SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Pendidikan Gelar Sarjana (S.Pd)
oleh
KARTIKA DEWI
NIM : 1111016100011
Kata kunci: Miskonsepsi, Project Based Learning (PjBL), Difusi dan Osmosis
iv
ABSTRACT
This study aims to describe student misconceptions on the concept of diffusion and
osmosis after the implementation of project based learning model (PjBL). This
research was conducted in SMAN 2 Cibinong 2016/2017 academic year by using
quasi experimental method that uses research design nonequivalent control group
design and sampling using probability sampling technique. The sample was 35
students of experimental class and 34 students of control class.
The research instrument used is multiple choice test with open reasoning with
certainty of response index (CRI) consisting of 20 item, student work sheet (LKS),
student observation sheet and teacher, and interview guide sheet. The results of
the research data showed students' misconception after the learning process was
low. Data analysis of misconception degree on posttest with independent sample t-
test, obtained significance equal to 0,721 indicating that significance value> α,
which means H0 rejected. Thus the hypothesis tested by the data, so it is
concluded that the experimental class student misconceptions degrees lower than
the control class. The result data showed that students in control and experiment
classes had different misconceptions. The biggest misconception in class control
is about the concept of the diffusion process and the implementation process of
osmosis, while the experimental class is about the example process of osmosis and
structural changes in the cell membrane hypotonic solution. The result of
intensive interviews revealed the cause of misconceptions experienced by students
coming from within the students, which are caused by reasoning which is
incomplete or incorrect because of the students' understanding incomplete,
intuition was wrong, and some misconceptions come from the lack of proper
learning resources.
Keywords: Misconceptions, Project Based Learning, Diffusion and Osmosis
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya
dengan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi
dengan judul Miskonsepsi Siswa SMA Pada Konsep Difusi dan Osmosis
Setelah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen Pembimbing I dan Yuke Mardiati, M.Si.,
Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Dr. Zulfiani, M.Pd., Dosen pembimbing akademik pendidikan biologi A 2011
yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
7. Dr. H. Bambang Supriyadi, M.Pd., Kepala SMAN 2 Cibinong yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini dan Cony Nugraheni,
S.Pd., guru bidang studi Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Cibinong yang telah
memberikan bimbingan dan arahan.
8. Peserta didik kelas XI MIPA 6 dan X MIPA 7 SMAN 2 Cibinong yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini.
vi
9. Ayah bunda tercinta Ir. H. Didi Nurhadiman, Ineu Priyanthi, S.Pd, dan suami
terkasih Muhamad Kholik, A. Md yang selalu memberikan doa dan
dukungan baik moril maupun materil serta anak-anak tersayang Alifa Kalila
Athaya dan Ibrahim Hafiz Althafarizqi yang menjadi sumber motivasi dan
semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. Seluruh teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011 dan sahabat
tersayang “Gece Grup” (egi, muti, zilah, dira dan melia). Terima kasih selalu
memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung
maupun tidak langsung, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
c. Sumber dan Penyebab Miskonsepsi 20
d. Cara Mengatasi Miskonsepsi 22
e. Mendeteksi Miskonsepsi 24
f. Identifikasi Miskonsepsi dengan Certainty of Response
Index (CRI) 25
B. Kajian Penelitian yang Relevan 26
C. Kerangka Pikir 28
D. Hipotesis 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 31
B. Metode dan Desain Penelitian 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian 32
1. Populasi 33
2. Sampel 33
D. Variabel Penelitian 34
E. Teknik Pengumpulan Data 35
F. Instrumen Penelitian 36
1. Instrumen Tes 36
2. Instrumen Non Tes 38
a. Lembar Observasi 38
b. Lembar Pedoman Wawancara 39
G. Kalibrasi Instrumen 39
1. Instrumen Tes 39
a. Uji Validitas 39
b. Uji Reliabilitas 41
c. Tingkat Kesukaran 43
d. Daya Beda 44
2. Instrumen Non Tes 46
H. Teknik Analisis Data 46
1. Uji Normalitas 48
2. Uji Homogenitas 50
ix
3. Uji Hipotesis 51
I. Hipotesis Statistik 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 55
1. Deskripsi Persentase Konsepsi Siswa Berdasarkan Jawaban dan
Indeks CRI 55
2. Analisis Data Derajat Miskonsepsi Siswa 58
a. Uji Normalitas 58
b. Uji Homogenitas 59
c. Uji Hipotesis 60
3. Deskripsi Butir Soal Berdasarkan Nilai CRI Untuk Jawaban
Salah (CRIs), Jawaban Benar (CRIb), dan Fraksi Jawaban Benar
(Fb) 61
4. Miskonsepsi Konsep Difusi dan Osmosis yang Terjadi Pada
Siswa 63
B. Pembahasan 71
1. Analisis Miskonsepsi yang Terjadi Pada Siswa 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 93
B. Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN 98
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen Pada Data Posttest 60
Tabel 4.7 Nilai CRI untuk Fraksi Jawaban Benar (Fb), Jawaban Salah
(CRIs), dan Jawaban Benar (CRIb) Kelas Kontrol 61
Tabel 4.8 Nilai CRI untuk Fraksi Jawaban Benar (Fb), Jawaban Salah
(CRIs), dan Jawaban Benar (CRIb) Kelas Eksperimen 63
Tabel 4.9 Letak Miskonsepsi dan Alasan Miskonsepsi Siswa Kelas
Kontrol 66
Tabel 4.10 Letak Miskonsepsi dan Alasan Miskonsepsi Siswa Kelas
Eksperimen 68
Tabel 4.11 Rekapitulasi Kategori Butir Soal Berdasarkan Tingkat
Pemahaman Siswa 78
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Lampiran 23. Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen
Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada
Pretest 250
Lampiran 24 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol
Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada
Pretest 254
Lampiran 25. Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen
Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada
Posttest 258
Lampiran 26. Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol
Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada
Posttest 262
Lampiran 27. Nilai CRI untuk Jawaban Salah Siswa Kelas Eksperimen
Pada Posttest 266
Lampiran 28. Nilai CRI untuk Jawaban Salah Siswa Kelas Kontrol Pada
Posttest 268
Lampiran 29. Nilai CRI untuk Jawaban Benar dan Fraksi Siswa Kelas
Eksperimen Pada Posttest 270
Lampiran 30. Nilai CRI untuk Jawaban Benar dan Fraksi Siswa Kelas
Kontrol Pada Posttest 272
Lampiran 31. Lembar Pedoman Wawancara Siswa Kelas Eksperimen 274
Lampiran 32. Lembar Pedoman Wawancara Siswa Kelas Kontrol 277
Lampiran 33. Lembar Absensi Kehadiran Siswa Dalam Wawancara 280
Lampiran 34. Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi 282
Lampiran 35. Uji Beda Derajat Miskonsepsi Hasil Pretest Siswa Kelas
Kontrol dengan Kelas Eksperimen Menggunakan Uji
Mann-Whitney U 283
Lampiran 36. Uji Homogenitas Derajat Miskonsepsi Hasil Posttest Siswa
Kelas Kontrol dengan Eksperimen 284
Lampiran 37. Uji Hipotesis Derajat Miskonsepsi Hasil Posttest Siswa Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen Menggunakan Uji T-Test 285
xv
Lampiran 38. Lembar Uji Referensi 286
Lampiran 39. Surat Permohonan Bimbingan 293
Lampiran 40. Surat Permohonan Izin Penelitian 295
Lampiran 41. Surat Keterangan Penelitian 296
Lampiran 42. Foto Dokumentasi Penelitian 297
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami
Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: Kata Pena, 2014), h.7
2
Ibid., h. 29
1
2
3
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, 2013), h. 3
4
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional (Jakarta: Bumi aksara, 2014), h. 145
5
Kholisotul Faudah, “Analisis Butir Soal Tes Diagnostik Untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Materi Sel”, Jurnal BioEdu, Vol. 4, No. 1, 2015
3
6
M. Sirih, Murni S. Murtini, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII IA SMA Negeri 6
Kendari Pada Pelajaran Biologi Materi Transpor Membran”, Jurnal Gema Pendidikan Vol. 20,
No. 2, 2013
7
Lia Li’anatus Tanziyah, dkk., “Profil Miskonsepsi Siswa Pada Subtopik Difusi Kelas XI”,
Jurnal BioEdu, Vol. 4, No. 3, 2015
4
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:
a. Prinsip pendekatan saintifik, sangatlah bergantung pada proses konstruksi
pengetahuan yang dilakukan oleh siswa secara mandiri.
b. Peserta didik telah memiliki konsep-konsep yang didapatkan sebelumnya dari
pengalaman dan lingkungannya dalam proses pembelajaran. Adakalanya
konsep yang dibawanya tersebut tidak sesuai dengan konsep yang disetujui
oleh para ahli.
c. Ketika peserta didik mengkonstruksi pemahamannya sendiri, tidak ada
jaminan bahwa peserta didik akan mengkonstruksi pemahaman yang akurat.
d. Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik dapat mengganggu proses
asimilasi pengetahuan, sehingga berpengaruh pada keberhasilan proses
pembelajaran.
e. Guru seringkali tidak menyadari terjadinya miskonsepsi pada peserta didik.
f. Metode evaluasi yang digunakan guru kurang efektif dalam mendiagnosis
miskonsepsi yang dialami peserta didik.
8
Deni Hafizah, dkk., Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui Tes Multiple Choice
Menggunakan Certainty of Response Index pada Mata Pelajaran Fisika MAN 1 Bukittinggi, Jurnal
Pendidikan MIPA, Vol. 1, No. 1, 2014, h. 100
5
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dari penelitian ini, adalah:
a. Miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada konsep difusi dan osmosis setelah
penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL) menurut teori
Imas Kurniasih.
b. Identifikasi miskonsepsi siswa dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik
multiple choice dengan reasoning terbuka yang dilengkapi certainty of
response index (CRI).
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah miskonsepsi siswa pada konsep difusi dan osmosis setelah
penerapan model pembelajaran project based learning (PjBL)?”.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yaitu sebagai berikut:
a. Bagi peserta didik, dapat bermanfaat untuk mengatasi hambatan dalam proses
belajar, khususnya dalam masalah miskonsepsi agar dapat meningkatkan
hasil belajarnya secara efektif dan berkelanjutan.
b. Bagi guru bidang studi khususnya biologi, dapat dijadikan sarana dalam
menyusun proses pembelajaran yang lebih efektif agar siswanya mengerti
akan konsep yang benar.
6
c. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam
rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran,
khususnya mata pelajaran biologi.
d. Bagi peneliti, dapat membantu dalam mengembangkan metode pembelajaran
yang sudah ada, guna mewujudkan pendidikan berkualitas bagi kemajuan
bangsa.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teoretis
1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis
bahwa dengan merefleksikan pengalaman, seseorang membangun,
mengkonstruksi pengetahuan pemahaman tentang dunia tempat seseorang itu
hidup. Setiap orang akan menciptakan hukum dan model mental tersendiri, yang
dipergunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman. Belajar,
dengan demikian, semata-mata sebagai suatu proses pengaturan model mental
seseorang untuk mengakomodasi pengalaman-pengalaman baru.1
Revolusi konstruktivis mempunyai akar yang jauh dalam sejarah pendidikan.
Revolusi ini sangat banyak mengandalkan karya Piaget dan Vygotsky sebagai
sumber, yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognisi hanya terjadi
ketika konsepsi sebelumnya mengalami proses ketidakseimbangan
(disequilibration) dari sudut informasi baru. Piaget dan Vygotsky juga
menekankan hakikat sosial pembelajaran, dan keduanya menyarankan
penggunaan kelompok belajar dengan kemampuan campuran untuk meningkatkan
perubahan konsep.2
Teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas
dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap
perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
1
Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 105
2
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid 2
(Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 4
7
8
Pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat
beraksi secara mental dalam bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi
atau stimulus yang ada disekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, maka guru dan
peserta didik hanya akan terkibat dalam pembelajaran semu (pseudo-learning)
dan informasi yang didapatkan cenderung mudah terlupakan. Proses-proses
kognitif yang dibutuhkan dalam mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip dalam
skema seseorang melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai teknik, menganalisa
data, menarik kesimpulan yang terdapat dalam pembelajaran dengan metode
saintifik selalu melibatkan asimilasi dan akomodasi. Karena itu, teori belajar
Piaget sangat relevan dengan metode saintifik.3
Konstruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah
sesuatu yang given dari alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi
(bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang
ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif
kenyataan melalui kegiatan seseorang.4 Dalam hal ini siswa harus aktif untuk
dapat mengembangkan pengetahuannya.
Sains atau IPA merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang
mengandung pertanyaan, pencarian, pemahaman, serta penyempurnaan jawaban
tentang suatu gejala dan karakteristik alam sekitar. Sains atau IPA merupakan
suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berpikir
sebagai suatu struktur pengetahuan secara utuh.5 Karena itu siswa harus
membangun atau mengkonstruk pengetahuan yang belum diketahui agar dapat
memahami apa yang dicari tentang sains atau IPA itu sendiri. Dengan demikian
proses pembelajaran sains atau IPA tidak hanya mengembangkan aktivitas yang
berkaitan dengan keterampilan-keterampilan ilmiah tetapi juga mengajarkan siswa
untuk berpikir dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
3
Imas Kurniasih & Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013; Memahami
Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: Kata Pena, 2014), h.32
4
Suyono & Hariyanto, op. cit., h. 105
5
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h. 211
9
6
Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Gur Edisi Kedua
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 133
7
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). h. 144
8
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 172
9
Made Wena, op. cit h. 148
10
berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan 8) kelas memiliki atmosfir yang
memberi toleransi kesalahan dan perubahan.13
Proyek yang dimaksud dalam PjBL berbeda dengan “proyek” yang dibuat
oleh siswa dan tidak menyelesaikan permasalahan masyarakat atau permasalahan
kontekstual. Jika guru meminta siswa membuat sebuah “proyek” elektronik
seperti bel listrik atau membuat karya seni tertentu yang tidak berkaitan dengan
permasalahan masyarakat, pembelajaran bukan merupakan PjBL. Ada juga yang
salah memahami pembelajaran dengan metode penemuan (discovery) dengan
PjBL, misalnya guru menugaskan siswa untuk menyelidiki peristiwa
metamorfosis kupu-kupu dan dilaporkan di depan kelas (discovery). Pembelajaran
tersebut memang menugaskan siswa untuk melakukan penyelidikan atau
eksplorasi, membuat laporan, dan presentasi, namun tidak ada permasalahan
masyarakat yang diselesaikan dan tujuan pembelajaran adalah ”menemukan”
konsep tentang perubahan ulat menjadi kupu-kupu (metamorfosis). Beberapa
karakteristik penting PjBL, yakni 1) fokus pada permasalahan untuk penguasaan
konsep penting dalam pelajaran, 2) pembuatan proyek melibatkan siswa dalam
melakukan investigasi konstruktif, 3) proyek harus realistis, dan 4) proyek
direncanakan oleh siswa.14
13
Made Wena, op. cit. h. 145
14
Ridwan Abdullah Sani, op. cit. h. 173
12
15
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op. cit. h. 82-83
16
Made Wena, op. cit. h. 145
17
Ridwan Abdullah Sani, op cit., h. 178-179
13
1) Penentuan proyek. Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/ topik
proyek yang diberikan oleh guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk
memilih/ menentukan proyek yang akan dikerjakannya baik secara kelompok
ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan
guru.
2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek. Peserta didik merancang
langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta
pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam
pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas
proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek,
perencanaan sumber/ bahan/ alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas
proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
3) Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek. Peserta didik di bawah
pendampingan guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah
dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.
4) Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru. Langkah ini
merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat.
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek diantaranya adalah
dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interview, e) merekam, f)
berkarya seni, g) mengunjungi objek proyek, atau h) akses internet. Guru
bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas
proyek mulai proses hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring
guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam
menyelesaikan tugas proyek.
5) Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil proyek. Hasil proyek
dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau
karya teknologi/ prakarya dipresentasikan dan atau dipublikasikan kepada
peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran
produk pembelajaran.
6) Evaluasi proses dan hasil proyek. Guru dan peserta didik pada akhir proses
pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek.
14
Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan
mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang
berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama
menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik
terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.18
18
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op. cit. h.., h. 85-87
15
19
Ridwan Abdullah Sani, op cit, h. 183-185
20
Made Wena, op.cit. h. 148-151
16
Penekanan
Penekanan Pembelajaran
Aspek Pendidikan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Tradisional
Lingkup dan urutan Memusat, fokus berbasis Meluas, fokus interdisipliner
disiplin
Peranan guru Penceramah dan direktur Penyedia sumber belajar dan
pembelajaran partisipan di dalam kegiatan
belajar
Fokus pengukuran Produk Pembimbing atau partner
Skor tes Pencapaian yang nyata
Membandingkan dengan Unjuk kerja yang standar dan
yang lain kemajuan dari waktu ke
waktu
Reproduksi informasi Demonstrasi pemahaman
Bahan-bahan Teks, ceramah, dan Langsung sumber asli,
pembelajaran presentasi bahan-bahan tercetak,
interview, dokumen, dan
lain-lain.
Kegiatan dan lembar Data dan bahan
latihan dikembangkan dikembangkan siswa
guru
Penggunaan Pendukung periferal Utama, integral
Teknologi Dijalankan guru Diarahkan siswa
Kegunaan untuk perluasan Kegunaan untuk presentasi
presentasi guru siswa atau penguatan
kemampuan siswa
Konteks kelas Siswa bekerja sendiri Siswa bekerja dalam
kelompok
Siswa berkompetisi satu Siswa kolaboratif satu
dengan yang lainnya dengan lainnya
17
Penekanan
Penekanan Pembelajaran
Aspek Pendidikan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Tradisional
Konteks kelas Siswa menerima informasi Siswa mengkonstruksi,
guru berkontribusi, dan melakukan
sintesis informasi
Peranan siswa Menjalankan perintah guru Melakukan kegiatan belajar
yang diarahkan oleh diri
sendiri
Pengingat dan pengulang Pengkaji, integrator, dan
fakta pengaji ide
Pembelajar menerima dan Siswa menentukan tugas
menyelesaikan tugas-tugas mereka sendiri dan bekerja
laporan pendek secara independen dalam
waktu yang besar.
Tujuan jangka Pengetahuan tentang fakta Pemahaman dan aplikasi ide
pendek istilah dan isi. dan proses yang kompleks
Tujuan jangka Luas pengetahuan Dalam pengetahuan
panjang Lulusan yang memiliki Lulusan berwatak dan
pengetahuan yang berhasil terampil mengembangkan
pada tes standar diri, mandiri, dan belajar
pencapaian sepanjang hayat.
21
Noly Pramu Iriyati, dkk., “Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Pokok Wujud Zat Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1,
No. 1, 2012, h.8
22
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.327
23
Ibid., h. 327
24
Yuyu R. Tayubi, Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan
Certainly of Response Index (CRI), Jurnal Mimbar Pendidikan, Vol. 24, No. 3, 2005, h. 5
19
menjadi lebih tahu tentang hubungan hierarkis semacam itu, tetapi juga menjadi
lebih mampu memikirkan dan membicarakannya.25
Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep berhubungan
dengan konsep-konsep yang lain. Maka setiap konsep dapat dihubungkan dengan
banyak konsep lain dan hanya mempunyai arti dalam hubungan dengan konsep-
konsep lain. Semua konsep bersama membentuk semacam jaringan pengetahuan
dalam pikiran manusia. Seringkali para siswa hanya menghafalkan definisi konsep
tanpa memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep-konsep
lainnya. Dengan demikian konsep tersebut tidak masuk jaringan konsep yang
telah ada dalam pikiran siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan
dengan lainnya. Sehingga konsep yang baru tersebut tidak dapat digunakan oleh
siswa dan tidak mempunyai arti, sebab arti konsep berasal dari hubungan dengan
konsep-konsep lain. Kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep
seringkali menimbulkan miskonsepsi.26
b. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang
diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa.27 Jika
konsepsi siswa sama dengan konsep ilmuwan yang disederhanakan, maka
konsepsi siswa tersebut tidak dapat disebut salah, tetapi jika konsepsi siswa
bertentangan dengan konsepsi para ilmuwan, digunakan istilah miskonsepsi,
artinya orang tersebut mengalami miskonsepsi. Biasanya miskonsepsi
menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep.28
Berdasarkan pengertian tersebut, maka miskonsepsi dapat diartikan sebagai
kesalahpahaman terhadap suatu konsep. Kesalahan tersebut dapat menimbulkan
konsep baru yang tidak sesuai dengan konsep yang telah disetujui oleh para ahli.
25
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit. h. 328-329
26
Noly Prami Iriyati, dkk., op. cit. h. 8
27
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit. h. 338
28
Agus Pujiyanto, dkk., “Analisis Konsepsi Siswa pada Konsep Kinematika Gerak Lurus”,
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), Vol. 1, No. 1, 2011, h. 18
20
29
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 30
30
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit. h. 339
31
Yuyu R. Tayubi, op. cit., h. 4
32
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit. h. 339
21
mengajar, dan buku teks. Penyebab dari siswa pun dapat bermacam-macam,
seperti prakonsepsi siswa sebelum memperoleh pelajaran, lingkungan masyarakat
dimana siswa tinggal, teman, pengalaman hidup, pengalaman menangkap
pengertian, dan juga minat siswa. Jelas juga bahwa kemampuan siswa
berpengaruh dalam miskonsepsi itu. Kesalahan-kesalahan itu memang dapat
dimengerti, terlebih bila disorot dari kacamata filsafat konstruktivisme dimana
pengetahuan itu adalah hasil konstruksi siswa. Karena kebebasan mengkonstruksi
dan juga keterbatasan dalam mengkonstruksi itulah, maka siswa, meskipun diajar
oleh guru secara tepat dan juga dengan buku yang baik, dapat tetap mengalami
miskonsepsi.33
33
Paul Suparno, op. cit., h.53-54
34
Ibid., h. 55
35
Jeane Ellis Ormrod, op. cit. h. 341
36
Paul Suparno, op. cit. h.81-82
23
e. Mendeteksi Mikonsepsi
Pemahaman siswa terhadap suatu konsep dapat diketahui melalui pemberian
tes. Dari hasil tes tersebut dapat diketahui seberapa besar pemahaman siswa. Hasil
tes yang baik tidak menjamin seorang peserta didik memahami suatu konsep
dengan benar. Tetapi, instrumen tes yang efektif dapat mengungkap pemahaman
konsep siswa.
Beberapa alat deteksi miskonsepsi yang sering digunakan oleh para peneliti,
antara lain 1) Peta konsep, yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-
konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hierarki, sehingga
dapat mengungkap miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta konsep
tersebut, 2) Tes multiple choice dengan reasoning terbuka, yaitu penggunaan tes
pilihan berganda dengan pertanyan terbuka. Siswa harus menjawab dan menulis
alasan dalam memilih suatu jawaban, 3) Tes esai tertulis, dari tes ini akan
25
37
Ibid., h. 121-129
38
Deni Hafizah, dkk., Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui Tes Multiple Choice
Menggunakan Certainty of Response Index pada Mata Pelajaran Fisika MAN 1 Bukittinggi, Jurnal
Pendidikan MIPA, Vol. 1, No. 1, 2014, h. 100
26
39
Yuyu R. Tayubi, op. cit., h. 6
40
Una Lailis Tsani, Aditya Marianti, Nur Rahayu Utami, “Efektivitas Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Dengan Metode Gallery Walk Pada Pembelajaran Materi Sel di SMA”, Unnes
Journal of Biology Education, Vol 5, No. 1, 2016
27
Tingkat Tinggi SMA”, diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi
ataupun lebih baik dibandingkan yang dibelajarkan dengan strategi kooperatif GI
(Group Investigation) dan konvensional.41
Lia Li’anatus Tanziyah dalam penelitiannya yang berjudul “Profil
Miskonsepsi Siswa pada Subtopik Difusi Kelas XI”, diperoleh hasil bahwa profil
miskonsepsi pada subtopik difusi materi transpor melalui membran tergolong
sedang yaitu sebesar 36,36%. Penyebab miskonsepsi berasal dari siswa, guru,
sumber belajar (LKS) dan metode pembelajaran.42
M. Sirih, dan Murni S. Martini dalam penelitiannya yang berjudul
“Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 6 Kendari pada
Pelajaran Biologi Materi Transpor Membran”, diperoleh hasil bahwa siswa kelas
XII IPA SMA Negeri 6 Kendari mengalami miskonsepsi terhadap konsep-konsep
transpor membran. Siswa mengalami miskonsepsi mengenai penggunaan istilah-
istilah pada transpor membran seperti krenasi, plasmolisis, osmosis, difusi,
hipertonik, isotonik, endositosis, eksositosis, hidrofilik, dan hidrofobik. Siswa
juga masih mengalami miskonsepsi dalam menentukan tinggi rendahnya
konsentrasi suatu larutan serta menentukan arah perpindahan molekul pada
peristiwa difusi dan osmosis.43
Sagap, Sarjan N. dan Muchlis Djirimu dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pemahaman Konsep Biologi Menggunakan Pilihan Ganda Beralasan
dalam Materi Pokok Sel pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Dampal
Selatan”, diperoleh hasil bahwa sebanyak 26,79% paham, 28,72% miskonsepsi
41
Siska Oberlina Purba, Binari Manurung, dan Rachmat Mulyana, “Pengaruh Stragtegi
Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi SMA”, Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi
FKIP UNS 2015, h. 207
42
Lia Li’anatus Tanziyah, “Profil Miskonsepsi Siswa Pada Subtopik Difusi Kelas XI”,
Jurnal BioEdu, Vol. 4, No. 3, 2015
43
M. Sirih, dan Murni S., “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII IA SMA Negeri 6
Kendari Pada Pelajaran Biologi Materi Transpor Membran”, Jurnal Gema Pendidikan, Vol. 20,
No. 2, 2013
28
dan 44,49% tidak paham terhadap konsep materi pokok sel yang di ujikan dengan
menggunakan tes pilihan ganda beralasan.44
C. Kerangka Pikir
Konsep awal peserta didik telah berkembang dari lingkungan atau
pengalaman peserta didik sebelum proses pembelajaran dimulai. Konsep yang
dibawanya dapat sesuai dengan konsep ilmiah atau tidak. Biasanya konsep awal
tersebut kurang lengkap atau kurang sempurna, selain itu sering kali konsep yang
tidak sesuai dengan konsep ilmiah dipertahankan oleh peserta didik, dan sulit
diperbaiki.
Pengembangan terhadap konsep-konsep awal peserta didik sangat diperlukan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan konsep-konsep yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan konsep
yang disetujui oleh para ahli. Konsep-konsep yang tidak sesuai dengan konsep
ilmiah perlu diatasi, guna menjamin kualitas hasil belajar dan keberhasilan proses
pembelajaran secara berkelanjutan.
Penanganan terhadap miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik, sangatlah
dibutuhkan guna mengatasi kondisi tersebut. Miskonsepsi dapat diatasi dengan
mendorong konstruksi pengetahuan yang efektif. Konstruksi pengetahuan yang
efektif dapat didorong dengan cara (1) menyediakan kesempatan untuk melakukan
percobaan, (2) menyajikan perspektif ahli, (3) menekankan pemahaman
konseptual, (4) mendorong dialog dikelas, (5) memberikan aktivitas-aktivitas
autentik, (6) merancah (scaffold) konstruksi teori, dan (7) membentuk komunitas
pembelajar.45 Model pembelajaran project based learning (PjBL) dapat
mengakomodasi keseluruhan kegiatan yang diharapkan dapat mengatasi
miskonsepsi peserta didik.
Identifikasi terhadap miskonsepsi siswa dapat dilakukan dengan mengunakan
tes diagnostik multiple choice dengan reasoning terbuka yang dilengkapi dengan
44
Sagap, Sarjan N., dan Muchlis Djirimu, “Analisis Pemahaman Konsep Biologi
Menggunakan Pilihan Ganda Beralasan dalam materi Pokok Sel Pada Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Dampal Selatan”, Jurnal e-Jipbiol, Vol. 2, No. 3, 2014
45
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit. h. 341
29
Certainty of Response Index (CRI). Tes multiple choice dengan reasoning terbuka
dapat mempermudah dalam menentukan subjek yang diduga mengalami
miskonsepsi. Certainty of Response Index (CRI) digunakan untuk mengetahui
tingkat keyakinan peserta didik terhadap jawabannya, selain itu CRI juga sangat
membantu dalam mengkategorikan jenis miskonsepsi yang dialami siswa.
Konsep awal yang sesuai dengan Konsep awal yang tidak sesuai
konsep ilmiah dengan konsep ilmiah
Proses pembelajaran
D. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah miskonsepsi siswa yang diajar
dengan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) lebih rendah
daripada miskonsepsi siswa yang diajar dengan pendekatan saintifik (kurikulum
2013).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
32
Keterangan:
O1, O3 : Profil miskonsepsi siswa sebelum diberikan perlakuan
X1 : Proses belajar mengajar dengan pendekatan saintifik (kurikulum 2013)
X2 : Proses belajar mengajar dengan model project based learning (PJBL)
O2, O4 : Profil miskonsepsi siswa setelah diberikan perlakuan
1
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 102-103
2
Trianto, M.Pd, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan & Tenaga Kependidikan, (Jakarta, Kencana 2011), h. 255
33
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung, Alfabeta 2013) h. 117
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Remaja
Rosdakarya 2011), h.251
5
Trianto, op. cit., h. 256
6
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 251
7
Sugiyono, op. cit.., h. 120
34
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran project based learning (PjBL) terhadap miskonsepsi siswa pada
konsep difusi dan osmosis. Terdapat dua variabel yang berperan dalam
penelitian ini, yakni sebagai berikut:
a. Variabel bebas (variabel X) yaitu model pembelajaran project based
learning.
b. Variabel terikat (variabel Y) yaitu perubahan kadar miskonsepsi peserta
didik.
8
Ibid., h. 300
9
Ibid., h. 301
35
10
Trianto, op. cit., h. 275
36
dan tidak paham. Observasi dilakukan untuk menilai aktivitas guru dan siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung.
Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data kemudian ditabulasikan
untuk dianalisis berkaitan dengan perubahan konsep yang dialami peserta didik
dan pengaruh model pembelajaran project based learning (PjBL) terhadap
miskonsepsi hasil belajar peserta didik. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dipermudah olehnya.11 Intrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan
yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah
ataupun skala jawaban.12 Tes tertulis dalam penelitian ini didesain khusus
untuk dapat menggali informasi tentang konsepsi siswa. Setiap soal yang
digunakan untuk menganalisis konsepsi peserta didik mengenai konsep difusi
dan osmosis, merupakan soal yang dirancang sedemikian rupa sehingga setiap
item soal dapat mengukur pemahaman siswa.
11
Trianto, op. cit., h. 263
12
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 230
37
Tes yang diuji cobakan yakni tes diagnostik berbentuk multiple choice
dengan reasoning terbuka yang dilengkapi dengan Certainty of Response Index
(CRI). Tes ini tersusun dari 20 soal pilihan ganda dengan lima alternatif
jawaban. Setiap soal diberi bobot skor sebanyak 1. Reasoning terbuka dalam
instrumen tes ini berfungsi untuk mempermudah dalam menentukan subjek
yang diduga mengalami miskonsepsi.
Model Certainty of Response Index (CRI) menggambarkan tingkat
keyakinan peserta didik terhadap alternatif jawaban yang dipilihnya. Pada
38
setiap butir soal responden diminta untuk mengisi skala CRI ditempat yang
telah disediakan dengan 6 skala, yang dapat dilihat pada Tabel 3.4.13
Tabel 3.4 Skala Jawaban CRI dan Tingkat Keyakinan Siswa dalam
Menjawab Pertanyaan
Skala Deskripsi Jawaban Keterangan
Totally guessed
0 Jika menjawab soal dengan 100% menebak
answer
Jika dalam menjawab soal persentase unsur
1 Almost guess
tebakan antara 75%-99%
Jika dalam menjawab soal persentase unsur
2 Not sure
tebakan antara 50%-74%
Jika dalam menjawab soal persentase unsur
3 Sure
tebakan antara 24%-49%
Jika dalam menjawab soal persentase unsur
4 Almost certain
tebakan antara 1%-24%
Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur
5 Certain
tebakan sama sekali (0%)
13
Anis Sulalah dan Suyono, Implementasi Strategi POGIL untuk Mereduksi Miskonsepsi
Pada Materi Stokiometri Kelas X di SMAN 1 Kandangan, Unesa Journal Of Chemical
Education, Vol. 3, No. 3, 2014, h.189
14
Trianto, op. cit., h. 266
39
G. Kalibrasi Instrumen
Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, sejumlah soal ini
terlebih dahulu dikalibrasi. Pengkalibrasian intrumen bertujuan untuk
menghasilkan instrumen dengan kualitas yang baik. Intrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah intrumen tes dan non tes.
1. Instrumen Tes
Suatu instrumen penelitian dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid
dan reliabel.15 Kalibrasi instrumen tes tertulis pada penelitian dilakukan dengan
uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Uji tes tertulis
dengan bentuk multiple choice dilakukan dengan menggunakan program anates
4.0.
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.16 Pengujian validitas instrumen
tes dalam penelitian ini menggunakan cara pengujian validitas konstruk dan
kemudian dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Untuk menguji validitas
15
Ibid., h. 269
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan;Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung Alfabeta,2013 ), h.173
40
konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement expert).17 Ahli yang
diminta pendapatnya untuk pengujian validitas konstruk intstrumen tes dalam
penelitian ini adalah dosen pembimbing.
Setelah pengujian konstruk dari ahli, instrumen tersebut dicobakan pada
sampel darimana populasi di ambil. Adapun sampel yang digunakan untuk uji
coba validitas intrumen tes dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 2
Cibinong kelas XII IPA 5, dengan jumlah subyek uji coba sebesar 35 siswa.
Rumus yang dipakai dalam menghitung validitas tes adalah teknik korelasi
point biserial. Rumus korelasi point biserial adalah sebagai berikut18
Xi Xt p
rbis =
St q
Keterangan:
rbis : koefisien korelasi biserial
X i : Mean butir yang menjawab benar
X t : Mean skor total
St : simpangan baku total/ deviasi standar skor seluruh objek
p : proporsi yang menjawab benar
q : 1-p
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun
karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat
mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan
hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya
kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien
korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
17
Ibid., h. 177
18
Sagap, dkk., “Analisis Pemahaman Konsep Biologi Menggunakan Pilihan Ganda
Beralasan Dalam Materi Pokok Sel Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dampal Selatan”,
Jurnal e-jipbiol, Vol. 2, No.3, 2014, h. 3
41
b. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.20
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 75
20
Sugiyono, op. cit. h. 173
42
k pi qi
rii = 1
k 1 s 2
Keterangan:
rii : koefisien reliabilitas yang dicari
k : jumlah butir soal
pi : proporsi jawaban betul
qi : proporsi jawaban salah (q=1-p)
S2 : standar deviasi kuadrat dari skor total
Hasil uji coba tes dengan menggunakan program Anates Versi 4.0
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,81. Hal ini menunjukkan bahwa soal
yang di uji coba memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Sehingga hasil
21
Ibid., h. 185
22
Dr. Sunarti, M.Pd & Selly Rahmawati, M.Pd., Penilaian dalam Kurikulum 2013;
Membantu Guru dan Calon Guru Dalam Mengetahui Langkah-Langkah Penilaian
Pembelajaran, (Yogyakarta: Andi, 2013), h. 109
23
Ibid., h. 99
43
dari pengukuran dengan menggunakan intrumen tes yang diuji coba dapat
dipercaya dan konsisten.
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran (difficulty level) adalah proporsi atau persentase subjek
yang menjawab butir tes tertentu dengan benar. Tingkat kesukaran butir tes
sangatlah penting untuk melihat tingkat kesukaran soal dalam rangka
menyediakan berbagai macam alat diagnostik kesulitan belajar peserta didik
ataupun dalam rangka meningkatkan penilaian berbasis kelas.24
Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran adalah sebagai
berikut25
Keterangan:
P : tingkat kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab benar
Js : jumlah peserta siswa
Indeks kesukaran rentangannya dari 0,0 – 1,0. Semakin besar indeks
menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab oleh sebagian
besar atau seluruh siswa. Sebaliknya, jika sebagian kecil atau tidak ada sama
sekali siswa yang menjawab benar menunjukkan butir sukar. Tingkat
kesukaran yang baik adalah 0,5.26 Menurut ketentuan yang sering diikuti,
indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut27
Soal dengan P : 0 – 0,3 sukar
Soal dengan P : 0.3 – 0,7 sedang
Soal dengan P : 0,7 – 1 mudah
Pengukuran tingkat kesukaran intrumen tes tertulis dalam penelitian ini
menggunakan program Anates versi 4.0. Adapun tingkat kesukaran instrumen
tes dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.7.
24
Sagap, dkk., op. cit., h. 3
25
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 208
26
Ahmad Sofyan,dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006), h.103
27
Suharsimi Arikunto, op. cit.., h. 210
44
d. Daya Beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam
membedakan antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa
yang kurang pandai.28 Tanda negatif pada indeks diskriminatif digunakan jika
sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut
bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Bagi suatu soal yang dapat dijawab
benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena
tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai
maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal yang baik adalah soal
yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.29 Rumus untuk
daya beda adalah sebagai berikut30
D=
28
Ahmad Sofyan,dkk., op. cit., h. 104.
29
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 211
30
Ahmad Sofyan,dkk. op.cit., h.104
45
Keterangan:
D : daya beda, dimana daya beda yang baik adalah D > 0.30
Ba : jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb : jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N : jumlah peserta tes
Berdasarkan hasil perhitungan daya dengan Anates Versi 4.0 dari 40 soal
yang diujikan terapat 9 soal dengan kriteria jelek, 20 soal cukup, 9 soal baik,
dan 2 soal baik sekali.
31
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 218
46
32
Agus Pujiyanto, Nurjannah dan I Wayan Darmadi, “Analisis Miskonsepsi Siswa Pada
Konsep Kinematika Gerak Lurus”, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, Vol. 1, No. 1
47
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan dengan uji Liliefors
menggunakan konsep statistika non-parametrik. Berdasarkan sampel yang
didapatkan akan diuji hipotesis nihil (H0) bahwa sampel tersebut berdistribusi
normal melawan hipotesis alternatif (H1) bahwa populasi yang berdistribusi
tidak normal.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mentransformasikan pengamatan
x1, x2,..., xn ke dalam skor baku zi, z2,...,zn dengan menggunakan rumus sebagai
berikut
Keterangan:
Z = Skor baku
x1 = Data
= Rata-rata data tunggal
S = Standar deviasi sampel
Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi)=P(z<zi). Selanjutnya dihitung proporsi
skor z1, z2, ..., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini
dinyatakan oleh S(zi), maka rumus untuk menentukan S(zi) adalah sebagai
berikut
b. Hipotesis nol diterima jika L0 > Ltabel = data tidak terdistribusi normal34
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminov dengan
menggunakan aplikasi SPSS. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penggunaan statistik untuk pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Program SPSS dibuka, kemudian masuk ke file “Miskonsepsi”
b. Pada menu utama SPSS, menu analyze dipilih, kemudian sub menu
nonparametric test dipilih, legacy dialogs dipilih, kemudian 1 sampel K-S
dipilih.
c. Pada test variable list, variabel “Miskonsepsi” dimasukkan.
d. Pada test distribution, normal dipilih, kemudian OK dipilih.
e. Output SPSS dan interpretasi adalah sebagai berikut.
Pada output, diperoleh angka test statistic, angka ini sama dengan hasil
secara manual. Angka pada baris Asymp. Sig. (2-tailed) dapat ditulis
sebagai nilai probablitias (p-value). Distribusi populasi normal, jika
probabilitas > 0,05 (nilai α), H0 diterima. Distribusi populasi tidak normal
jika probabilitas ≤ 0,05 (nilai α), H0 Ditolak.35
34
Kadir, Statistika Terapan; Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h. 144
35
Ibid., h. 155-156
36
Singgih Santoso, Seri Solusi Bisnis Berbasis TI Menggunakan SPSS untuk Statistik Non
Parametrik, (Jakarta: Alex Media Komputindo, 2005), h. 43
37
Singgih Santoso, loc. cit.
50
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sebagai uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas
dilakukan setelah data persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan
berdistribusi normal.
Statistika parameter merupakan statistik untuk pengujian dua rata-rata
memiliki distribusi tertentu, selain sampel acak berasal dari distribusi populasi
normal, variansinya kedua populasi perlu homogen atau sama besarnya.
Sebelum analisis varian digunakan untuk uji hipotesis, maka perlu dilakukan
pengujian homogenitas varian terlebih dahulu dengan uji F dengan rumus
sebagai berikut.39
F=
Dengan kriteria pengujian, jika F hitung lebih kecil dari harga F tabel,
maka data yang akan dianalisis homogen. Bila F hitung lebih besar dari tabel,
maka varian tidak homogen.40
38
Ibid., h. 45-47
39
Sugiyono, op. cit., h. 276
40
Ibid., h. 277
51
3. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dengan uji parametrik meggunakan rumus
uji-t dilakukan setelah pengujian data dengan menggunakan uji normalitas dan
homogenitas yang diketahui bahwa sample berdistribusi normal dan homogen.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan konsepsi siswa pada
konsep difusi dan osmosis yang diajar dengan model pembelajaran PjBL lebih
41
Kadir, op. cit., h. 167-169
52
to= ,
dimana Se=√
Keterangan:
to : harga t hitung
Ῡ1 : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
Ῡ2 : nilai rata-rata data kelompok kontrol
∑y12: varians data kelompok eksperimen
∑y22: varians data kelompok kontrol
Se : simpangan baku
n1 : jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 : jumlah siswa pada kelompok kontrol
42
Ibid., h. 296
53
b. Jika t0 > ttabel maka hipotesis nihil (H0) ditolak. Dengan kesimpulan
pengujian, jika H0 ditolak berarti ada perbedaan parameter rata-rata
populasi.
Uji hipotesis dengan statistik uji-t untuk sampel independen dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan data tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Program SPSS dibuka dengan double klik icon SPSS, pada data view data
dimasukkan, pada kolom pertama setiap responden dituliskan dengan angka 1
untuk kelas eksperimen, dan angka 2 untuk kelas kontrol. Pada kolom 2 data
derajat miskonsepsi siswa dimasukkan berpasangan dengan masing-masing kelas
pada kolom 1. Pada variabel view pada values dituliskan 1 = kelas eksperimen,
dan 2 = kelas kontrol
b. Menu analyze dipilih, lalu sub menu compare means, kemudian independent-
sample t test ditekan.
c. Pada kotak, variabel “Miskonsepsi” didestinasikan ke dalam test variabel (s),
kemudian variabel “Kelas” ke grouping variabel dan define group ditekan.
d. Angka 1 diisikan pada group 1 dan angka 2 pada group 2, kemudian continue
untuk kembali ke menu sebelumnya, selanjutnya OK dipilih, sehingga akan
diperoleh output.
e. Interpretasi
1) Pada tabel terlihat rata-rata derajat miskonsepsi siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Rata-rata derajat miskonsepsi yang tebesar menunjukkan secara
deskriptif derajat miskonsepsi kelas tersebut lebih tinggi daripada kelas
lainnya.
2) Pada kolom equal variances assumed, dan baris levene’s test for equality
variances diperoleh angka signifikansi atau p-value. Jika p-value > 0,05
(nilai α), maka data kedua kelompok homogen. Jika p-value 0,05
(nilai α), maka data kedua kelompok tidak homogen.
3) Pada kolom equal variances assumed diperoleh angka signifikansi (2-
tailed) atau p-value. . Jika p-value > 0,05 (nilai α), H0 ditolak.43
43
Ibid., h. 300-302
54
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
Keterangan:
µ1 : rata-rata miskonsepsi siswa yang diajar dengan model pembelajaran
PjBL
µ2 : rata-rata miskonsepsi siswa yang diajar dengan pendekatan saintifik
(kurikulum 2013)
Ho : miskonsepsi siswa yang diajar dengan model pembelajaran PjBL
lebih tinggi atau sama dengan miskonsepsi siswa yang diajar
dengan pendekatan saintifik (kurikulum 2013).
Ha : miskonsepsi siswa yang diajar dengan model pembelajaran PjBL
lebih rendah daripada miskonsepsi siswa yang diajar pendekatan
saintifik (kurikulum 2013)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Persentase Konsepsi Siswa Berdasarkan Jawaban dan Indeks
CRI
Data hasil pretest menggunakan tes diagnostik berbentuk multiple choice
dengan reasoning terbuka yang dilengkapi certainty of response index (CRI) pada
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan,
terdapat siswa yang terindikasi mengalami miskonsepsi. Berikut adalah tabulasi
data kategori siswa paham, tidak paham dan miskonsepsi pada kelas kontrol dan
eksperimen.
Tabel 4.1 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kategori Paham (P), Tidak
Paham (TP), dan Miskonsepsi (M) pada Data Hasil Pretest
Persentase Pretest
No.
No Indikator Kontrol Eksperimen
Soal
P TP M P TP M
1 Menunjukkan adanya 1 8,82 85,3 5,88 14,3 74,3 11,4
gejala transpor pasif, 2 5,88 91,2 2,94 2,9 80 17,1
difusi dan osmosis
3 2,94 76,5 20,6 0 74,3 25,7
Rata-Rata 5,88 84,3 9,81 5,7 76,2 18,1
2 Mendefinisikan pengertian 4 11,8 82,4 5,88 14,3 77,1 8,6
transpor pasif, difusi dan 5 8,82 85,3 5,88 5,7 77,1 17,1
osmosis
6 8,82 85,3 5,88 8,6 82,9 8,6
Rata-Rata 9,81 84,3 5,88 9,5 79,0 11,4
3 Menjelaskan mekanisme 7 0 94,1 5,88 2,9 88,6 8,6
transpor pasif, difusi dan 8 2,94 88,2 8,82 5,7 85,7 8,6
osmosis pada membran
9 8,82 79,4 11,8 5,7 82,9 11,4
10 8,82 88,2 2,94 0 88,6 11,4
11 8,82 88,2 2,94 2,9 94,3 2,9
18 0 94,1 5,88 5,71 8,0 14,3
Rata-Rata 4,90 88,70 6,38 3,8 86,7 9,5
55
56
Persentase Pretest
No.
No Indikator Kontrol Eksperimen
Soal
P TP M P TP M
4 Menjelaskan struktur dan 12 2,94 79,4 14,7 14,3 77,1 8,6
fungsi membran sel dalam 13 20,6 76,5 2,94 17,1 77,1 5,7
transpor zat
19 2,94 97,1 0 2,9 88,6 8,6
Rata-Rata 8,8 84,3 5,9 11,43 80,93 7,63
5 Mengidentifikasi struktur 14 0 88,2 11,8 0 88,6 11,4
membran sel dalam 20 11,8 82,4 5,88 5,71 82,9 11,4
transpor zat
Rata-Rata 5,90 85,30 8,84 2,9 85,8 11,4
6 Menganalisis perubahan 15 5,88 88,2 5,88 14,3 80 5,7
struktur membran sel 16 5,88 73,5 20,6 5,7 71,4 22,9
dalam transpor zat
17 5,88 58,8 5,88 5,7 62,9 31,4
Rata-rata 5,9 73,5 10,8 8,6 71,4 20,0
Rata-Rata Total 6,6 84,1 7,7 6,7 80,7 12,6
Jumlah % 100 100
Tabel 4.2 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kategori Paham (P), Tidak
Paham (TP), dan Miskonsepsi (M) pada Data Hasil Posttest
Hasil data posttest menunjukkan bahwa sebagian besar siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen telah memahami konsep difusi dan osmosis, namun
masih ditemui adanya miskonsepsi. Adapun miskonsepsi siswa yang terdapat
pada kelas kontrol dan eksperimen tergolong rendah, yakni sebesar 19,3% pada
kelas kontrol dan 18% kelas eksperimen.1
Butir soal nomor 5 dan 16 merupakan butir soal yang memiliki persentase
tertinggi kategori miskonsepsi pada kelas kontrol, sebesar 32,4%. Indikator nomor
6 menganalisis perubahan struktur membran sel, memiliki rata-rata persentase
tertinggi kategori miskonsepsi, sebesar 27,5%.
Butir soal nomor 3 dan 7 merupakan butir soal dengan persentase tertinggi
kategori miskonsepsi pada kelas eksperimen, sebesar 31,4%. Indikator nomor 3
menjelaskan mekanisme transpor pasif difusi dan osmosis pada membran,
memiliki rata-rata persentase tertinggi kategori miskonsepsi, sebesar 25,3%.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen Pada Pretest dan Posttest
Pretest Posttest
Data Statistik
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Sampel (N) 34 35 34 35
Asymp. Sig. (2
0,021 0,003 0,371 0,305
tailed)
Α 0,05 0,05 0,05 0,05
Tidak Tidak
Kesimpulan Normal Normal
Normal Normal
1
Zulfiani, dkk, Analysis Misconceptions On Basic Concept Of Natural Sciences Through
CRI (Certainty Of Response Index), Clinical Review And Concept Maps, Proceeding Of
International Conference On Research, Implementation And Education Of Mathematics And
Sciences 2014, Yogyakarta State University, 18-20 May 2014, h. 138
59
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Derajat Miskonsepsi Kelas Kontrol dan Eksperimen
Pada Data Pretest dengan Uji Mann-Whitney U
Asymp. Sig.(2-tailed) Α Keterangan Kesimpulan
0,394 0,05 0,394 > 0,05 H0 diterima
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data memiliki variasi atau keragaman nilai sama atau secara
statistik sama. Uji homogenitas dilakukan setelah data persyaratan normalitas
60
terpenuhi, yakni data dinyatakan normal. Uji normalitas pada penelitian ini
dilakukan terhadap data posttest derajat miskonsepsi siswa kelas eksperimen dan
kontrol. Analisis uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program aplikasi
SPSS versi 16,0.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol
dan Eksperimen Pada Data Posttest
Data statisika sig Α Keterangan Kesimpulan
Posttest 0,950 0,05 0,950 > 0,05 Varians homogen
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukannya uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan
homogenitas terhadap data derajat miskonsepsi kelas eksperimen dan kontrol pada
posttest, diketahui derajat miskonsepsi kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi
normal dan homogen. Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah uji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol dan
Eksperimen Pada Data Posttest
Rata-Rata
Sig (2 tailed) α Keterangan Kesimpulan
Eksperimen Kontrol
18,00 16,26 0,721 0,05 0,721 > 0,05 H0 ditolak
nilai signifikansi > α atau H0 ditolak. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan
teruji oleh data, sehingga disimpulkan bahwa derajat miskonsepsi siswa kelas
eksperimen lebih rendah daripada siswa kelas kontrol
Tabel 4.7 Nilai CRI untuk Fraksi Jawaban Benar (Fb), Jawaban Salah
(CRIs), dan Jawaban Benar (CRIb) Kelas Kontrol
No. CRIs CRIb
No Indikator Fraksi
Soal Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Menunjukkan adanya 1 0,5 2,4 Netral 3,2 P
gejala transpor pasif, difusi 2 0,7 3,7 TP 3,7 P
dan osmosis 3 0,8 2,6 TP 2,9 P
2 Mendefinisikan pengertian 4 0,7 2,7 TP 3,3 P
transpor pasif, difusi dan 5 0,6 3,5 TP 4,0 P
osmosis 6 0,8 1,9 TP 3,6 P
2
Noly Pramu Iriyanti, Sri Mulyani, dan Sri Retno Dwi Ariani, “Identifikasi Miskonsepsi Pada
Materi Pokok Wujud Zat Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010”,
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012, h.9
62
Tabel 4.8 Nilai CRI untuk Fraksi Jawaban Benar (Fb), Jawaban Salah
(CRIs), dan Jawaban Benar (CRIb) Kelas Eksperimen
No. CRIs CRIb
No Indikator Fraksi
Soal Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Menunjukkan adanya 1 0,8 2,8 TP 3,9 P
gejala transpor pasif, 2 0,8 3,3 TP 3,9 P
difusi dan osmosis 3 0,5 3,1 Netral 3,6 P
2 Mendefinisikan 4 0,8 2,8 TP 4,4 P
pengertian transpor pasif, 5 0,7 3,6 TP 4,4 P
difusi dan osmosis 6 0,7 3,4 TP 4,0 P
3 Menjelaskan mekanisme 7 0,4 2,8 M 4,4 P
transpor pasif, difusi dan 8 0,7 3,2 TP 4,2 P
osmosis pada membran 9 0,6 2,7 TP 4,3 P
10 0,5 2,9 TP 3,6 P
11 0,5 2,8 TP 3,7 P
18 0,7 3,2 TP 5,0 P
4 Menjelaskan struktur dan 12 0,8 2,8 TP 4,2 P
fungsi membran sel dalam 13 0,7 2,3 TP 4,0 P
transpor zat 19 0,9 1,4 TP 4,8 P
5 Mengidentifikasi struktur 14 0,7 3,3 TP 4,0 P
membran sel dalam
transpor zat 20 0,9 2,0 TP 4,6 P
6 Menganalisis perubahan 15 0,7 2,1 TP 3,7 P
struktur membran sel 16 0,6 2,5 TP 5,1 P
dalam transpor zat 17 0,7 2,3 TP 4,2 P
Data yang didapatkan menunjukkan bahwa sebagian besar butir soal yang
dijawab salah oleh siswa eksperimen tergolong butir soal kategori tidak dipaham.
Butir soal yang termasuk ke dalam kategori yang dimiskonsepsikan siswa kelas
eksperimen adalah butir soal nomor 7 pada indikator menjelaskan mekanisme
transpor pasif, difusi dan osmosis pada membran. Butir soal dengan kategori
netral terdapat pada soal nomor 3.
mengenai proses difusi dan penerapan proses osmosis. Miskonsepsi terendah pada
kelas kontrol terdapat pada soal nomor 20 dengan persentase sebesar 2,9%
mengenai larutan isotonik.
Miskonsepsi siswa kelas kontrol juga terjadi pada soal nomor 10 sebesar
29,4% mengenai arah perpindahan pelarut dari hipotonik ke hipertonik. Soal
nomor 14 dan 15 sebesar 26,5% mengenai perubahan struktur membran sel. Soal
nomor 1, 2, 9 dan 17 sebesar 23,5% mengenai contoh proses difusi, sifat larutan
hipertonis dalam mekanisme osmosis dan perubahan struktur membran sel. Soal
nomor 7, 12, dan 13 sebesar 20,6% mengenai perubahan struktur membran sel.
Soal nomor 4, 8 dan 11 sebesar sebesar 14,7% perbedaan difusi dengan osmosis
dan arah perpindahan pelarut dalam penerapan osmosis. Soal nomor 3 dan 6
sebesar 11,8% mengenai contoh proses osmosis dan sifat permeabilitas membran
terhadap molekul, serta soal nomor 18 dan 19 sebesar 5,9% mengenai perubahan
struktur membran sel.
Miskonsepsi terbesar pada kelas eksperimen terdapat pada soal nomor 3 dan
7 dengan persentase sebesar 31,4% mengenai contoh proses osmosis dan
perubahan struktur membran sel dalam larutan hipotonis, sedangkan miskonsepsi
terendah terdapat pada soal nomor 19 dan 20 dengan persentase sebesar 2,9%
mengenai perubahan struktur membran sel dan larutan isotonik.
Miskonsepsi siswa kelas eksperimen juga terjadi pada soal nomor 10 dan 14
sebesar 28,6% mengenai arah perpindahan pelarut dari hipotonis ke hipertonis dan
perubahan struktur membran sel dalam penerapan osmosis. Soal nomor 11 dan 16
sebesar 25,7% mengenai arah perpindahan pelarut dan penerapan proses osmosis.
Soal nomor 6, 9 dan 18 sebesar 22,9% mengenai sifat permeabilitas membran
terhadap molekul, sifat larutan hipertonis dalam mekanisme osmosis dan
perubahan struktur membran sel. Soal nomor 5 dan 8 sebesar 20% mengenai
proses difusi dan arah perpindahan pelarut dari hipotonis ke hipertonis. Soal
nomor 12 dan 17 sebesar 14,3% mengenai perubahan struktur membran sel. Soal
nomor 2 dan 15 sebesar 11,4% contoh proses osmosis dan perubahan struktur
membran sel. Soal nomor 1 dan 4 sebesar 8,6% mengenai contoh proses difusi
65
dan perbedaan difusi dengan osmosis, serta soal nomor 13 sebesar 5,7% mengenai
perubahan struktur membran sel.
Miskonsepsi konsep difusi dan osmosis ditelusuri lebih lanjut melalui
kegiatan wawancara. Kegiatan wawancara pada penelitian ini dimaksudkan untuk
mencari tahu penyebab miskonsepsi siswa serta menulusuri konsistensi jawaban
siswa. Melalui wawancara siswa dapat mengemukakan alasan tentang
keputusannya dalam memilih jawaban yang telah disediakan berdasarkan
konsepsi yang dimiliki. Wawancara dilakukan pada siswa yang merepresentasikan
tiap kelompok kategori dengan jumlah tiga orang dari masing-masing kelompok
kategori miskonsepsi tinggi, miskonsepsi sedang, miskonsepsi rendah, paham, dan
tidak paham. Berdasarkan kriteria tersebut, wawancara dilakukan terhadap 14
orang responden dari kelas kontrol, dan 12 orang responden dari kelas
eksperimen.
Miskonsepsi pada butir soal yang diungkap dalam wawancara ditentukan
berdasarkan perbandingan rata-rata nilai CRI jawaban salah dan fraksi, rata-rata
persentase terbesar kategori miskonsepsi serta rata-rata persentase terbesar dalam
setiap indikator.
Hasil analisis data pada kelas kontrol teridentifikasi butir soal nomor 5 dan 16
merupakan butir soal dengan persentase tertinggi kategori miskonsepsi, sebesar
32,4%. Indikator nomor 6 menganalisis perubahan struktur membran sel,
memiliki rata-rata persentase tertinggi kategori miskonsepsi, dengan sebesar
27,5%. Butir soal yang termasuk ke dalam indikator nomor 6 adalah butir soal
nomor 15, 16, dan 17.
Perbandingan rata-rata nilai CRI jawaban salah dan fraksi menunjukan bahwa
butir soal nomor 7 dan 16 termasuk kedalam kategori soal yang
dimiskonsepsikan. Tabulasi butir soal yang dimiskonsepsikan siswa kelas kontrol
dalam memahami konsep difusi dan osmosis serta letak miskonsepsi dan alasan
siswa dalam menjawab pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 4.9.
66
No.
Indikator Soal Miskonsepsi Alasan
Soal
6. Menganalisis 16 Apabila sepotong Karena sifat kentang yang
perubahan kentang dapat menyerap garam.
struktur dimasukkan ke
membran sel larutan garam 10%
dalam transpor kemungkinan yang
zat akan terjadi adalah
beratnya akan
bertambah karena
kentang menyerap
garam
17 Tanaman yang Pupuk adalah elemen
diberi pupuk urea yang sangat dibutuhkan
sangat pekat akan oleh tanaman
menjadi subur Pupuk urea bersifat
karena mineralnya hipertonis sedangkan
terpenuhi tumbuhan bersifat
hipotonis, maka
tumbuhan akan menyerap
pupuk urea
Tanaman yang Pupuk adalah bahan
diberi pupuk urea kimia, sehingga
sangat pekat akan penggunaannya harus
menjadi mati sesuai anjuran
karena keracunan
Hasil analisis data pada kelas eksperimen teridentifikasi bahwa butir soal
nomor 3 dan 7 merupakan butir soal dengan persentase tertinggi kategori
miskonsepsi, sebesar 31,4%. Indikator nomor 3 menjelaskan mekanisme transpor
pasif difusi dan osmosis pada membran, memiliki rata-rata persentase kategori
miskonsepsi, sebesar 25,3%. Butir soal yang termasuk kedalam indikator nomor 3
adalah butir soal nomor 7, 8, 9, 10, 11, dan 18.
Perbandingan rata-rata nilai CRI jawaban salah dan fraksi, menujukkan
bahwa butir soal nomor 7 termasuk kedalam kategori soal yang dimiskonsepsikan.
Tabulasi butir soal yang dimiskonsepsikan siswa kelas eksperimen dalam
memahami konsep difusi dan osmosis serta letak miskonsepsi dan alasan siswa
dalam menjawab pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 4.10.
68
No.
Indikator Soal Miskonsepsi Alasan
Soal
9 Hilangnya berat Semakin banyak zat
kentang disebabkan pelarut dalam sel, maka
oleh cairan sel semakin banyak pula
hipertonis terhadap cairan yang keluar sel
larutan gula Air dalam kentang
bergerak keluar
3. Menjelaskan 10 Volume larutan Partikel pelarut akan
mekanisme gula 25% berpindah dari
transpor pasif, berkurang, konsentrasi pelarut tinggi
difusi, dan sedangkan larutan (larutan gula 25%
osmosis pada setara sitoplasma bersifat hipotonis) ke
membran bertambah konsentrasi pelarut
rendah (larutan setara
sitoplasma bersifat
hipertonis)
11 Peristiwa yang Gula bersifat hipertonik,
terjadi jika air sehingga akan bergerak
dalam kantung ke larutan yang hipotonik
selektif permeabel Air akan berpindah dari
dimasukkan ke konsentrasi pelarut lebih
dalam bejana berisi tinggi ke konsentrasi
larutan garam atau pelarut lebih rendah
gula pekat, yakni Air akan berdifusi dari
gula akan berdifusi bejana ke kantung karena
dari bejana ke prinsip difusi yakni air
dalam kantung akan berpindah dari
larutan hipertonis ke
hipotonis
Peristiwa yang Pertukaran air antara
terjadi jika air kantung dan bejana
dalam kantung disebabkan adanya difusi
selektif permeabel air
dimasukkan ke
dalam bejana berisi
larutan garam atau
gula pekat, yakni
ada pertukaran air
antara air dalam
kantung dan bejana
70
B. Pembahasan
Peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian yaitu kelas
kontrol dengan pendekatan saintifik (kurikulum 2013) dan kelas eksperimen
dengan model pembelajaran PjBL. Adapun pendekatan saintifik (kurikulum 2013)
yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah guru dalam melakukan
pembelajaran dikelas yang diawali dengan penjelasan materi pembelajaran.
Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
praktikum.
Proses pembelajaran kedua kelas sampel dipandu dengan menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan. Kelas eksperimen dipandu dengan LKS model pembelajaran PjBL,
sedangkan kelas kontrol dipandu dengan LKS praktikum. Adapun penyusunan
LKS PjBL dan LKS praktikum mengacu pada kompetensi dasar yang memuat
subkonsep difusi dan osmosis, yakni kompetensi dasar nomor 4.2 membuat model
proses dengan menggunakan berbagai macam media melalui analisis hasil studi
literatur, pengamatan mikroskopis, percobaan dan simulasi tentang bioproses yang
berlangsung di dalam sel.
Lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru selama proses
pembelajaran digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui keterlaksanaan
proses pembelajaran yang berlangsung pada kedua kelas sampel. Adapun
observer/ pengamat yang berperan dalam observasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung adalah guru pengampu mata pelajaran biologi kelas XI di SMAN 2
Cibinong, yakni Ibu Cony Nugraheni, S.Pd.
Data hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua di
kelas eksperimen didapatkan bahwa keterlaksanaan aktivitas guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
guru dan peserta didik telah melaksanakan seluruh tahapan PjBL sesuai dengan
yang direncanakan pada RPP.
Data hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua di
kelas kontrol didapatkan bahwa keterlaksanaan aktivitas guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan
72
3
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 7
73
TP-P
41% TP-P
46% TP-TP
TP-TP
21%
27%
Kontrol Eksperimen
(A) (B)
4
Mosik, P. Maulana, “Usaha Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi Fisika Melalui
Pembelajaran Dengan Pendekatan Konflik Kognitif”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 6,
2010, h. 101
74
pembelajaran pada kedua kelas sampel dapat dikatakan berhasil karena presentase
terbesar siswa dikelas paham terhadap materi yang diajarkan.
Kategori paham pada kedua kelas sampel mengalami peningkatan setelah
proses pembelajaran dilaksanakan, sedangkan kategori tidak paham pada kedua
kelas sampel mengalami penurunan. Kategori miskonsepsi masih terdapat pada
kedua kelas sampel. Jumlah persentase miskonsepsi kedua kelas sampel
meningkat dari sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Persentase
miskonsepsi kelas kontrol pada data pretest sebesar 7,7% dan meningkat pada
data posttest menjadi 19,3%. Pada kelas eksperimen, persentase miskonsepsi data
pretest sebesar 12,6% dan meningkat pada data posttest menjadi 18%. Adapun
miskonsepsi siswa setelah proses pembelajaran yang terdapat pada kelas kontrol
dan eksperimen tergolong dalam kategori rendah.
Materi transpor membran (difusi dan omosis) merupakan materi sub dari
materi pokok sel, sehingga memiliki alokasi waktu pembelajaran yang relatif
singkat. Alokasi waktu yang singkat tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran
menjadi kurang efektif sehingga siswa menjadi kurang maksimal dalam
mengkonstruk pengetahuan, terutama pada siswa kelas eksperimen yang diajar
dengan menggunakan model PjBL. Hal tersebut yang menjadi salah satu
penyebab peningkatan rata-rata jumlah persentase miskonsepsi setelah proses
pembelajaran.
Materi pembelajaran difusi dan osmosis dibahas di kelas dalam 2 kali
pertemuan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran perpertemuan.
Pertemuan pertama pada kelas kontrol membahas materi dan praktikum,
pertemuan kedua siswa mempresentasikan hasil praktikum. Sedangkan pada kelas
eksperimen pertemuan pertama siswa merancang proyek dan pertemuan kedua
publikasi proyek.
Proses pelaksanaan proyek dilaksanakan diluar kegiatan pembelajaran.
Monitoring oleh guru dilakukan secara tidak langsung dengan bantuan video yang
direkam oleh siswa pada saat penyelesaian proyek. Pada saat penyelesaian proyek
siswa mengalami kesulitan dalam pengaturan waktu, sehingga hasil yang
ditampilkan menjadi kurang maksimal. Hal ini disebabkan minimnya bimbingan
75
dari guru dalam pemberian dorongan kepada siswa untuk bekerja efektif dan
efisien dalam kelompok dan bertanggung jawab sesuai peran yang ditugaskan
oleh kelompok, karena guru memonitoring aktivitas siswa dalam penyelesaian
proyek secara tidak langsung. Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran
dengan model PjBL pada kelas eksperimen menjadi kurang efektif.
Pengertian konstruktivisme menegaskan bahwa miskonsepsi itu merupakan
hal yang wajar dalam proses pembentukan pengetahuan oleh seseorang yang
sedang belajar. Dengan adanya miskonsepsi itu, sebenarnya menunjukkan bahwa
pengetahuan sungguh merupakan bentukkan siswa sendiri dan bukan buatan dari
guru.5 Karena pengetahuan adalah konstruksi siswa sendiri, meskipun diberi
bahan atau pelajaran yang sama, siswa dapat membangun pengetahuan yang
berbeda dengan yang diinginkan guru.
Proses pembelajaran dapat membuat siswa bertambah mengerti dan konsep
yang diketahuinya bertambah, tetapi terkadang miskonsepsi yang dipunyai juga
bertambah. Tentu yang ideal adalah siswa mempunyai pengetahuan yang banyak
dengan miskonsepsi yang sedikit. Tetapi dalam kenyataan, tampaknya lebih baik
siswa mempunyai pengetahuan yang banyak meskipun miskonsepsinya
bertambah, karena dengan pengetahuan yang banyak siswa dapat memecahkan
lebih banyak persoalan.6
Secara keseluruhan, persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebagian
besar bergeser ke arah paham konsep. Pergeseran persentase miskonsepsi siswa
menjadi paham konsep yang paling besar terdapat pada kelas eksperimen
sebanyak 7%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 5%. Analisis uji normalitas
terhadap derajat miskonsepsi siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen pada
posttest menunjukkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki data
derajat miskonsepsi yang berdistribusi normal. Analisis dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Hasil analisis uji homogenitas didapatkan kesimpulan bahwa data
memiliki variasi atau keragaman nilai yang homogen atau sama.
5
Ibid., h. 32
6
Ibid., h. 117
76
7
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). h. 144
8
Ibid., H. 145
9
Una Lailis Tsani, Aditya Marianti, Nur Rahayu Utami, “Efektivitas Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Dengan Metode Gallery Walk Pada Pembelajaran Materi Sel di SMA”, Unnes
Journal of Biology Education, Vol 5, No. 1, 2016
77
Gambar 4.2 Grafik Nilai CRI untuk Jawaban Salah (CRIs) Dan Fraksi
(F) Kelas Kontrol Pada Konsep Difusi Dan Osmosis
4 1
3.5
0.8
3
2.5 0.6
2
0.4 CRIs
1.5
1 Fraksi
0.2
0.5
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 18 12 13 19 14 20 15 16 17
A B C D E F
Gambar 4.3 Grafik Nilai CRI untuk Jawaban Salah (CRIs) Dan Fraksi (F)
Kelas Eksperimen Pada Konsep Difusi Dan Osmosis
10
Noly Pramu Iriyanti, Sri Mulyani, dan Sri Retno Dwi Ariani, op. cit., h.8
78
Gambar 4.4 dan 4.5 menunjukan rata-rata nilai CRI dengan jawaban salah
(CRIs) perbutir soal yang dihubungkan dengan fraksi (jumlah siswa yang
menjawab benar) pada setiap komponen soal. Kategori A merupakan komponen
butir soal dengan indikator 1, komponen B merupakan komponen butir soal
dengan indikator 2, komponen C merupakan komponen butir soal dengan
indikator 3, komponen D merupakan komponen butir soal dengan indikator 4,
komponen E merupakan komponen butir soal dengan indikator 5, dan komponen
F merupakan komponen butir soal dengan indikator 6.
Tujuan dibuatnya grafik tersebut adalah untuk mempermudah dalam melihat
butir soal yang dipahami dan butir soal yang dimiskonsepsikan siswa. Butir soal
yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi jika memiliki nilai fraksi rendah (<
0,5) dan nilai CRIs berada pada rentang nilai antara 2 sampai 3 maka dapat
diputuskan bahwa soal termasuk kedalam kategori tidak dipahami siswa. Apabila
nilai fraksi sama dengan 0,5 dan CRIs berada pada rentang nilai antara 2 sampai 3
maka dapat diputuskan bahwa soal termasuk kedalam netral.
Penjelasan tersebut menyimpulkan bahwa setiap butir soal dapat
dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu butir soal yang dimiskonsepsikan
siswa, butir soal netral dan butir soal yang tidak dipahami siswa. Rekapitulasi data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11.
(A) (B)
Kontrol Eksperimen
80 80
60 60
40 40
20 20
0 0
Gambar 4.4 Grafik Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol (A)
dan Kelas Eksperimen (B) Pada Tiap Indikator Soal
Gambar 4.4 menggambarkan bahwa miskonsepsi tertingi pada kelas kontrol
terdapat pada indikator 6 yakni menganalisis perubahan struktur membran sel
dalam transpor zat. Sedangkan miskonsepsi pada kelas eksperimen terletak pada
indikator 3 yakni menjelaskan mekanisme transpor pasif, difusi dan osmosis pada
membran.
Peneliti melakukan tahap wawancara, setelah mengelompokkan tingkat
pemahaman siswa dan butir soal yang dimiskonsepsikan. Wawancara dilakukan
pada siswa yang berjumlah tiga orang dari masing-masing kelompok miskonsepsi
tinggi, sedang, rendah, paham, dan tidak paham. Berdasarkan kriteria tersebut,
wawancara pada kelas kontrol dilakukan terhadap 14 orang responden, dan kelas
eksperimen 12 orang responden.
Identifikasi butir soal pada kelas kontrol didapatkan bahwa butir soal nomor 5
dan 16 merupakan butir soal dengan kategori miskonsepsi tertinggi, dengan
persentase sebesar 32,4%. Indikator nomor 6 menganalisis perubahan struktur
membran sel, memiliki rata-rata miskonsepsi tertinggi, dengan persentase rata-rata
sebesar 27,5%. Adapun butir soal yang termasuk ke dalam indikator nomor 6
adalah butir soal nomor 15, 16, dan 17. Berdasarkan perbandingan rata-rata nilai
CRI jawaban salah dan fraksi, butir soal nomor 7 dan 16 termasuk kedalam
kategori soal yang dimiskonsepsikan.
80
Butir soal nomor lima meminta siswa untuk mengidentifikasi jenis proses
transpor pasif yang berupa proses pergerakan acak partikel dari konsentrasi tinggi
ke konsetrasi rendah. Berdasarkan hasil analisis soal ini merupakan yang memiliki
jumlah kategori miskonsepsi tertinggi sebesar 32,4%, dengan jumlah fraksi
sebesar 0,6 atau sebanyak 20 siswa yang dapat menjawab soal dengan benar.
Berkaitan dengan soal nomor lima, dua interviewee terindikasi mengalami
miskonsepsi, berikut merupakan dialog antara peneliti dan interviewee.
Dialog dengan interviewee 2
Interviewer: pada soal nomor 5 jawaban apa yang anda berikan ?
Interviewee 2: transpor pasif
Interviewer: kenapa anda merasa jawaban anda pasti benar ?
Interviewee 2: karena pergerakan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah tidak membutuhkan energi, sehingga jawabannya pasti transpor pasif.
Dialog dengan interviewee 4
Interviewer: pada soal nomor 5 jawaban apa yang anda berikan ?
Interviewee 4: osmosis
Interviewer: kenapa anda merasa jawaban anda hampir benar ?
Interviewee 2: Karena pergerakan partikel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah merupakan pengertian dari osmosis.
Hasil wawancara mengungkapkan interviewee 2 melupakan suatu informasi
bahwa transpor pasif dibedakan menjadi dua macam, yakni difusi dan osmosis.
Interviewee 2 terlalu menyederhanakan (undergeneralize) suatu konsep.
Pandangan siswa terlalu sempit mengenai objek atau peristiwa apa saja yang
dicakupi oleh suatu.11 Sedangkan Interviewee 4 tampak melupakan suatu
informasi bahwa pada osmosis terjadi perpindahan partikel melewati membran
yang bersifat semipermeabel. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan
bahwa interviewee 2 dan interviewee 4 mengalami miskonsepsi pada soal nomor 5
yang disebabkan oleh penalaran siswa yang tidak lengkap terhadap suatu konsep.
Penalaran siswa yang tidak lengkap menyebabkan penarikan kesimpulan yang
salah, sehingga menyebabkan miskonsepsi.12
11
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang
(Jakarta: Erlangga, 2008), h.328
12
Paul Suparno, op. cit., h. 38
81
13
Ibid., h. 45
82
sel dalam transpor zat. Adapun butir soal yang termasuk ke dalam indikator
nomor 6 adalah butir soal nomor 15, 16, dan 17.
Butir soal nomor lima belas memiliki rata-rata persentase kategori
miskonsepsi siswa siswa sebesar 26,5%, dengan fraksi sebesar 0,6 atau sebanyak
21 siswa yang dapat menjawab dengan benar, dan nilai CRIs sebesar 2,8. Butir
soal nomor lima belas siswa meminta untuk memprediksi penyebab lepasnya
membran sel dari dinding sel tumbuhan umbi bawang merah saat diberi
perwarnaan lugol. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 4 subjek interview yang
mengalami miskonsepsi. Keempat interviewee tersebut menjawab dengan
jawaban yang sama yakni gejala tersebut dapat terjadi karena lugol bersifat
hipotonis terhadap sitoplasma, namun dengan alasan yang berbeda-beda.
Interviewee 1 dengan nilai CRI sebesar 3 menjawab dengan alasan karena
membran sel yang terlepas dari dinding sel, mengindikasikan sel tumbuhan pecah
karena diberi lugol. Interviewee 10 menjawab dengan alasan karena lugol bersifat
hipotonis sedangkan sitoplasma bersifat hipertonis, sehingga membran sel terlepas
dan mengkerut. Interviewee 11 menjawab dengan alasan lugol bersifat hipotonis,
sehingga membran sel terlepas dari dinding selnya. Interviewee 7 menjawab
dengan alasan lugol bersifat hipotonis dan sitoplasma bersifat hipertonis.
Hasil wawancara tersebut mengungkap bahwa 4 subyek interview yang
mengalami miskonsepsi tersebut tidak memahami makna dari hipotonik dan
hipertonik. Terlihat pada interviewee 1 dan 10 selain tidak memahami makna dari
hipertonis dan hipotonis, mereka juga tidak memahami istilah-istilah pada
membran seperti, plasmolisis, krenasi, dan lisis. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa keempat subyek interview untuk nomor lima belas mengalami
miskonsepsi yang disebabkan oleh pemahaman yang tidak utuh.
Butir soal nomor enam belas memiliki persentase kategori miskonsepsi
tertinggi dengan persentase sebesar 27,5%. Selain itu butir soal ini memiliki fraksi
dengan nilai cukup rendah sebesar 0,4 atau sebanyak 15 siswa yang dapat
menjawab dengan benar, dan nilai CRIs sebesar 2,4. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa soal ini termasuk ke dalam soal yang dimiskonsepsikan
oleh siswa.
83
Butir soal nomor enam belas meminta siswa memprediksi kemungkinan yang
terjadi ketika sepotong kentang dimasukkan ke dalam larutan garam 10%.
Berdasarkan hasil wawancara terdapat 3 subjek interview yang mengalami
miskonsepsi dengan nilai CRI sebesar 3, yakni interviewee 7, interviewee 8, dan
interviewee 11. Ketiga interviwee tersebut menjawab dengan jawaban dan alasan
yang sama. Jawaban yang mereka berikan adalah kemungkinan yang akan terjadi
berat kentang akan bertambah karena kentang menyerap garam, dengan alasan
karena sifat kentang yang dapat menyerap garam.
Hasil wawancara yang dilakukan mengungkapkan bahwa siswa mengalami
miskonsepsi yang disebabkan oleh intuisi siswa yang salah. Pemikiran atau
intuitif itu biasanya berasal dari pengamatan akan benda atau kejadian secara terus
menerus.14 Intuisi yang salah tersebut berasal pengalaman yang didapatkan dalam
kehidupan siswa, berupa penggunaan kentang untuk mengurangi rasa asin pada
berbagai masakan.
Butir soal nomor tujuh belas memiliki persentase kategori miskonsepsi
sebesar 23,5%, dengan fraksi sebesar 0,6 atau sebanyak 22 siswa yang dapat
menjawab dengan benar, dan nilai CRIs sebesar 2,7. Butir soal nomor tujuh belas
meminta siswa untuk mengevaluasi apa yang akan terjadi ketika tanaman diberi
pupuk urea yang sangat pekat. Interviewee 7 dan interviewee 10 dengan nilai CRI
sebesar 3, menjawab tanaman akan menjadi subur karena mineralnya terpenuhi.
Alasan Interviewee 7, karena pupuk adalah elemen yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Sedangkan Interviewee 10 beralasan karena pupuk urea bersifat
hipertonis sedangkan tumbuhan bersifat hipotonis, maka tumbuhan akan
menyerap pupuk urea.
Interviewee 11 dengan CRI sebesar 3 menjawab tanaman akan mati karena
keracunan. Alasan Interviewee 11 menjawab soal tersebut karena pupuk adalah
bahan kimia, sehingga penggunaannya harus sesuai anjuran. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi
karena reasoning yang salah. Reasoning yang salah dapat terjadi karena logika
yang salah dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi, sehingga
14
Ibid., h. 39
84
15
Ibid., h. 38
16
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit., h.339
17
Paul Suparno, op. cit., h. 38
18
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit., h.328
85
pengertian adsorpsi yakni adhesi molekul sebagai lapisan tipis pada permukaan
benda padat atau cair.19
Interviewee 5 mengalami miskonsepsi yang disebabkan oleh reasoning yang
tidak lengkap. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Interviewee 5
melupakan suatu informasi bahwa terdapat didalam sel jaringan akar terdapat
membran semipermeabel, sehingga garam mineral dan air yang masuk ke dalam
jaringan akar harus melewati membran semipermeabel tersebut.
Indikator nomor 3 merupakan indikator yang memiliki kategori miskonsepsi
tertinggi pada kelas eksperimen dengan persentase rata-rata miskonsepsi sebesar
25,3%. Indikator nomor 3 menuntut siswa untuk dapat menjelaskan mekanisme
transpor pasif, difusi, dan osmosis. Adapun butir soal yang termasuk ke dalam
indikator nomor 3 adalah butir soal nomor 7, 8, 9, 10, 11, dan 18.
Butir soal nomor tujuh memiliki rata-rata persentase kategori miskonsepsi
siswa siswa sebesar 31,4%. Soal ini merupakan butir soal yang paling banyak
dimiskonsepsikan oleh siswa, dengan fraksi rendah sebesar 0,4 atau sebanyak 15
siswa yang dapat menjawab dengan benar, dan nilai CRIs pada soal sebesar 2,8,
sehingga soal nomor tujuh dapat dikatakan sebagai soal yang dimiskonsepsikan
oleh siswa.
Butir soal nomor tujuh meminta siswa untuk memprediksi apa yang terjadi
ketika sel tumbuhan dimasukkan ke dalam larutan hipotonis. Interviewee 1
dengan nilai CRI sebesar 3 dan Interviewee 8 dengan nilai CRI 4 menjawab akan
terjadi lisis. Alasan yang diberikan oleh Interviewee 1 dan Interviewee 8 hampir
sama, yakni sel tumbuhan akan pecah karena air yang masuk ke dalam sel terlalu
banyak. Interviewee 1 dan Interviewee 8 melupakan suatu informasi bahwa hal
yang pertama terjadi ketika sel tumbuhan membengkak adalah tekanan turgor
yang meningkat terlebih dahulu sebelum terjadinya lisis, karena adanya struktur
dinding sel pada sel tumbuhan.
Hasil wawancara tersebut mengungkapkan bahwa siswa telah berusaha untuk
memberikan jawaban namun dengan reasoning atau alasan yang tidak lengkap.
Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh atau
19
Mien A. Rifa‟i, Kamus Biologi, (Jakarta, Balai Pustaka 2004), h. 4
86
data yang diperoleh tidak lengkap, sehingga siswa menarik kesimpulan secara
salah dan menyebabkan miskonsepsi.20
Interviewee 2 dengan nilai CRI sebesar 4 menjawab plasmolisis, dengan
alasan sel tumbuhan berkonsentrasi tinggi, jika dimasukkan ke dalam larutan
hipotonis maka larutan hipotonis akan diserap oleh sel tumbuhan, yang
menyebabkan sel tersebut penuh dengan cairan, sehingga terjadi plasmolisis.
Hasil wawancara tersebut mengungkapkan bahwa Interviewee 2 belum
memahami pengertian dari lisis dan plasmolisis. Interviewee 2 mengalami
miskonsepsi yang disebabkan oleh pemahaman yang tidak utuh terhadap suatu
konsep, sehingga menimbulkan reasoning yang salah dan menyebabkan
miskonsepsi.
Butir soal nomor delapan meminta siswa untuk mengidentifikasi arah aliran
zat pelarut berdasarkan gambar yang disajikan, seperti pada soal berikut:
20
Paul Suparno, op. cit., h. 38
87
21
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit., h.355
88
22
Paul Suparno, op. cit, h. 39
89
23
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit., h.339
91
24
Paul Suparno, op. cit , h. 31-32
25
Jeanne Ellis Ormrod, op. cit., h.339
26
Ibid, h.341
92
juga perlu memperhatikan sumber belajar yang digunakan oleh siswa dan
penggunaan istilah-istilah pada saat proses pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan
guna mencegah terbentuknya miskonsepsi lebih lanjut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Miskonsepsi siswa yang terdapat pada kelas kontrol dan eksperimen
tergolong rendah, yakni sebesar 19,3% pada kelas kontrol dan 18% kelas
eksperimen. Hasil analisis data derajat miskonsepsi pada posttest kedua kelas
dengan menggunakan independent sample t-test, diperoleh signifikansi sebesar
0,721 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi > α atau H0 ditolak. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan teruji oleh data, sehingga disimpulkan bahwa
derajat miskonsepsi siswa kelas eksperimen lebih rendah daripada siswa kelas
kontrol.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki miskonsepsi yang berbeda, begitu pula dengan faktor-
faktor penyebabnya. Pada kelas kontrol miskonsepsi terbesar terdapat pada soal
nomor 5 dan 16 dengan persentase sebesar 32,4% mengenai proses difusi dan
penerapan proses osmosis. Miskonsepsi terendah pada kelas kontrol terdapat pada
soal nomor 20 dengan persentase sebesar 2,9% mengenai larutan isotonik.
Miskonsepsi terbesar pada kelas eksperimen terdapat pada soal nomor 3 dan 7
dengan persentase sebesar 31,4% mengenai contoh proses osmosis dan perubahan
struktur membran sel dalam larutan hipotonis, sedangkan miskonsepsi terendah
terdapat pada soal nomor 19 dan 20 dengan persentase sebesar 2,9% mengenai
perubahan struktur membran sel dan larutan isotonik.
Hasil wawancara intensif mengungkapkan penyebab miskonsepsi yang
dialami siswa berasal dari dalam diri siswa, diantaranya disebabkan oleh
reasoning yang tidak lengkap atau salah karena pemahaman siswa yang tidak
utuh, intuisi yang salah, dan beberapa diantaranya miskonsepsi yang berasal dari
sumber belajar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, seperti
dari blog internet dan sebagainya.
93
94
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, antara lain:
1. Analisis terhadap miskonsepsi siswa perlu dilakukan oleh guru untuk
memastikan bahwa konsep yang dibentuk siswa sudah sesuai dengan dengan
konsep ilmiah atau belum, sehingga dapat mempermudah dalam melakukan
perbaikan terhadap miskonsepsi yang dialami oleh siswa.
2. Pemilihan sumber belajar harus dipertimbangkan dengan baik oleh guru.
Sebaiknya guru memantau kembali sumber-sumber belajar yang digunakan
oleh siswa. Karena penggunaan sumber belajar yang kurang tepat dapat
berakibat pada munculnya miskonsepsi dalam diri siswa.
3. Dalam pelaksanaan model pembelajaran PjBL, sebaiknya setiap tahapan
dalam model pembelajaran PjBL dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran
dikelas, agar guru dapat memantau dan membimbing siswa secara langsung,
sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Guru juga perlu
mempertimbangkan pemilihan jenis proyek sesuai dengan alokasi waktu.
Sebaiknya model pembelajaran PjBL tidak diterapkan pada submateri dalam
konsep, karna pertimbangan keterbatasan waktu tatap muka.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. Designing and Conducting Mixed
Methods Research. USA: Sage Publications Ltd., 2007
Hafizah, Deni, Venny Haris, dan Eliwatis. Analisis Miskonsepsi Siswa Melalui
Tes Multiple Choice Menggunakan Certainty of Response Index pada Mata
Pelajaran Fisika MAN 1 Bukittinggi. Jurnal Pendidikan MIPA. 1(1), 2014
Iriyanti, Noly Pramu, Sri Mulyani, dan Sri Retno Dwi Ariani. Identifikasi
Miskonsepsi Pada Materi Pokok Wujud Zat Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Bawang Tahun Ajaran 2009/2010. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(1), 2012
Kadir. Statistika Terapan; Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016
95
96
Putra, Nusa, dan Hendarman. Mixed Methos Research Metode Riset Campur Sari;
Konsep, Strategi, dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2013
Sirih, M., dan Murni S. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII IA SMA Negeri
6 Kendari Pada Pelajaran Biologi Materi Transpor Membran. Jurnal Gema
Pendidikan. 20(2), 2013
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan; Teori dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid
2. Jakarta: PT. Indeks, 2011
Suyono, dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015Trianto, M.Pd, Pengantar Penelitian
Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan,
(Jakarta, Kencana 2011), h. 255
Tanziyah, Lia Li’anatus. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Subtopik Difusi Kelas
XI, Jurnal BioEdu. 4(3), 2015
Tsani,Una Lailis, Aditya Marianti, dan Nur Rahayu Utami. Efektivitas Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Metode Gallery Walk Pada
Pembelajaran Materi Sel di SMA. Unnes Journal of Biology Education. 5(1),
2016
Lampiran 1
4.2 Membuat model proses dengan menggunakan berbagai macam media melalui
analisis hasil studi literatur, pengamatan mikroskopis, percobaan, dan
simulasi tentang bioproses yang berlangsung di dalam sel.
Indikator :
Merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam
sel.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menunjukkan adanya gejala transpor pasif (difusi dan osmosis)
2. Siswa dapat mendefinisikan pengertian transpor pasif (difusi dan osmosis)
3. Siswa dapat menjelaskan mekanisme transpor pasif pada membran, difusi,
dan osmosis.
4. Siswa dapat merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung
didalam sel.
101
D. Materi Pembelajaran
terbagi menjadi
Eksositosis meliputi
meliputi meliputi
Perbedaan Difusi
Ukuran terfasilitasi
konsentrasi Suhu Difusi Osmosis
partikel zat
zat
dipengaruhi oleh dengan syarat
meliputi
Adanya protein
Ketebalan Tekanan pembawa
hipotonis membran turgor
semipermeabel meliputi
hipertonis meliputi
Protein
isotonis Lisis channel
Plasmolisis Protein
Transpor
Krenasi
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan saintifik
Model pembelajaran project based learning
Metode eksplorasi dan diskusi singkat
102
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menunjukkan Tes Pilihan Peristiwa apakah yang terjadi ketika
adanya gejala tertulis Ganda kulit tangan menjadi keriput karena
terlalu lama berenang/ mandi....
transpor pasif A. Difusi
(difusi dan B. Transpor aktif
osmosis) C. Osmosis
D. Pertukaran zat
E. Difusi terfasilitasi
108
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Mendefinisikan Tes Pilihan Proses transpor yang tidak memerlukan
pengertian tertulis Ganda energi untuk mengeluarkan dan
memasukkan ion melalui membran sel
transpor pasif disebut ....
(difusi dan A. Transpor aktif
osmosis) B. Endositosis
C. Eksositosis
D. Transpor pasif
E. Pompa Na-K
Menjelaskan Tes Pilihan Perhatikan gambar berikut!
mekanisme tertulis Ganda
transpor pasif
(difusi dan
osmosis) pada
membran
Berdasarkan gambar diatas setelah
diamati satu jam akan terjadi....
Volume A Volume B
A Tetap Tetap
B Tetap Berkurang
C Bertambah Berkurang
D Bertambah Bertambah
E Berkurang Bertambah
Merancang Non Tes Intrumen Mengerjakan LKS PJBL yang berisi
sebuah model Penilaian panduan dalam merancang proyek
LKS dan
tentang instrumen
bioproses yang penilaian
berlangsung tahapan
PJBL
didalam sel.
109
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
4.2 Membuat model proses dengan menggunakan berbagai macam media melalui
analisis hasil studi literatur, pengamatan mikroskopis, percobaan, dan
simulasi tentang bioproses yang berlangsung di dalam sel.
Indikator :
Membuat sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam sel
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan struktur dan fungsi membran sel dalam transpor zat
2. Siswa dapat mengidentifikasi struktur membran sel dalam transpor zat
3. Siswa dapat menganalisis perubahan struktur membran sel dalam transpor
zat
4. Siswa dapat membuat sebuah model tentang bioproses yang berlangsung
didalam sel yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
113
D. Materi Pembelajaran
terbagi menjadi
Eksositosis meliputi
meliputi meliputi
Perbedaan Difusi
Ukuran terfasilitasi
konsentrasi Suhu Difusi Osmosis
partikel zat
zat
dipengaruhi oleh dengan syarat
meliputi
Adanya protein
Ketebalan Tekanan pembawa
hipotonis membran turgor
semipermeabel meliputi
hipertonis meliputi
Protein
isotonis Lisis channel
Plasmolisis Protein
Transpor
Krenasi
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan saintifik
Model pembelajaran project based learning
Metode presentasi dan diskusi singkat
114
H. Penilaian
1. Jenis atau Teknik Penilaian
1) Tes
Tes kemampuan kognitif tertulis
2) Non tes
Penilaian tahapan pengerjaan proyek
2. Bentuk Instrumen dan Pedoman Penskoran
Instrumen tes tertulis
Intrumen penilaian tahapan pengerjaan proyek
Instruman penilaian hasil karya
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menjelaskan Tes Pilihan Sel yang mengalami pengerutan karena
struktur dan tertulis Ganda cairannya hilang disebut....
A. Difusi
fungsi membran B. Osmosis
sel dalam transpor C. Lisis
zat D. Krenasi
E. Turgor
Mengidentifikasi Tes Pilihan Berikut ini gambar hasil percobaan sel akar
struktur membran tertulis Ganda tumbuhan dalam tiga larutan pupuk urea
yang berbeda.
sel dalam transpor
zat
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
C. Gambar 3: difusi zat urea dari dalam sel
keluar sel.
D. Gambar 3: terjadi plasmolisis karena
larutan urea hipertonis.
Gambar 2: terjadi krenasi karena
perpindahan air dari luar ke dalam sel.
Menganalisis Tes Pilihan Pada pengamatan sel tumbuhan, sel umbi
perubahan tertulis Ganda bawang merah diberi pewarnaan lugol.
Akibatnya, membran sel terlepas dari
struktur dinding sel. Gejala tersebut dapat terjadi
membran sel karena....
dalam transpor A. Lugol bersifat hipotonis terhadap
sitoplasma
zat
B. Lugol bersifat isotonis terhadap
sitoplasma
C. Lugol bersifat hipertonis terhadap
sitoplasma
D. Kerusakan pada saat penyayatan
E. Dinding sel memang terpisah dari
membran sel
Membuat Non Tes Intrumen Mempresentasikan hasil proyek yang telah
sebuah model Penilaian dilakukan, sesuai dengan panduan LKS
tahapan PJBL
tentang pengerjaan
bioproses yang proyek dan
berlangsung penilaian
hasil karya
didalam sel.
119
Lampiran 2
4.2 Membuat model proses dengan menggunakan berbagai macam media melalui
analisis hasil studi literatur, pengamatan mikroskopis, percobaan, dan
simulasi tentang bioproses yang berlangsung di dalam sel.
Indikator :
Merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam
sel.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menunjukkan adanya gejala transpor pasif (difusi dan
osmosis)
2. Siswa dapat mendefinisikan pengertian transpor pasif (difusi dan osmosis)
3. Siswa dapat menjelaskan mekanisme transpor pasif pada membran, difusi,
dan osmosis.
4. Siswa dapat merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung
didalam sel.
123
D. Materi Pembelajaran
terbagi menjadi
Eksositosis meliputi
meliputi meliputi
Perbedaan Difusi
Ukuran terfasilitasi
konsentrasi Suhu Difusi Osmosis
partikel zat
zat
dipengaruhi oleh dengan syarat
meliputi
Adanya protein
Ketebalan Tekanan pembawa
hipotonis membran turgor
semipermeabel meliputi
hipertonis meliputi
Protein
isotonis Lisis channel
Plasmolisis Protein
Transpor
Krenasi
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan saintifik
Metode ceramah dan praktikum
124
H. Penilaian
1. Jenis atau Teknik Penilaian
1) Tes
Tes kemampuan kognitif tertulis
2) Non tes
Penilaian kinerja siswa dalam praktikum
Penilaian LKS praktikum
2. Bentuk Instrumen dan Pedoman Penskoran
Instrumen tes tertulis
Instrumen penilaian LKS praktikum
Instrumen penilaian kinerja dalam praktikum
128
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menunjukkan Tes Pilihan Peristiwa apakah yang terjadi ketika
adanya gejala tertulis Ganda kulit tangan menjadi keriput karena
terlalu lama berenang/ mandi....
transpor pasif A. Difusi
(difusi dan B. Transpor aktif
osmosis) C. Osmosis
D. Pertukaran zat
E. Difusi terfasilitasi
Mendefinisikan Tes Pilihan Proses transpor yang tidak memerlukan
pengertian tertulis Ganda energi untuk mengeluarkan dan
memasukkan ion melalui membran sel
transpor pasif disebut ....
(difusi dan A. Transpor aktif
osmosis) B. Endositosis
C. Eksositosis
D. Transpor pasif
E. Pompa Na-K
Menjelaskan Tes Pilihan Perhatikan gambar berikut!
mekanisme tertulis Ganda
transpor pasif
(difusi dan
osmosis) pada
membran
Berdasarkan gambar diatas setelah
diamati satu jam akan terjadi....
Volume A Volume B
A Tetap Tetap
B Tetap Berkurang
C Bertambah Berkurang
D Bertambah Bertambah
E Berkurang Bertambah
129
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Merancang Non Tes Intrumen Mengerjakan LKS yang berisi
sebuah model Penilaian panduan dalam melaksanakan
LKS dan praktikum.
tentang instrumen
bioproses yang penilaian
berlangsung kinerja
dalam
didalam sel.
praktikum
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
4.2 Membuat model proses dengan menggunakan berbagai macam media melalui
analisis hasil studi literatur, pengamatan mikroskopis, percobaan, dan
simulasi tentang bioproses yang berlangsung di dalam sel.
Indikator :
Membuat sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam sel
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan struktur dan fungsi membran sel dalam transpor zat
2. Siswa dapat mengidentifikasi struktur membran sel dalam transpor zat
3. Siswa dapat menganalisis perubahan struktur membran sel dalam transpor
zat
4. Siswa dapat membuat sebuah model tentang bioproses yang berlangsung
didalam sel yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
133
D. Materi Pembelajaran
terbagi menjadi
Eksositosis meliputi
meliputi meliputi
Perbedaan Difusi
Ukuran terfasilitasi
konsentrasi Suhu Difusi Osmosis
partikel zat
zat
dipengaruhi oleh dengan syarat
meliputi
Adanya protein
Ketebalan Tekanan pembawa
hipotonis membran turgor
semipermeabel meliputi
hipertonis meliputi
Protein
isotonis Lisis channel
Plasmolisis Protein
Transpor
Krenasi
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan saintifik
Metode presentasi dan diskusi singkat
134
H. Penilaian
1. Jenis atau Teknik Penilaian
3) Tes
Tes kemampuan kognitif tertulis
4) Non tes
Penilaian psikomotorik saat diskusi
Penilaian hasil karya laporan praktikum
2. Bentuk Instrumen dan Pedoman Penskoran
Instrumen tes tertulis
Intrumen penilaian kinerja siswa dalam diskusi
Instrumen penilaian hasil karya laporan praktikum
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menjelaskan Tes Pilihan Ganda Sel yang mengalami pengerutan karena
struktur dan tertulis cairannya hilang disebut....
A. Difusi
fungsi membran B. Osmosis
sel dalam transpor C. Lisis
zat D. Krenasi
E. Turgor
138
Mengidentifikasi Tes Pilihan Ganda Berikut ini gambar hasil percobaan sel akar
struktur membran tertulis tumbuhan dalam tiga larutan pupuk urea
yang berbeda.
sel dalam transpor
zat
Indikator
Teknik Bentuk
Pencapaian Instrumen
Penilaian Instrumen
Kompetensi
Membuat Non Tes Intrumen Mempresentasikan hasil praktikum yang
sebuah model Penilaian kinerja telah dilakukan, sesuai dengan panduan
dalam diskusi dan LKS.
tentang penilaian hasil
bioproses yang karya
berlangsung
didalam sel.
Lampiran 3
KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA
1. 7.
2. 8.
3. 9.
4. 10.
5. 11.
6. 12.
141
TUJUAN
1. Siswa dapat merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam sel.
ARTIKEL 1
Sayuran segar merupakan sumber makanan yang mempunyai kandungan gizi yang
cukup lengkap. Sehingga sayuran sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari disamping buah
tentunya. Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis, sehingga suhu untuk setiap
harinya cenderung ke suhu yang panas, terkecuali untuk daerah dataran yang tinggi. Suhu
yang panas menyebabkan sayuran akan cepat layu kehilangan daya kesegarannya, sehingga
dengan turunnya kadar kesegaran maka kandunngan gizi/vitamin juga akan berkurang.
Menurut Chef Kholifalloh, sous chef dari Discovery Sky & Lounge, pada umumnya
sayuran dalam bentuk daun, maksimal hanya bisa bertahan selama dua hari jika disimpan di
dalam lemari es. Jika sayuran disimpan lebih dari sehari, biasanya kadar kesegarannya sudah
menurun dan sayuran menjadi layu. Sayuran yang layu tentu saja kurang enak untuk dibuat
olahan, karena teksturnya sudah lembek dan tidak renyah lagi. Terlebih jika sayuran tersebut
ingin dibuat salad.
Untuk masyarakat dengan perekonomian yang telah mapan, masalah untuk
mempertahankan kesegaran sayuran tidaklah menjadi masalah, tinggal dimasukkan ke lemari
pendingin masalah dapat sedikit teratasi, akan tetapi bagi masyarakat berpenghasilan yang
pas-pasan maka untuk berkeinginan mempunyai sayuran yang segar setiap harinya menjadi
masalah tersendiri karena tidak tersedianya lemari pendingin. Maka tentu saja mencari
alternatif/cara agar sayur tetap segar walau disimpan dengan jangka waktu yang cukup lama.
142
Pertanyaan Pengarah
2. Apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam wacana tersebut?
Berikan alasanmu!
3. Apakah usaha yang dilakukan tersebut terkait dengan gejala difusi dan osmosis?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya gejala difusi osmosis, pada usaha yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan pada wacana ?
143
TUGAS
Sayuran adalah salah satu jenis makanan yang paling banyak dibicarakan, terutama dalam
perbincangan kesehatan atau saran dokter. Karena sayuran adalah makanan padat gizi, rendah
lemak, dan mendukung untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Selain nutrisi yang baik
untuk tubuh, sayuran hijau juga sangat nikmat untuk disantap sebagai salad. Namun, jenis
sayuran yang umumnya terdapat dalam salad merupakan jenis sayuran mudah layu. Sayuran
yang layu dan membusuk tentunya tidak layak dikonsumsi, karena berkurangnya sejumlah
nutrisi yang dikandung. Hal tersebut membutuhkan cara yang tepat untuk menanganinya.
Dapatkan kalian membuat proyek tentang bagaimana upaya untuk mempertahankan
kesegaran sayuran? Kaitkanlah proyek tersebut dengan prinsip difusi dan osmosis! Dan
presentasikanlah hasil proyek kalian di depan kelas !
Buatlah rancangan proyek yang akan Anda lakukan, meliputi alat, bahan, langkah kerja
dalam penyelesaian proyek. Alat bahan dan langkah kerja disertakan dengan foto/ video
(dokumentasi)
Literatur Referensi
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/04/03/298/1128748/segarkan-sayuran-layu-dengan-air-
dingin
http://bkpd.jabarprov.go.id/trik-kembali-segarkan-sayuran-yang-layu/
144
LANGKAH KERJA
145
Buatlah rencana pembuatan proyek atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada proyek dalam
bentuk jadwal kegiatan!
Hari ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Buatlah rencana pembagian tugas setiap anggota kelompok dalam penyelesaian proyek ini !
Usahakan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab dalam menyelesaikan proyek
KESIMPULAN
1. Cover
2. Judul proyek
3. Dasar Teori
4. Tujuan
5. Alat dan bahan
6. Langkah kerja
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar pustaka
10. Dokumentasi
147
b
TUJUAN
1. Siswa dapat merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam sel.
ARTIKEL 2
MENGOLAH IKAN YANG BERLENDIR
Ikan Lele atau Keli adalah salah satu ikan air tawar yang sering dijadikan masakan di
Indonesia. Ciri khas dari lele adalah kumis di kepalanya yang mirip dengan kumis kucing,
maka tidak heran jika dalam bahasa Inggris ikan ini disebut dengan Catfish.
Ikan lele merupakan ikan konsumsi air tawar dengan nilai gizi dan cita rasa yang
tinggi, maka tak heran jika saat ini banyak kalangan yang semakin suka mengkomsumsi ikan
lele. Namun demikian, kendala yang sering dialami adalah sulitnya menangkap dan
memotong ikan lele karena lele terkenal licin karena banyak mengeluarkan bau yang cukup
anyir, kendati sudah tersaji matang sehingga kerap membuat selera makan menghilang.
Walaupun cukup sulit membersihkan ikan lele tapi tidak menyurutkan minat
masyarakat pada lele. Banyak sekali kandungan gizi yang bisa kita dapatkan termasuk
protein, asam lemak omega 3, fosfor, masih banyak lagi vitamin dan mineral di dalamnya.
Banyak yang bilang gizi dalam lele itu setara dengan ikan salmon, padahal secara harga
keduanya jelas jauh beda.
148
Pertanyaan Pengarah
2. Apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam wacana tersebut?
Berikan alasanmu!
3. Apakah usaha yang dilakukan tersebut terkait dengan gejala difusi dan osmosis?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya gejala difusi osmosis, pada usaha yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan pada wacana ?
149
TUGAS
Ikan lele merupakan ikan konsumsi air tawar dengan nilai gizi dan cita rasa yang tinggi, maka
tak heran jika saat ini banyak kalangan yang semakin suka mengkomsumsi ikan lele. Namun
demikian, kendala yang sering dialami adalah sulitnya menangkap dan memotong ikan lele
karena lele terkenal licin karena banyak mengeluarkan bau yang cukup anyir, kendati sudah
tersaji matang sehingga kerap membuat selera makan menghilang. Dapatkah kalian membuat
proyek tentang bagaimana upaya untuk menghilangkan lendir ikan pada saat memasaknya ?
Kaitkanlah proyek tersebut dengan prinsip difusi dan osmosis! Dan presentasikanlah hasil
proyek kalian di depan kelas !
Buatlah rancangan proyek yang akan Anda lakukan, meliputi alat, bahan, dan langkah
kerja dalam penyelesaian proyek. Alat, bahan dan langkah kerja disertakan dengan foto /
video (dokumentasi)
Literatur Referensi
http://budidayaikanbelut.blogspot.co.id/2011/09/tip-memotong-ikan-belut-dan.html
http://www.dapur.website/2016/02/cara-membersihkan-ikan-lele.html
http://www.vemale.com/kuliner/tips-dapur/8639-menghilangkan-lendir-pada-ikan.html
150
LANGKAH KERJA
151
Buatlah rencana pembuatan proyek atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada proyek dalam
bentuk jadwal kegiatan!
Hari ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Buatlah rencana pembagian tugas setiap anggota kelompok dalam penyelesaian proyek ini !
Usahakan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab dalam menyelesaikan proyek
KESIMPULAN
1. Cover
2. Judul proyek
3. Dasar Teori
4. Tujuan
5. Alat dan bahan
6. Langkah kerja
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar pustaka
10. Dokumentasi
153
TUJUAN
1. Siswa dapat merancang sebuah model tentang bioproses yang berlangsung didalam sel.
ARTIKEL 3
Dalam dunia fotografi, seorang fotografer dituntut untuk menciptakan sebuah gambar yang
berkualitas, unik, dan tidak biasa. Tema natural sering diangkat dalam tema foto, bunga
menjadi objek yang paling sering digunakan. Meskipun alam menyediakan banyak bunga
dalam berbagai warna, beberapa bunga berwarna indah yang terlihat di pesta-pesta
pernikahan, toko-toko bunga, dan gambar-gambar berkualitas tinggi di majalah-majalah
terkadang diwarnai.
Proses mewarnai bunga segar melibatkan penambahan pewarna ke dalam air dan menunggu
bunga menyerap air warna tersebut. Pewarna akan diserap oleh bunga Anda sehingga paling
baik memilih bunga berwarna cerah. Pilihan-pilihan bunga yang populer meliputi mawar,
aster, anggrek, krisan, dan Daucus carota tetapi Anda juga dapat mencoba menggunakan
semua jenis bunga lainnya yang berwarna pucat.
154
Pertanyaan Pengarah
2. Apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam wacana tersebut?
Berikan alasanmu!
3. Apakah usaha yang dilakukan tersebut terkait dengan gejala difusi dan osmosis?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya gejala difusi osmosis, pada usaha yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan pada wacana ?
155
TUGAS
Bunga mawar adalah bunga yang dijuluki sebagai ratu bunga. Bunga ini adalah tanaman hias
yang banyak dipilih sebagai hiasan rumah karena keindahannya. manfaat bunga mawar yang
paling menonjol tentu saja keindahan fisiknya, ciri khusus tumbuhan mawar ini dapat dilihat
dari bentuk dan wangi khasmya yang menyegarkan. Selain itu bunga mawar sering kali
digunakan sebagai obyek fotografi, beberapa diantaranya telah dirubah warnanya. Untuk
memodifikasi warna bunga, membutuhkan cara yang tepat dalam menanganinya, guna
menghasilkan warna yang unik. Dapatkan kalian membuat proyek tentang bagaimana upaya
untuk merubah warna bunga, sehingga tersebut dapat menampilkan warna yang tidak biasa ?
Kaitkanlah proyek tersebut dengan prinsip difusi dan osmosis! Dan presentasikanlah hasil
proyek kalian di depan kelas !
Buatlah rancangan proyek yang akan anda lakukan, meliputi alat, bahan, langkah kerja
dalam penyelesaian proyek. Alat bahan dan langkah kerja disertakan dengan foto/ video
(dokumentasi)
Literatur Referensi
http://id.wikihow.com/Membuat-Bunga-Mawar-Pelangi
https://mamaray.wordpress.com/2014/06/23/percobaan-membuat-bunga-berwarna-warni/
156
LANGKAH KERJA
157
Buatlah rencana pembuatan proyek atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada proyek dalam
bentuk jadwal kegiatan!
Hari ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Buatlah rencana pembagian tugas setiap anggota kelompok dalam penyelesaian proyek ini !
usahakan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab dalam menyelesaikan proyek
KESIMPULAN
1. Cover
2. Judul proyek
3. Dasar Teori
4. Tujuan
5. Alat dan bahan
6. Langkah kerja
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar pustaka
10. Dokumentasi
159
Lampiran 4
KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
160
NAMA : ________________
NO.ABSEN : ________________
KELAS : ________________
KELOMPOK : ________________
A. Kompetensi Dasar
4.2 Membuat model proses dengan berbagai macam media melalui analisis hasil
studi literatur pengamatan mikroskopis, percobaan, dan simulasi tentang
bioproses yang berlangsung di dalam sel.
B. Pendahuluan
Fungsi membran sel antara lain sebagai pengatur keluar masuknya zat.
Pengaturan itu memungkinkan sel untuk memperoleh pH sesuai, dan konsentrasi
zat-zat menjadi terkendali. Sel juga dapat memperoleh masukan zat-zat dan ion-
ion yang diperlukan serta membuang zat-zat yang tidak diperlukan. Perpindahan
molekul atau ion melewati membran ada dua macam, yaitu transpor pasif dan
transpor aktif.
Transpor aktif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan
energi sel. Perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi
tinggi ke rendah. Jadi, perjalanan itu terjadi secara spontan. Contoh transpor pasif
adalah difusi, osmosis, daan difusi terfasilitasi. Sedangkan transpor aktif adalah
perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi dari sel itu.
Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi. Contoh
transpor aktif adalah pompa Natrium (Na+)- Kalium (K+), endositosis, dan
eksositosis (Istamar, 2006).
161
Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul air (pelarut) dari kerapatan
tinggi ke kerapatan rendah dengan melewati suatu membran. Osmosis dapat
didefinisikan sebagai difusi lewat membran (Sri, 2008).
C. Tujuan
1. Siswa mengetahui peristiwa transpor zat melalui membran (osmosis)
2. Siswa mampu membedakan antara kondisi hipertonis dan kondisi
hipotonis
D. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh larutan garam, gula, dan aquades terhadap panjang dan volume
kentang/ wortel ?
E. Hipotesis
162
Bahan
1. Kentang atau wortel
2. Larutan garam
3. Larutan gula
4. Aquades
5. Larutan iodin
G. Langkah Kerja
1. Potonglah kentang atau wortel menjadi 15 kubus yang masing-masing
berukuran 1 x 1x 1 cm
2. Siapkan 3 buah gelas beker 50ml, lalu berilah kode A, B,dan C
3. Tuangkan larutan garam ke dalam gelas beker A, larutan gula ke dalam
gelas beker B, dan aquades ke dalam gelas beker C (Sampai menutupi
bagian kentang), lalu tambahkan 3 tetes iodine ke tiap-tiap delas beker
4. Masukkan 2 buah kubus kentang/wortel ke dalam tiap-tiap gelas beker
5. Pada interval 5 menit, keluarkan sebuah kubus kentang atau wortel dari
tiap tiap gelas beker dan potonglah menjadi 2 bagian dengan memakai
silet
6. Ukurlah jarak larutan iodine yang masuk ke dalam kubus tersebut dengan
mengukurnya mulai dari tepi irisan kubus menuju ke daerah tengah yang
masih dapat teramati warna larutan iodinnya dan ukurkan panjang sisi
kubus, lalu hitung volumenya
7. Hitunglah jarak rata-rata semua potongan kubus kentang/wortel selama
waktu 25 menit
165
I. Pembahasan
166
J. Kesimpulan
K. Pertanyaan
1. Tentukanlah variabel-variabel yang digunakan dalam percobaan !
2. Apa perbedaan antara difusi dan osmosis ?
3. Apa yang dimaksud dengan hipertonis dan hipotonis ? Apa yang terjadi
pada kentang atau wortel pada tiap gelas beker? Mengapa demikian?
L. Daftar Pustaka
Syamsuri, Istamar, dkk. 2006. Biologi Untuk SMA Kelas XI Semester I. Jakarta:
Erlangga
Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2 Untuk Kelas XI SMA dan MA.
Jakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Dosso Sang Isahi. 2011. Osmosis Pada
Kentang.(http://www.praktikumbiologi.com/2011/07/ osmosis-pada-
kentang.html) diakses tanggal 21 Mei 2014, pukul 11.40 WIB
167
Lampiran 5
JAWABAN DAN RUBRIK PENILAIAN LKS 1 PROJECT BASED LEARNING
Gambar a Gambar b
169
0
7. Jadwal penyelesaian proyek Menuliskan jadwal dengan jelas 3
Menuliskan jadwal kurang jelas 2
Menuliskan jadwal tidak jelas 1
Tidak menjawab 0
171
Gambar a Gambar b
175
Lampiran 6
JAWABAN DAN RUBRIK PENILAIAN LKS PRAKTIKUM
Lampiran 7
Penilaian Tahapan Pengerjaan Proyek
Kriteria
Pengolahan
Penyusunan Publikasi Jumlah
Kel. Pengumpulan data/ Nilai
Perencanaan hasil hasil Skor
data pelaksanaan
pekerjaan
proyek proyek
1 3 3+4 4+4 4+2 4+4+2 32 85
2 4 4+4 4+4 4+4 4+4+4 40 100
3 4 2+4 4+4 4+3 4+4+3 36 90
Kriteria
No Tahapan Deskripsi SB B C K(
(4) (3) (2) 1)
1 Perencanaan Memuat:
Topik, tujuan, bahan/alat, langkah kerja,
jadwal, waktu, tempat pelaksanaan proyek
2 Pengumpulan a. Data/ informasi tercatat dengan rapi, jelas,
data dan lengkap
b. Ketepatan menggunakan alat/bahan/metode.
3 Pengolahan data/ a. Ada pengklasifikasian data, penafsiran data
pelaksanaan sesuai dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan.
pekerjaan b. Ada uraian tentang pelaksanaan pekerjaan.
4 Penyusunan a. Merumuskan topik, merumuskan tujuan,
laporan dan hasil menuliskan alat dan bahan, menguraikan cara
proyek kerja (langkah kegiatan)
b. Penulisan laporan sistematis, menggunakan
bahasa yang komunikatif. Penyajian data
lengkap, memuat kesimpulan dan saran
5 Publikasi hasil a. Penampilan dalam presentasi
proyek b. Efektifitas penggunaan waktu presentasi
c. Penggunaan jenis media presentasi yang
menunjang hasil proyek
188
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 4. Penafsiran angka-
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1=kurang, 2=cukup, 3=baik, dan 4=amat baik.
Skor maksimum= skor maksimum setiap indikator x jumlah indikator = 4x6 = 24
20
Jadi siswa yang memperoleh skor 20 setelah dikonversi nilainya menjadi 40x100=50
Cara untuk mengkonversi skor menjadi nilai, salah satunya yang sederhana yaitu
menggunakan kriteria
Nilai Konversi
Skor Total Kategori
Angka Huruf
17-20 81-100 A Amat Baik
13-16 61-80 B Baik
8-12 41-60 C Cukup
4-7 20-40 D Kurang
189
Lampiran 8
Bentuk Instrumen Penilaian Hasil Karya Laporan Praktikum Kelas
Eksperimen
Kriteria
Kelengkapan Jumlah
Kelompok Periode Sistematika Ketajaman
Gagasan/ Kesimpulan Skor
Pengumpulan Penulisan Pembahasan
Data
1 2 2 3 2 2 11
2 3 4 4 4 4 19
3 3 4 2 4 4 17
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 4. Penafsiran angka-
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1=kurang, 2=cukup, 3=baik, dan 4=amat baik.
Skor maksimum= skor maksimum setiap indikator x jumlah indikator = 4x5 = 20
15
Jadi siswa yang memperoleh skor 35 setelah dikonversi nilainya menjadi 20x100=75
Cara untuk mengkonversi skor menjadi nilai, salah satunya yang sederhana yaitu
menggunakan kriteria
Nilai Konversi
Skor Total Kategori
Angka Huruf
17-20 81-100 A Amat Baik
13-16 61-80 B Baik
8-12 41-60 C Cukup
4-7 20-40 D Kurang
191
Lampiran 9
Rubrik Penilaian
Baik ( 90 ) : Melakukan prosedur pengamatan dengan benar, aktif dalam kegiatan
melakukan
Cukup ( 85 ) : Melakukan prosedur pengamatan dengan benar, tidak terlalu aktif dalam
kegiatan praktikum
Kurang ( 80 ) : Tidak melakukan prosedur pengamatan dengan benar , pasif dalam
melakukan kegiatan praktikum
1. + 2. + 3. +
- - -
4. + 5. + 6. +
- - -
Guru memberi skor kepada masing-masing siswa sesuai dengan kriteria pada rubrik.
Nama siswa yang memiliki criteria di atas rata-rata kelompok diletakkan di bagian
atas (positif), dan sebaliknya. Nilai yang setara dengan garis pembagi adalah nilai
rata-rata pada kelompok.
192
Lampiran 10
Kriteria
Ke Mengemuka Menghargai Menyampaikan ∑
Mendemo Menjawab Nilai
l kan Bertanya Pendapat Kesimpulan Skor
nstrasikan Pertanyaan
pendapat orang lain Diskusi
1 4 4 3 4 4 3 22 92
2 4 4 3 4 4 3 22 92
3 4 4 4 4 4 3 23 96
4 4 4 4 4 4 3 23 96
5 4 4 3 3 4 4 22 92
6 3 4 2 3 4 3 16 67
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 4. Penafsiran angka-
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1=kurang, 2=cukup, 3=baik, dan 4=amat baik.
Skor maksimum= skor maksimum setiap indikator x jumlah indikator = 4x6 = 24
20
Jadi siswa yang memperoleh skor 20 setelah dikonversi nilainya menjadi 24x100=83
Cara untuk mengkonversi skor menjadi nilai, salah satunya yang sederhana yaitu
menggunakan kriteria
Nilai Konversi
Skor Total Kategori
Angka Huruf
20-24 81-100 A Amat Baik
15-19 61-80 B Baik
10-14 41-60 C Cukup
5-9 20-40 D Kurang
195
Lampiran 11
Kriteria
Kelengkapan ∑
Kel Periode Sistematika Ketajaman Nilai
Gagasan/ Kesimpulan Skor
Pengumpulan Penulisan Pembahasan
Data
1 3 3 4 4 4 18 90
2 3 3 4 4 3 17 85
3 3 4 3 4 3 17 85
4 3 4 4 4 4 19 95
5 3 3 3 3 0 12 60
6 3 3 3 4 0 13 65
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 4. Penafsiran angka-
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1=kurang, 2=cukup, 3=baik, dan 4=amat baik.
Skor maksimum= skor maksimum setiap indikator x jumlah indikator = 4x5 = 20
15
Jadi siswa yang memperoleh skor 35 setelah dikonversi nilainya menjadi 20x100=75
Cara untuk mengkonversi skor menjadi nilai, salah satunya yang sederhana yaitu
menggunakan kriteria
Nilai Konversi
Skor Total Kategori
Angka Huruf
17-20 81-100 A Amat Baik
13-16 61-80 B Baik
8-12 41-60 C Cukup
4-7 20-40 D Kurang
198
Lampiran 12
Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis berbagai proses pada sel yang meliputi: mekanisme transpor pada membran, difusi, osmosis, transpor aktif,
endositosis, dan eksositosis, reproduksi, dan sintesis protein sebagai dasar pemahaman bioproses dalam sistem hidup.
Taksonomi
Subtopik Kunci
No Indikator Bentuk Soal Jenjang Dimensi Keputusan
Materi Jawaban
Kognitif Pengetahuan
1 Menunjukan Difusi Ibu yang sedang memasak di ruang dapur, aroma masakannya
adanya gejala akan tercium hingga ke ruang keluarga. Hal tersebut
tranpor pasif (difusi menunjukan terjadinya mekanisme...
dan osmosis) A. Osmosis Tidak
C C1 Konseptual
B. Difusi terfasilitasi digunakan
C. Difusi
D. Krenasi
E. Transpor aktif
199
2 Menunjukan Difusi Jika anda menyemprotkan minyak wangi dalam ruangan maka
adanya gejala wanginya akan menyebar. Peristiwa ini disebut ....
transpor pasif A. Osmosis
Tidak
(difusi dan osmosis) B. Transpor Aktif D C1 Konseptual
digunakan
C. Endositosis
D. Difusi
E. Eksositosis
3 Menunjukan Difusi Oksigen merupakan zat yang penting untuk proses oksidasi
adanya gejala dalam sel. Masuknya oksigen ke dalam sel dengan cara ....
transpor pasif A. Osmosis
(difusi, dan B. Eksositosis E C1 Faktual Digunakan
osmosis) C. Fagositosis
D. Pinositosis
E. Difusi
4 Menunjukan Osmosis Potongan kentang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa yang
adanya gejala konsentrasinya berbeda-beda. Setelah beberapa saat, terjadi
transpor pasif perubahan berat kentang pada setiap perlakuan konsentrasi.
(difusi, dan Peristiwa ini merupakan contoh dari....
Tidak
osmosis) A. Osmosis A C2 Konseptual
digunakan
B. Difusi
C. Endositosis
D. Eksositosis
E. Pinositosis
5 Menunjukan Osmosis Peristiwa yang terjadi secara osmosis adalah....
adanya gejala A. Respirasi pada organisme multiseluler
transpor pasif B. Perpindahan larutan hipotonis ke dalam sel darah merah Tidak
B C1 Konseptual
(difusi, dan C. Penyebaran gas sulfida ke atmosfir digunakan
osmosis) D. Pelepasan karbondioksida ke atmosfir
E. Transpirasi melalui daun
200
Tidak
A C2 Konseptual
digunakan
B C2 Konseptual Digunakan
C C2 Konseptual Digunakan
Berdasarkan gambar diatas setelah diamati satu jam akan
terjadi....
Volume A Volume B
A Tetap Tetap
B Tetap Berkurang
C Bertambah Berkurang
D Bertambah Bertambah
E Berkurang Bertambah
24 Menjelaskan Osmosis Peristiwa yang dapat terjadi jika air dalam kantung yang
mekanisme transpor selektif permeabel dimasukkan ke dalam bejana berisi larutan
pasif pada membran garam atau gula pekat adalah....
(difusi dan osmosis) A. Air akan berdifusi dari dalam kantung ke bejana
A C3 prosedural Digunakan
B. Air akan berdifusi dari bejana ke kantung
C. Gula akan berdifusi ke dalam kantung
D. Ada pertukaran air antara air dalam kantung dan bejana
E. Air dalam kantung akan bertambah volumenya
210
25 Menjelaskan Difusi Jika kita memasukkan larutan garam dapur pekat ke dalam
mekanisme transpor gelas berisi air maka akan terjadi difusi. Pernyataan berikut
pasif pada membran ini yang menggambarkan peristiwa difusi tersebut dengan
(difusi dan osmosis) benar adalah.....
A. Molekul air bergerak dari daerah berkonsentrasi garam
tinggi ke daerah yang konsentrasi garamnya rendah
B. Pergerakan molekul air dan garam akan semakin
Tidak
meningkat bila beda konsentrasinya semakin rendah C C2 Faktual
digunakan
C. Molekul garam bergerak dari daerah yang konsentrasi
airnya lebih rendah ke daerah yang konsentrasi airnya
lebih tinggi
D. Difusi terjadi lebih cepat dalam suhu larutan lebih tinggi
E. Molekul garam akan bergerak dari daerah yang
konsentrasi airnya lebih tinggi ke daerah yang
konsentrasi airnya lebih rendah.
26 Menjelaskan Osmosis Sel yang mengalami pengerutan karena cairannya hilang
struktur dan fungsi disebut....
membran sel dalam A. Difusi
transpor zat B. Osmosis D C1 Faktual Digunakan
C. Lisis
D. Krenasi
E. Turgor
27 Menjelaskan Osmosis Membran sel memiliki kemampuan untuk melewatkan ion-ion
struktur dan fungsi tertentu saja. Sifat membran sel ini dinamakan ....
membran sel dalam A. Permeabel
Tidak
transpor zat B. Semipermeabel C C1 Faktual
digunakan
C. Selektif permeabel
D. Dialisis
E. Endositosis
211
Tidak
A C4 Konseptual
digunakan
A. Sel membengkak tetapi bentuk dapat dipertahankan
karena adanya dinding sel.
B. Sel-sel kehilangan air dan mengkerut.
C. Sel-sel menyerap air, membengkak dan pecah.
D. Sel terdorong mengerut dan terdorong menjauhi dinding
sel.
E. Sel tumbuhan mengerut dan bentuk dapat dipertahankan
karena adanya dinding sel.
212
30 Mengidentifikasi Osmosis Berikut ini gambar hasil percobaan sel akar tumbuhan dalam
struktur membran tiga larutan pupuk urea yang berbeda.
sel dan fungsinya
dalam transpor zat
D C5 prosedural Digunakan
Pertanyaan yang tepat berdasarkan hasil percobaan adalah....
A. Gambar 1: turgid karena larutan urea isotonis.
B. Gambar 2: normal karena larutan urea hipotonis.
C. Gambar 3: difusi zat urea dari dalam sel keluar sel.
D. Gambar 3: terjadi plasmolisis karena larutan urea
hipertonis.
E. Gambar 2: terjadi krenasi karena perpindahan air dari
luar ke dalam sel.
31 Mengidentifikasi Osmosis Tekanan osmosis sel tumbuhan ditentukan oleh konsentrasi air
penyebab transpor dan zat-zat terlarut. Persyaratan sifat kimia agar air atau zat
zat dalam sel lain dalam tanah dapat masuk ke dalam sel akar adalah....
A. Konsentrasi zat terlarut dalam sel lebih tinggi dari
konsentrasi zat terlarut diluar sel
B. Konsentrasi zat terlarut dalam sel lebih rendah dari
Tidak
konsentrasi zat terlarut diluar sel A C3 faktual
digunakan
C. Konsentrasi zat terlarut dalam sel sama dengan
konsentrasi zat terlarut diluar sel
D. Konsentrasi air dalam sel lebih tinggi dari konsentrasi
air diluar sel
E. Konsentrasi air dalam sel sama dengan konsentrasi air
diluar sel
213
32 Menganalisis Osmosis Pada pengamatan sel tumbuhan, sel umbi bawang merah
perubahan struktur diberi pewarnaan lugol. Akibatnya, membran sel terlepas dari
membran sel dalam dinding sel. Gejala tersebut dapat terjadi karena....
transpor zat A. Lugol bersifat hipotonis terhadap sitoplasma
C C6 Prosedural Digunakan
B. Lugol bersifat isotonis terhadap sitoplasma
C. Lugol bersifat hipertonis terhadap sitoplasma
D. Kerusakan pada saat penyayatan
E. Dinding sel memang terpisah dari membran sel
33 Menganalisis Osmosis Apabila sepotong kentang dimasukkan ke dalam larutan
perubahan struktur garam 10%, kemungkinan yang akan terjadi adalah....
membran sel dalam A. Beratnya akan bertambah karena kentang menyerap air
transpor zat B. Beratnya akan bertambah karena kentang menyerap
garam
C. Beratnya akan berkurang karena air akan keluar dari sel C C3 Prosedural Digunakan
kentang
D. Beratnya akan berkurang karena sel-sel kentang akan
mengalami lisis
E. Beratnya akan tetap karena cairan sel isotonis dengan
larutan garam
34 Menganalisis Osmosis Tanaman yang diberi pupuk urea sangat pekat akan menjadi....
perubahan struktur A. Subur kaarena kebutuhan mineralnya terpenuhi
membran sel dalam B. Layu karena kekurangan air terlalu banyak
B C6 prosedural Digunakan
transpor zat C. Segar karena memperoleh cadangan makanan
D. Tumbuh besar karena kelebihan air
E. Mati karena keracunan
214
35 Menjelaskan Osmosis Keluarnya air dari sel akan menyebabkan sel mengkerut. Pada
mekanisme transpor sel hewan peristiwa mengkerutnya sel ini disebut....
pasif pada membran A. Plasmolisis
(difusi dan osmosis) B. Hemolisis C C2 konseptual Digunakan
C. Krenasi
D. Hipotonik
E. Endositosis
36 Menganalisis Osmosis Jika tekanan osmosis di dalam sel hewan melebihi tekanan di
perubahan struktur luar sel, maka sel hewan akan....
membran sel dalam A. Pecah
Tidak
transpor zat B. Mengerut A C4 faktual
digunakan
C. Tidak terjadi apa-apa
D. Isotonis
E. Hipotonis
37 Menjelaskan Osmosis Membesarnya ukuran sel tumbuhan sehingga mendorong
struktur dan fungsi dinding selnya disebut....
membran sel dalam A. Krenasi
transpor zat B. Osmosis C C1 Konseptual Digunakan
C. Turgid
D. Hemolisis
E. Plasmolisis
38 Mengidentfikasi Osmosis Larutan yang dapat mempertahankan bentuk dan volume sel
keadaan larutan adalah....
pada transpor zat A. Hipertonis
terhadap struktur B. Hipotonis C C2 faktual Digunakan
mebran sel C. Isononis
D. Terlarut
E. Pelarut
215
Lampiran 13
Lampiran 14
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Pilihlah satu jawaban dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf di depan alternatif jawaban
yang anda anggap benar, kemukakan alasannya, dan berilah tanda checklist () pada tingkat kepastian
jawaban anda!
1. Oksigen merupakan zat yang penting untuk proses oksidasi dalam sel. Masuknya diterka saja
oksigen ke dalam sel dengan cara....
A. Osmosis hampir diterka
B. Eksositosis tidak yakin
C. Fagositosis yakin
D. Pinositosis hampir benar
E. Difusi pasti benar
Alasan:
2. Peristiwa apakah yang terjadi ketika kulit tangan menjadi keriput karena terlalu
diterka saja
lama berenang/ mandi....
A. Difusi hampir diterka
B. Transpor aktif tidak yakin
C. Osmosis yakin
D. Pertukaran zat hampir benar
E. Difusi terfasilitasi pasti benar
Alasan:
3. Masuknya garam-garam mineral dan air dari tanah ke dalam sel-sel akar
diterka saja
merupakan suatu proses....
A. Imbibisi hampir diterka
B. Osmosis tidak yakin
C. Difusi yakin
D. Adsorspi hampir benar
E. Plasmolisis pasti benar
Alasan:
Alasan:
7. Jika sel tumbuhan dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, akan terjadi.... diterka saja
A. Plasmolisis hampir diterka
B. Eksositosis tidak yakin
C. Krenasi yakin
D. Lisis
hampir benar
E. Tekanan turgor sel naik
pasti benar
Alasan:
diterka saja
Keadaan dapat terjadi karena air berpindah dari larutan.... hampir diterka
A. Hipertonis ke hipotonis tidak yakin
B. Hipotonis ke hipertonis yakin
C. Hipertonis ke isotonis hampir benar
D. Hipotonis ke isotonis pasti benar
E. Isotonis ke hipertonis
Alasan:
220
9. Pada eksperimen osmosis sel tumbuhan, disiapkan tiga potongan kentang berbentuk
silinder dengan ukuran dan berat yang sama. Kentang A direndam dalam larutan gula
5%, kentang B dalam larutan gula 10%, dan kentang C dalam larutan gula 15%, lama
rendaman 30 menit. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Kentang Gula Berat yang hilang diterka saja
A 5% 0,3gr hampir diterka
B 10% 0,7gr tidak yakin
C 15% 1,8gr yakin
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hilangnya berat kentang disebabkan oleh.... hampir benar
A. Cairan sel hipertonis terhadap larutan gula pasti benar
B. Cairan gula hipertonis terhadap larutan sel
C. Larutan gula hipertonis terhadap cairan sel
D. Larutan gula dan cairan sel isotonis
E. Larutan gula dan cairan sel osmosis
Alasan:
diterka saja
hampir diterka
tidak yakin
yakin
hampir benar
Berdasarkan gambar diatas setelah diamati satu jam akan terjadi.... pasti benar
Volume A Volume B
A Tetap Tetap
B Tetap Berkurang
C Bertambah Berkurang
D Bertambah Bertambah
E Berkurang Bertambah
Alasan:
11. Peristiwa yang dapat terjadi jika air dalam kantung yang selektif permeabel dimasukkan diterka saja
ke dalam bejana berisi larutan garam atau gula pekat adalah.... hampir diterka
A. Air akan berdifusi dari dalam kantung ke bejana
tidak yakin
B. Air akan berdifusi dari bejana ke kantung
yakin
C. Gula akan berdifusi ke dalam kantung
hampir benar
D. Ada pertukaran air antara air dalam kantung dan bejana
pasti benar
E. Air dalam kantung akan bertambah volumenya
Alasan:
221
diterka saja
12. Sel yang mengalami pengerutan karena cairannya hilang disebut....
A. Difusi hampir diterka
B. Osmosis tidak yakin
C. Lisis yakin
D. Krenasi hampir benar
E. Turgor pasti benar
Alasan:
13. Peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel disebut... diterka saja
A. Difusi hampir diterka
B. Krenasi tidak yakin
C. Plasmolisis yakin
D. Lisis hampir benar
E. Osmosis pasti benar
Alasan:
14. Berikut ini gambar hasil percobaan sel akar tumbuhan dalam tiga larutan pupuk urea
yang berbeda.
diterka saja
hampir diterka
tidak yakin
yakin
hampir benar
Pertanyaan yang tepat berdasarkan hasil percobaan adalah..................... pasti benar
A. Gambar 1: turgid karena larutan urea isotonis.
B. Gambar 2: normal karena larutan urea hipotonis.
C. Gambar 3: difusi zat urea dari dalam sel keluar sel.
D. Gambar 3: terjadi plasmolisis karena larutan urea hipertonis.
E. Gambar 2: terjadi krenasi karena perpindahan air dari luar ke dalam sel.
Alasan:
15. Pada pengamatan sel tumbuhan, sel umbi bawang merah diberi pewarnaan lugol. diterka saja
Akibatnya, membran sel terlepas dari dinding sel. Gejala tersebut dapat terjadi karena.... hampir diterka
A. Lugol bersifat hipotonis terhadap sitoplasma tidak yakin
B. Lugol bersifat isotonis terhadap sitoplasma
yakin
C. Lugol bersifat hipertonis terhadap sitoplasma
hampir benar
D. Kerusakan pada saat penyayatan
pasti benar
E. Dinding sel memang terpisah dari membran sel
Alasan:
222
16. Apabila sepotong kentang dimasukkan ke dalam larutan garam 10%, kemungkinan yang
akan terjadi adalah.... diterka saja
A. Beratnya akan bertambah karena kentang menyerap air hampir diterka
B. Beratnya akan bertambah karena kentang menyerap garam tidak yakin
C. Beratnya akan berkurang karena air akan keluar dari sel kentang yakin
D. Beratnya akan berkurang karena sel-sel kentang akan mengalami lisis hampir benar
E. Beratnya akan tetap karena cairan sel isotonis dengan larutan garam pasti benar
Alasan:
17. Tanaman yang diberi pupuk urea sangat pekat akan menjadi.... diterka saja
A. Subur kaarena kebutuhan mineralnya terpenuhi hampir diterka
B. Layu karena kekurangan air terlalu banyak tidak yakin
C. Segar karena memperoleh cadangan makanan yakin
D. Tumbuh besar karena kelebihan air hampir benar
E. Mati karena keracunan pasti benar
Alasan:
18. Keluarnya air dari sel akan menyebabkan sel mengkerut. Pada sel hewan peristiwa diterka saja
mengkerutnya sel ini disebut.... hampir diterka
A. Plasmolisis tidak yakin
B. Hemolisis yakin
C. Krenasi
hampir benar
D. Hipotonik
pasti benar
E. Endositosis
Alasan:
19. Membesarnya ukuran sel tumbuhan sehingga mendorong dinding selnya disebut.... diterka saja
A. Krenasi hampir diterka
B. Osmosis tidak yakin
C. Turgid yakin
D. Hemolisis
hampir benar
E. Plasmolisis
pasti benar
Alasan:
20. Larutan yang dapat mempertahankan bentuk dan volume sel adalah.... diterka saja
A. Hipertonis hampir diterka
B. Hipotonis tidak yakin
C. Isononis yakin
D. Terlarut
hampir benar
E. Pelarut
pasti benar
Alasan:
223
KETERANGAN:
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada Pretest
Nilai CRI 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 2 0 2 1 2 0 0 1 1 0 1 2 1 0 0 2 2 0 1 1
5 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
6 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 0 1 2 0 0 0 2 2 1 0 0 3 1 1 1 0 0 0
7 0 0 19 95 1 5
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP M TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 2 2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 19 95 1 5
Identifikasi TP TP TP M TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 3 2 0 3 2 0 1 0 2 0 3 1 1 2 2 3 0 0 2
9 0 0 16 80 4 20
Identifikasi TP M TP TP M TP TP TP TP TP TP M TP TP TP TP M TP TP TP
251
Nilai CRI 2 2 2 5 3 3 0 2 1 4 1 3 3 2 0 3 2 3 0 0
11 2 10 12 60 6 30
Identifikasi TP TP TP P M M TP TP TP M TP P M TP TP M TP M TP TP
Nilai CRI 2 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
12 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 1 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 3 5 0 0 0 1 1 0 0
13 3 15 16 80 1 5
Identifikasi TP TP TP TP TP P M TP TP TP TP P P TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 3 0 5 5 5 5 3 3 5 3 2 3 5 2 3 4 4 2 2 2
15 5 25 6 30 9 45
Identifikasi P TP M M M P M M M M TP P P TP P M M TP TP TP
Nilai CRI 2 0 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0
16 0 0 19 95 1 5
Identifikasi TP TP M TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
17 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5
18 15 75 0 0 5 25
Identifikasi P P M P P P P P P M P P P M M P P P P M
Nilai CRI 0 3 3 3 0 0 2 3 0 0 0 2 1 0 3 1 5 0 0 0
19 2 10 14 70 4 20
Identifikasi TP M M P TP TP TP M TP TP TP TP TP TP P TP M TP TP TP
Nilai CRI 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0
20 0 0 19 95 1 5
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP M TP TP TP
252
Nilai CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 3 3 3 3 0 5 2 0 3 2 3 3 3 0 0 3 3 3 0 5
23 3 15 7 35 10 50
Identifikasi M M M P TP M TP TP M TP M P P TP TP M M M TP M
Nilai CRI 4 1 3 2 1 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1 3 3 1 3 0
24 1 5 15 75 4 20
Identifikasi P TP M TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP M M TP M TP
Nilai CRI 4 0 3 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 2 10 17 85 1 5
Identifikasi P TP M P TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 2 2 0 2 2 2 0 1 1 2 2 2 0 2 1 3 3 2 2 2
26 1 5 18 90 1 5
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP M P TP TP TP
Nilai CRI 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 4 4 0 3
27 1 5 16 80 3 15
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP M M M TP P
Nilai CRI 4 0 5 2 3 2 1 3 0 0 2 4 0 2 3 2 2 2 5 3
28 3 15 12 60 5 25
Identifikasi P TP M TP M TP TP M TP TP TP M TP TP P TP TP TP M P
Nilai CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 2 1 0 0 1 2 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
30 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5
31 3 15 12 60 5 25
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP P M P P M M M M
253
Nilai CRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 0 0 1 1 2 0 0 1 0 0 1 0 2 0 0 2 2 0 0 0
34 0 0 20 100 0 0
Identifikasi TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
Nilai CRI 3 5 5 2 5 4 2 2 3 5 2 2 3 0 0 5 5 3 2 1
35 1 5 9 45 10 50
Identifikasi M M M TP M M TP TP M M TP TP M TP TP M M P TP TP
∑P 5 1 0 5 2 3 1 2 2 0 1 5 6 0 5 2 2 2 1 2 47
% ∑P 14,3 2,86 0 14,3 5,71 8,57 2,86 5,71 5,71 0 2,86 14,3 17,1 0 14,3 5,71 5,71 5,71 2,86 5,71
∑TP 26 28 26 27 27 29 31 30 29 31 33 27 27 31 28 25 22 28 31 29 565
% ∑TP 74,3 80 74,3 77,1 77,1 82,9 88,6 85,7 82,9 88,6 94,3 77,1 77,1 88,6 80 71,4 62,9 80 88,6 82,9
∑M 4 6 9 3 6 3 3 3 4 4 1 3 2 4 2 8 11 5 3 4 88
% ∑M 11,4 17,1 25,7 8,57 17,1 8,57 8,57 8,57 11,4 11,4 2,86 8,57 5,71 11,4 5,71 22,9 31,4 14,3 8,57 11,4
Lampiran 24
Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada Pretest
Lampiran 25
Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada Posttest
Lampiran 26
Persentase Derajat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol Kategori Paham, Tidak Paham dan Miskonsepsi Pada Posttest
Lampiran 27
Nilai CRI untuk Jawaban Salah Siswa Kelas Eksperimen Pada Posttest
Nomor Soal
No Siswa Jawaban Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Nilai CRI 5 3 5 2 5 2 3 4 3 4 2 4 4 4 4
2 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5
3 Nilai CRI 3 2 1
4 Nilai CRI 4 3 4 3 2 4 0 2 4
5 Nilai CRI 2 2 2 1 2 3 2 2
6 Nilai CRI 1 2 3 2 2 3 1 3 3 1
7 Nilai CRI 5 4
8 Nilai CRI 3 4
9 Nilai CRI 4 4 4
10 Nilai CRI 2 3 2
11 Nilai CRI 2 2 4 2 2 2
12 Nilai CRI 2 2
13 Nilai CRI 1 4 1 5 4 3 4
14 Nilai CRI 1 3 2
15 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5
16 Nilai CRI 4 3
269
Nomor Soal
No Siswa Jawaban Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
17 Nilai CRI 2 2 0 1 0 1 2 1 0 0 0
18 Nilai CRI 5
19 Nilai CRI 3 5 3
20 Nilai CRI 2 3 5 2 4
21 Nilai CRI 5 5 4 3 2
22 Nilai CRI 4 5 3
23 Nilai CRI 3 3 3 3 3
24 Nilai CRI 3 4 4 2 3 3 5 4 3
25 Nilai CRI 4 5 4 3 0 2 5 0 3 0 0
26 Nilai CRI 2 4 3 2 2 3 3 1 3 3 2
27 Nilai CRI 5
28 Nilai CRI 2 2 1 0 2 0 3
29 Nilai CRI 5 4 4 4 3 4 3 3
30 Nilai CRI 4 1 5 5 5 4 3 2
31 Nilai CRI 1 5 3 3 3 3
32 Nilai CRI 4 5 5 4 3
33 Nilai CRI 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 3
34 Nilai CRI 1 2 2
35 Nilai CRI 3 5 0 3 3 3 1 3 3 0 0 0 0
∑CRI untuk jawaban salah 18 22 62 21 37 40 63 40 47 62 59 29 27 53 36 54 45 50 26 26
∑ siswa menjawab salah 6 6 19 6 9 10 20 10 14 18 17 6 6 12 10 15 12 10 5 3
Rata-rata CRIs 2,8 3,3 3,1 2,8 3,6 3,4 2,8 3,2 2,7 2,9 2,8 2,8 2,3 3,3 2,1 2,5 2,3 3,2 1,4 2,0
268
Lampiran 28
Nilai CRI untuk Jawaban Salah Siswa Kelas Kontrol Pada Posttest
Lampiran 29
Nilai CRI untuk Jawaban Benar dan Fraksi Siswa Kelas Eksperimen Pada Posttest
No Nomor Soal
Jawaban Siswa
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Nilai CRI 4 4 4 4 4
2 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 Nilai CRI 3 3 5 5 3 5 3 4 2 5 5 5 4 4 5 4 4
4 Nilai CRI 2 5 3 0 5 4 3 5 4 5 3
5 Nilai CRI 3 2 3 5 2 3 2 2 2 1 2 2
6 Nilai CRI 3 1 5 4 3 5 1 4 4 4
7 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
8 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 2 4 4 2 5 5 4 3 1 5 5 5
9 Nilai CRI 3 5 5 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 5 5
10 Nilai CRI 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2
11 Nilai CRI 2 5 3 4 4 3 2 4 4 5 5 5 3 3
12 Nilai CRI 3 2 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5
13 Nilai CRI 4 4 4 4 5 1 1 4 5 0 3 3 3
14 Nilai CRI 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 2 2 4 4 4
15 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 Nilai CRI 5 4 4 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
17 Nilai CRI 3 2 4 3 3 0 1 3 0
18 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 Nilai CRI 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5
20 Nilai CRI 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 4 5 3 4 4
271
No Nomor Soal
Jawaban Siswa
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 Nilai CRI 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5
22 Nilai CRI 5 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 3 3 5 4
23 Nilai CRI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 Nilai CRI 3 3 2 3 3 4 2 4 4 3 5
25 Nilai CRI 5 4 4 2 0 5 0 5 5
26 Nilai CRI 5 3 2 2 2 2 2 2 2
27 Nilai CRI 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 Nilai CRI 4 4 5 4 3 2 2 2 3 1 5 5 5
29 Nilai CRI 4 5 3 5 2 2 4 3 2 4 4 5
30 Nilai CRI 4 5 2 5 3 2 5 4 5 4 5 4
31 Nilai CRI 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3
32 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 3 5 4 5
33 Nilai CRI 2 2 1 2 3 2 2 2 2
34 Nilai CRI 1 1 5 5 5 5 5 5 5 1 1 0 5 5 1 5 5
35 Nilai CRI 5 0 5 2 0 0 3
∑CRI jawaban benar 114 112 58 128 114 99 66 106 91 61 66 134 123 93 93 102 100 124 144 148
∑ siswa menjawab benar 29 29 16 29 26 25 15 25 21 17 18 29 29 23 25 20 24 25 30 32
CRIb 3,9 3,9 3,6 4,4 4,4 4,0 4,4 4,2 4,3 3,6 3,7 4,6 4,2 4,0 3,7 5,1 4,2 5,0 4,8 4,6
Fraksi 0,8 0,8 0,5 0,8 0,7 0,7 0,4 0,7 0,6 0,5 0,5 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,7 0,7 0,9 0,9
272
Lampiran 30
Nilai CRI untuk Jawaban Benar dan Fraksi Siswa Kelas Kontrol Pada Posttest
No Nomor Soal
Jawaban Siswa
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Nilai CRI 5 3 4 5 3 3 5 5 5 3 3 4 5 3 3
2 Nilai CRI 3 3 3 5 3 4 4 5 3 5 5 5
3 Nilai CRI 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5
4 Nilai CRI 5 2 4 5 5 5 5 4 5 5 1 3 5 4 5
5 Nilai CRI 5 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 Nilai CRI 3 4 0 0 5 0 0 0 0 0 4 1 1 3 3
7 Nilai CRI 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
8 Nilai CRI 4 3 4 4 4 4 1 3 3 3
9 Nilai CRI 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 5 4
10 Nilai CRI 2 3 2 3 2 3 0 0 3
11 Nilai CRI 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 Nilai CRI 2 2 3 3 0 0 1 3 1 5
13 Nilai CRI 2 2 4 4 3 3 3 3 4 0 2 0
14 Nilai CRI 5 5 2 5 5 5 4 3 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 Nilai CRI 5 5 5 5 2 2 1 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5
16 Nilai CRI 3 3 3 3 3 3 3 5
17 Nilai CRI 3 4 2 1 3 3
18 Nilai CRI 3 2 3 1 3 2 3 2 3 3 0 0 4
19 Nilai CRI 3 5 5 5 5 5 3 5 3 5
20 Nilai CRI 0 5 5 5 2 2 5 5 0 0
273
No Nomor Soal
Jawaban Siswa
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 3 3 5 5 5
22 Nilai CRI 3 3 3 5 3 5 4 5 5 5
23 Nilai CRI 0 3 2 2 1 0 0 0 0 0 0
24 Nilai CRI 0 4 2 2 1 2 2 5 5 0 2 3 1
25 Nilai CRI 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5
26 Nilai CRI 5 5 2 0 0 3 5 2 3 4 5
27 Nilai CRI 5 3 5 5 3 2 5 5 5 4 5 4 2 5 5 5
28 Nilai CRI 3 4 2 2 2 2 2 2 4
29 Nilai CRI 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
30 Nilai CRI 3 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5
31 Nilai CRI 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 3 5 3 5 5 5 5
32 Nilai CRI 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 2 4 4 5 5 5
33 Nilai CRI 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3
34 Nilai CRI 3 5 3 4 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5
∑CRI jawaban benar 58 92 75 77 79 94 50 72 78 57 50 101 86 70 57 58 80 95 107 125
∑ siswa menjawab benar 18 25 26 23 20 26 15 19 24 16 17 24 25 21 21 15 22 29 29 33
CRIb 3,2 3,7 2,9 3,3 4,0 3,6 3,3 3,8 3,3 3,6 2,9 4,2 3,4 3,3 2,7 3,9 3,6 3,3 3,7 3,8
Fraksi 0,5 0,7 0,8 0,7 0,6 0,8 0,4 0,6 0,7 0,5 0,5 0,7 0,7 0,6 0,6 0,4 0,6 0,9 0,9 1,0
274
Lampiran 31
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
KELAS EKSPERIMEN
Nama :
Kelas :
Hari/ tanggal wawancara :
Pertanyaan 1:
Apa saja sumber belajar yang kamu gunakan dalam mempelajari konsep difusi-
osmosis ?
Jawaban:
Pertanyaan 2;
Berapa lama yang kamu butuhkan dalam mempelajari konsep difusi-osmosis ?
Jawaban:
Pertanyaan sesuai dengan butir soal yang banyak dimiskonsepsi oleh siswa dalam
kelas eksperimen
Indikator soal nomor 1 menunjukkan adanya gejala transpor pasif, difusi dan
osmosis.
Hasil analisis:
Butir soal nomor 3 memiliki jumlah miskonsepsi tertinggi
No Kategori
Jawaban Alasan Keterangan
soal CRI
3 Masuknya garam
mineral dan air dari
tanah ke akar
merupakan suatu
proses......................
................................
275
Indikator soal nomor 3 Menjelaskan mekanisme transpor pasif, difusi dan osmosis
pada membran.
Hasil analisis:
Butir soal nomor 7, 8, 9, 10, 11, dan 18 memiliki jumlah rata-rata miskonsepsi
tertinggi.
Butir soal nomor 7 memiliki perbandingan Fb, CRIs, dan CRIb kategori
miskonsepsi
Butir soal nomor 7 memiliki jumlah miskonsepsi tertinggi.
No Kategori
Jawaban Alasan Keterangan
soal CRI
7 Jika sel tumbuhan
dimasukkan ke
dalam larutan
hipotonis, akan
terjadi......................
................................
8
Keadaan dapat
terjadi karena air
berpindah dari
larutan......................
.................................
Kentang Gula Berat
9 yang
hilang
A 5% 0,3gr
B 10% 0,7gr
C 15% 1,8gr
Berdasarkan gambar
setelah diamati satu
jam akan terjadi .......
..............................
..............................
276
Lampiran 32
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
KELAS KONTROL
Nama :
Kelas :
Hari/ tanggal wawancara :
Pertanyaan 1:
Apa saja sumber belajar yang kamu gunakan dalam mempelajari konsep difusi-
osmosis ?
Jawaban:
Pertanyaan 2;
Berapa lama yang kamu butuhkan dalam mempelajari konsep difusi-osmosis ?
Jawaban:
Pertanyaan sesuai dengan butir soal yang banyak dimiskonsepsi oleh siswa dalam
kelas kontrol
No Kategori
Jawaban Alasan Keterangan
soal CRI
5 Proses pergerakan
acak partikel dari
konsentrasi tinggi
ke konsentrasi
rendah disebut.........
................................
278
Indikator soal nomor 3 Menjelaskan mekanisme transpor pasif, difusi dan osmosis
pada membran. Hasil analisis: Butir soal nomor 7 memiliki perbandingan Fb,
CRIs, dan CRIb kategori miskonsepsi.
No Kategori
Jawaban Alasan Keterangan
soal CRI
7 Jika sel tumbuhan
dimasukkan ke
dalam larutan
hipotonis, akan
terjadi......................
................................
17 Tanaman yang
diberi pupuk urea
sangat pekat akan
menjadi...................
................................
................................
................................
282
Lampiran 34
UJI NORMALITAS DERAJAT MISKONSEPSI
A. Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Eksperimen Pada Data Pretest
B. Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol Pada Data Pretest
C. Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Eksperimen Pada Data Posttest
D. Uji Normalitas Derajat Miskonsepsi Siswa Kelas Kontrol Pada Data Posttest
283
Lampiran 35
Uji Beda Derajat Miskonsepsi Hasil Pretest Siswa Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
Menggunakan Uji Mann-Whitney U
284
Lampiran 36
Uji Homogenitas Derajat Miskonsepsi Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol Dengan
Eksperimen
285
Lampiran 37
Uji Hipotesis Derajat Miskonsepsi Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Menggunakan Uji T-Test
297
Lampiran 42