Anda di halaman 1dari 25

Referat

KALKULUS

Oleh:
Annisa Nurul Jannah, S.Ked.
NIM 712017009

Pembimbing:
Drg. Nursiah Nasution, M.Kes.

SMF ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul:

Kalkulus

Oleh:
Annisa Nurul Jannah, S.Ked.

Telah dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kesehatan Gigi
dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, 24 Juli 2019


Pembimbing

Drg. Nursiah Nasution, M.Kes.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya,
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Kalkulus” sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Drg. Nursiah Nasution, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Peneliti menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan
di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran.Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.Amin.

Palembang, 24 Juli 2019

Annisa Nurul Jannah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3


2.1 Jaringan Periodontal ........................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Jaringan Periodontal. ......................................... 3
2.1.2. Anatomi Jaringan Periodontal ............................................. 3
2.1.3. Gambaran Klinis Jaringan Periodontal ................................ 6
2.2. Kalkulus ........................................................................................... 6
2.2.1. Pengertian Kalkulus ............................................................. 7
2.2.2. Klasifikasi Kalkulus............................................................. 8
2.2.3. Komposisi Kalkulus............................................................. 10
2.2.4. Proses Pembentukan Kalkulus ............................................. 11
2.2.5. Teori Pembentukan Kalkulus................................................15
2.2.6. Mikrobiologi Kalkulus..........................................................16
2.2.7. Pencegahan terbentuknya kalkulus ...................................... 16
2.2.8. Cara emngatasi adanya kalkulus .......................................... 18

BAB IIIKESIMPULAN ............................................................................ 19


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalkulus adalah plak dental terkalsifikasi yang melekat pada


permukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Kalkulus terbentuk dari plak bakteri
yang telah mengalami mineralisasi dengan komponen utama berupa garam
mineral kalsium fosfat dan ditutupi oleh lapisan plak yang tidak
termineralisasi. Endapan keras ini dapat terbentuk pada bagian korona atau
apikal gigi menuju marginal ginggiva, dan masing-masing dinamakan sebagai
kalkulus supragingiva dan subgingiva.1
Berbagai penelitian dilakukan untuk mengungkapkan keberadaan dari
kalkulus telah menunjukkan bahwa kalkulus terdapat dalam 70-100% kasus.
Berdasarkan data dari Oral Health Status of US angka kejadian kalkulus pada
usia 18-64 tahun mencapai 84% . Menurut data The Oral Cleanliness and
Periodontal Health of UK Adults tahun 1998 menyatakan bahwa 73%
individu dewasa memiliki kalkulus di rongga mulutnya. Studi-studi ini
dilakukantidak membedakan antara supragingival dankalkulus subgingival
tetapi mereka menunjukkan prevalensi kalkulus yang tinggi di seluruh
populasi.2
Akumulasi kalkulus dengan struktur permukaannya yang kasar dan
menjadi tempat melekatnya lapisan- lapisan plak yang baru, sehingga
semakin lama karang gigi akan semakin mengendap, menebal dan menjadi
sarang bakteri. Deposit terkalsifikasi ini sangat berperan dalam menyebabkan
dan memperhebat penyakit periodontal dengan cara menjadi retensi plak yang
bisa berkontak rapat ke jaringan gingiva dan menciptakan daerah dimana
penyingkiran plak menjadi sangat sulit. 3
Masalah karang gigi tidak dapat disepelekan. Bila plak sudah
mengendap menjadi karang gigi atau kalkulus maka penyikatan sekeras
apapun dengan sikat gigi biasa tidak akan mampu menghilangkannya. Karang
gigi harus dibersihkan dengan alat yang disebut scaler. Namun, karang gigi

1
dapat timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak dijaga dengan baik
sehingga perlu melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi timbul. 3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaringan Periodontal


2.1.1. Pengertian jaringan periodontal
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan
mengelilingi gigi, yang mencakup gingiva, sementum,ligamen periodontal,
dan tulang alveolar.4

Gambar 2.1.Jaringan periodontal4

2.1.2. Anatomi jaringan periodontal


a. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa di dalam rongga mulut yang
mengelilingi bagian servikal gigi dan menutupi lingir (ridge)
alveolar.Gingiva terdiri atas epitel tipis pada lapisan terluar dan jaringan
ikat dibawahnya.Bagian-bagian dari gingiva antara lain mukosa alveolar,
pertautan gingiva (mucogingival junction), perlekatan gingiva (attached
gingiva), alur gingiva bebas (free gingiva groove), sulkus gingiva, gingiva
tepi (margin) dan gingiva interdental (interdental papilla).Ciri-ciri klinis
gingiva normal dan sehat antara lain berwarna merah muda, yang
diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium
serta sel-sel pigmen, tidak udem atau bengkak, kenyal, melekat erat pada
gigi dan prosesus alveolaris, tidak mudah berdarah dan tidak mengandung

3
eksudat, teksturnya berbintik-bintik seperti kulit jeruk (stiplling) yang akan
terlihat jelas saat gingiva dikeringkan dengan semprotan udara, dan papila
interdental lancip.4

Gambar 2.2. Anatomi gingiva 4

b. Sementum
Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi
yang menutupi dentin di area akar gigi.Fungsi sementum adalah
memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligamen periodontal
untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan terlibat dalam
perbaikan dan remodeling gigi dan tulang alveolar. Sementum berwarna
kuning mengkilat dan secara klinis tidak terlihat namun saat terjadi resesi
gingiva maka sementum akan terlihat. Resorpsi sementum dapat
disebabkan karena stres oklusal yang berlebihan, gerakan ortodonti,
tekanan tumor, dan defisiensi kalsium atau vitamin D.4

Gambar 2.3. Sementum 4

4
c. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang
menutupi akar gigi dan melekatkan akar gigi terhadap tulang
alveolar.Ligamen periodontal terdiri atas serabut pembuluh darah yang
kompleks dan serabut jaringan ikat kolagen yang mengelilingi akar gigi
dan melekat ke prosesus alveolaris. Fungsi ligamen periodontal antara lain
memelihara gigi dalam soket, memiliki fungsi sensoris yaitu dapat
merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan nutrisi bagi
sementum dan tulang, memiliki fungsi formatif yaitu membentuk dan
memelihara sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptif yaitu
dapat meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang akibat
tekanan pengunyahan.4

Gambar 2.4. Ligamen periodontal 4

d. Tulang alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang
membentuk soket gigi (alveoli) yang terdiri atas puncak alveolar (alveolar
crest), tulang interproksimal, dan tulang interradikular yaitu tulang antara
2 akar gigi.Puncak alveolar berada paling koronal dari prosesus alveolaris,
normalnya 1 - 2 mm dari cemento enamel junction (CEJ) dan tampak dari
aspek fasial gigi.Puncak alveolar mengelilingi gigi seperti bentuk
bergelombang dan mengikuti kontur permukaan CEJ.5

5
Gambar 2.5. Gambaran Tulang alveolar5

Tulang interproksimal atau disebut juga septum interdental


merupakan tulang yang berada di antara permukaan proksimal dari dua
gigi yang berdekatan. Kontur dari tulang interproksimal dapat menjadi
indikator jaringan periodontal yang sehat.5
Pada area gigi posterior, kontur puncak tulang interproksimal
pararel terhadap garis imajiner yang ditarik antara CEJ masing-masing
gigi. Puncak alveolar memiliki bentuk horizontal saat CEJ antara gigi
dengan gigi sebelahnya sama tingginya, sedangkan puncak alveolar akan
memiliki bentuk vertikal saat salah satu gigi sebelahnya tumbuh miring
atau erupsi pada tinggi yang berbeda. Gambaran tulang alveolar sehat
adalah bentuknya tipis, halus dari tepi kortikal sampai puncak tulang
interdental.Puncak tulang interdental kontinu dengan lamina dura, dan
menbentuk sudut yang tajam. Tulang alveolar di bagian mesial dan distal
juga tipis.5

2.1.3. Gambaran Klinis Jaringan Periodontal


Gambaran klinis jaringan periodontal adalah warna gingiva tepi
dan gingiva cekat secara umum berwarna pink akibat dari suplai darah.
Warna ini tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat
keratinisasi dan konsentrasi pigmen melanin.4
Kontur gingiva berlekuk, berkerut-kerut seperti kulit jeruk dan
licin serta melekat dengan gigi dan tulang alveolar, Ketebalan gingiva

6
bebas adalah 0,5 - 1,0 mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi papila
interdental, sulkus gingiva tidak lebih dari 2 mm, tidak mudah berdarah,
tidak udem dan eksudat, dan ukurannya normal tergantung dengan elemen
seluler, interseluler dan suplai vaskuler.5

Gambar 2.6. Gambaran klinis jaringan periodontal normal4

2.2.Kalkulus
2.2.1. Pengertian Kalkulus

Kalkulus adalah plak dental terkalsifikasi yang melekat ke


permukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri dari plak
bakteri yang telah mengalami mineralisasi.1 Kalkulus juga disebut juga
tartar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras yang melekat pada
permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat pada gigi
karena dental plak yang keras. Kerusakan awal pada margin gingiva pada
penyakit periodontal adalah disebabkan oleh efek patogenik
mikroorganisme di dalam plak.Namun, efeknya bisa menjadi lebih besar
yang disebabkan oleh akumulasi kalkulus karena lebih memberikan retensi
mikroorganisme plak. Pada dasarnya, kalkulus dibagi menjadi dua yaitu
kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.2,3

7
2.2.2. Klasifikasi Kalkulus
a. Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva terletak di koronal margin gingiva. Kalkulus
biasanya berwarna putih kekuningan dan keras dengan konsistensi liat dan
mudah terlepas dari permukaan gigi.3 Dua lokasi yang paling umum untuk
perkembangan kalkulus supragingiva adalah permukaan bukal molar
rahang atas dan permukaan lingual dari gigi anterior mandibula karena
permukaan gigi ini mempunyai self-cleansing yang rendah.3 Kalkulus
supragingiva paling sering terbentuk dibagian permukaan lingual dari gigi
anterior mandibular dan di permukaan bukal dari molar pertama maksila.
Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena
pembentukannya dibantu oleh saliva.6

Gambar 2.7. Kalkulus Supragingiva3

b. Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva terletak di bawah marginal gingiva dan oleh
karena itu, kalkulus ini tidak terlihat terutama pada pemeriksaan klinis
rutin. Lokasi dan luasnya kalkulus subgingiva dapat dievaluasi atau
dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti sonde. Kalkulus
ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijauan, dan konsistensinya
keras, dan melekat erat ke permukaan gigi. Kalkulus subgingiva juga
terbentuk dari cairan sulkular sehingga kalkulus ini disebut dengan
kalkulus serumal.6

8
Gambar 2.8. Kalkulus Subgingiva3

Tabel 1. Perbedaan antara Kalkulus Supragingiva dan Subgingiva6


No Perbedaan Supragingiva calculus Subgingival calculus
1 Pengertian Deposit kalkulus yang Deposit yang terkalsifikasi yang
melekat erat dan terbentuk pada bagian permukaan
terbentuk pada mahkota bawah marginal gingiva
korona gigi hingga
marginal gingiva
2 Lokasi terbetuk dari bagian terdeposit pada bagian apikal
korona menuju gingiva menuju puncak dari marginal
marginal gingiva
3 Sumber berasal dari sekresi berasal dari eksudat gingiva –
kelenjar saliva – salivary seruminal calculus
calculus
4 Distribusi Susunan simetris pada Berhubungan dengan kedalaman
gigi, lebih pada bagian pocket, lebih berat pada permukaan
permukaan fascial dari proksimal
Molar maksila dan
permukaan lingual dari
Gigi anterior mandibula
5 Warna putih hingga kuning coklat kehijauan hingga hitam
6 Konsistensi keras dan liat keras dan padat, seperti kaca
7 Komposisi Lebih banyak brushite Lebih sedikit brushite(BS) dan okta
(BS) dan okta calcium calcium phospate (OCP), lebih
phospate (OCP), sedikit banyak Magnesium whitelockite
Magnesium whitelockite (MWL)
(MWL)
8 Komponen komponen Sodium lebih komponen sodium meningkat

9
lain sedikit, adanya protein sesuai dengan kedalaman pocket,
saliva tidak terdapat protein saliva
9 Visibilitas Secara klinis terlihat Tidak terlihat pada pemeriksaan
klinis rutin
10 Perlekatan Mudah lepas dari gigi Melekat kuat pada permukaan gigi

2.2.3. Komposisi Kalkulus


Kalkulus supragingiva mengandung bahan organik dan anorganik.
Proposi anorganik yang mayor pada kalkulus sekitar 76% kalsium fosfat,
Ca3(PO4)2; 3% kalsium karbonat, CaCO3 dan sisanya magnesium fosfat,
Mg3(PO4)2 serta bahan lain. Persentase komponen anorganik pada
kalkulus adalah sama dengan jaringan terkalsifikasi yang lain di dalam
tubuh. Komponen anorganik mengandungi 39% kalsium, 19% fosforus,
2% karbon dioksida dan 1% magnesium serta sisanya adalah natrium,
seng, strontium, bromin, tembaga, magnesium, tungsten, aluminium,
silikon, besi dan fluor. Komponen anorganik ini akan membentuk 4 kristal
utama : hidroksiapatit Ca10(OH)2(PO4)6, brushite CaHPO4.2H2O,
magnesium whitlockite Ca9(PO4) X PO4 [ X = Mg11.F11], dan octacalcium–
phosphate Ca4H(PO3).2H2O. Dan keempat kristal tersebut, yang paling
dominan adalah hidroksiapatit, sama dengan kristal yang ada di email,
dentin, sementum, dan tulangKomponen organik pada kalkulus terdiri dari
campuran kompleks polisakarida protein, deskuamasi sel epitel, lekosit
dan berbagai jenis mikroorganisme. Komposisi kalkulus subgingiva
hampir sama dengan kalkulus supragingiva. Rasio kalsium
biladibandingkan dengan fosfat adalah lebih tinggi pada kalkulus
subgingiva, kandungan natrium meningkat sejalan dengan bertambahnya
kedalaman poket periodontal.3,7

10
Tabel 2. Komposisi Kalkulus6
Komponen Organik Komponen Pembentukan Kristal
Anorganik
 Polisakarida  Calcium  Hydroxyapatite
 Protein phospat 75,9% (HA) 58%
 Deskuamasi sel  Calcium  Octa Calcium
epitel carbonat – 3,1 phosphate (OCP)
 leukosit % 21%
 berbagai jenis  Magnesium  Magnesium
mikroorganisme phospat - whitelockite
traces dan (MWL) 12%
logam lain  Brushite (BS)
9%

2.2.4. Proses Pembentukan Kalkulus


Pengendapan glikoprotein saliva membentuk acquired pelikel, hal
ini akan berjalan terus sampai terbentuk plak. Kemungkinan lain karena
pengendapan protein pada pH yang asam, sehingga terjadi penambahan
protein saliva dan mikroorganisme, sedangkan teori lain menyatakan
bahwa pembentukan plak tergantung dari aliran saliva, variasi makanan
seta adanya mekanisme penyerapan mikroorganisme secara selektif.17
Deposit tersisa yang terbentuk setelah permukaan gigi dibersihkan disebut
“Acquired Pelikel”. Pelikel merupakan suatu deposit selapis titpis protein
saliva yang mengandung glikoprotein, pada saat setelah menyikat gigi
pelikel muncul di permukaan gigi dengan konsistensi halus, tidak
berwarna, translusen dan tidak mengandung bakteri. Pelikel yang muncul
di permukaan gigi berfungsi untuk mencegah keausan enamel akibat dari
kegiatan mekanis gigi. Pelikel ini seperti membran film tipis, tidak
terbentuk dengan ketebalan sekitar 1-2 mikron yang terbentuk pada gigi
dan permukaan intra oral yang padat. Pelikel terutama terdiri dari
glikoprotein yang diserap secara selektif ke permukaan kristal-kristal
hidroksiapatit dari saliva. Pelikel sangat mudah terlepas hanya dengan
menyikat gigi tetapi mulai terbentuk kembali dalam hitungan menit.

11
Bakteri tidak dibutuhkan selama pembentukan pelikel, tetapi bakteri
melekat dan membentuk koloni dalam waktu yang singkat setelah pelikel
terbentuk.3
Empat tahapan pembentukan pelikel yaitu : tahap 1: Permukaan
gigi atau gingiva dilengkapi cairan saliva, tahap 2: Glikoprotein
(bermuatan positif dan negatif) diserap ke permukaan krista-kristal
hidrosiapatit saliva, tahap 3: Glikoprotein kehilangan daya larutnya dan
tahap 4: Glikoprotein dirubah oleh aksi dari enzim-enzim bakteri.3
Pembentukan kalkulus selalu didahului oleh pembentukan plak.
Awalnya terbentuk pelikel pada permukaan gigi atau sementum akar yang
tidak teratur dan ketika pelikel ini terkalsifikasi, kristal kalsifikasi
menciptakan ikatan yang kuat ke permukaan. Mekanismenya itu sendiri
diawali oleh bakteri yang berkontak dengan pelikel, terutama
Streptococcus mutans karena bakteri ini mempunyai kemampuan melekat
pada gigi. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan
bersifat amorf yang berasal dari glikoprotein saliva pada permukaan email.
Selanjutnya, Streptococcus mutans akan berpoliferase diatas permukaan
pelikel dan dalam proses kehidupannya bakteri ini akan menghasilkan dua
enzim, yaitu glukosiltransferase dan fruktosiltransferase. Kedua enzim ini
mengubah sukrosa menjadi polisakarida ekstrasel, yaitu glukon dan
fruktan (levan). Glukan yang terbentuk mempunyai peranan penting dalam
pembentukan plak gigi, dibandingkan fruktan. Glukan mempunyai sifat
tidak mudah larut dalam air, sangat lengket, dan tidak mudah dihidrolisis
oleh bakteri di dalam plak serta merupakan senyawa yang stabil. Sifat-sifat
tersebut memungkinkan glukan lebih berdaya guna dan berperan sebagai
matriks interbakteri dalam pembentukan plak. Setelah 24 jam, terbentuk
lapisan tipis plak yang banyak mengandung bakteri jenis Streptococcus
sebanyak 95% dari seluruh jumlah bakteri dalam plak3
Akumulasi plak akan menjadi matriks organik untuk mineralisasi
deposit selanjutnya. Kristal kecil muncul di dalam matriks intermikrobial
antara bakteri. Pada awalnya, pada matriks akan terjadi kalsifikasi dan
kemudian plak yang terjadi termineralisasi. Pembentukan kalkulus

12
supragingiva dapat terjadi dalam waktu 12 hari, dimana 80% dari bahan
anorganik dapat terlibat. Namun, pengembangan dan pematangan
komposisi kristal dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.3
Mineralisasi membutuhkan nukleasi benih kristal sebelum
pertumbuhan kristal. Ion untuk kalkulus supragingiva berasal dari saliva.
Plak membentuk lingkungan untuk nukleasi heterogen kristal kalsium dan
fosfat, yang terjadi bahkan dengan saliva yang supersaturasi sehingga plak
tersebut berperan di dalam pembentukan kalkulus. Ion lain dapat
dimasukkan ke dalam struktur tergantung pada kondisinya. Fosfolipid
asam dan proteolipid tertentu dalam membran sel memiliki peran dalam
mineralisasi mikroba. Cairan sulkus gingiva menghasilkan kalsium, fosfat,
dan protein untuk pembentukan kalkulus subgingiva.3
Kalkulus supragingiva sering ditemukan pada lingual gigi anterior
rahang bawah atau pada insisivus bawah. Hal ini terjadi karena insisivus
rahang bawah merupakan muara atau ekskretori utama dari kelenjar
submandibula (duktus Whartonni) dan kelenjar sublingual (duktus
bartholini). Sedangkan pada bukal gigi postertor rahang atas merupakan
ekskretori utama dari kelenjar parotis melalui duktus stenon. Karena
lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior rahang atas
merupakan muara utama dari salvia, maka pada daerah ini banyak terdapat
bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri ini tidak semua dapat ikut larut dalam flow
saliva, bakteri yang tersisa akan membentuk koloni yang akan
berakumulasi dengan plak yang ada pada muara saliva tersebut, sehingga
terjadi kalsifikasi plak atau kalkulus pada daerah muara saliva . Hal inilah
yang menyebabkan pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal
posterior rahang atas sering terjadi kalkulus.8

Permukaan kalkulus kasar mungkin tidak dengan sendirinya dapat


menginduksi peradangan di jaringan periodontal yang berdekatan,
melainkan muncul sebagai substrat ideal untuk kolonisasi mikroba
subgingiva dan juga bertindak sebagai ceruk yang menyimpan plak
bakteri, bertindak sebagai iritasi jaringan periodontal, distensi dinding

13
poket periodontal, serta menghambat masuknya leukosit
polimorphonuclear.8
Berbagai penelitian telah menekankan pada aspek bahwa apakah
bagian kalkulus yang disterilkan memiliki peran dalam perkembangan
penyakit periodontal. Hasil penelitian oleh Don Allen dan Kerr (1965)
menunjukkan bahwa respon kalkulus manusia steril adalah granulomatosa
yaitu respon imun terhadap benda asing sedangkan untuk kalkulus
manusia tidak steril adalah reaksi supuratif dengan kecenderungan untuk
pembentukan abses menyimpulkan bahwa kalkulus steril dapat
menyebabkan iritasi ringan dan tidak memiliki signifikansi etiologi bila
dibandingkan dengan kalkulus dengan mikroorganisme.10
Sebuah studi eksperimental untuk mengetahui premeabilitas
kalkulus manusia dilakukan oleh Baumhammmers dkk dimana mereka
menggunakan zat pewarna, endotoksin yang dititrasi, dan glisin tertitrasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa kalkulus manusia menyerap secara
menyeluruh oleh zat pewarna dalam 24 jam. Radioautograph menunjukkan
penetrasi progresif dari glycine dan endotoks seiring dengan bertambahnya
waktu. Hal ini menimbulkan hipotesis bahwa kalkulus dapat bertindak
sebagai resevoir untuk zat yang mengiritasi dari plak mikroba dan lisis
jaringan.11
Kalkulus dapat menyebabkan timbulnya manifestasi akibat adanya
akumulasi plak yang menyebabkan proses peradangan jaringan
periodontal. Kalkulus secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan
pada gingiva berupa resesi gingiva, yaituterbukanya permukaan akar
akibat migrasi marginal gingiva ke arah apikal. Kondisi ini terjadi akibat
kehilangan perlekatan periodontal. Hal ini dapat timbul karena permulaan
dari adanya plak. Jika plak didiamkan saja maka akan semakin menumpuk
dan semakin keras karena mengandung berbagai macam zat, seperti
Kalsium , Fosfor, Magnesium. Zat-zat ini berasal dari bakteri dan saling
bereaksi dan mengeras dan menjadi dental kalkulus.Dental kalkulus dapat
menjadi fokal infeksi dan membuat gingiva mengalami iritasi

14
sehinggagingiva menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan
terbuka (resesi gingiva).9,12
Gangguan periodontal lain yang merupakan manifestasi dari
kalkulusadalah poket periodontal, yaitu bertambah dalamnya sulkus
gingiva karena kehilangan perlekatan jaringan konektif dan tulang yang
disertai dengan terbentuknya poket akibat migrasi apikal junction
epithelium, hal ini juga disebabkan karena periodontitis yang timbul akibat
bakteri yang terakumulasi pada plak di permukaan kalkulus.1

2.2.5. Teori Pembentukan Kalkulus


1. Teori CO2
Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan CO2 dalam rongga mulut dengan tekanan
CO2 dari duktussaliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat
sehingga larutan menadi jenuh.3
2. Teori Protein
Pada konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan
permukaangigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga
mengurangi stabilitaslarutannya dan terjadi pengendapan garam
kalsium fosfat.3
3. Teori Fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.
Fosfatasevmembantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi
pengendapan garamkalsium fosfat.3
4. Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis
ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium
membentuk kalsium fosfat.
5. Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk
ammoniasehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan garam
kalsium fosfat.3

15
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan
fosfor yangakan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi
sebagai benih kristalkalsium fosfat dari saliva jenuh.3

2.2.6. Mikrobiologi Kalkulus


Rata-rata jumlah mikroskopis bakteri di plak gigi yang belum
termineralisasi telah diidentifikasi dalam plak gigi yang menunjukkan
adanya peningkatan kalsifikasi oleh enzim plak, pada kalkulus
supragingiva, bakteri aerobik dan anaerobik yang viabel telah terdeteksi.
pembentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh, yakni
Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,Streptococcus sanguis dan
Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah
lapisan tipis yang terdiri dari jenis coccus. Pada awal ploriferasi bakteri
yang tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus fakultatif (Neisseria,
Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi 50% terdiri dari
Streptococcus mutans. Dengan adanya perkembangbiakan bakteri maka
lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme dan adesi
bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak
berubah menjadi anaerob. Sementara kalkulus subgingiva memberikan
lingkungan yang sangat baik untuk adhesi dan pertumbuhan mikroba lebih
lanjut. Periopatogen, seperti aggregatibacter actinomycetemcomyitans,
prophyromonas gingivalis, dan terponema denticola telah ditemukan
dalam lacunae kalkulus supra dan sublingual. Bakteri bukan penyebab
esensial dari pembentukan kalkulus, akan tetapi dapat berpengaruh pada
perkembangannya. Oleh karena itu, sejumlah besar kalkulus menunjukkan
bahwa kebersihan mulut telah buruk selama berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun.7
2.2.7. Pencegahan terbentuknya kalkulus
1. Menjaga kebersihan gigi dan mulut
 Menyikat gigi minimal 2 kali sehari saat setelah makan dan sebelum
tidur.

16
Dalam hal menyikat gigi, hal yang harus diperhatikan adalah cara
menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Teknik
menyikat gigi yang baik adalah menggunakan bulu sikat yang lembut
dan menyikat dari arah gusi ke arah gigi. Dengan demikian selain
membersihkan plak yang menempel pada permukaan gigi, juga
melakukan pemijatan terhadap gusi yang akan memperlancar peredaran
darah sekitar gusi dan menjadi lebih sehat. 13
 Membersihkan sela- sela makanan dengan dental floss
Cara menggunakan dental floss adalah dengan memegang kedua
ujungnya dengan jari jemari, lalu menyisir satu per satu sela-sela gigi.
Lakukan aktifitas itu di depan cermin. Setelah semuanya disisir, barulah
berkumur hingga bersih. 13

2. Rajin kontrol ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk membersihkan


plak gigi

Ada banyak alasan mengapa pemeriksaan gigi secara teratur itu


penting. Dengan memeriksakan gigi secara teratur, dokter gigi dapat
mengidentifikasikan potensi masalah yang mungkin terjadi, sehingga
dapat diambil tindakan pencegahan atau penanganan sejak dini. Salah
satunya adalah membersihkan plak dan karang gigi yang menempel, untuk
mencegah pembentukan lubang pada gigi. Apabila sudah terlanjur
terbentuk lubang pada gigi namun ukurannya masih kecil, dokter gigi bisa
segera menambal lubang tersebut agar tidak memperparah kondisi gigi.
Atau ketika gigi tumbuh dengan arah yang salah, dokter bisa segera
melakukan tindakan pembedahan sebelum kondisi menjadi lebih parah,
misalnya keburu terjadi pembengkakan gusi karena infeksi. 13
Selain menjaga kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan gigi secara
teratur juga bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya
yang seolah tidak ada kaitannya dengan gigi dan mulut, salah satunya
adalah penyakit jantung. Adanya penumpukan plak pada gusi dapat
menyebabkan iritasi pada gusi, yang berlanjut pada perdarahan dan radang
gusi. Bakteri periodontal yang ada pada gusi dapat masuk ke aliran darah

17
hingga ke organ jantung, kemudian menimbulkan infeksi. Dengan
menjaga gigi dan gusi tetap sehat, maka risiko terkena penyakit jantung
akan berkurang. 13

3. Tidak mengunyah gigi pada satu sisi


Timbulnya karang gigi yang lebih banyak pada sisi rahang yang
tidak digunakan atau jarang digunakan untuk mengunyah. Karena
mengunyah sendiri memiliki sifat self cleansing. Kunyahan akan
memproduksi air liur pada mulut dan air liur ini secara alamiah akan
melawan kuman yang ada di mulut.Jadi, bila hanya mengunyah di satu sisi
saja maka yang akan bersih satu sisi tersebut. Sedangkan sisi yang lain
beresiko lebih banyak timbul plak atau karang gigi. 13

2.2.8. Cara mengatasi adanya kalkulus

Karang gigi tidak bisa hilang hanya dengan gosok gigi, bila karang
sudah terbentuk maka karang gigi dapat dibersihkan dengan bantuan
dokter gigi atau perawat gigi dengan proses pembersihan karang gigi
(scaling). Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan
utamanya membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai
adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic
scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya
disesuaikan dengan anatomi gigi dan letak kalkulus. Biasanya,
prosedur scaling adalah kombinasi manual dan ultrasonic scaler, dan
diawali dengan ultrasonic scaler untuk membuang kalkulus yang keras
dan melekat erat pada permukaan gigi.13
Treatment Dan Prosedur Scaling
Sebelum dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan
gigi secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien
ekstra dan intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya
penyebaran infeksi dan anamnesis. Kemudian pemeriksaan intra-oral
untuk melihat keadaan dalam mulut pasien. Selain melihat keadaan

18
giginya, dilihat juga keadaan jaringan lunak lainnya, seperti gingival,
palatum dan lidah. setelah semua pemeriksaan dilakukan.baru akan di
lakukan scaling mengkombinasikan antara manual dan ultrasonic scaler
untuk membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan
gigi. Kalkulus yang berada di dalam subgingiva juga dapat dibersihkan
dengan menggunakan tip yang kecil dan tipis agar bisa masuk kedalam
poket dan sulcus gingival. Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-
sisa karang gigi pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan tidak bisa
menggunakan ultrasonic scaler. Pada pasien dengan kalkulus yang dalam
dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan
dan menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh
dokter gigi. 13

Peralatan ultrasonic scaer merupakan satu perangkat scaler yang


terdiri dari handpiece scaler dan tip scaler. Tip scaler dapat diganti sesuai
dengan kebutuhan. Ujung dari tip scaler pada saat dioperasikan akan
bergetar dengan frekuensi yang cepat dan halus yang akan menghancurkan
karang gigi tanpa merusak permukaan gigi, karena permukaan tip scaler
yang halus.Kemudian dikombinasikan dengan keluarnya air dari ujung tip
yang berfungsi untuk mengirigasi, membersihkan debris dan
mendinginkan area yang dibersihkan. 13

19
BAB III
KESIMPULAN

Kalkulus adalah plak dental terkalsifikasi yang melekat pada permukaan


gigi asli maupun gigi tiruan. Kalkulus terbentuk dari plak bakteri yang telah
mengalami mineralisasi dengan komponen utama berupa garam mineral kalsium
fosfat. Kalkulus dapat terbentuk pada bagian korona atau apikal gigi menuju
marginal ginggiva, dan masing-masing dinamakan sebagai kalkulus supragingiva
dan subgingiva.
Masalah karang gigi/kalkulus bukanlah suatu hal yang dapat disepelekan.
Sebelum plak gigi mengeras hingga menjadi kalkulus yang tidak dapat
dibersihkan secara manual dengan sikat gigi dan menimbulkan masalah-masalah
pada rongga mulut terutama Kalkulus secara tidak langsung dapat berpengaruh
terhadap jaringan periodontal., sebaiknya dilakukan tindakan- tindakan pencegahan,
seperti selalu menjaga kebersihan rongga mulut dengan sikat gigi dua kali sehari,
memakai dental floss, tidak mengunyah pada satu sisi dan melakukan kunjungan
ke dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Mandel I, Gaffar A. Calculus Revisited. A Review J. Clin Periodontal. 1986;


13:249 57
2. Bloom B, Simile CM, Adams PF. Oral health status and access to oral health
care for U.S. adults aged 18-64: National Health Interview Survey, 2008.
Vital Health Stat 10. 2012 Jul;(253):1-22
3. White DJ. Dental calculus: Recent insights into occurrence, formation,
prevention, removal and oral health effects of supragingival and subgingival
deposits. Eur J Oral Sci 1997;105:508-522
4. Fiorellin J.P, Kim D.M, Uzel N.G. Anatomy of the periodontium. In:
Newman M.G, Takei H.H, Klokkevold P.R, et al. Eds. Carranza’s clinical
periodontology. 11th edition. St louis (M)): Elsevier; 2012: 127-139
5. Madukwe, I.U. (2014). Anatomy of the periodontium: A biological basis for
radiographic evaluation of periradicular pathology. Journal of Dentistry and
Oral Hygiene , 6(7), 70-76
6. Sahithya, RS. Essentials of periodontology. 1st ed. Chapter 10. P. 172-173.
7. Carranza,s clinical periodontology. 10th ed. Chapter 10. p. 172-173
8. Jepsen S, Descher J, Braum A. Schwarz F, Eberhard J. Calculus removal and
the prevention 1965 Mar- Apr;36:121-126
9. Allenn DL, Kerr DA. Tissue response in the guinea pig to sterile and non-
sterile calculus. J Periodontol 1965 Mar-Apr; 36:121-126
10. Bauhammers A, Conway JC, Saltzbergs D, Matta RK. Scanning electron
microscopy of supragingival calculus. J Periodontol 1980 Oct;51(10): 553-
562
11. Tagge DL, O’leary TJ, El-Kafrawy AH. The clinical and histological
response of periodontal disease in adults. J Clin Periodontol 1975
Sep;46(9):527-533
12. Saini R, Marawar PP, Shete S, Saini S. Periodontitis. A true infection. J Glob
Infect Dis 2009; 1(2): 149-50
13. Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.Cet.ke-
1. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM

21

Anda mungkin juga menyukai