Anda di halaman 1dari 12

1

PEMANFAATAN FERMENTASI
DAUN SINGKONG (Manihot utilisima Pohl.) DALAM PAKAN
BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus
gouramy Lac.)

Rahmad Danu1), Adelina 2), Benny Heltonika 2)

Nutrition Labolatory
Email: Rahmaddanu93@gmail.com

ABSTRACT

Penelitian ini dilaksanakan pada 1 April-26 Mei 2015. Tujuan dari


penelitian ini untuk mengetahui jumlah tepung daun singkong yang terfermentasi
di dalam pakan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan,
kecernaan pakan serta retensi protein pada ikan gurami (Osphronemus gouramy
Lac.). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor, 5 taraf perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dengan subtitusi
tepung kedelai : tepung daun singkong terfermentasi dimana kontrol (100:0%), P1
(95:5%), P2 (90:10%), P3(85:15%), dan P4 (80:20%). Kadar protein pakan 30%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tertinggi terdapat pada
P2(90:10%) dengan kecernaan pakan 61,09%, tingkat efisiensi pakan 23,19%,
retensi protein 22,82% dan laju pertumbuhan spesifik 2,24% per hari.

Key word : (Osphronemus gouramy Lac.), fermentasi daun singkong.

1. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau

PENDAHULUAN
Ikan gurami (Osphronemus sekitar 60-70% dari total biaya
gouramy Lac.) merupakan salah satu produksi (Hadadi et al., 2009).
ikan konsumsi air tawar yang telah Tingginya harga pakan dan kualitas
lama dikenal di Indonesia dan cukup nutrisinya yang rendah merupakan
banyak peminatnya. Cita rasanya hambatan dalam proses budidaya.
yang gurih serta tekstur dagingnya Oleh karena itu, dibutuhkan bahan
yang tidak lembek menjadikan ikan yang dapat menekan biaya produksi
gurami digemari dikalangan tetapi tidak menurunkan kandungan
masyarakat Indonesia. nutrien dari pakan.
Pakan merupakan salah satu Daun singkong (Manihot
faktor yang menentukan keberhasilan utilisima Pohl.) merupakan salah satu
usaha budidaya. Pada umumnya bahan pakan alternatif yang dapat
pakan komersial dapat menghabiskan dijadikan bahan pakan ikan.
2

Tanaman ini sangat banyak dijumpai daun singkong belum banyak


di lingkungan kita. Singkong setelah dimanfatkan untuk dijadikan pakan
dipanen menyisahkan banyak limbah ikan. sehingga informasi mengenai
daun singkong dimana daun tersebut tingkat penggunaan dalam pakan
tidak digunakan atau dimanfaatkan ikan masih terbatas
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai Daun singkong juga memiliki
bahan pakan. kandungan serat yang tinggi
Daun singkong juga memiliki sehingga sukar dicerna ikan. Untuk
kandungan nutrisi baik, tetapi mengatasinya dilakukan dengan cara
mengandung anti nutrisi asam fermentasi. Fermentasi adalah suatu
sianida (HCN) yang tinggi sehingga proses untuk meningkatkan daya
apabila di konsumsi terlalu banyak cerna bahan karena bahan yang telah
dapat menyebabkan keracunan pada difermentasi dapat mengubah
ikan (Sudaryanto et al., 1983). substrat bahan tumbuhan yang susah
Daun singkong memiliki dicerna menjadi protein sel tunggal
protein tinggi berkisar antara 23,42 dari organisme starter seperti
%, serat kasar 15,80 %, lemak 6,31 Rhyzopus sp dan Sacchromises sp
%, zat anti nutrisi HCN 550–620 dengan meningkatkan kadar protein
ppm pada daun singkong yang masih bahan substrat (Adelina et al., 2009).
muda dan 400–530 pada daun Penelitian ini bertujuan untuk
singkong yang sudah tua (Tenti, mengetahui persentase pemberian
2006). Daun singkong (Manihot fermentasi tepung daun singkong
utilisima Pohl.) berpotensi yang terbaik untuk subsitusi bahan
dikembangkan sebagai bahan baku nabati lainnya seperti tepung kedelai
pakan karena daun ini dilaporkan dan melihat pengaruhnya terhadap
mengandung saponin dan flavonoida pertumbuhan benih ikan gurami
yang bermanfaat untuk (Osphronemus gouramy Lac.),
meningkatkan nafsu makan serta tingkat efisiensi pakan, kecernaan
meningkatkan kecernaan ikan pakan, retensi protein, serta
(Samsugiartini, 2006). Pemanfaatan kelulushidupan benih ikan gurami.

BAHAN DAN METODE


Ikan uji yang digunakan digunakan sebagai wadah untuk ikan
adalah benih ikan gurami yang akan di uji kecernaannya.
(Osphronemus gouramy Lac.) yang Pakan uji yang digunakan
berukuran 3–5 cm dan bobot 3-4 dalam penelitian ini adalah pakan
gram sebanyak 300 ekor untuk 15 buatan yang diramu sendiri dalam
wadah berupa karamba dan 100 ekor bentuk pelet. Bahan-bahan pakan
untuk 5 wadah berupa akuarium untuk pembuat pelet adalah
mengukur kecernaan pakan. Setiap fermentasi daun singkong, Tepung
wadah diisi benih gurami sebanyak Kedelai, tepung ikan, dan tepung
20 ekor/m3. terigu. Bahan pelengkap
Wadah percobaan yang ditambahkan vitamin mix, mineral
digunakan adalah keramba ukuran 1 mix dan minyak ikan. Komposisi
x 1 x 1 m sebanyak 15 unit dengan dari masing-masing bahan pakan uji
ketinggian air ± 75 cm. Selain yang diformulasikan tersebut dapat
keramba akuarium berukuran dilihat pada Tabel 1.
60x40x40 cm sebanyak 5 unit juga
3

Tabel. 1. Komposisi Pakan Uji Pada Setiap Perlakuan


Perlakuan (%DSF: %TK)
Protein P0 P1 P2 P3 P4
Bahan Bahan (0:100) (5:95) (10: 90) (15:85) (20:80)
(%)
%B %P %B %P %B %P %B %P %B %P
T. Ikan 29,61 44,0 13,0 41,0 12,1 43,0 12,7 42,0 12,4 46,0 13,6
F. Daun
41,71 0,0 0,0 2,0 0,8 3,0 1,3 5,0 2,1 7,0 2,9
singkong
1
T. Kedelai 47 32,0 15,0 32,0 15,0 30,0 14,1 29,0 13,6 25,0 11,8
Terigu 11 18,0 2,0 19,0 2,1 18,0 2,0 18,0 2,0 16,0 1,8
Vitamin
0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
mix
Mineral
0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
mix
Minyak
0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
ikan
Jumlah(%) 100 30,04 100 30,1 100 30,059 100 30,13 100 30,05
Kadar Protein
17,02 17,964 17,331 17,695 16,429
Nabati (%)
Kadar Protein
13,024 12,136 12,728 12,432 13,616
Hewani (%)

Metode yang digunakan kotoran, bagian yang diambil adalah


dalam penelitian adalah metode daun dan batang ukuran kira-kira 5
eksperimen dengan menggunakan cm, kemudian dicacah, setelah itu
Rancangan Acak Lengkap (RAL) direndam selama 24 jam dengan
satu faktor dengan 5 taraf perlakuan pergantian air sebanyak 3 kali,
dan 3 kali ulangan sehingga kemudian dikukus selama 30 menit.
diperlukan 15 unit percobaan. Daun singkong yang telah
Adapun perlakuannya sebagai dikumpulkan dicuci bersih
berikut : menggunakan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang
P0= Tepung Kedelai (100 %), menempel pada daun tersebut, lalu
Fermentasi daun singkong direndam dalam air selama 24 jam
(0%) untuk menghilangkan HCN. Daun
P1= Tepung Kedelai (95%), singkong dipotong kecil-kecil agar
Fermentasi daun singkong lebih mudah dalam proses
(5%) pengeringan, setelah itu dikeringkan
P2= Tepung Kedelai (90%), menggunakan oven atau dengan
Fermentasi daun singkong cahaya matahari selama 1-2 hari.
(10 %) Setelah kering daun singkong
P3 = Tepung Kedelai (85%, dihaluskan menggunakan blender
Fermentasi daun singkong hingga menjadi tepung dan diayak.
(15%) Setelah menjadi tepung, daun
P4 = Tepung Kedelai (80%, singkong kemudian ditimbang sesuai
Fermentasi daun singkong kebutuhan yang telah
(20%). diformulasikan. Tepung daun
Proses fermentasi daun singkong yang telah ditimbang,
singkong, dibersihkan secara manual kemudian dikukus selama 45 menit
untuk memisahkan bagian akar dan untuk proses penghilangan HCN.
4

Daun singkong yang telah dikukus Adapun hasil proksimat dari


selama 45 menit ini kandungan tepung daun singkong dan
HCNnya turun sampai 98,5 % fermentasi tepung daun singkong
(Zulkardi, 1994). adalah protein meningkat dari
Tepung daun singkong yang 39,14% menjadi 41,76% sedangkan
telah dikukus dibiarkan sampai serat kasar menurun dari 25,82%
dingin, kemudian difermentasi menjadi 15,23%.
dengan menggunakan Rhizopus sp. Pembuatan pakan uji diawali
Sebanyak 2% dari berat biomas. dengan pencampuran bahan pakan
Setelah bahan diberi jamur Rhizopus mulai dari jumlah yang terkecil
sp. diaduk rata, kemudian dibungkus sampai yang terbanyak hingga
dengan plastik. Plastik dilubangi homogen dan ditambahkan air
kecil-kecil di beberapa tempat untuk hangat sebanyak 35-40% dari total
mendapatkan kondisi aerob. Proses bahan. Penambahan air dilakukan
fermentasi daun singkong sambil bahan diaduk merata
berlangsung selama 48-72 jam sehingga bisa dibuat gumpalan-
(Bakhtiar, 2012). Setelah proses gumpalan. Setelah itu, pelet dicetak,
fermentasi daun singkong berhasil, dijemur (menggunakan oven) hingga
fermentasi daun singkong tersebut kering. Pelet yang telah kering
dikeringkan kemudian dihaluskan dianalisis proksimat. Hasil analisa
menjadi tepung dan siap proksimat setiap pakan uji dapat
diformulasikan ke dalam pakan. dilihat pada Tabel 2.

Tabel. 2. Analisa proksimat pakan uji


Perlakuan Kandungan Nutrien (%)
(%DSF:%TK) Protein Lemak BETN Air Abu Serat
kasar
P0* (0:100) 27.67 13.14 29.97 9.07 12.09 8.07
P1* (5:95) 20.96 12.43 36.92 9.37 12.36 7.96
P2* (10:90) 20.96 11.94 29.89 9.25 15.60 8.37
P3* (15:85) 27.74 10.88 24.55 7.98 15.38 11.56
P4* (20:80) 21.83 10.76 33.67 8.22 13.96 13.46
Sumber : * : Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi Ikan IPB
Pemeliharaan ikan awalnya ditimbang untuk menyesuaikan
ikan uji diadaptasikan terlebih jumlah pakan.
dahulu sebelum dilakukan penelitian. Ikan uji yang akan ditimbang
Adaptasi ikan dilakukan selama satu diambil dengan menggunakan
minggu dan diberi pakan kontrol. tangguk dan dimasukkan ke dalam
Kemudian ikan dipindah kedalam wadah berisi air, sedangkan
keramba agar ikan beradaptasi kelangsungan hidup diamati secara
terhadap lingkungan yang baru langsung. Pemeliharaan ikan
dipuasakan selama satu hari. dilakukan selama 56 hari.
Selanjutnya ikan tersebut ditimbang Pengukuran kecernaan ikan
untuk mengetahui berat awal ikan. dilakukan dengan metode tidak
Pemberian pakan dilakukan 3 kali langsung (Cho et al., 1983). Ikan
sehari yakni pukul 07.00, 12.00, dan diberi pakan perlakuan yang
17.00 WIB sebanyak 10% dari mengandung Cr2O3 1%. Kemudian
biomassa ikan uji. Setiap 14 hari ikan feses yang dikeluarkan ikan
dikumpulkan. Pengambilan feses
5

ikan dilakukan dengan cara Parameter yang diukur adalah


penyiponan setelah 1-2 jam ikan kecernaan pakan, efisiensi pakan dan
diberi pakan. Pengumpulan feses retensi protein, laju pertumbuhan
pada tiap perlakuan dilakukan hingga spesifik dan tingkat kelulushidupan
1 jam. Feses ditampung dalam botol ikan. Dimana kecernaan pakan,
film berlabel, kemudian dikeringkan efisiensi pakan dan retensi protein
dan disimpan dalam suhu dingin menggunakan rumus yang
(lemari es). Feses yang terkumpul dikemukakan oleh watanabe (1988),
dianalisa kandungan Cr2O3. sedangkan rumus yang digunakan
Kandungan Cr2O3 pada pakan dan dalam menghitung laju pertumbuhan
feses dibandingkan untuk spesifik dan kelulushidupan yang
mendapatkan nilai kecernaan pakan. dikemukakan oleh Huisman (1976)
dan Effendie (2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah pemeliharaan gouramy Lac.) pada setiap perlakuan.
dilakukan selama 56 hari dan Hasil dari masing-masing parameter
penimbangan yang dilakukan setiap yang diukur dan disajikan dalam
14 hari diperoleh seluruh data dari bentuk tabel dan grafik.
benih ikan gurami (Osphronemous

Kecernaan Pakan
Data mengenai perhitungan kecernaan pakan ikan gurami pada setiap
perlakuan dan ulangan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kecernaan Pakan (%) Ikan gurami Pada Setiap Perlakuan Selama
Penelitian.
Perlakuan (%DSF:%TK) Kecernaan Pakan (%)
P0* (0:100) 47,09
P1* (5:95) 57,08
P2* (10:90) 61,09
P3* (15:85) 58,68
P4* (20:80) 55.95

Berdasarkan Tabel 3 dapat dimanfaatkan secara optimal oleh


dilihat bahwa nilai kecernaan pakan ikan. Kecernaan pakan yang
ikan berkisar antara 47,09-61,09%. dikonsumsi oleh benih ikan gurami
Kecernaan pakan oleh ikan secara dipengaruhi oleh tingkat
umum sebesar 75-95% (NRC, 1993). pemanfaatannya. Ini berarti
Nilai kecernaan pakan tertinggi pada perlakuan P2 lebih baik
penelitian ini terdapat pada perlakuan pemanfaatannya oleh ikan sedangkan
P2 (10% tepung daun singkong P0 (tanpa fermentasi) paling rendah
terfermentasi) sebesar 61,09% dimanfaatkan ikan gurami. Hal ini
sedangkan kecernaan pakan terendah sesuai dengan pernyataan Adelina
pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar dan Suharman (2013) bahwa
47,09%. fermentasi adalah suatu reaksi kimia
Apabila nilai kecernaan suatu dalam merubah subtrat dengan
pakan rendah menunjukkan bahwa bantuan enzim dan organisme sel
pakan yang diberikan tidak dapat tunggal. Salah satu yang
6

mempengaruhi kecernaan tinggi oleh ikan, maka pakan harus dapat


rendahnya adanya kecernaan adalah dicerna (Cahyoko, 2013). Semakin
enzim di dalam saluran pencernaan tinggi nilai kecernaan pakan yang
ikan serta bahan lain yang dapat dikonsumsi oleh ikan, maka semakin
menyediakan enzim-enzim tinggi pula nutrisi yang tersedia yang
pencernaan seperti Rhizopus dapat dimanfaatkan oleh ikan dan
oligosphorus. Agar semua nutrien semakin sedikit nutrisi yang terbuang
dalam pakan dapat dimanfaatkan oleh feses.

Efisiensi Pakan
Hasil perhitungan rata-rata efisiensi pakan pada ikan uji selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Efisiensi pakan (%) ikan gurami pada setiap perlakuan selama penelitian
Perlakuan (% Fermentasi Daun Singkong:%Tepung Kedelai)
Ulangan
P0(0:100) P1 (5:95) P2 (10:90) P3 (15:85) P4 (20:80)
1 19,31 23,3 25,6 22,2 21,11
2 20,56 22,5 22,7 20,5 20,77
3 17,60 21,9 21,3 22,9 21,49
Jumlah 57,46 67,6 69,6 65,6 63,37
Rata-rata 19,15±1.5a 22,54±0.70b 23,19±2.19b 21,86±1.23ab 21,12±0.35ab
Huruf yang tak sama pada baris yang sama menunjukan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05).
Efisiensi pakan selama masuk ke dalam sistem pembuluh
penelitian tertinggi terdapat pada darah untuk diedarkan keseluruh
perlakuan P2 yaitu sebesar 23,19% tubuh. Pakan pada perlakuan P2
sedangkan yang terendah terdapat (10% daun singkong fermentasi)
pada perlakuan P0 yaitu 19,15%. adalah pakan yang paling baik untuk
Hasil uji menunjukkan bahwa dicerna oleh ikan gurami dan lebih
statistik pemberian pakan yang sedikit menggunakan energi dalam
berbeda pada setiap perlakuan proses pencernaan sehingga energi
berpengaruh terhadap efisiensi pakan lebih banyak dimanfaatkan untuk
ikan karena nilai probabilitas pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan
(P<0,05). Efisiensi pakan tertinggi pertumbuhan ikan pada perlakuan P2
terdapat pada perlakuan P2. Boer dan yang menunjukkan pertumbuhan
Adelina (2009) menyatakan bahwa tertinggi pula. Sedangkan pada
pakan yang difermentasi lebih mudah perlakuan P0 (tanpa fermentasi)
dicerna dan diserap oleh usus adalah pakan yang memiliki nilai
sehingga lebih efisien dimanfaatkan. kecernaan yang rendah karena tidak
Hal ini sesuai dengan yang ada fermentasi.
disampaikan oleh NRC (1993) Dari Tabel 3 juga terlihat
bahwa efisiensi pakan berhubungan bahwa kecernaan pakan paling tinggi
erat dengan kesukaan ikan akan terdapat pada pakan yang
pakan yang diberikan, selain itu mengandung 10% daun singkong
dipengaruhi oleh kemampuan ikan fermentasi. Efisiensi pakan
dalam mencerna pakan. merupakan bertambahnya berat dari
Kecernaan merupakan biomas ikan dengan jumlah pakan
kombinasi mekanik dan kimia pada yang dikonsumsi. Apabila kualitas
proses penghancuran pakan menjadi pakan meningkat maka efisiensi
bentuk yang lebih sederhana yang juga meningkat. Ugwuanyi et al.
siap diserap oleh dinding usus dan (2009) menyatakan bahwa efisiensi
7

pakan diperiksa guna menilai efisiensi pakan membuktikan pakan


kualitas pakan, semakin tinggi nilai semakin baik.

Retensi protein
Nilai rata-rata retensi protein ikan gurami selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Retensi protein (%) ikan gurami pada setiap perlakuan selama penelitian
Perlakuan (% Fermentasi Daun Singkong:%Tepung Kedelai)
Ulangan
P0 (0:100) P1 (5:95) P2 (10:90) P3 (15:85) P4 (20:80)
1 13,48 22,04 24,81 17,00 20,80
2 14,53 23,33 23,32 14,75 20,45
3 13,76 21,99 20,33 16,53 19,51
Jumlah 41,77 67,35 68,47 48,28 60,76
Rata-rata 13,92±0.54a 22,45±0.76b 22,82±2.28b 16,09±1.81a 20,25±0.67b
Huruf yang tak sama pada baris yang sama menunjukan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05).
Dari Tabel 5 terlihat bahwa lebih tinggi kecernaanya sehingga
retensi protein berkisar antara kemampuan ikan untuk
13,92%-22,82 %. Retensi protein memanfaatkan protein untuk
tertinggi terdapat pada perlakuan P2 menambah protein tubuh lebih
(10 % tepung daun singkong efisien. Hal ini sesuai dengan
terfermentasi) yaitu 22,82 % dan pendapat Dani et al. (2005), bahwa
terendah pada perlakuan P0 (kontrol) protein yang terkandung dalam
yaitu 13,92 %. Tingginya retensi pakan ikan berhubungan langsung
protein pada P2 disebabkan karena dalam mendukung sintesa protein
kadar protein yang terkandung di dalam tubuh. Meningkatnya protein
dalam pakan yang diberikan dapat dalam tubuh berarti ikan telah
dimanfaatkan dan diabsorpsi secara mampu memanfaatkan protein yang
baik oleh benih ikan gurami. diberikan lewat pakan secara optimal
Komposisi bahan pakan ini untuk kebutuhan tubuh seperti,
kemungkinan cocok untuk ikan metabolisme, perbaikan sel-sel yang
gurami sehingga mampu dengan rusak dan selanjutnya untuk
efisien dimanfaatkan untuk pertambahan protein tubuh.
meningkatkan protein tubuh. Hal ini Karbohidrat juga dapat
dibuktikan dari tingginya efisiensi menunjang pertumbuhan ikan,
pakan pada perlakuan P2 (Tabel 4), walaupun kebutuhan ikan akan
ini berarti pakan yang diberikan karbohidrat sangat kecil (NRC,
dengan 10% daun singkong hasil 1993). Boer dan Adelina (2009),
fermentasi adalah yang terbaik untuk menyatakan bahwa kemampuan ikan
menambah protein tubuh ikan dalam memanfaatkan karbohidrat
gurami dan dapat dicerna dengan tergantung pada jenis dan
baik oleh tubuh dan diserap ke dalam kemampuan ikan dalam
daging ikan, sehingga protein daging menghasilkan enzim amilase untuk
diperoleh maksimal pada perlakuan mensintesa karbohidrat. Kemampuan
ini hal ini didukung dengan tingginya enzim amilase dalam sistem
nilai kecernaan pada perlakuan P2 pencernaan ikan untuk mencerna
(Tabel 3). ikan umumnya terbatas, namun lebih
Retensi protein tertinggi pada tinggi pada ikan herbivora seperti
perlakuan P2 karena pakan pada halnya ikan gurami.
perlakuan ini lebih disukai ikan dan
8

Sedangkan pada perlakuan P0 dan Tabel 4, pakan pada perlakuaan


(kontrol) memberikan nilai retensi ini memiliki nilai kecernaan dan
protein terendah bila dibandingkan efisiensi pakan yang rendah sehingga
dengan perlakuan lainnya yakni ikan tidak optimal dalam mencerna
sebesar 13,92%. Hal ini diduga dan mengabsorpsi pakan yang
karena pakan pada perlakuan ini diberikan sehingga daging yang
tidak disukai oleh benih ikan gurami dihasilkkanpun tidak maksimal.
seperti yang terlihat pada Tabel 3

Laju Pertumbuhan
Bobot rata-rata individu pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut ini.
14
12
Bobot Tubuh (g)

10 P0 (0)
8 P1 (5)
6 P2 (10)
4 P3 (15)
2 P4 (20)
0
0 14 28 42 56
Hari
Gambar 1.Grafik perubahan bobot rata-rata individu ikan gurami pada setiap
perlakuan selama penelitian.

Dari Gambar 1 dapat dilihat ikan dan mampu dimanfaatkan untuk


bahwa bobot rata-rata individu ikan pertumbuhan benih ikan gurami.
yang dipelihara selama 56 hari Pada 14 hari pertama
menunjukkan bahwa penambahan pertumbuhan ikan pada setiap
tepung daun singkong fermentasi perlakuan masih relatif sama
dalam pakan menghasilkan walaupun pada perlakuan P2 sudah
peningkatan bobot rata-rata yang terlihat pertumbuhan yang lebih
berbeda (P1, P2, P3, dan P4) dengan tinggi daripada perlakuan lainnya.
perlakuan tanpa pemberian tepung Pada hari ke 28 sudah mulai terlihat
daun singkong fermentasi (P0). Pada bahwa perlakuan P2 (10% tepung
perlakuan P2 (10% tepung daun singkong fermentasi) adalah
fermentasi daun singkong dan 90% perlakuan dengan pertumbuhan ikan
tepung kedelai) menunjukkan yang lebih tinggi dan perlakuan yang
pertumbuhan bobot tertinggi yaitu terendah terdapat pada perlakuan
sebesar 12,63 g, sementara kontrol dibandingkan dengan tiga
pertumbuhan bobot terendah terdapat perlakuan lainnya.
pada pemberian pakan tanpa Pada pengamatan hari ke 42
fermentasi daun singkong (kontrol) hingga 56 baru terlihat jelas
sebesar 11,07 g. Hal ini disebabkan perbedaan pertumbuhan tiap
karena pakan dengan fermentasi perlakuan. Perlakuan P2 (10% tepung
daun singkong dalam pakan disukai daun singkong fermentasi dan 90%
9

tepung kedelai) menunjukan karena kandungan serat kasar daun


pertumbuhan bobot rata-rata tertinggi singkong yang cukup tinggi yaitu
dibandingkan dengan perlakuan P1, sekitar 20%, menyebabkan ikan
P3, dan P4. Sementara pada kurang mampu mencerna daun
perlakuan P4 (20% tepung daun tersebut. Pada penelitian ini
singkong terfermentasi) ikan perlakuan P4 memiliki serat kasar
mengalami pertumbuhan paling yang paling tinggi yaitu 13,46%
rendah karena didalam pakan sehingga menghasilkan pertumbuhan
memiliki kandungan daun singkong ikan paling rendah.
sebesar 20%. Hal ini sesuai pendapat Selanjutnya untuk melihat
Widjanarko (2000), bahwa daun pertumbuhan ikan gurami secara
singkong memiliki kandungan nutrisi spesifik dapat diketahui melalui
yang tinggi, namun daun ini juga perhitungan laju pertumbuhan
memiliki keterbatasan untuk spesifik yang dapat dilihat pada
dijadikan pakan ikan. Salah satunya Tabel 6.

Tabel 6. Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Individu Ikan Gurami Pada Setiap
Perlakuan Selama Penelitian.
Perlakuan (% Fermentasi Daun Singkong : %Tepung Kedelai)
Ulangan
P0 (0:100) P1(5:95) P2 (10:90) P3(15:85) P4(20:80)
1 1,8 2,2 2,2 2,2 2,1
2 2,0 2,1 2,3 2,0 2,0
3 1,8 2,1 2,2 2,2 2,0
Jumlah 5,6 6,4 6,7 6,3 6,1
Rata-rata 1,9±0,12a 2,13±0,06b 2,24±0,06b 2,11±0,12 b 2,0±0,06b
Huruf yang tak sama pada baris yang sama menunjukan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05).
Hasil perhitungan terhadap laju kandungan serat kasar daun singkong
pertumbuhan spesifik pada benih yang cukup tinggi yaitu sekitar 20%,
ikan gurami diperoleh yang terendah menyebabkan ikan kurang mampu
pada perlakuan kontrol (0% tepung mencerna daun tersebut.
daun singkong terfermentasi) dan Seperti telah kita ketahui
tertinggi pada perlakuan P2 (10% bahwa sistem pencernaan ikan relatif
tepung daun singkong terfermentasi) lebih sederhana dibandingkan hewan
yaitu 2,24%. darat dimana ikan memiliki enzim
Dari data Tabel 6 dapat dilihat pencernaan yang terbatas terutama
bahwasanya semakin tinggi enzim amilase dan selulase yang
kandungan daun singkong didalam menghidrolisis karbohidrat yang
pakan ikan gurami menyebabkan banyak terdapat pada bahan nabati
penurunan terhadap pertumbuhan seperti halnya daun singkong.
ikan, hal ini dikarenakan serat kasar Perlakuan P2 dengan
daun singkong yang cukup tinggi pemberian daun singkong fermentasi
sehingga ikan sulit mencernanya. 10% di dalam pakan mempunyai
Sesuai dengan pernyataan oleh nilai laju pertumbuhan yang paling
Widjanarko et al. (2000) yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
mengatakan bahwa meskipun daun tingkat penggunaan tepung daun
singkong memiliki kandungan nutrisi singkong fermentasi dalam pakan
tinggi, namun daun ini juga memiliki buatan cukup optimal yang ditunjang
keterbatasan untuk dijadikan pakan dengan komposisi bahan lainnya
ikan. Salah satunya karena sehingga menghasilkan efisiensi
10

pakan paling baik dan retensi protein pertumbuhan ikan selama


paling tinggi untuk menunjang penggabungan itu saling melengkapi
pertumbuhan ikan gurami. Menurut sehingga akan memberikan hasil
Alava dan Lin dalam Utami et al. yang lebih baik daripada pakan yang
(2012) bahwa pakan yang hanya mengandung satu sumber
komponennya terdiri dari dua protein.
sumber protein dapat memicu

Kelulushidupan
Data hasil perhitungan kelulushidupan ikan gurami (Osphronemus
gouramy Lac.) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kelulushidupan (%) benih ikan baung selama penelitian
Perlakuan (% Fermentasi Daun Singkong:%Tepung Kedelai)
Ulangan
P0 (0:100) P1(5:95) P2(10:90) P3(15:85) P4(20:80)
1 90 90 85 95 100
2 90 100 95 90 100
3 100 95 85 90 90
Jumlah 280 285 265 275 290
Rata-rata 93,33 95 88,33 91,67 96,67
Dari hasil pengamatan selama Kematian ikan terjadi karena saat
penelitian terlihat tingkat sampling ada ikan terus bergerak
kelulushidupan benih ikan gurami ketika dilakukan penimbangan
menunjukkan perbedaan pada setiap sehingga beberapa ikan yang
perlakuan. terjatuh ke tanah menyebabkan luka-
Tabel 7 menunjukkan bahwa luka di bagian badan akibatnya ikan
angka kelulushidupan tertinggi mengalami kematian. Kematian ikan
terdapat pada perlakuan P4 (20% juga terjadi karena perubahan suhu
tepung daun singkong terfermentasi) dan perubahan lingkungan selama
yaitu sekitar 96,67%, serta yang penelitian.
terendah pada perlakuan P2.

Kualitas Air
Data hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Data hasil pengukuran kualitas air selama penelitian.
Hari Pengamatan ke...
Parameter Nilai Standar
1 28 56
Pengukuran *
Suhu (OC) 27-31 28-31 26-29 25-30
pH 6-7 5-6 6-7 6,5-8
DO (mg/L) 2,8-3,4 2,8-3 3,1-3,3 >2
NH3 (mg/L) 0,047 0,039 0,054 0,1
Pada Tabel 8. dapat dilihat media penelitian sudah termasuk
suhu, derajat keasaman (pH), DO kategori yang sesuai untuk
dan kadar amoniak perairan selama mendukung kehidupan ikan gurami.
penelitian pemeliharaan ikan gurami,
11

Analisa Biaya Pembuatan Pakan


Data biaya pembuatan pakan setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rincian biaya pembuatan pakan
Perlakuan (%TK:%DSF) Biaya Pemmbuatan Pakan/Kg (Rp)

P0 (0:100) 8500
P1 (5:95) 8535
P2(10:90) 8280
P3(15:85) 8145
P4(20:80) 7935
Biaya termurah pembuatan fermentasi) yaitu Rp 8.280,- per kg
pakan terdapat pada perlakuan P4 dan menghasilkan laju pertumbuhan
(20% daun singkong fermentasi) spesifik terbaik, secara ekonomis
yaitu Rp 7935,- per kg . Hal ini biaya pakan pada perlakuan P2 lebih
disebabkan pengunaan tepung murah karena dengan waktu
kedelai yang harganya relatif mahal pemeliharaan yang sama dengan
pada P4 paling sedikit. Apabila perlakuan P4 dihasilkan
dibandingkan dengan biaya pakan pertuumbuhan benih ikan gurami
perlakuan P2 (10% daun singkong yang lebih cepat.

Kesimpulan
Hasil penelitian selama 56 menghasilkan laju pertumbuhan spesik
hari diperoleh bahwa penggantian 2,24%, efesiensi pakan 23,19%,
10% tepung daun singkong kecrenaan 61,09% dan retensi protein
terfermentasi dan 90 % tepung 22,82 % tertinggi dibandingkan
kedelai merupakan pakan terbaik dengan perlakuan lainnya.
untuk benih ikan gurami yang

Daftar Pustaka

Adelina., I. Boer dan I. Suharman. Nutrition in Asia Methodological


2009. Pakan Ikan Budidaya dan Approach to Research and
Análisis Formulasi. Unri Press. Development. Ontario University
Pekanbaru. 102 hlm. of Guelph. 154 pp.
----------, dan I. Suharman. 2013. Diktat Dani, N, P, Agung B, Shanti, L.
Praktikum Ilmu Nutrisi Hewan 2005. Komposisi Pakan Buatan
Air. Fakultas perikanan dan Ilmu untuk Meningkatkan
Kelautan Universitas Riau. Pertumbuhan dan Kandungan
Pekanbaru. 40 hlm (tidak Protein Ikan Tawes (Puntius
diterbitkan). javanicus Blkr). ISSN :1411-
Cahyoko, Yudi. 2013. Kecernaan 321x. 7(2) : 83-90 hlm.
Pakan Dan Aktivitas Karbohidrase Effendie, M. I. 2002. Metodologi
Pada Benih Gurami Biologi perikanan. Yayasan
(Osphronemus gouramy Lac.) Pustaka Nusantara.
Yang Diberi Pakan Mengandung Yogyakarta. 163 hlm.
Beberapa Jenis Karbohidrat. Balai Hadadi, A., Herry, K. T. Wibowo, E.
Penelitian Bogor. 12(15). Hlm 28. Pramono, A. Surahman, dan E.
Cho, C. Y., C. W. Cower and Ridwan. 2009. Aplikasi Pemberian
Watanabe, T. 1983. Finfish Maggot Sebagai Sumber Protein
12

Dalam Pakan Ikan Lele Protein Enriched Feed Using


Sangkuriang (Clarias sp.) dan Agro-Industrial Residues as
Gurame (Osphronemus gouramy Substrates, in : P. Sing nee’
Lac.). Laporan Tinjauan Hasil Nigam, A. Pandey (eds).
Tahun 2008. Balai Pusat Budidaya Biotecnology for Agro-
Air Tawar Sukabumi. Hlm 175 – Industrial Residues
181. Utilisation.DOI.1007/978/1-
Huisman. E. A. 1976. Food Convertion 4020-9942-7-5.p.78-92.
Effecience At Maintenances and Utami, K. I., K. Haetami dan
Production Level For Carp Rosidah.2012. Pengaruh
Cyprinus carpio and Rainbow Penggunaan Tepung Daun Turi
Trowt. Salmon gaineri Hasil Fermentasi Dalam Pakan
Aquaculture. 9:259 – 237. Buatan Terhadap Pertumbuhan
NRC. 1993. Nutritional Requirement of Benih Bawal Air Tawar
Warmwater Fishes. National (Colossomamacropomum
Academic of Science. Cuvier). Jurnal Perikanan dan
Washington, D. C. 248 p. Kelautan. Edisi 2088-3137. 193
Sudaryanto, B. 1986. Daun Singkong hlm.
Sebagai Sumber Pakan Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition
Ternak. Poultry Indonesia, and Marine Culture.
Vol. VII, No. 75, Jakarta. 74 Departement of Aquatic
hlm. Bioscience. Tokyo University of
Samsugiartini, N. 2006. Tepung daun Fisheries. 243 p.
ketela pohon. http://fpk. unair. Widjanarko B.A., R, Pratiwi., dan C
Ac.id/journal/download.php?id=37 ,Retnaningsih. 2000. Seri Iptek
. Diunduh pada tanggal 10 Pangan. Volume 1: Teknologi,
November 2014, pukul 20.18 Produk, Nutrisi dan keamanan
WIB. Pangan. Jurusan Teknologi
Tenti, Marisya. 2006. Pengaruh Pangan-Unika Soegijapranata.
Pemberian Daun Ubi Kayu Semarang. 84 hlm.
Fermentasi (Manihot utilisima) Zulkardi. 1994. Pemanfaatan Daun
Terhadap Performans Ayam Singkong Limbah Isolasi Rutin
Broiler. Skripsi sarjan. Fakultas dalam Ransum Ayam Petelur pada
pertanian Unand. Padang. 78 Masa Produksi. Skripsi Sarjana.
hlm (tidak diterbitkan). Fakultas Peternakan UNAND,
Ugwuanyi, J.O.,B. McNeil and L.M. Padang. 75 hlm (tidak diterbitkan).
Harvey,L. 2009. Production of

Anda mungkin juga menyukai