, sebab Allah tidak
memandang manusia dari wajah dan rupa, melainkan dari hatinya. 12 Islam juga
menuntut manusia yang mukallaf untuk menjaga jasad dan batinnya melalui
11
Jamaluddin Kafie, Islam Agama Dan Negara, op.cit., h. 88-89
12
M. Abduh, Risalatu’t Tauhid, (Mesir : Al-Manar, 1353 H), Terj. Firdaus A. N. Risalah
Tauhid, (Jakarta : Bulan Bintangm 1996), Cet. 10
13
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putera, 1989),
h. 635
13
Islam pun mengangkat martabat orang kaya yang pandai bersyukur
sama dengan martabat orang fakir yang sabar. Masih banyak lagi kelebihan dan
Islam politik (Political Islam) pada masa kemerdekaan samapai pada pasca
basis kebangsaan Negara. Intinya pada masa ini Negara mencurigai Islam
sebagai ancaman dan di cap sebagai kekuatan “ekstrem kanan” yang potensial
Islam.
Ada beberapa alasan mengapa tiba-tiba Negara bisa begitu mesra atau
kekuatan yang tidak bisa diabaikan yang pada akhirnya bila diletakan pada
posisi pinggiran akan menimbulkan masalah politik yang sangat rumit. Oleh
14
karena itu sudah sewajarn ya diakomodasi, sehingga kemungkinan konflik
sejumlah figure yang tidak terlalu fobia terhadap Islam, bahkan memiliki
dasar keislaman yang sangat kuat sebagai akibat dari latar belakangnya,
missal B.J Habibie, Emill Salim, dan lain sebgainya. Mereka tentu saja
berperan dalam membentuk sikap politik pemerintah paling tidak untuk tidak
menjauhi Islam. Dan ketiga, adanya perubahan persepsi orientasi, sikap dan
belanda, jepang, masa kemerdekaan, masa orde lama dan orde baru, masa
wasiat. Namun pada aspek hukum lain seperti pidana islam, perdata islam
melalui perjalanan yang panjang, di era ini setidaknya hukum Islam mulai
menempati posisinya secara perlahan tapi pasti. Lahirnya Ketetapan MPR No.
15
suatu daerah di Indonesia, dan bahwa peraturan itu dapat mengesampingkan
Lebih dari itu, disamping peluang yang semakin jelas, upaya kongkrit
membuahkan hasil yang nyata di era ini. Salah satu buktinya adalah Undang-
Dengan demikian, saat ini, terbuka peluang yang luas bagi sistem
hukum baru yang bersumber dan berlandaskan sistem hukum Islam, untuk
kemudian dijadikan sebagai norma hukum positif yang berlaku dalam hukum
Nasional kita.
16
Penutup
Era reformasi yang penuh keterbukaan tidak pelak lagi turut diwarnai
oleh tuntutan-tuntutan umat Islam yang ingin menegakkan Syariat Islam. Bagi
penulis, ide ini tentu patut didukung. Namun sembari memberikan dukungan,
perlu pula kiranya upaya-upaya semacam ini dijalankan secara cerdas dan
perjuangan penegakan Syariat Islam sendiri adalah jalan yang panjang dan
itu hanya akan menjelma menjadi tindakan-tindakan anarkis yang justru tidak
ini telah dilakukan, harus terus dijalani dengan kesabaran dan kebijaksanaan.
tawar politis umat ini. Sebab tidak dapat dipungkiri, dalam sistem demokrasi,
dan cita-cita.
17
DAFTAR PUSTAKA
1989)
Jamaluddin Kafie, Islam Agama dan Negara, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1983)
Pustaka, 1983)
18