Musik 1
Musik 1
itu-haram/
————————————————————————-
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan “perkataan yang tidak
berguna” untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikan jalan
Allah itu olok-olokan.” (Luqmaan:6)
ك ت خملنهزلم بخ ه
صلوتخ ه هواًلستهلفخزلز همخن اًلسته ه
طلع ه
“Dan hasunglah siapa saja yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu.” (Al-
Israa`:64)
“dengan suaramu” maksudnya adalah nyanyian dan alat musik.
“Sungguh, benar-benar akan ada dari ummatku kaum-kaum yang menghalalkan zina,
sutera, khamr (minuman keras) dan ma’aazif.” Ma’aazif adalah musik. (HR. Al-Bukhariy
dan Abu Dawud)
Makna hadits ini adalah akan datang dari kalangan muslimin kaum-kaum yang
berkeyakinan bahwa zina, memakai sutera murni, meminum khamr (yaitu segala sesuatu
yang memabukkan) dan musik adalah halal, padahal semuanya itu adalah haram.
Sedangkan ma’aazif adalah semua alat musik yang mempunyai nada dan suara yang
teratur seperti kecapi, gitar, piano, seruling, drum, gendang, rebana dan lain-lainnya.
Bahkan lonceng pun termasuk ma’aazif, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
اًهللهجهر ز
س همهزاًخمليزر اًلتشلي ه
طاَخن
Hadits ini menunjukkan bahwa lonceng tersebut dibenci karena suaranya dan dahulu
orang-orang mengalungkannya di leher-leher binatang. Sesungguhnya lonceng ini serupa
dengan An-Naaquus (semacam kentongan atau gong) yang dipergunakan orang-orang
Nashara. Dan penggunaan lonceng di rumah, sekolah-sekolah dan selainnya dapat
digantikan dengan suara bul-bul (nama burung) yaitu suatu alat yang dijual di pasar-
pasar.
1. Musik bagi jiwa seperti arak, bahkan bisa menimbulkan bahaya yang lebih hebat
daripada arak itu sendiri. Apabila seseorang mabuk akibat suara maka ia akan tertimpa
penyakit syirik, bahkan bisa menjadi syirik akbar kalau sampai dia mencintai
penyanyinya melebihi cintanya kepada Allah.
2. Adapun hal-hal keji yang terjadi karena nyanyian, bisa menjadi penyebab perbuatan
zina, bahkan merupakan penyebab terbesar untuk menjerumuskan orang ke jurang
kekejian. Orang laki-laki maupun perempuan, terutama para remajanya yang semula
sangat patuh kepada agama, setelah mereka mendengar nyanyian dan musik, rusaklah
jiwa mereka serta mudah melakukan perbuatan keji.
3. Peristiwa pembunuhan juga sering terjadi di arena pertunjukan musik. Ini disebabkan
karena ada kekuatan yang mendorong berbuat demikian, sebab mereka datang ke tempat
itu bersama syaithan. Syaithannyalah yang lebih kuat yang akhirnya bisa membunuh
orang.
4. Mendengarkan nyanyian dan musik tidak ada manfaatnya untuk jiwa dan tidak
mendatangkan kemaslahatan. Nyanyian dan musik terhadap jiwa seperti arak terhadap
badan yang dapat membuat orang mabuk. Bahkan mabuk yang ditimbulkan oleh musik
dan nyanyian lebih besar daripada mabuk yang ditimbulkan oleh arak.
2. Ibnul Qayyim berkata: “Tidak seorang pun yang mendengarkan nyanyian kecuali
hatinya munafik yang ia sendiri tidak merasa. Andaikata ia mengerti hakekat
kemunafikan pasti ia melihat kemunafikan itu ada dalam hatinya, sebab tidak mungkin
berkumpul di dalam hati seseorang antara dua cinta, yaitu cinta nyanyian dan cinta Al-
Qur`an, kecuali yang satu mengusir yang lain. Sungguh kami telah membuktikan betapa
beratnya Al-Qur`an di hati seorang penyanyi atau pendengarnya dan betapa jemunya
mereka terhadap Al-Qur`an. Mereka tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang dibaca
oleh pembaca Al-Qur`an, hatinya tertutup dan tidak tergerak sama sekali oleh bacaan
tadi. Tetapi apabila mendengar nyanyian mereka segar dan cinta dalam hatinya. Mereka
tampaknya lebih mengutamakan suara nyanyian daripada Al-Qur`an. Mereka yang telah
terkena akibat buruk nyanyian ternyata adalah orang-orang yang malas mengerjakan
shalat, termasuk shalat berjama’ah (di masjid).
2. Obat mujarab terbesar untuk menghilangkan nyanyian dan musik adalah dzikrullaah
dan membaca Al-Qur`an terutama membaca surat Al-Baqarah berdasarkan sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya syaithan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.”
(HR. Muslim)
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yuunus:57)
Wallaahu A’lam.
Lihat lebih detail dalam kitab Kaifa Nurabbii Aulaadanaa dan Taujiihaat Islaamiyyah li
Ishlaahil Fard wal Mujtama’ karya Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu.
Sumber: Buletin Al-Wala’ wal-Bara’ edisi ke-36 Tahun ke-2 / 30 Juli 2004 M / 12
Jumadits Tsani 1425 H.