Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSES


ACARA 3
PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI
Dosen Pengampu : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si.

Oleh:
Nama mahasiswa : Galang Chanda Qur,ani
NIM : 150722607284/ G
Mata Kuliah : Geologi Struktur dan Proses

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
2019
Acara 3

I. Dasar Teori

Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan


tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan
antar satuan batuan serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga
merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan
yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran geologi,
dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti. Pada dasarnya
peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian lapangan. Hal ini pula
yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi
lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas suatu peta dasar (peta
topografi/rupabumi) dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta
unsur struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan
dan struktur di lapangan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi.
Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan
sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga
menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap Peta geologi dibuat berlandaskan
dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatan lahan, air dan sumberdaya ditentukan
atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di
permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang
paling baik yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil
keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari
resiko bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan.

Peta

Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian
unsur permukaan bumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu.
Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah
maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek
dengan obyek lainnya. Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi
yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan
kata-kata. Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola
bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu
bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifikasinya.

Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal antara


sipengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan
demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari
fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang dirancang untuk
mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian
dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis,
memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi. Informasi ruang mengenai
bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi mengandung 4 aspek
penting, yaitu:

1. Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang


khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta).

2. Atribut, informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yang


diperlukan. Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek
ruang, Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang.

3. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa
fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya alamnya,
berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka
Bumi yang disajikan.

4. Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas
serta grid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan
berbagai keterangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta
dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta. Penyusunan dan
penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua
informasi yang terletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.

Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja,
sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi
(unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta. Peta yang menyajikan unsur
ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan disebut dengan peta topografi.
Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untuk menggambarkan unsur
ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalah memakai garis
kontur. Indonesia pertama kali di petakan secara detail oleh pemerintah kolonial
Belanda dan selesai pada tahun 1943. Peta ini kemudian disempurnakan lagi di
tahun 1944. Peta topografi tahun 1944 ini akhirnya dipakai sebagai acuan dasar
pemetaan Indonesia. Tahun 1966 peta Indonesia disempurnakan lagi melalui sistem
pencitraan satelit oleh American Map Service (AMS) namun dengan skala terbesar
1:50000. Peta topografi awalnya hanya dipakai untuk kebutuhan pertahanan dan
militer sehingga sangat dirahasiakan dan tidak sembarang orang bisa mengakses.
Akan tetapi dengan dunia informasi yang makin terbuka, maka peta topografi sudah
disesuaikan dengan kepentingan publik.

Peta Topografi

Peta topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi
yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan
bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis
kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu
pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah
atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur
utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran
planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data
yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi
secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak
mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala. Peta
topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam
(asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar.
Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial
dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi,
vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi mempunyai garisan
lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat.
Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.
II. Tujuan
Tujuan dari pembuatan peta topografi antara lain adalah :
1. Mahasiswa dapat membuat peta topografi dengan menggunakan aplikasi Arc-
Map
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi peta topografi
3. Sebagai peta lapangan dalam praktikum Geologi Struktur dan Proses

III. Alat dan Bahan


1. Alat
- Laptop
- Software Arc-Map
2. Bahan
- Data Dem Kec. Sumbermanjing
- SHP Batas kecamatan
- SHP Sungai

IV. Langkah Kerja


1. Tentukan lokasi yang akan dipetakan;
2. Buka software Arc-Map;
3. Masukkan data DEM ke software Arc-Map;
4. Kemudian klasifikasikan berdasarkan ketinggian dengan meng-klik kanan pada
layer DEM tersebut > properties> lalu pilih symbology > classified > kemudian
rubah warnanya berdasarkan ketinggian dengan mengganti dibagian color ramp;

5. Kemudian untuk menambahkan efek 3D dengan menambahkan hillshade, yaitu


dengan membuka arctool box > Spatial analyst toll > surface > hillshade. Kemudian
masukkan data Dem kedalam kolom input raster > lalu tekan ok;

6. Kemudian untuk menjadikan efek 3D dengan menransparankan data DEM yang


telah diolah. Klik kanan pada layer DEM tersebut > properties> display > kemudian
ganti angka pada kolom transparency ke 60%;
7. Kemudian untuk menampilkan garis kontur buka kembali arctool box > Spatial
analyst toll > surface > contour, kemudian masukkan data DEM kedalam kolom
input raster, lalu tentukan kontur interfalnya. Setelah kontur sudah muncul
kemudian klik kanan pada layer kontur tersebut > properties> lalu pilih symbology
> categories. Kemudian pada value field pilih contour, kemudian uncheck pada <all
other value>, kemudian klik tombol add value > kemudian tekan OK;
8. Setelah garis kontur sudah muncul, kemudian masukkan SHP batas kecamatan
Indonesia dan SHP sungai;

9. Lalu langkah terakhir melayout peta yang sudah jadi;


V. Hasil

Peta Topografi Kecamatan Sumbermanjing (terlampir)

VI. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini yaitu pembuatan peta topografi Kecamatan


Sumbermanjing Kabupaten malang dengan menggunakan software Arc-Map
didapati bahwa daerah Kecamatan Sumbermanjing memiliki topografi yang
bergelombang. Topografi bergelombang pada daerah tersebut terbentuk akibat
adanya proses subduksi antar lempeng yang mengakibatkan terjadinya lipatan-
lipatan pada daerah tersebut. Dalam peta hasil tersebut dapat diketahui bahwa
ketinggian minimum daerah penelitian -14 meter dan ketinggian maksimal pada
daerah tersebut 888 meter dari permukaan laut.

Dari proses subduksi pada daerah tersebut juga menyebabkan terjadinya


patahan-patahan atau sesar, yang dimana terjadi akibat daerah topografi mendapat
tekanan lebih besar dari gaya elastisitasnya. Sesar atau patahan sendiri terdiri dari
hangingwall dan footwall. Sesar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Normal Fault
Patahan dikatakan masuk ke dalam normal fault jika patahan tersebut
memungkinkan satu block misalnya bagian foot wall memiliki lapisan yang
bergerak searah namun relatof naik terhadap blok lainnya yaitu hanging wall. Ciri
yang sangat mudah ditemukan pada jenis normal fault adalah tingkat
kemiringannya yang hampir 90 derajat.

2. Reserve Fault
Kebalikan dari normal fault, untuk jenis reserve fault ini merupakan patahan yang
terjadi dengan arah foot wall yang relatif turun dibandingkan dengan hanging wall.
Ciri yang mudah ditemukan pada jenis patahan ini adalah tingkat kemiringannya
yang relatif kecil yaitu sekitar 45 derajat saja atau setengah dari kemiringan normal
fault.

3. Strike Fault
Untuk jenis strike fault ini merupakan patahan yang memiliki arah relatif mendatar
baik itu ke kiri maupun ke kanan. Arah patahan ini memang tidak seluruhnya
bergerak dengan arah mendatar namun juga bisa dengan arah vertikal. Pada patahan
jenis ini yang bergerak ke arah kiri disebut dengan dekstral sedangkan untuk
patahan yang bergerak ke kanan disebut dengan sinistral.

Dampak lain dari proses tumbukan antar lempeng pada daerah Kecamatan
Sumbermanjing yaitu berubahnya struktur geologi, yang dimana juga dapat
mempengaruhi pola aliran sungai, selain itu juga dapat menimbulkan terbentuknya
gunung api pada daerah tersebut.

VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,


Kecamatan Sumbermanjing memiliki karakteristik yang bergelombang. Karakter
bergelombang pada daerah tersebut diakibatkan dari adanya proses subduksi antar
lempeng, yang mengakibatkan terjadinya lipatan-lipatan pada daerah tersebut.
Selain itu pada Kecamatan Sumbermanjing juga terdapat patahan atau sesar.

VIII. Daftar Pustaka

Alzwar M., Akbar N., dan Bachri S., 1992. Peta geologi Lembar Garut dan
Pameungpeuk, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.

Marjiyono, Asdani Soehaimi, dkk, 2008. Identifikasi Sesar Aktif Daerah


Cekungan Bandung Dengan Data Citra Landsat Dan Kegempaan,
Pusat Survei Geologi, Bandung.

Kutipan dari internet :

https://www.academia.edu/35305548/1_2_2_PETA_GEOLOGI_12.1_Pend
ahuluan
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai