Anda di halaman 1dari 5

UJIAN MID SEMESTER

MATA JULIAH BAHASA INGGRIS

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Bustami Subhah, MS

Oleh

Amalia Ima Nurjayanti

1708046042

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
Terjemahan Teks 1

Pengawas dalam pendidikan harus memiliki visi (pandangan) dalam melaksanakan


(menjalankan) supervisi (pengawasan). Dahulu, banyak pengawas sekolah
memberikan tekanan lebih dalam wilayah administrasi, mereka akan mengecek
apakah sekolah memiliki administrasi yang berhubungan dengan murid-murid, guru-
guru, para pekerja, perpustakaan atau fasilitas mengajar atau tidak. Dalam hal ini,
banyak kepala sekolah dan guru-guru di Indonesia seringkali terjebak atau terlibat
dalam wilayah administratif daripada akademi. Seiring perkembangan waktu, ada
pandangan bahwa pengawas dalam pendidikan mulai berpikir tentang wilayah
akademi dengan memberikan tekanan dalam kualitas belajar mengajar di sekolah
dengan harapan luaran (lulusan) sekolah akan menjadi lebih baik dan mampu untuk
bersaing dengan lainnya dalam dunia yang lebih kompetitif (di era globalisasi).

Penjelasan Isi Pokok Teks 1

Peningkatan kualitas belajar dan mengajar di sekolah menjadi salah satu fokus dalam
pelaksanaan supervisi (pengawasan) sekolah disamping pengawasan dalam hal
administrasi. Seiring perkembangan jaman sekolah seharusnya tidak hanya fokus
pada administrasi melainkan kualitas belajar mengajar. Hal tersebut demi mengikuti
arus perkembangan jaman yang semakin kompetitif sehingga menuntut lulusan
sekolah memiliki kompetensi yang lebih baik.

Komentar Teks 1

Kepala sekolah, guru, dan seluruh civitas akademik dalam sekolah harus
mengadministrasi seluruh kegiatan dengan runtut dan rapi, sehingga manakala ada
supervisi sekolah tidak secara mendadak membuat administrasi kegiatan. Selain itu
selain penting untuk melaksanakan pengarsipan administrasi sekolah harus berfokus
pada peningkatan mutu pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar agar
mendapatkan lulusan yang kompetitif sesuai jaman.
Terjemahan Teks 2

Nona Jameela Kusumadewi adalah pengawas baru dari Jakara, Ibukota Indonesia.
Setiap bulan dia melakukan pengawasan di sekolah yang berbeda di Indonesia. Suatu
hari dia mengawasi sekolah dasar yang miskin di Jawa Barat. Di hari pertama
kunjungannya, dia dengan cepat mempelajari bahwa ada beberapa masalah di
sekolah dasar tersebut:

1. Sekolah dimulai pada jam 6.30


2. Murid-murid merasa lelah setelah jam istirahat jam 9.00, kebanyakan dari
mereka merasa mengantuk dan bahkan beberapa dari mereka merasa
mengantuk di kelas.
3. Guru sekolahan sering menjadi marah ketika kelas berisik dan murid-murid
tidak memperhatikan pelajaran.

Di hari kedua, Nona Jameela Kusumadewi memberikan kejutan di sekolah. Dibantu


asistennya, dia mempersiapkan teh panas dan roti kemudian dibagikan kepada siswa-
siswa selama jam istirahat sekolah. Hasilnya mengejutkan, murid-murid tidak merasa
mengantuk di kelas dan lebih memperhatikan gurunya sampai bel berbunyi pada jam
11.00. Nona Kusumadewi membuat catatan untuk penelitian desertasinya.

1. Sekolahan mulai terlalu awal


2. Baik bagi sekolah untuk memberi suplemen bagi siswanya selama istirahat
sekolah, dan
3. Guru-guru harus menambah kesabaran dan kualitas mengajarnya.

Pendapat saya tentang Miss jameela Kusumadewi

Menurut saya, pengawasan yang dilakukan Nona Kusumadewi sudah baik. Dia mampu
membantu memberikan alternatif solusi untuk mengatasi permasalah di sekolah yang
dia awasi. Akan lebih baik lagi jika Nona Kusumadewi memberikan dorongan agar
sekolahan melaksanakan apa yang sudah diujicobakan untuk siswa di sekolah tersebut
secara berkelanjutan.
Terjemahan Teks 3

Di masa lalu, sekolah di Indonesia dibagi menjadi 3 tipe yaitu Tipe A (TA), Tipe B (TB)
dan Tipe C (TC). Sekolah yang digolongkan ke dalam tipe C adalah sekolah yang
mempunyai siswa sebanyak 100-300 siswa. Dalam satu kelas terdapat sekitar 25
sampai 40 siswa, dimana siswa yang didalamnya kurang dari 40 siswa disebut “kelas
kurus”. Sebagai bandingan kelas yang memiliki lebih dari 40 siswa disebut “kelas
gemuk”. Sebuah sekolah tipe C biasanya memiliki 6 sampai 8 kelas kurus. Umumnya
jumlah siswa di sebuah sekolah dibagi menjadi beberapa kelas contohnya 9,10 atau
12 kelas. Sekolah tipe B mempunyai sekitar 350 sampai 500 siswa. Jika terdapat 30
siswa dalam setiap kelas maka sekolah memiliki sekitar 350:30= 15 kelas kurus.
Sekolah tipe A memiliki sekitar 700 sampai 1000 siswa dan biasanya sekolah memiliki
30 kelas gemuk (Kelas I terdiri dari 10 kelas, Kelas II terdiri dari 10 kelas, dan kelas
III terdiri dari 10 kelas. Karenanya sekolah TA harus menyediakan banyak ruang kelas,
sekolah biasanya memiliki area yang luas atau bangunan dengan 2 atau 3 lantai.

Catatan

Di Yogyakarta sekolah yang termasuk adalah kelompok tipe A ada: SMA


Muhammadiyah I, SMA Muhammadiyah II, dan STM Muhammadiyah I (SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta)

Sekolah Tipe A yang pernah saya dengar

Ya, saya sendiri pernah mendengar/melihat sekolah dengan tipe A seperti contoh di
atas, dimana jumlah siswa dalam sekolah bertipe A adalah 700 smpai 1000 siswa.
Salah satunya adalah SMK Borces atau Bogor Center Study yang pernah saya kunjungi
beberapa waktu lalu dalam kegiatan studi banding. Terdapat 9 Jurusan di SMK Borces,
namun yang menjadi fokus kami pada saat studi banding adalah jurusan kesehatan di
SMK tersebut yaitu Farmasi dan Keperawatan. Dari segi jumlah sekolah tersebut
sangat memenuhi kriteria sekolah bertipe A. Di jurusan Farmasi SMK Borces terdapat
3 kelas dengan jumlah siswa kurang lebih 300 siswa dan jurusan Keperawatan
terdapat 6 kelas dengan jumlah siswa kurang lebih 500 siswa. Sehingga dengan 2
jurusan yaitu farmasi dan keperawatan SMK Borces memiliki kurang lebih 800 siswa,
hal ini belum dijumlahkan dengan 7 jurusan lainnya di sekolah tersebut.
Versi Inggris

I heard one of school that was grouped into Type A School similiar text above when
the school had the student body of 700 to 1000 students. One of the school is SMK
Borces (Bogor Center Study), that I have visited several times ago on our school study
tour. There were 9 course in SMK Borces, but our focus was healthy course, there
were pharmacy and nurse. From the amount fo student body, this school was include
Type A. In pharmacy course, there were 3 classes, with total student body were 300
students. In nurse course, there were 5 classes, with total student body were 500
student. The total student body in pharmacy and nurse course abaout 800 students,
it would increased if we added 7 others course.

Anda mungkin juga menyukai