Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

Oleh :

Brian Nur Fahmi (NPM. 116110058)


Galih Muladi Firdaus (NPM. 116110016)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNGJATI


CIREBON
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT. sholawat dan salam kita sampaikan kepada nabi kita Muhammad SAW. Atas
limpahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalahyang berjudul ‘’ BIOTEKNOLOGI PERTANIAN“. ,
Mengingat akan kemampuan yang penulis miliki, dalam penulisan laporan ini
masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersangkutan akan sangat membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi penulis
dan pembaca .

Cirebon, 16 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................
I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
I.1.Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
I.2.Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................
2.1 Pengertian Bioteknologi............................................................................................. 3
2.2 Aplikasi Bioteknologi Di bidang Lingkungan .......................................................... 3
2.3 Manfaat Bioteknologi Bagi Lingkungan ................................................................... 9
BAB III...............................................................................................................................
3.1 SIMPULAN.............................................................................................................. 12
BAB IV..............................................................................................................................
IV.Daftar Pustaka .......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman modern seperti saat ini hampir semua orang sudah mengenal dan
memakai produk hasil olahan bioteknologi. Baik hasil olahan dari bioteknologi
konvensional maupun modern. Namun walaupun semua orang sudah menikmati hasil
dari bioteknologi hanya segelintir orang saja yang mengetahui secara pasti apa
sebenarnya bioteknologi.
Dengan ditemukannya mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek, maka penelitian
tentang bioteknologi pun mulai berkembang. Para peneliti tertarik untuk mengetahui
proses apa yang terjadi sehingga bisa terbentuk anggur. Dengan adanya mikroskop
maka dapat dilihat bahwa dalam proses pengolahan anggur tesebut digunakan sel
khamir. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka ditemukanlah
mikroskop-mikroskop yang lebih canggih. Hal ini tentunya sangat mempermudah para
peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang biteknologi, dan menemukan inovasi-inovasi
baru dalam bidang bioteknologi. Karena pada dasarnya bioteknologi bukanlah ilmu
yang berdiri sendiri, melainkan didukung oleh ilmu-ilmu lain seperti genetika, biokimia,
mikrobiologi dan masih banyak ilmu-ilmu lainnya. Sehingga ilmu-illmu ini ikut serta
dalam mendukung kemajuan dari bioteknologi. Misalnya saja dengan ditemukannya
struktur dari DNA, maka dalam pengolahan anggur tidak perlu lagi mengunakan sel
khamir untuk membuat anggur, cukup hanya dengan menggunakan material genetik dari
khamir tersebut maka dapat dihasilkan anggur. Sehingga sel dari khamir ini tidak ikut
termakan oleh manusia.
Secara umum bioteknologi dibagi menjadi dua yakni bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi sederhana
yang menggunakan mahluk hidup secara langsung tanpa didasari prinsip ilmiah,
melainkan berdasarkan keterampilan yang diwariskan secara turun temurun. Sedangkan
bioteknologi modern adalah bioteknologi yang menggunakan mahluk hidup secara
langsung atau komponennya, berdasarkan prinsip ilmiah hasil pengkajian berbagai ilmu
yang mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan beberapa masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bioteknologi?
2. Bagaimana aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan?
3. Apa manfaat bioteknologi bagi lingkungan?

1.3 Tujuan
Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Bioteknologi”
2. Untuk mengetahui konsep dasar dari bioteknologi
3. Untuk mengetahui aplikasi bioteknologi dibidang lingkungan
4. Untuk mengetahui manfaat bioteknologi bagi lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioteknologi
Secara umum bioteknologi merupakan pemanfaatan organisme hidup baik secara
keseluruhan maupun bagian dari organisme tersebut untuk menghasilkan barang dan
jasa yang bermanfaat bagi manusia. Namun definisi bioteknologi secara klasik atau
konvesional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati untuk menghasilkan
barang dan jasa dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan
dilihat dari secara modern, bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-
bagian yang telah direkayasa secara in vitro untuk menghasilkan barang dan jasa dalam
skala industri.
Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan mikroorganisme serta bagian-bagiannya, misalnya bakteri. Selain itu,
bioteknologi juga memanfaatkan sel-sel tumbuhan dan hewan untuk mendapatkan jenis
baru yang lebih unggul. Pemanfaatan mikroorganisme dan bagian-bagiannya ini
dilakukan diberbagai bidang salah satunya adalah bidang lingkungan. Oleh karena itu
muncullah pembagian bioteknologi menjadi bioteknologi lingkungan. Dan
pengaplikasian bioteknologi dibidang lingkungan inilah yang disebut dengan
bioteknologi lingkungan.

2.2 Aplikasi Bioteknologi Di bidang Lingkungan


Banyak orang beranggapan bahwa bioteknologi memiliki banyak dampak negatif
khususnya terhadap lingkungan. Namun itu hanya anggapan orang yang belum
mengenal seluk beluk bioteknologi itu sendiri. Dewasa ini bioteknologi telah
berkembang khususnya dibidang lingkungan. Bioteknologi bisa dikatakan telah
membantu dalam memperbaiki lingkungan yang saat ini sudah sangat buruk.
Sebagai gambaran umum tentang keadaan lingkungan saat ini dapat dilihat dinegara
kita sendiri yakni Indonesia. Indonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia
(setelah Australia, 2006). Menurut Gautama (2007) untuk pertambangan mineral,
Indonesia merupakan negara penghasil timah peringkat ke-2, tembaga peringkat ke-3,
nikel peringkat ke-4, dan emas peringkat ke-8 dunia.
http://goblog06.blogspot.com/2010/05/pemanfaatan-bakteri-pereduksi-sulfat_02.html)
Dampak negatif dari pertambangan terbuka (open pit mining) ini yakni dapat
merubah total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan
tambang disingkirkan. Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari
batu-batuan atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang pada
umumnya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air
atau sungai dan lingkungan.
Selain masalah pertambangan saat ini banyak muncul industri-industri kecil laundry.
Akan tetapi pertumbuhan industri laundry ini memiliki efek samping yang kurang baik,
sebab industri-industri kecil tersebut sebagian besar langsung membuang limbahnya ke
selokan atau badan air tanpa pengolahan terlebih dulu. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan karena dalam limbah tersebut mengandung phospat yang tinggi.
Menurut Hera (dalam Hardyanti, 2007) Phospat ini berasal dari Sodium
Tripolyphosphate (STPP) yang merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam
detergen. Dalam detergen, STPP ini berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur
penting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan mineral
kesadahan dalam air sehingga detergen dapat bekerja secara optimal (SDA, 2003).
STPP ini akan terhidrolisa menjadi PO4 dan P2O7 yang selanjutnya akan terhidrolisa
juga menjadi PO4. Badan air dengan PO4 yang berlebih akan mengakibatkan terjadinya
eutrofikasi. Masalah-masalah yang dapat mengancam keberlangsungan kelestarian
lingkungan ini dapat ditanggulangi dengan mengaplikasikan ilmu bioteknologi yakni
bioremidiasi dan fitoremidiasi. Tentunya metode-metode yang terbentuk dari ilmu
bioteknologi ini sangat diharapkan bisa memperbaiki dan menjaga kelestarian
lingkungan saat ini.
A. Bioremidiasi
Menurut Bambang Priadie (2012), bioremediasi merupakan penggunaan
mikroorganisme yang telah dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai
upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut. Sedangkan pendapat lain mengatakan
bahwa bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
(http://goblog06.blogspot.com/2010/05/pemanfaatan-bakteri-pereduksi-sulfat_02.html)
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim
yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah
struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada
banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun
terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang
tidak berbahaya dan tidak beracun.
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan
dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Bioremediasi
mempunyai potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami,
dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat
disimpulkan, bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang
dimaksud adalah khamir, fungi, dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator.
1. Penerapan Bioremidiasi
Seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya bahwa bioremidiasi ini
menggunakan mikroorganisme. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia
telah mempunyai payung hukum yang mengatur standar baku kegiatan bioremediasi
dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan
perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui
Kementerian Lingkungan Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang tatacara dan
persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh
minyak bumi secara biologis (bioremediasi) yang juga mencantumkan bahwa
bioremediasi dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal. Tortora 2010 (dalam
Bambang Priadie, 2012) mengatakan saat ini, bioremediasi telah berkembang pada
pengolahan air limbah yang mengandung senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk
didegradasi dan biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri, antara lain logam-
logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi
seperti pestisida dan herbisida, maupun nutrisi dalam air seperti nitrogen dan fosfat pada
perairan tergenang.
Pengolahan air tercemar secara biologi pada prinsipnya adalah meniru proses alami
self purification di sungai dalam mendegradasi polutan melalui peranan
mikroorganisma.
Untuk bioremediasi air tercemar memerlukan beberapa tahapan. Tahapan tersebut
meliputi: isolasi bakteri, pengujian bakteri dalam mengdegradasi zat pencemar,
identifikasi, dan perbanyakan bakteri. Bagi pengggunaan bakteri indigenous, seperti
yang dipersyaratkan oleh Kep Men LH No.128 (2003), tahap isolasi bakteri merupakan
langkah awal yang harus diperhatikan.
2. Teknik Isolasi Bakteri, Pengujian Bakteri, dan Identifikasi Bakteri
Isolasi bakteri yang baik dan benar dapat menentukan bakteri yang cocok dalam
proses remediasi air limbah yang diinginkan. Oleh karena itu prinsip pemilihan bakteri
hasil isolasi dapat memberikan kinerja penurunan kadar polutan yang optimal. Karena
secara alami jumlah bakteri yang diinginkan terdapat dalam jumlah sedikit, malah lebih
banyak bakteri yang tidak diinginkan, maka diperlukan proses isolasi untuk
memperbanyak bakteri yang dimaksud. Tujuan mengisolasi bakteri adalah untuk
mendapatkan bakteri yang diinginkan dengan cara mengambil sampel mikroba dari
lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel tersebut kemudian dikultur/dibiakkan
dengan menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang ingin
dicapai (Tortora, 2010 dalam Bambang Priyadie 2012).
3. Perbanyakan bakteri
Setelah didapatkan isolat yang diinginkan, uji degradasi, dan identifikasi bakteri,
selanjutnya adalah membuat perbanyakan bakteri untuk uji skala lapangan. Perbanyakan
bakteri atau pengembangan inokulum ini merupakan proses untuk memproduksi
inokulum. Medium pengembangan inokulum harus cukup serupa dengan medium
produksi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan periode adaptasi dengan
mereduksi fase lag. Perbanyakan bakteri atau pengembangan inokulum ini merupakan
proses untuk memproduksi inokulum dengan jumlah yang besar sehingga menjaga
keberlangsungan. Perbanyakan bakteri indigenous dilakukan melalui tahapan:
pembuatan kultur stok, pemeliharaan kultur, perbanyakan kultur tahap I, perbanyakan
kultur tahap II, dan pembuatan kultur produksi.
B. Fitoremidiasi
Disamping menggunakan bioremidiasi, masalah lingkungan tersebut dapat
ditanggulangi dengan fitoremidiasi. Apabila dilihat dari susunan katanya fitoremidiasi
berasal dari kata Phyto asal kata Yunani/ greek “phyton” yang berarti
tumbuhan/tanaman (plant), dan Remediation yang berasal dari kata latin yakni
remediare (to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan atau membersihkan sesuatu.
Sehingga Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistem dimana tanaman
tertentu yang bekerja sama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air)
dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/pollutan) menjadi kurang atau tidak
berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Pemahaman lain mengenai fitoremidiasi adalah upaya penggunaan tanaman dan
bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran
lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ
(langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah. Secara
singkatnya dapat dikatakan bahwa fitoremidiasi adalah penggunaan tanaman-tanaman
tertentu (keseluruhan atau bagiannya) untuk mengatasi limbah.
Keuntungan fitoremediasi selain mudah juga merupakan alternatif yang murah
dibandingkan dengan cara remediasi fisiko-kimia maupun bioremediasi yang
menggunakan mikroorganisme (bakteri, kapang dan jamur). Adapun keterbatasan sistem
fitoremediasi adalah terutama yang berhubungan dengan batasan konsentrasi
kontaminan yang dapat ditolerir oleh tanaman, masalah kebocoran kontaminan yang
sangat larut dalam air dan lamanya waktu yang diperlukan pada fitoremediasi tanah
yang tercemar.
(http://pkrlt.ugm.ac.id/files/2006%20.html)
1. Penerapan Fitoremidiasi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa fitoremidiasi merupakan suatu
upaya untuk menanggulangi pencemaran dengan menggunakan tumbuhan tertentu
(keseluruhan atau bagian-bagiannya). Tumbuh-tumbuhan yang digunakan umumnya
adalah tumbuhan yang dapat mendegradasi polutan. Tumbuhan yang digunakan antara
lain enceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan fitoremediasi phospat. Berdasarkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tanaman enceng gondok memiliki
kemampuan untuk mengolah limbah, baik itu berupa logam berat, zat organik maupun
anorganik. Selain itu Sheffield (1997) melaporkan bahwa tanaman ini mampu
menurunkan konsentrasi ammonia sebesar 81% dalam waktu 10 hari. Tumbuh-
tumbuhan lain yang digunakan juga yaitu, Solanum nigrum, Anturium Merah/ Kuning,
Alamanda Kuning/ Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah/Kuning/
Putih, Dahlia, Dracenia Merah/ Hijau, Heleconia Kuning/ Merah, Jaka, Keladi
Loreng/Sente/ Hitam, Kenyeri Merah/ Putih, Lotus Kuning/ Merah, Onje Merah, Pacing
Merah/ Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih,
Spider Lili, dll.
2. Cara berlangsungnya proses fitoremidiasi
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan 6 tahap proses secara
serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada
disekitarnya.
1. Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat
kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini
disebut juga Hyperacumulation
2. Rhizofiltration (rhizo= akar) adalah proses adsorpsi atau pengedapan zat
kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Percobaan untuk proses ini
dilakukan dengan menanan bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif
untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.
3. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang
tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat
(stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media.
4. Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, atau
plentedassisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan
oleh aktivitas microba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi
dan bacteri.
5. Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan
untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang
kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul
yang lebih sederhan yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri.
Proses ini dapat berlangsung pada daun , batang, akar atau diluar sekitar akar
dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa
tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses
proses degradasi.
6. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh
tumbuhan dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak
berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan
dapat menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.

2.3 Manfaat Bioteknologi Bagi Lingkungan


Bioteknologi dapat dimanfaatkan untuk perbaikan lingkungan. Berikut ini adalah
manfaat bioteknologi bagi lingkungan.
1. Mengolah limbah

Terdapat banyak mikroorganisme yang bisa mencerna karbohidrat, protein, lemak,


minyak, selulosa, plastik, dan minyak. Berbagai spesies mikroorganisme tersebut bisa
dipergunakan untuk keperluan tertentu. Para ilmuwan meneliti dan “menangkap”
mikroorganisme tersebut untuk dikultur di laboratorium. Sejumlah bakteri yang bisa
mencerna minyak dan selulosa sudah berhasil diperoleh. Selama itu, juga pernah adanya
penelitian terhadap campuran mikroorganisme yang bisa mencerna sampah dengan cara
yang lebih efektif.
A. Mikroorganisme Pengolah Limbah
Mikroorganisme dapat dimanfaatkan oleh kalangan industri untuk mengolah limbah
sebelum limbahnya dibuang ke lingkungan. Misalnya, industri yang limbahnya
mengandung lemak dapat memanfaatkan mikroorganisme pencerna lemak sebelum
membuang limbah ke sungai. Proses pengolahan limbah dengan metode biologi adalah
metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan
material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme yang digunakan
umumnya bakteri aerob. Proses pengolahan air limbah yaitu:
a. Pengumpulan
b. Pemilahan
c. Pengaliran limbah
d. Pengendapan
e. Proses aerob
f. Kucuran air
g. Proses anaerob
Pembuangan sampah mikroorganisme yang didapat didaftarkan untuk memperoleh
hak paten. Mikroorganisme tersebut bisa dimanfaatkan dalam dunia industri untuk
mengolah limbah sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan. Contohnya, industri yang
limbahnya terdapat kandungan lemak bisa memanfaatkan mikroorganisme yang dapat
mencerna lemak sebelum akhirnya limbah dibuang ke sungai. Contohnya yaitu cacing
tanah.
Cacing tanah bisa mengurangi pencemaran oleh sampah organik. Hal ini karena
cacing tanah mencerna sisa-sisa bahan organik yang terdapat di dalam tanah, seperti
ranting, sisa dedaunan, dan sampah organik lainnya. Kotoran cacing tanah mengandung
banyak nitrogen sehinga bisa menyuburkan tanah. Cacing tanah termasuk hewan tingkat
rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk
kelasOligochaeta.
Di Indonesia, cacing tanah telah banyak diternakkan. Sentra peternakan cacing terbesar
terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-Sumedang dan sekitarnya. Manfaat Cacing
Tanah:
a. Mengurangi pencemaran sampak organic
b. Menyuburkan tanah
c. Memperbaiki aerasi dan struktur tanah
d. Meningkatkan ketersediaan air tanah
2. Biogas
Biogas adalah gas metana yang bisa menghasilkan energi yang tidak menimbulkan
polusi. Biogas dibuat dengan cara pemanfaatan kotoran ternak, sehingga bisa
mengurangi pencemaran oleh kotoran ternak, dan sisa-sisa biogas bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas
antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan
± 2 % N2, O2, H2, & H2S.
B. Pembuatan Biogas
Biogas dibuat dengan memanfaatkan kotoran ternak, karena itu dapat mengurangi
pencemaran oleh kotoran ternak, dan sisa-sisa biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa
gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang
disebut biogas.

Bakteri yang membantu pembentukan biogas :


a. Bakteri fermentative
b. Bakteri asetogenik
c. Bakteri metana
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Bioteknologi merupakan pemanfaatan organisme hidup baik secara keseluruhan
maupun bagian dari organisme tersebut untuk mengahasilkan barang dan jasa yang
bermanfaat bagi manusia.
2. Bioteknologi lingkungan merupakan aplikasi dari bioteknologi dibidang lingkungan.
3. Aplikasi bioteknologi dibidang lingkungan antara lain adalah bioremidiasi dan
fitoremidiasi.
4. Dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup, bioteknologi juga
memegang peranan yang penting. Misalnya, penggunaan bakteri aktif di
instalansi-instalansi pengolahan air limbah. Untuk mengefisienkan
pengolahan limbah, digunakan mikroorganisme yang dapat mengubah
sampah organik menjadi substansi yang lebih sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Menuju Pemanfaatan Lahan Yang
Berkelanjutan: Leaflet Seminar Nasional.
http://pkrlt.ugm.ac.id/files/2006%20.html
(Di unduh 20/03/2014)
Anonim. 2010. Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi Tanah Bekas
Tambang Batubara.
http://goblog06.blogspot.com/2010/05/pemanfaatan-bakteri-pereduksi-
sulfat02.html.
(Di unduh 20/03/2014)
Hardyanti, nurandani, dkk. 2007. Fitoremediasi Phospat dengan Pemanfaatan Enceng
Gondok (Eichhornia Crassipes), (Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Kecil
Laundry). Jurnal presipitasi.
Priadie, bambang. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal ilmu lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai