Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumor adalah kumpulan sel abdormal dalam tubuh yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh secara terusmenerus, tidak terbatas, dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh
(Kusuma, 2011). Tumor Intra Abdomen adalah pembengkakan atau adanya
benjolan yang disebabkan oleh neoplasma dan infeksi yang berada di abdomen
berupa massa abnormal di sel-sel yang berpoliferasi yang bersifatautonom
(tidak terkontrol), progresif (tumbuh tidak beraturan), tidak berguna.Tumor
intra abdomen antara lain tumor hepar, tumor limpa , tumor lambung atau usus
halus, tumor kolon, tumor ginjal (hipernefroma), tumor pankreas. pada anak-
anak dapat terjadi tumor ginjal (Oswari, 2009).
Kanker atau tumor merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) di
dunia. Di Indonesia prevalensi tumor atau kanker adalah 4,3 per 1000 jiwa
penduduk. Kejadian tumor abdomen memiliki prevalensi cukup tinggi pada
perawatan di rumah sakit. Berdasarkan prevalensi kejadian tumor abdomen
yang paling sering terjadi pada pasien yaitu menyerang bagian usus (tumor
kolon), kemudian pada limfe dan sedikit terjadi pada pankreas (Yoga, 2010).
Pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasive yang
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas
tubuh (Nainggolan, 2013).Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan
yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan
dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,
selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka.
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization
(2011) tercatat di tahun 2013 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di
dunia yang telah menjalankan tindakan operasi. Tindakan operasi di Indonesia
pada tahun 2014 mencapai 1,2 juta jiwa. Proses insisi kulit pada prosedur
operasi dapat menstimulasi hipersensitivitas Sistem Saraf Pusat (SSP) dan
nyeri dirasakan setelah prosedur operasi selesai (Syamsuhidajat & Jong, 2010).
Menurut Internasional Associationn for study of Pain (IASP), nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional sensoris yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan terjadinya
kerusakan. Misalnya, sayatan atau luka menghasilkan trauma bagi pasien dan
ini menyebabkan rasa sakit. Nyeri post operasi merupakan reaksi kompleks
pada jaringan yang terluka (Syamsuhidajat & Jong, 2010)..
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan kronis. Nyeri akut yaitu
berupa awitan yang secara tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi sedangkan pada nyeri
kronis terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung lebih dari 3 bulan (Herdman, 2015). Nyeri akut
dapat disebabkan karena cidera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma),
kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan), fisik (abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
(Herdman, 2015). Sakit pasca operasi, termasuk jenis nyeri akut, dimana onset
nyeri cepat bervariasi dalam intensitas (ringan sampai berat) dan berlangsung
dalam waktu singkat sampai akhirnya hilang dengan atau tanpa perawatan
setelah memulihkan keadaan pada area yang rusak (Potter & Perry, 2006).
The Royal Collage of Surgeons (RCS) melaporkan nyeri pasca operasi
ditemukan pada 30-70% pasien dengan derajat sedang sampai berat.. Penelitian
Simarmata (2008) level nyeri pasien operasi abdomen 15% nyeri berat dan
50% nyeri sedang. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Meinhart dan
McCaffery, 1999 dalam Potter & Perry, 2006 yang menyatakan bahwa nyeri
akibat pembedahan dan trauma diklasifikasikan sebagai nyeri akut yang
intensitasnya bervariasi mulai dari yang ringan sampai dengan berat. Penelitian
oleh Holdcroft (2005) menunjukkan bahwa meskipun insidensi nyeri pasca
operasi telah berkurang 2% tiap tahun selama 30 tahun terakhir, namun 30%
pasien masih merasakan nyeri sedang dan 11% pasien lainnya mengeluhkan
nyeri berat.
Pemberian intervensi keperawatan sesudah operasi menjadi penting,
agar pasien dapat melakukan tindakan pencegahan komplikasi post operasi
(Powell, Phill & Bruce, 2009). Tindakan penurunan risiko infeksi pasca operasi
yang bersifat alami dengan menggunakan kemampuan pasien secara mandiri
perlu dilakukan. Rasa sakit akut yang tidak teratasi akan mempengaruhi
kondisi tubuh termasuk denyut nadi dan tekanan darah. Pemberian obat
analgesik juga memiliki efek samping seperti mual, muntah dan
ketergantungan (Peterson & Bredow, 2004), sehingga pemberian terapi
komplementer untuk mengatasi risiko infeksi pasca operasi secara
berkesinambungan sangat dibutuhkan pada kondisi ini.
Asuhan keperawatan pada pasien dapat menggunakan EvidenceBased
Nursing (EBN). EBN adalah penggunaan teori dan informasi yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan
keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu atau
sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari
pasien tersebut (Ingersoll, 2006). Maka dapat menjadi indikasi bahwa pasien
perlu diberi intervensi mobilisasi dini untuk mengurangi risiko infeksi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menganalisa pemberian asuhan
keperawatan Tumor Intra Abdomen post laparatomy pada Ny. R dengan
aplikasi hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka di
bangsal bedah Rajawali 2A RSUP Dr. KARIADI Semarang.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan ini sebagai berikut :
a. Manajemen asuhan Keperawatan
1. Memaparkan pengkajian yang komprehensif pada pasien tumor
intra abdomen post laparatomy di Ruang Bedah Wanita Rajawali
2A RSUP Dr. KARIADI Semarang.
2. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien tumor intra
abdomen post laparatomy di Ruang Bedah Wanita Rajawali 2A
RSUP Dr. KARIADI Semarang.
3. Memaparkan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien tumor
intra abdomen post laparatomy di Ruang Bedah Wanita Rajawali
2A RSUP Dr. KARIADI Semarang.
4. Memaparkan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
tumor intra abdomen post laparatomy di Ruang Bedah Wanita
Rajawali 2A RSUP Dr. KARIADI Semarang.
5. Memaparkan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien tumor
intra abdomen post laparatomy di Ruang Bedah Wanita Rajawali
2A RSUP Dr. KARIADI Semarang.
b. Evidence Based Nursing (EBN)
Memaparkan Mengenai tindakan keperawatan tentang mobilisasi dini
terhadap respon proses penyembuhan luka post laparatomy sebagai
Eevidence Based Nursing (EBN) pada pasien post operasi di Ruang
Bedah Wanita Rajawali 2A RSUP Dr. KARIADI Semarang.

Anda mungkin juga menyukai