KALKULUS
Oleh:
Annisa Nurul Jannah, S.Ked.
NIM 712017009
Pembimbing:
Drg. Nursiah Nasution, M.Kes.
Referat
Judul:
Kalkulus
Oleh:
Annisa Nurul Jannah, S.Ked.
Telah dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kesehatan Gigi
dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya,
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Kalkulus” sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Drg. Nursiah Nasution, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Peneliti menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan
di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran.Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.Amin.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak dijaga dengan baik
sehingga perlu melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi timbul. 3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
eksudat, teksturnya berbintik-bintik seperti kulit jeruk (stiplling) yang akan
terlihat jelas saat gingiva dikeringkan dengan semprotan udara, dan papila
interdental lancip.4
b. Sementum
Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi
yang menutupi dentin di area akar gigi.Fungsi sementum adalah
memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligamen periodontal
untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan terlibat dalam
perbaikan dan remodeling gigi dan tulang alveolar. Sementum berwarna
kuning mengkilat dan secara klinis tidak terlihat namun saat terjadi resesi
gingiva maka sementum akan terlihat. Resorpsi sementum dapat
disebabkan karena stres oklusal yang berlebihan, gerakan ortodonti,
tekanan tumor, dan defisiensi kalsium atau vitamin D.4
4
c. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang
menutupi akar gigi dan melekatkan akar gigi terhadap tulang
alveolar.Ligamen periodontal terdiri atas serabut pembuluh darah yang
kompleks dan serabut jaringan ikat kolagen yang mengelilingi akar gigi
dan melekat ke prosesus alveolaris. Fungsi ligamen periodontal antara lain
memelihara gigi dalam soket, memiliki fungsi sensoris yaitu dapat
merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan nutrisi bagi
sementum dan tulang, memiliki fungsi formatif yaitu membentuk dan
memelihara sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptif yaitu
dapat meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang akibat
tekanan pengunyahan.4
d. Tulang alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang
membentuk soket gigi (alveoli) yang terdiri atas puncak alveolar (alveolar
crest), tulang interproksimal, dan tulang interradikular yaitu tulang antara
2 akar gigi.Puncak alveolar berada paling koronal dari prosesus alveolaris,
normalnya 1 - 2 mm dari cemento enamel junction (CEJ) dan tampak dari
aspek fasial gigi.Puncak alveolar mengelilingi gigi seperti bentuk
bergelombang dan mengikuti kontur permukaan CEJ.5
5
Gambar 2.5. Gambaran Tulang alveolar5
6
bebas adalah 0,5 - 1,0 mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi papila
interdental, sulkus gingiva tidak lebih dari 2 mm, tidak mudah berdarah,
tidak udem dan eksudat, dan ukurannya normal tergantung dengan elemen
seluler, interseluler dan suplai vaskuler.5
2.2.Kalkulus
2.2.1. Pengertian Kalkulus
7
2.2.2. Klasifikasi Kalkulus
a. Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva terletak di koronal margin gingiva. Kalkulus
biasanya berwarna putih kekuningan dan keras dengan konsistensi liat dan
mudah terlepas dari permukaan gigi.3 Dua lokasi yang paling umum untuk
perkembangan kalkulus supragingiva adalah permukaan bukal molar
rahang atas dan permukaan lingual dari gigi anterior mandibula karena
permukaan gigi ini mempunyai self-cleansing yang rendah.3 Kalkulus
supragingiva paling sering terbentuk dibagian permukaan lingual dari gigi
anterior mandibular dan di permukaan bukal dari molar pertama maksila.
Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena
pembentukannya dibantu oleh saliva.6
b. Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva terletak di bawah marginal gingiva dan oleh
karena itu, kalkulus ini tidak terlihat terutama pada pemeriksaan klinis
rutin. Lokasi dan luasnya kalkulus subgingiva dapat dievaluasi atau
dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti sonde. Kalkulus
ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijauan, dan konsistensinya
keras, dan melekat erat ke permukaan gigi. Kalkulus subgingiva juga
terbentuk dari cairan sulkular sehingga kalkulus ini disebut dengan
kalkulus serumal.6
8
Gambar 2.8. Kalkulus Subgingiva3
9
lain sedikit, adanya protein sesuai dengan kedalaman pocket,
saliva tidak terdapat protein saliva
9 Visibilitas Secara klinis terlihat Tidak terlihat pada pemeriksaan
klinis rutin
10 Perlekatan Mudah lepas dari gigi Melekat kuat pada permukaan gigi
10
Tabel 2. Komposisi Kalkulus6
Komponen Organik Komponen Pembentukan Kristal
Anorganik
Polisakarida Calcium Hydroxyapatite
Protein phospat 75,9% (HA) 58%
Deskuamasi sel Calcium Octa Calcium
epitel carbonat – 3,1 phosphate (OCP)
leukosit % 21%
berbagai jenis Magnesium Magnesium
mikroorganisme phospat - whitelockite
traces dan (MWL) 12%
logam lain Brushite (BS)
9%
11
Bakteri tidak dibutuhkan selama pembentukan pelikel, tetapi bakteri
melekat dan membentuk koloni dalam waktu yang singkat setelah pelikel
terbentuk.3
Empat tahapan pembentukan pelikel yaitu : tahap 1: Permukaan
gigi atau gingiva dilengkapi cairan saliva, tahap 2: Glikoprotein
(bermuatan positif dan negatif) diserap ke permukaan krista-kristal
hidrosiapatit saliva, tahap 3: Glikoprotein kehilangan daya larutnya dan
tahap 4: Glikoprotein dirubah oleh aksi dari enzim-enzim bakteri.3
Pembentukan kalkulus selalu didahului oleh pembentukan plak.
Awalnya terbentuk pelikel pada permukaan gigi atau sementum akar yang
tidak teratur dan ketika pelikel ini terkalsifikasi, kristal kalsifikasi
menciptakan ikatan yang kuat ke permukaan. Mekanismenya itu sendiri
diawali oleh bakteri yang berkontak dengan pelikel, terutama
Streptococcus mutans karena bakteri ini mempunyai kemampuan melekat
pada gigi. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan
bersifat amorf yang berasal dari glikoprotein saliva pada permukaan email.
Selanjutnya, Streptococcus mutans akan berpoliferase diatas permukaan
pelikel dan dalam proses kehidupannya bakteri ini akan menghasilkan dua
enzim, yaitu glukosiltransferase dan fruktosiltransferase. Kedua enzim ini
mengubah sukrosa menjadi polisakarida ekstrasel, yaitu glukon dan
fruktan (levan). Glukan yang terbentuk mempunyai peranan penting dalam
pembentukan plak gigi, dibandingkan fruktan. Glukan mempunyai sifat
tidak mudah larut dalam air, sangat lengket, dan tidak mudah dihidrolisis
oleh bakteri di dalam plak serta merupakan senyawa yang stabil. Sifat-sifat
tersebut memungkinkan glukan lebih berdaya guna dan berperan sebagai
matriks interbakteri dalam pembentukan plak. Setelah 24 jam, terbentuk
lapisan tipis plak yang banyak mengandung bakteri jenis Streptococcus
sebanyak 95% dari seluruh jumlah bakteri dalam plak3
Akumulasi plak akan menjadi matriks organik untuk mineralisasi
deposit selanjutnya. Kristal kecil muncul di dalam matriks intermikrobial
antara bakteri. Pada awalnya, pada matriks akan terjadi kalsifikasi dan
kemudian plak yang terjadi termineralisasi. Pembentukan kalkulus
12
supragingiva dapat terjadi dalam waktu 12 hari, dimana 80% dari bahan
anorganik dapat terlibat. Namun, pengembangan dan pematangan
komposisi kristal dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.3
Mineralisasi membutuhkan nukleasi benih kristal sebelum
pertumbuhan kristal. Ion untuk kalkulus supragingiva berasal dari saliva.
Plak membentuk lingkungan untuk nukleasi heterogen kristal kalsium dan
fosfat, yang terjadi bahkan dengan saliva yang supersaturasi sehingga plak
tersebut berperan di dalam pembentukan kalkulus. Ion lain dapat
dimasukkan ke dalam struktur tergantung pada kondisinya. Fosfolipid
asam dan proteolipid tertentu dalam membran sel memiliki peran dalam
mineralisasi mikroba. Cairan sulkus gingiva menghasilkan kalsium, fosfat,
dan protein untuk pembentukan kalkulus subgingiva.3
Kalkulus supragingiva sering ditemukan pada lingual gigi anterior
rahang bawah atau pada insisivus bawah. Hal ini terjadi karena insisivus
rahang bawah merupakan muara atau ekskretori utama dari kelenjar
submandibula (duktus Whartonni) dan kelenjar sublingual (duktus
bartholini). Sedangkan pada bukal gigi postertor rahang atas merupakan
ekskretori utama dari kelenjar parotis melalui duktus stenon. Karena
lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior rahang atas
merupakan muara utama dari salvia, maka pada daerah ini banyak terdapat
bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri ini tidak semua dapat ikut larut dalam flow
saliva, bakteri yang tersisa akan membentuk koloni yang akan
berakumulasi dengan plak yang ada pada muara saliva tersebut, sehingga
terjadi kalsifikasi plak atau kalkulus pada daerah muara saliva . Hal inilah
yang menyebabkan pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal
posterior rahang atas sering terjadi kalkulus.8
13
poket periodontal, serta menghambat masuknya leukosit
polimorphonuclear.8
Berbagai penelitian telah menekankan pada aspek bahwa apakah
bagian kalkulus yang disterilkan memiliki peran dalam perkembangan
penyakit periodontal. Hasil penelitian oleh Don Allen dan Kerr (1965)
menunjukkan bahwa respon kalkulus manusia steril adalah granulomatosa
yaitu respon imun terhadap benda asing sedangkan untuk kalkulus
manusia tidak steril adalah reaksi supuratif dengan kecenderungan untuk
pembentukan abses menyimpulkan bahwa kalkulus steril dapat
menyebabkan iritasi ringan dan tidak memiliki signifikansi etiologi bila
dibandingkan dengan kalkulus dengan mikroorganisme.10
Sebuah studi eksperimental untuk mengetahui premeabilitas
kalkulus manusia dilakukan oleh Baumhammmers dkk dimana mereka
menggunakan zat pewarna, endotoksin yang dititrasi, dan glisin tertitrasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa kalkulus manusia menyerap secara
menyeluruh oleh zat pewarna dalam 24 jam. Radioautograph menunjukkan
penetrasi progresif dari glycine dan endotoks seiring dengan bertambahnya
waktu. Hal ini menimbulkan hipotesis bahwa kalkulus dapat bertindak
sebagai resevoir untuk zat yang mengiritasi dari plak mikroba dan lisis
jaringan.11
Kalkulus dapat menyebabkan timbulnya manifestasi akibat adanya
akumulasi plak yang menyebabkan proses peradangan jaringan
periodontal. Kalkulus secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan
pada gingiva berupa resesi gingiva, yaituterbukanya permukaan akar
akibat migrasi marginal gingiva ke arah apikal. Kondisi ini terjadi akibat
kehilangan perlekatan periodontal. Hal ini dapat timbul karena permulaan
dari adanya plak. Jika plak didiamkan saja maka akan semakin menumpuk
dan semakin keras karena mengandung berbagai macam zat, seperti
Kalsium , Fosfor, Magnesium. Zat-zat ini berasal dari bakteri dan saling
bereaksi dan mengeras dan menjadi dental kalkulus.Dental kalkulus dapat
menjadi fokal infeksi dan membuat gingiva mengalami iritasi
14
sehinggagingiva menurun dari leher gigi, lama kelamaan akar gigi akan
terbuka (resesi gingiva).9,12
Gangguan periodontal lain yang merupakan manifestasi dari
kalkulusadalah poket periodontal, yaitu bertambah dalamnya sulkus
gingiva karena kehilangan perlekatan jaringan konektif dan tulang yang
disertai dengan terbentuknya poket akibat migrasi apikal junction
epithelium, hal ini juga disebabkan karena periodontitis yang timbul akibat
bakteri yang terakumulasi pada plak di permukaan kalkulus.1
15
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan
fosfor yangakan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi
sebagai benih kristalkalsium fosfat dari saliva jenuh.3
16
Dalam hal menyikat gigi, hal yang harus diperhatikan adalah cara
menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Teknik
menyikat gigi yang baik adalah menggunakan bulu sikat yang lembut
dan menyikat dari arah gusi ke arah gigi. Dengan demikian selain
membersihkan plak yang menempel pada permukaan gigi, juga
melakukan pemijatan terhadap gusi yang akan memperlancar peredaran
darah sekitar gusi dan menjadi lebih sehat. 13
Membersihkan sela- sela makanan dengan dental floss
Cara menggunakan dental floss adalah dengan memegang kedua
ujungnya dengan jari jemari, lalu menyisir satu per satu sela-sela gigi.
Lakukan aktifitas itu di depan cermin. Setelah semuanya disisir, barulah
berkumur hingga bersih. 13
17
hingga ke organ jantung, kemudian menimbulkan infeksi. Dengan
menjaga gigi dan gusi tetap sehat, maka risiko terkena penyakit jantung
akan berkurang. 13
Karang gigi tidak bisa hilang hanya dengan gosok gigi, bila karang
sudah terbentuk maka karang gigi dapat dibersihkan dengan bantuan
dokter gigi atau perawat gigi dengan proses pembersihan karang gigi
(scaling). Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan
utamanya membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai
adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic
scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya
disesuaikan dengan anatomi gigi dan letak kalkulus. Biasanya,
prosedur scaling adalah kombinasi manual dan ultrasonic scaler, dan
diawali dengan ultrasonic scaler untuk membuang kalkulus yang keras
dan melekat erat pada permukaan gigi.13
Treatment Dan Prosedur Scaling
Sebelum dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan
gigi secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien
ekstra dan intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya
penyebaran infeksi dan anamnesis. Kemudian pemeriksaan intra-oral
untuk melihat keadaan dalam mulut pasien. Selain melihat keadaan
18
giginya, dilihat juga keadaan jaringan lunak lainnya, seperti gingival,
palatum dan lidah. setelah semua pemeriksaan dilakukan.baru akan di
lakukan scaling mengkombinasikan antara manual dan ultrasonic scaler
untuk membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan
gigi. Kalkulus yang berada di dalam subgingiva juga dapat dibersihkan
dengan menggunakan tip yang kecil dan tipis agar bisa masuk kedalam
poket dan sulcus gingival. Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-
sisa karang gigi pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan tidak bisa
menggunakan ultrasonic scaler. Pada pasien dengan kalkulus yang dalam
dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan
dan menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh
dokter gigi. 13
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21