Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mendukung keberlangsungan peran seorang wanita, sudah
selayaknyalah kesejahteraan wanita diperhatikan, salah satu caranya yaitu
dengan memperhatikan beberapa masalah yang sedang dihadapi wanita saat
ini yaitu tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya adalah
malpresentasi dan malposisi saat persalinan (Manuaba, 2005 &
Prawirohardjo, 2009).
Morbiditas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat
dibandingkan letak kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:Bagian yang
paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.Terdapat 3
komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat menimbulkan
komplikasi yaitu : Persalinan bokong, Persalinan bahu dengan lengan,
Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali
pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi
terperangkap, Kelambatan persalinan kepala bayi akan menimbulkan asfiksia
karena tali pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi mengalami
penurunan dan kekurangan nutrisi serta oksigen, Dipaksa melahirkan kepala
bayi yang hanya mempunyai waktu terbatas sekitar 5-10 menit dapat
menimbulkan trauma pada:Persendian leher, Trauma langsung pada kepala
bayi, Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat
menimbulkangangguan mental dan intelegensi (Sastrawinata, 2004).
Dan tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada beberapa cara yang
dipakai untuk mengubah presentasi bokong (letak sungsang) pada ibu. Bukti-
buktinya tentang manfaat dari berbagai versi itu sudah cukup (Prawirohardjo,
2009).
2

Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.


Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal
bila umur kehamilannya > 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih
terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam
vagina dan atau pemeriksaan ultrasonografi.(Prawirohardjo, 2009).

Bedah sesar merupakan jalan terakhir apabila percobaan persalinan


vaginal tidak berhasil dan persalinan lambat atau gambaran CTG abnormal
(Prawirohardjo, 2009).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil


patologis (sungsang) dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui
manajemen kebidanan menurut Varney.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Menjelaskan konsep dasar kehamilan patologis (sungsang)
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
kehamilan patologis (sungsang)
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis
(sungsang) dengan pendekatan Varney yang terdiri dari :
1) Pengkajian
2) Identifikasi diagnosa/masalah
3) Identifikasi masalah potensial
4) Identifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana/intervemsi
6) Implementasi
3

7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis
(sungsang) dalam bentuk catatan SOAP.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Kehamilan Presentasi Bokong


A. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2007).

Letak sungsang adalah dimana bayi letaknya sesuai dengan


sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong
merupakan bagian terbawah (daerah pintu atas panggul/simpisis).
(Saifuddin, 2002)

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian


terendahnya bokong kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi
3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada usia kehamilan cukup
bulan (> 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi
yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu,
kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian
besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah usia kehamilan
34 minggu (Sarwono, 2009).
Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak di
fundus uteri sedangkan bokong diatas simfisis (Manuaba, 2004).

B. Etiologi
Frekuensi presentasi sungsang menurun ketika umur kehamilan
semakin lanjut.Sebanyak 15% janin berpresentasi sungsang pada
kehamilan minggu ke 30.Pada kehamilan minggu ke 35 proporsi ini
menurun menjadi 3%.Kebanyakan bayi secara spontan berubah
menjadi letak kepala.Jika presentasi masih tetap sungsang pada
5

minggu ke 34, banyak ahli kebidanan banyak melakukan versi


kepala.Versi ini lebih mudah dilakukan jika presentasi tungkainya
dengan tungkai fleksi.Presentasi janin tidak mempunyai arti klinis
sebelum minggu ke 32-35 (Jones, 2002). Frekuensi letak sungsang
lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan
aterm dan lebih banyak pada multigravida daripada primigravida
(Sastrawinata, 2004).
Menurut (Manuaba, 2007) penyebab terjadinya letak sungsang antara
lain :
1. Terjadinya plasenta previa.
2. Keadaan janin yang menyebabkan letak sungsang
a. Makrosemia.
b. Hidrosefalus.
c. Anensefalus.
3. Keadaan air ketuban
a. Hidramnion.
b. Oligohidramnion.
4. Keadaan kehamilan
a. Kehamilan ganda.
b. Kehamilan lebih dari dua.
5. Keadaan uterus
a. Uterus arkuatus.
b. Plasenta dengan implantasi pada koruna.
6. Keadaan dinding abdomen
a. Rileks akibat grandemultipara.
7. Keadaan tali pusat
a. Pendek.
b. Terdapat lilitan tali pusat pada leher
Sedangkan menurut Sarwono (2009), penyebab terjadinya
presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor
resiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas structural uterus,
6

polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan


multipel, anomali janin (anencefali, hidrocefalus) dan presentasi
bokong sebelumnya.

C. Faktor Resiko Kehamilan Sungsang


Berikut ini adalah beberapa faktor resiko pada kehamilan sungsang:
Kehamilan sungsang dengan riwayat persalinan yang buruk, sering
mengalami keguguran, persalinan prematuritas, persalinan lahir mati,
persalinan terdahulu dengan tindakan operasi, kehamilan sungsang
dengan anak terkecil umur lebih dari 5 tahun, kehamilan sungsang
dengan penyakit jantung, ginjal dan paru-paru, kehamilan sungsang
inpartu dengan keadaan abnormal: ketuban sudah pecah pada
pembukaan kecil, terjadi distress janin, bayi cukup besar, bayi
prematur, terdapat infeksi pada ibu, terjadi prolapsus funikuli
(Manuaba, 1998).

D. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada
pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian
yang keras dan bulat, yakni kepala dan kepala teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya
terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh
dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah
(Prawirohardjo, 2007).
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada
abdomen bagian atas akibat sering didorongnya kepala karena
gerakan kaki janin (Manuaba, 2007).
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak
7

sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena


misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau
MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong
yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis ischii, dan
anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan
lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka
karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping
bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna,
hanya teraba satu kaki di samping bokong (Prawirohardjo, 2007).

E. Jenis Presentasi Bokong


1. Pada presentasi bokong kaki sempurna, dalam bahasa Inggris
“Complete breech” di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
2. Presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank breech”.
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut kedua
kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu
8

atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan pada


pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
3. Presentasi kaki, dalam bahasa Inggris kedua letak yang terakhir ini
disebut “Footling breech presentation”. Pada presentasi kaki
bagian paling rendah ialah satu atau dua kaki
4. Presentasi lutut, dalam bahasa Inggris “Kneeling breech”
(Prawirohardjo, 2007, Sellers, 1993 & Sastrawinata, 2004).

Gambar 2.1 Macam-macam letak sungsang (Sellers, 1993).

Dari letak-letak ini, letak bokong murni paling sering


dijumpai.punggung biasanya terdapat kiri depan (Sastrawinata, 2004).

F. Komplikasi
1. Angka mortalitas bayi tinggi, yaitu 20-25%.
2. Dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
3. Komplikasi ibu disebut “Trias komplikasi”, yaitu:
- Perdarahan
- Infeksi
- Trauma jalan lahir
4. Komplikasi anak
9

- Dislokasi persendian
- Trauma alat vital visera
- Fraktur tulang ekstremitas
- Fraktur persendian leher
- Asfiksia ringan sampai berat
- Perdarahan intracranial
- Lahir mati
Sedangkan menurut Taber (1994) dan Naylor (2004)
komplikasi yang harus diantisipasi pada kasus presentasi bokong
termasuk morbiditas perinatal dan mortalitas dari kesukaran
persalinan; berat lahir rendah karena prematuritas, retardasi
pertumbuhan, atau keduanya; prolaps tali pusat (bokong murni
0,5%, bokong lengkap 5%, bokong tak lengkap 15%); plasenta
previa dan solusio plasenta; anomali janin (6x); anomali uterus dan
tumor dan janin kembar, asfiksia (4x).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Manuaba, 2007) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menentulakan presentasi bokong (letak sungsang)
adalah :
1. Pemeriksaan Leopold
Dijumpai di kepala janin di bagian atas abdomen.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Tampak kepala janin di bagian atas abdomen.
3. Pemeriksaan detak jantung janin
- Terdengar di sekitar umbilikus.
- Terdengar di bagian atas umbilikus.
4. Pemeriksaan rontgen foto (sudah lama ditinggalkan)

H. Penatalaksanaan
1. Presentasi Bokong pada Masa Kehamilan
10

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah


malpresentasi pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga
carayang dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/atau akupuntur,
dan posisi lutut-dada (knee-chest) (Sarwono, 2009).
Penatalaksanaan persalinan letak sungsang:
a. Versi Luar
Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat
mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan yang lebih
menguntungkan dalam persalinan pervaginam.Tindakan versi
luar pada kedudukan letak lintang dan sungsang tidak banyak
dilakukankarena penyulit yang ditimbulkan dapat merugikan
ibu dan janin.
Syarat dapat dilakukan versi luar:
- Pada inpartu sebelum pembukaan 4 cm
- Usia kehamilan 37-38 minggu
- Ketuban utuh
- Bagian terendah masih dapat dikeluarkan dari pintu atas
panggul.
Kontraindikasi versi luar:
- Ketuban sudah pecah
- Penderita mempunyai hipertensi
- Rahim pernah mengalami pembedahan: seksio sesarea,
pengeluaran mioma uteri
- Penderita pernah mngalami perdarahan selama hamil
- Pernah mengalami operasi plastik: operasi rekonstruksi
fistel, pembedahan septum vagina
- Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus infertilitas,
sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau
kelahiran mati; tinggi badan kurang dari 150 cm,
mempunyai deformitas pada tulang panggul/belakang
11

- Pada kehamilan kembar


Komplikasi tindakan versi luar:
- Distres janin
- Solusio plasenta
- Ketuban pecah
- Merangsang terjadinya inpartu
Apabila versi luar berhasil maka lakukan antenatal care
secara teratur selama sisa kehamilannya ataupun persalinan
spontan pervaginam.Apabila versi luar gagal, maka lakukan
versi luar kembali dengan interval 24-48 jam.Apabila gagal,
maka lakukan persalinan letak sungsang secara seksio sesarea
(Manuaba, 2004).
b. Posisi Knee-chest

Jika letak sungsang sudah diketahui pada usia kehamilan


kurang dari 32 minggu, sebaiknya dicoba melakukan gerakan
posisi antisungsang yang sering diajarkan pada senam hamil.
Gerakan ini sangat baik dilakukan dibandingkan gerakan
memutarkan janin dari luar (versi luar). Gerakan versi luar
sudah jarang dilakukan karena dapat membahayakan janin dan
ibu (Huliana, 2007)

Pada kehamilan sekitas 28-30 minggu, masih dapat dicoba


melakukan posisi knee-chest 3-4 kali perhari selama 15 menit.
12

Gambar 2.2 Posisi Knee-Chest (Manuaba, 2001)

Cara melakukan posisi knee-chest yaitu ibu mengambil posisi


menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada matras ataupun tempat tidur.Situasi ruangan panggul yang
masih longgar diharapkan dapat memberikan peluang kepala,
turun menuju pintu atas panggul.Dasar pertimbangan kepala
lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum alam akan
mengarah ke pintu atas panggul (Manuaba, 2001).

2. Penatalaksanaan Persalinan Presentasi Bokong


a. Persalinan pervaginam
1. Indikasi
Beberapa kriteria yang dipakai dalam
mempertimbangkan persalinan pervaginam adalah :
Umur kehamilan aterm, prakiraan berat badan 2.500-
3.175 gram, stasi -1 atau lebih rendah, serviks lunak,
mendatar dan dilatasi lebih dari 3 cm, bentuk pelvik
ginekoid atau antropoid dan pernah melahirkan bayi
letak sungsang dengan berat badan lebih dari 3175 gram
atau letak kepala dengan berat badan lebih dari 3630
gram.
2. Kontraindikasi

Menurut Manuaba (2001) pertolongan letak


sungsang pervaginam tidak dapat dilakukan bila:

- Terdapat kemungkinan panggul sempit


- Pada primigravida.
- Bad obstetrics history
- Terdapat perdarahan antepartum
- Kehamilan ganda
- Terdapat hipertensi
13

- Terdapat bekas seksio atau operasi di daerah uterus.


- Ketuban pecah dini atau ketuban pecah sebelum
pembukaan lengkap
- Kehamilan prematuritas
3. Tehnik persalinan
- Bracht
- Ekstraksi parsial (melahirkan bahu), terdiri dari :
Klasik (Deventer) & Muller
- Lovset (bila melhirkan bahu secara ekstraksi parsial
gagal)
- Mauriceau (melahirkan kepala), bila gagal à pakai
cunam Piper
- Ekstraksi total, terdiri dari : Ekstraksi bokong &
Ekstraksi kaki.

b. Persalinan perabdominal (seksio sesarea)


1. Indikasi
Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa
letak sungsang harus dilahirkan per abdominal,
misalnya:
- Primigravida tua.
- Nilai sosial janin tinggi (high social value baby).
- Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric
history).
- Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg.
- Dicurigai adanya kesempitan panggul.
- Prematuritas.
2. Keuntungan dan kerugian
Menurut Manuaba (2004), keuntungan seksio sesarea
pada persalinan letak sungsang:
14

- Perdarahan dan trauma persalinan dapat


dikendalikan.
- Morbiditas dan mortalitas bayi rendah
Kerugian seksio sesarea pada persalinan letak sungsang:
- Menimbulkan kecacatan pada otot rahim yang
merupakan lokus minoris resistensi.
- Terjadi infeksi.
- Perdarahan

2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Patologis


15

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS

Nama Istri :

Umur : Kehamilan sungsang dengan umur <20 tahun atau >30


tahun tergolong kehamilan beresiko tinggi (Manuaba,
1998).

Suku :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

No. Register :

2. Alasan datang periksa:

Apakah alasan kunjungan ini ada keluhan atau hanya untuk pemeriksaan
kehamilan.

Keluhan utama :

Seringkali ibu menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada


kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah (Prawirohardjo, 2007).

3. Riwayat kesehatan sekarang:


16

Yang perlu dikaji dalam hal ini adalah kapan pertama kali mengetahui
kehamilannya, sejak usia kandungan berapa ibu memeriksakan
kehamilannya. Dalam hal ini data fisiologis kehamilan lainnya juga perlu
ditanyakan seperti, keluhan yang dirasakan, serta KIE yang pernah
didapatkan.

4. Riwayat kesehatan klien

Mengkaji riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita klien dapat


mempengaruhi atau memperberat/diperberat oleh kehamilannya.Perlu
pengkajian tentang riwayat penyakit menular, menurun dan menahun pada
klien.

Penyakit Kardiovaskular :

- Berikut ini adalah beberapa faktor resiko pada kehamilan sungsang:

Kehamilan sungsang dengan penyakit jantung, ginjal dan paru-


paru,(Manuaba, 1998).

Penyakit Darah :

Penyakit Paru-paru :

Penyakit Saluran Pencernaan :

Penyakit Hati :

Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing :

Penyakit Endokrin :

Penyakit Saraf :

Penyakit Jiwa :

Penyakit Sistem Imunilogi :

Penyakit Infeksi :
17

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kehamilan sungsang dengan penyakit jantung, ginjal dan paru-paru


merupakan faktor resiko pada kehamilan sungsang (Manuaba, 1998).

6. Riwayat Menstruasi

Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang fungsi alat


kandungan.Haid terakhir, teratur atau tidaknya haid, dan siklusnya
dipergunakan untuk memperhitungkan tanggal persalinan. (UNPAD;1983)

HPHT : Sebanyak 15% janin berpresentasi sungsang pada kehamilan


minggu ke 30 (Jones, 2002)
7. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

N Abno
Suam U Pen Jeni Tm Pen BB/P Lakts Pen
o Ank Pnlg JK H M rmali
i K y s pt y B i y
tas

- Frekuensi letak sungsang lebih tinggi pada multigravida daripada


primigravida (Sastrawinata, 2004).
- Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang
harus dilahirkan per abdominal, misalnya: ……. riwayat persalinan
yang buruk (bad obstetric history), …… (Prawirohardjo, 2009).
- Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk
menilai lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam
atau per abdominal: …… pernah letak sungsang (2500 gr), ……
(Prawirohardjo, 2009).
18

- Berikut ini adalah beberapa faktor resiko pada kehamilan sungsang:

Kehamilan sungsang dengan riwayat persalinan yang buruk, sering


mengalami keguguran, persalinan prematuritas, persalinan lahir mati,
persalinan terdahulu dengan tindakan operasi, kehamilan sungsang
dengan anak terkecil umur lebih dari 5 tahun (Manuaba, 1998).

8. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan
kehamilan.
9. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Menurut Varney (2006) riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk mendeteksi
komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar
kehamilan yang dialami klien sejak haid terakhir (HPHT).
a. Keluhan tiap trimester
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
Pada kehamilan sungsang gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah (Prawirohardjo, 2007).
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi
10. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi

Eliminasi

Istirahat

Aktivitas
19

Personal
Hygiene

Kebiasaan

Seksualitas

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

- Perlu dikaji status pernikahan, berapa kali menikah, dan berapa lama
pernikahan, karena ada kemungkinan perlu perhatian ekstra jika ibu hamil
sesudah lama menikah dan harus diperhitungkan dalam pimpinan
persalinan (UNPAD,1983)

- Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap kehamilan. Kehamilan


direncanakan atau tidak, diterima atau tidak.
Najman (1991) dalam Salmah (2006) menyatakan bahwa kehamilan yang
tidak diinginkan bisa berdampak pada kesehatan mental baik ibu maupun
janinnya.
- Bagaimana psikis ibu menghadapi kehamilannya
- Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar. Apakah ibu
percaya terhadap mitos atau tidak.
- Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat
yang dapat merugikan atau memberikan pengaruh negatif pada kehamilan
ibu.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
20

Pernapasan : 16-24 x/menit


Suhu : 36,5 – 37,50C
Antropometri : Berat badan sebelum hamil :
Berat Badan Saat ini :
Tinggi Badan : >145 cm
LILA : > 23,5 cm
- Dihitung tiap kali kunjungan untuk mengetahui penambahan berat badan
ibu. Normalnya penambahan berat badan tiap minggu adalah 0,5 kg dan
penambahan badan ibu awal sampai akhir kehamilan adalah 6,5-16,5
kg.Biasanya wanita dengan berat badan rata-rata harus bertambah sekitar
1,5 kg sampai 2 kg selama trimester pertama, dan sekitar 0,5 kg per
minggu(Eisenberg,1993).
- Ketidakadekuatan penambahan berat badan prenatal dan/atau dibawah
berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir
rendah (Doenges, dkk, 2001).

- Pada LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status
gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas
dapat memotivasi ibu agar lebih memperbaiki kesehatannya serta jumlah
dan kualitas makanannya.

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala : Tampak bersih, pertumbuhan rambut normal, konstruksi

rambut yang mudah rontok atau rambut yang mudah


dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan
tertentu.
21

Wajah : Tampak kloasme gravidarum, yaitu hyperpigmentasi pipi

yang terjadi karena pengaruh melanophore stimulating


hormon yang meningkat. Bentuk simetris bila tidak
ditunjukkan adanya kelumpuhan dan tidak ada oedema.

Mata : Bentuk simetris, konjungtiva(jikapucat)sebagai gambaran


tentang adanya anemia (kadar Hb rendah), normalnya
berwarna merah muda.sklera normalnya berwarna putih,
bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis,
bila merah kekuningan adanya konjungtivitis.

Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen yang berlebihan dan


tidak berbau.

Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip, kelainan bentuk,

kebersihan cukup, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut : Bentuk simetris, tampak bersih, tidak tampak stomatis,


lidah tampak bersih. Dalam kehamilan sering timbul
stomatitis dan gingivitis yang mengandung pembuluh
darah dan mudah berdarah, maka perlu perawatan mulut
agar selalu bersih.

Sering tampaklidah kotor dan gusi epulis yang merupakan


akibat mual-mual atau hipersalivasi. Adanya karies atau
keropos yang menandakan ibu kekurangan kalsium.Saat
hamil terjadi karies yang berkaitan dengan emesis,
hiperemesis gravidarum, adanya kerusakan gigi dapat
menjadi sumber infeksi.Saat bulan kedua produksi saliva
yang berlebihan atau ptialisme (Eisenberg, 1993).
Leher : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe dan vena jugularis. Pada ibu hamil terjadi
hiperpigmentasi kulit pada bagian leher (Rustam, 1992)
22

Dada : Bentuk simetris. Payudara tampak membesar, puting susu


makin menonjol (Manuaba,1998). Tampak bayangan
vena-vena lebih membiru dan pada trimester III mulai
terjadi pengeluaran colostrum (Mochtar, 1998).
Abdomen : Tampak striae gravidarum, dikarenakan pembesaran rahin
yang menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik dibawah kulit (Mochtar, 1998).
Tampak linea nigra yang terjadi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior
dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Tampak pembesaran,
karena otot uterus mengalami hyperplasia dan hipertropi
menjadi lebih besar dan lunak serta mengikuti pembesaran
rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba,1998).
Genetalia Eksterna : Tidak tampak varises pada vulva dan vagina,
tidak ada edema, condiloma akuminata, ulkus,
serta penyakit kelamin lainnya. Nilai apakah ada
pengeluaran keputihan yang abnormal saat
kehamilan. Pada saat hamil akan timbul tanda
Chadwick dimana terjadi perubahan warna menjadi
kebiruan pada vulva, vagina, serviks
(Sarwono,2010). Vagina dan vulva mengalami
peningkatan pembuluh darah karena pengaruh
estrogen sehingga dinding vagina tampak makin
merah dan kebiru-biruan (tanda chadwicks)
(Manuaba, 1998).

Anus : Tidak tampak adanya hemoroid.

Hemoroid dapat terjadi pada ibu hamil karena penurunan


23

motilitas gastrointestinal (GI) dan perubahan usus serta


tekanan pada sistem pembuluh darah oleh pembesaran
uterus (Doenges, dkk, 2001).

Ekstremitas :Tampak simetris, tampak sama panjang, tidak tampak

varises dan edema tungkai. Edema tungkai merupakan


salah satu tanda kemungkinan terjadinya pre eklamsia
(Manuaba, 2007).

Palpasi

Kepala : Tidak teraba benjolan atau massa.

Wajah : Tidak teraba oedema.

Mata : Tidak teraba oedema pada kelopak mata.


Kelopak mata yang oedem kemungkinan adanya
preeklamsia.
Telinga : Tidak teraba oedem, benjolan atau massa.
Hidung : Tidak teraba oedem, polip, benjolan atau massa.
Leher :Tidak teraba teraba pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan
vena jugularis.
Dada :Tidak teraba benjolan atau massa pada payudara,
payudara teraba tegang, dapat teraba noduli-noduli, akibat
hipertrofi kelenjar alveoli (Mochtar, 1998).
Abdomen : Untuk mengetahui besarnya rahim dan dengan ini
menentukan tuanya kehamilan, menentukan letak janin
dalam rahim.
TFU :
Leopold I : Kepala teraba di fundus uteri
(Prawirohardjo, 2007).
Leopold II :
24

Leopold III : Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah


uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat,
yakni kepala (Prawirohardjo, 2007).

Leopold IV :

TBJ :

Zatuchni dan Andros telah membuat suatu


indeks prognosis untuk menilai lebih tepat
apakah persalinan dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominal :
.......Tafsiran berat janin….

(Prawirohardjo, 2007).

Genetalia Eksterna: Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholin, benjolan


atau massa.
Anus : Tidak teraba oedem, benjolan atau massa
Ekstremitas : Tidak terabaoedem, benjolan atau massa

Auskultasi

Dada : Untuk mendengarkan suara nafas. Biasanya pada 90%

hingga 95% wanita hamil akan terdengar murmur sistolik


pendek yang semakin jelas terdengar selama inspirasi
maupun ekspirasi (Varney, 2006).

Abdomen : Bising peristaltik usus orang dewasa normalnya adalah 5-

35 kali permenit.

Denyut jantung janin pada umumnya terdengar di sekitar


umbilicus atau terdengar di bagian atas umbilikus
(Manuaba, 2007).
25

Perkusi

Ekstremitas : Pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukan karena

hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.

 Refleks Biseps. Respons normal fleksi pada siku


dan kontraksi biseps.
 Refleks Triseps. Menyebabkan kontraksi otot triseps
dan ekstensi siku.
 Refleks Patella. Kontraksi quadriseps dan ekstensi
lutut adalah respons normal.
 Refleks Babinski. Terjadi kontraksi jari kaki dan
menarik bersamaan.
 Refleks Homan positif dapat menunjukkan
tromboflebitis (Doenges, dkk, 2001).
 Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Urine :

Pemeriksaan Darah Lengkap :

Pemeriksaan USG : Tampak kepala janin di bagian atas


abdomen (Manuaba, 2007).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
26

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi


(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan.
Diagnosis : G...Papah usia kehamilan..... minggu janin
tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin
dengan presentasi bokong

G : Gravida

P : Para -> a : aterm

p : premature

a : abortus

h : hidup ( Varney, 2006)

- Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa


USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan
merupakan kehamilan intrauterin.

Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang


sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis.

Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang
telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan
tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak
terjadi.
27

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang tekah
diidentifikasi.
1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu
Rasional: Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

2. Beritahukan tentang penyebab kehamilan letak sungsang kepada ibu.

Rasional: Untuk meningkatkan pemahaman ibu terhadap kehamilannya


dan mengurangi rasa cemas yang akan timbul.

3. Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan sungsang.

Rasional: Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu


mampu mendeteksi dini tanda yang dapat membahayakan keselamatan
ibu dan janinnya (Salmah, 2006).

4. Berikan KIE pada ibu untuk melakukan posisi knee-chest.

Rasional: Situasi ruangan panggul yang masih longgar diharapkan dapat


memberikan peluang kepala, turun menuju pintu atas panggul.Dasar
pertimbangan kepala lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum
alam akan mengarah ke pintu atas panggul (Manuaba, 2001).

5. Berikan KIE pada ibu untuk istirahat yang cukup.


28

Rasional: Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan


dengan pertumbuhan jaringan ibu/janin (Doenges, dkk, 2001).

6. Berikan KIE pada ibu untuk melakukan pemeriksaan USG

Rasional: Untuk memberikan informasi tentang pertumbuhan janin


dengan menggunakan pengukuran kepala sampai kaki, panjang femur,
dan diameter biparieta, untuk memastikan usia gestasi dan
mengesampingkan retardasi pertumbuhan. Juga menentukan ukuran dan
lokasi plasenta dan dapat juga mendeteksi beberapa abnormalitas janin
(Doenges, dkk, 2001).

7. Jadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.


Rasional: Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk
mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera guna
memungkinkan tindakan preventif atau korektif (Henderson, 2005).

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana


asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
29

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK
SUNGSANG

Tanggal pengkajian : 03 Desember 2013

Waktu : 11.30 WITA

Tempat : Poli Kandungan RSUD A.W. Sjahranie Samarinda

Oleh : Rini Oftavia


30

S:

1. Identitas

Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. H

Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun

Suku : Banjar Suku : Banjar


Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Grilya

No. Register :

2. Alasan datang periksa/keluhan utama

Ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluhkan terkadang


nafasnya sesak dan nyeri pada ulu hati.

3. Riwayat kesehatan klien

Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hepatitis,


jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis, yang dapat
memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun berpotensi
menurun.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Di dalam keluarga, tidak ada yang sedang/memiliki riwayat penyakit


hipertensi, diabetes, hepatitis, jantung, asma, TBC, ginjal dan penyakit lain
yang menular ataupun berpotensi menurun, serta tidak ada riwayat keturunan
kembar.
31

5. Riwayat menstruasi

HPHT : 20-05-2013

TP : 27-02-2014

6. Riwayat obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

N Sua T Abno
Pen Jeni Pnl J BB/P Pen
o mi Ank UK m Peny H M rmali Laktsi
y s g K B y
pt tas

Eksklus
if
Tidak
1 Tida 2800g
Tn. Ate Spo bid Tidak ada Menyus Tdk
1 (Tl: k RS ♀ r/47 H - ui
H rm ntan an ada ada
2005) ada cm sampai
usia 1
thn

Eksklus
if
Tidak
2 Tida 3100g
Tn. Ate spo bid Tidak ada Menyus Tdk
2 (Tl: k RS ♀ r/50 H - ui
H rm ntan an ada ada
2010) ada cm sampai
usia 1
thn

3 Hamil ini

7. Riwayat kontrasepsi
32

Ibu pernah menggunakan alat/metode kontrasepsi hormonal yaitu


menggunakan kontrasepsi pil selama 3 tahun. Selama menggunakan metode
kontrasepsi pil ibu mengalami keluhan sering mual, kadang-kadang pusing.
8. Riwayat kehamilan saat ini
- Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di Rumah Sakit dan puskesmas, ini
merupakan kunjungan ke tujuh kalinya selama hamil. Ini merupakan
pemeriksaan yang pertama kalinya periksa ke RS karena dianjurkan oleh
bidan puskesmas.
- Ibu sudah merasakan gerakan janinnya sejak usia kehamilan 4 bulan,
gerakan janin aktif hingga sekarang.
- Selama hamil ibu memiliki keluhan, diantaranya yaitu saat usia kehamilan
2 bulan ibu sering mengalami pusing dan mual-mual, dan usia kehamilan
5 bulan ibu mengalami keluhan sering BAK, namun hal tersebut dapat
teratasi dengan konseling-konseling yang diberikan bidan.
9. Pola fungsional kesehatan

Pola Sebelum Hamil Saat Hamil

Nutrisi - Makan 2-3x/hari, porsi - Makan 3x/hari, porsi makan:


makan: nasi 1 porsi, lauk 1 nasi 1 ½ porsi, lauk pauk 2
potong, sayur dan buah- potong, sayur dan buah-buhan,
buahan, air putih 6-7 air putih ± 7-8 gelas/hari.
gelas/hari. - Tidak ada keluhan dalam
- Tidak ada keluhan dalam pemenuhan nutrisi.
pemenuhan nutrisi. - Nafsu makan baik
- Nafsu makan baik
Eliminasi BAK : 2-3 x/hari, berwarna BAK : 5-6 x/hari, berwarna kuning
kuning jernih, konsistensi jernih, konsistensi cair, tidak ada
cair, tidak ada keluhan.
keluhan.
BAB : 1x/hari, berwarna
BAB : 1x/hari, berwarna cokelat
cokelat kehitaman,
33

konsistensi padat, tidak ada kehitaman, konsistensi padat, tidak


keluhan.
ada keluhan.

Istirahat - Siang : ±1-2 jam/hari - Siang : ±2-3 jam/hari

- Malam : ±6-7 jam/hari - Malam : ±6-7 jam/hari

- Tidak ada gangguan pola - Tidak ada gangguan pola tidur

Tidur

Aktivitas Di rumah : Membereskan Di rumah : Membereskan rumah,


rumah, mengasuh anak mengasuh anak

Di luar rumah : Belanja Di luar rumah : Belanja

Personal - Mandi 2x/hari - Mandi 2x/hari


Hygiene - Ganti baju 2-3x/hari - Ganti baju 3-4x/hari
- Ganti celana dalam 2- - Ganti celana dalam 3-
3x/hari 4x/hari

Kebiasaan Tidak ada Tidak ada

Seksualitas 1-2x/minggu 1x/minggu

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


- Ini merupakan pernikahan pertama, lama menikah ± 10 tahun, status
pernikahan sah.
- Kehamilan ini direncanakan. Ibu sengaja melepaskan metode kontrasepsi
yang sedang digunakan karena ingin memiliki anak lagi. Ibu, suami dan
keluarga menerima kehamilan ini dengan senang hati.

O:

a. Pemeriksaan Umum
34

Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Antropometri : Berat badan sebelum hamil : 50 kg
Berat badan saat ini : 57 kg
Tinggi Badan : 152 cm
LILA : 25 cm
b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala : Tampak bersih, pertumbuhan rambut merata, konstruksi

rambut kuat, warna rambut hitam.

Wajah : Tampak simetris, tampak kloasme gravidarum,tidak ada

oedema.

Mata : Tampak simetris, konjungtiva berwarna merah muda,

sklera berwarna putih, tidak tampak pengeluaran kotoran.

Telinga : Tampak simetris, tidak ada serumen yang berlebihan dan


tidak berbau.

Hidung : Tampak simetris, tidak ada polip, kelainan bentuk,

kebersihan cukup, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut : Tampak simetris, tidak tampak stomatitis ataupun caries,


tampak bersih.

Leher : Tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,


kelenjar limfe dan vena jugularis, tampak hiperpigmentasi.
35

Dada : Tampak simetris. Payudara tampak membesar, puting


susu tampak menonjol, belum tampak sedikit pengeluaran
colostrum.
Abdomen : Tampak pembesaran, tampak striae gravidarum, tampak
linea nigra.
Genetalia Eksterna : Tidak dilakukan

Anus : Tidak dilakukan

Ekstremitas : Tampak simetris, tampak sama panjang, tidak tampak

varises dan edema tungkai.

Palpasi

Kepala : Tidak teraba benjolan atau massa.

Wajah : Tidak teraba oedema.

Mata : Tidak teraba oedema pada kelopak mata.


Telinga : Tidak teraba oedem, benjolan atau massa.
Hidung : Tidak teraba oedem, polip, benjolan atau massa.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan vena jugularis.
Dada : Tidak teraba benjolan atau massa pada payudara, payudara
teraba tegang.
Abdomen : TFU : 29 cm
Leopold I : Pada fundus teraba bagian keras, bulat dan
melenting
Leopold II : Teraba bagian panjang dan keras seperti
papan pada sebelah kiri ibu dan dibagian
sebaliknya teraba bagian kecil janin
Leopold III : Pada SBR, teraba bagian lunak, kurang bulat
dan kurang melenting.
Leopold IV : Konvergen
36

Genetalia Eksterna: Tidak dilakukan


Anus : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak teraba oedem, benjolan atau massa.

Auskultasi

Dada : Irama jantung terdengar teratur, suara jantung I terdengar

di intercosta 4-5 dan denyut II terletak di intercosta 1-2,


tidak terdengar suara napas tambahan

Abdomen : Bising peristaltik usus 10x/menit, DJJ: 152 x/menit,

teratur.

Perkusi

Dada : Tidak dilakukan.

Abdomen : Tidak dilakukan.

Ekstremitas :

 Refleks Biseps (+)


 Refleks Triseps (+)
 Refleks Patella (+)
 Refleks Babinski (+)
 Homan sign (-)

c. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : Tidak dilakukan.

Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan


37

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan

Pemeriksaan USG : Dilakukan

Pemeriksaan diagnostik lainnya : Tidak ada

A: G3P2002, 27 minggu + 6 hari, janin tunggal, hidup, intrauterine dengan letak


sungsang.

P:

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu. Bahwa hasil


pemeriksaan fisik ibu normal, Tekanan darah: 120/70mmHg, Nadi,
82x/menit, Pernafasan 24x/menit, suhu 36,8°C. Berat badan: 57 kg.
Pemeriksaan head to toe (dari kepala sampai kaki) normal tidak ada
kelainan.
E: Ibu mengetahui kondisi dirinya dari hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.

2. Memberitahukan tentang penyebab kehamilan letak sungsang kepada ibu.


Letak sungsang bisa dikarenakan faktor banyaknya air ketuban yang
dimiliki ibu. Selain itu bisa dikarenakan bayi terlilit oleh tali pusat atau tali
pusat yang terlalu pendek sehingga bayi tidak bisa mengatur posisi menjadi
posisi normal.

E: Ibu mengerti dan mampu menyebutkan tentang penyebab kehamilan


letak sungsang.

3. Memberikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III.


Tanda bahaya yang bisa terjadi pada kehamilan trimester III diantaranya
perdarahan, pusing hebat, wajah tangan dan kaki bengkak dan sebagainya.
38

Apabila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut maka ibu
diharapkan segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.

E: Ibu mengerti dan mampu menyebutkan tentang tanda bahaya pada


kehamilan trimester III.

4. Menjelaskan penyebab dan cara mengatasi keluhan sesak nafas yang


dirasakan ibu saat ini. Sesak nafas bisa terjadi dikarenakan posisi bayi yang
sungsang membuat ibu merasakan penuh pada perut bagian atas. Dimana
menekan diafragma ibu, membuat ibu mudah lelah dan sesak nafas. Ibu
dapat mengatasinya dengan berbaring miring ke sebelah kiri pada saat
istirahat.

E: Ibu mengerti penyebab keluhannya dan bersedia untuk melakukan


istirahat yang benar dan cukup.

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter kandungan untuk tindakan lebih lanjut


dalam hal pemberian intervensi serta terapi selanjutnya.

6. Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Ibu dapat kembali


lagi melakukan pemeriksaan kehamilan tanggal 5 Desember 2013, tetapi
apabila ada keluhan sebelum tanggal yang telah dianjurkan ibu dapat segera
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.
E: Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
39

- Kasus yang dibahas pada laporan ini adalah ibu hamil dengan letak
sungsang, dengan klien Ny.S berusia 33 tahun dengan diagnosa G3P2002,
27 minggu + 6 hari, janin tunggal, hidup, intrauterine dengan letak
sungsang.
- Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, dan evaluasi yang telah
dipaparkan sebelumnya, pelaksanaan asuhan dilaksanakan dengan baik
dan terdapat hubungan timbal balik antara ibu dengan mahasiswa.

4.2 Saran

Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan pada ibu hamil


dengan letak sungsang maka terdapat beberapa saran yang diajukan, antara
lain:
a. Kepada ibu hamil, hendaknya untuk melakukan kunjungan secara rutin
sesuai dengan jadwal kunjungan ulang atau bila ada keluhan, sehingga
pengidentifikasian masalah-masalah kesehatan dapat secara dini dideteksi
dan dapat mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi lain di masa
mendatang.
b. Kepada petugas pelayanan kesehatan agar lebih meningkatkan kualitas
pelayanan yang sudah ada sehingga tercapai pelaksanaan asuhan yang
berkesinambungan dan terjalin hubungan komunikasi yang baik antara
klien dan tenaga kesehatan.
40

DAFTAR PUSTAKA

Derek Llewellyn-Jones,2002, Dasar-dasar Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta:


Hipokrates

Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa


Swara

Manuaba Ida Bagus Gde, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin


Obstetri, Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGC.
Naylor, C. Scott,2004, Obstetri-Ginekologi. Jakarta: EGC.
Prawiroardjo Sarwono,2007, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata Sulaiman,2004, Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
41

Taber Ben-Zion,1994. KapitaSelekta Kedaruratan Obstetri dan


Ginekologi.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai