Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Novi Arianti. (2014). Hubungan antara Self Efficacy dengan Prokrastinasi


Penyelesaian Skripsi (Studi Korelasional pada Mahasiswa FIP UPI Angkatan
2006-2009).

Latar belakang penelitian ini adalah terdapatnya perilaku prokrastinasi terhadap


penyelesaian skripsi di FIP UPI. Persepsi akan ketidakmampuan diri untuk
menyelesaikan skripsi diyakini berpengaruh terhadap prokrastinasi. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui a) gambaran self efficacy penyelesaian skripsi b) gambaran
prokrastinasi penyelesaian skripsi c) hubungan self efficacy dengan prokrastinasi
penyelesaian skripsi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
korelasional. Partisipan adalah mahasiswa FIP UPI yang sedang mengerjakan skripsi
yang terdiri dari angkatan 2006-2009 sebanyak 135 orang mahasiswa. Data diperoleh
dengan menggunakan skala self efficacy penyelesaian skripsi dan skala prokrastinasi
penyelesaian skripsi. Hasil penelitian menunjukkan a) sebagian besar mahasiswa
memiliki self efficacy penyelesaian skripsi pada tingkat sedang (37,04%)b) sebagian
besar mahasiswa melakukan prokrastinasi pada tingkat sedang (41,48%) c) terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan prokrastinasi
penyelesaian skripsi dengan koefisien korelasi sebesar -0,534. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi self efficacy semakin rendah perilaku prokrastinasi.

Kata Kunci: self efficacy, skripsi, prokrastinasi


ABSTRACT

Novi Arianti. (2014). The Correlation between Self Efficacy and Completion
Skripsi Procrastination (Correlation Study in FIP UPI Students Grade 2006 –
2009).

The background of the research is that there is procrastination behavior to complete


skripsi at FIP UPI. Inability perception to complete skripsi which is believed can
influence toward procrastination. The purposes of the study are to find out a) self
efficacy profile in completing skripsi b) procrastination profile in completing skripsi
c) correlation between self efficacy and completing skripsi procrastination. The study
employed quantitative approach with correlation method. The participants were 135
FIP UPI students who were doing skripsi in grade 2006 – 2009. The data obtained by
using self efficacy scale in completing skripsi and procrastination scale in completing
skripsi. The result of the study revealed that a) most of the students had self efficacy
in completing skripsi on medium scale (37,04 %) b) most of the students did
procrastination in completin skripsi on medium scale (41,48 %) c) there was a
negative significant relationship between self efficacy and procrastination with
coefficient correlation – 0, 534. The result indicated that the higher self efficacy
related to the lower procrastination behavior.
Keywords: self efficacy, skripsi, procrastination
PENDAHULUAN

Skripsi merupakan persyaratan akademik paling sulit yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa S1 (UPI, 2013). Pada proses penyusunan skripsi, mahasiswa dituntut
untuk lebih mandiri, aktif dan bertanggung jawab dalam pemenuhan tugas
akademiknya. Hal tersebut terkait dengan proses belajar dalam penyusunan skripsi
yang dilakukan secara individual, berbeda dengan kondisi ketika mahasiswa
mengikuti mata kuliah lain yang umumnya dilakukan secara klasikal dan biasanya
dosen memberikan batas waktu ketika memberikan tugas kepada mahasiswa.
Sedangkan pada skripsi, perencanaan, pelaksanaan dan penulisan skripsi semuanya
dilakukan oleh mahasiswa dan batas waktu pengerjaan skripsi pun biasanya
ditentukan oleh diri sendiri dengan pertimbangan batas masa studi yang telah
ditentukan oleh perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut untuk mencari pemecahan
masalah sendiri, ketika dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dalam penyusunan
skripsi. Peran dosen pembimbing dalam skripsi hanya bersifat membantu mahasiswa
mengatasi kesulitan yang ditemui oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi (Red dan
Watten dalam Gunawati dkk., 2006: 94).
Pengerjaan skripsi secara ideal dapat diselesaikan dalam satu semester atau
senam bulan masa kuliah (Yuwanto, 2014; Cahyawati dkk., 2013). Beragamnya
kondisi akademis mahasiswa mengakibatkan perbedaan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan skripsi (Yuwanto, 2014; Cahyawati dkk., 2013). Menurut Abidin
(2006), tidak sedikit mahasiswa yang dapat menyelesaikan sekitar 140 SKS dalam
empat tahun, tetapi ketika harus mengerjakan skripsi yang berbobot enam SKS,
ternyata ada yang sampai dengan empat semester baru selesai. Berdasarkan data yang
dihimpun oleh BAAK hingga Agustus 2012 mengenai kontrak kredit mata kuliah
skripsi pada mahasiswa UPI dapat dilihat bahwa rata-rata mahasiswa UPI yang terdiri
dari tujuh fakultas membutuhkan waktu selama dua semester untuk merampungkan
skripsi yaitu dengan persentase sebesar 38, 39%, hanya sekitar 30,74% mahasiswa
yang mampu menyelesaikan skripsi selama satu semester. Selebihnya mahasiswa UPI
membutuhkan waktu lebih dari dua semester untuk dapat menyelesaikan skripsi
mereka. Sebanyak 18,22% mahasiswa membutuhkan waktu selama tiga semester,
7,54% selama empat semester, dan sekitar 5,11% mahasiswa memerlukan lima
sampai delapan semester hanya untuk menyelesaikan skripsi (UPI, 2012).
Dalam lingkup universitas, mahasiswa rata-rata menyelesaikan skripsi selama
dua semester, namun jika dilihat dari tingkat fakultas, Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) adalah fakultas yang rata-rata mahasiswanya mampu menyelesaikan skripsi
selama satu semester dengan sebesar 47,5%, namun hal tersebut didominasi oleh satu
jurusan. Sisanya, sebanyak 30,1% mahasiswa membutuhkan waktu selama dua
semester untuk menyelesaikan skripsi, 12,64% selama tiga semester, 4,86% selama
empat semester, dan sekitar 4,90% mahasiswa harus menghabiskan lima sampai
delapan semester untuk menyelesaikan skripsi sehingga tidak jarang dari mereka
yang harus dihadapkan pada pengeluaran mahasiswa (drop out) hanya karena tidak
rampungnya skripsi (UPI, 2012). Padahal, semua jurusan di FIP hanya membebankan
penyelesaian karya ilmiah berupa skripsi sebagai syarat kelulusan, berbeda dengan
beberapa jurusan di fakultas lain yang mewajibkan tes komprehensif dan tes
kemampuan bahasa inggris sebagai syarat menuju kelulusan mereka (Studi
Pendahuluan, 2012).
Fenomena yang terjadi pada mahasiswa pengambil skripsi di UPI termasuk di
FIP mengarah pada kepada apa yang disebut prokrastinasi. Lay (LaForge, 2005)
mendefinisikan prokrastinasi sebagai penundaan terhadap hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Penundaan tersebut meliputi penundaan
dalam memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas (Rumiani, 2006).
Prokrastinasi dapat terjadi pada seluruh aspek kehidupan, termasuk pada aspek
akademik yang menimpa sebagian besar mahasiswa. Klassen et al. (2007) mencatat
sekitar 80%-95% mahasiswa terjerat dalam perilaku prokrastinasi dengan 20%
sampai 30% nya termasuk dalam prokrastinasi kronis. Menurut Solomon dan
Rothblum (1984) bentuk tugas akademik yang paling sering dijadikan sasaran
prokrastinasi oleh mahasiswa adalah tugas menulis makalah atau tugas menulis
lainnya yaitu sebesar 46% sehingga tidaklah salah jika skripsi yang juga merupakan
salah satu bentuk tugas menulis menjadi sasaran prokrastinasi bagi kalangan
mahasiswa.
Prokrastinasi dalam lingkup akademik termasuk dalam penyelesaian skripsi
merupakan hal yang dianggap lumrah di kalangan mahasiswa, padahal perilaku
tersebut banyak menimbulkan konsekuensi negatif baik bagi mahasiswa itu sendiri
maupun orang lain. Menurut Ilfiandra (2008), prokrastinasi penyelesaian skripsi yang
berujung pada keterlambatan penyelesaian studi dapat mengakibatkan mahasiswa
kehilangan peluang untuk mendapatkan pekerjaan lebih cepat yang saat sekarang
semakin sulit dan kompetitif. Penundaan ini seringkali diikuti pula oleh rasa bersalah
dan dapat memunculkan gangguan karier, konflik peran, dan relasi sosial (Sia, 2010).
Di sisi lain, prokrastinasi mungkin dapat meringankan stres dalam jangka pendek
karena menghindar dari tugas yang seharusnya dikerjakan, akan tetapi seiring
berjalannya waktu dan mendekatnya batas penyelesaian tugas ternyata tingkat stres
pada prokrastinator bisa meningkat dan bahkan bertambah (Tice dan Baumeister,
1997). Konsekuensi yang ditimbulkan oleh prokrastinasi dalam penyelesaian skripsi
tidak hanya menimpa mahasiswa itu sendiri, tetapi juga orang lain di sekitarnya,
seperti halnya orang tua mahasiswa akan mengalami kerugian secara materi karena
menanggung biaya tambahan untuk kuliah. Sia (2010) mengungkapkan bahwa
keterlambatan per semester yang dilakukan mahasiswa dapat menimbulkan
penambahan biaya hingga triliunan rupiah pada skala nasional. Tidak hanya itu,
penundaan penyelesaian skripsi yang berimbas pada keterlambatan kelulusan akan
berdampak pula pada penumpukan beban kerja dosen di perguruan tinggi yang
menambah deretan masalah yang diakibatkan oleh prokrastinasi.
Meskipun banyak konsekuensi negatif yang ditimbulkan dari prokrastinasi,
namun mengapa perilaku ini banyak dilakukan mahasiswa. Ada beberapa pendapat
yang mencoba menjelaskan mengenai hal tersebut. Milgram et al. (1995) bahwa
perilaku menunda-nunda tugas tidak terkait dengan kemampuan seseorang dalam
mengerjakan tugas, namun lebih kepada persepsi akan ketidakmampuan dirinya
untuk mengerjakan tugas yang dihadapi. Adanya persepsi terhadap ketidakmampuan
diri ini berkaitan dengan tinggi atau rendahnya tingkat self efficacy.
Self efficacy berkaitan dengan penilaian individu tentang seberapa baik dirinya
dapat melakukan sesuatu dalam situasi spesifik (Haycock et al., 1998). Self efficacy
menentukan berapa besar usaha yang dilakukan dan berapa lama seseorang dapat
bertahan ketika menghadapi kegagalan. Selain itu, self efficacy juga turut berperan
dalam mengontrol pikiran-pikiran negatif yang bisa menghalangi suatu pencapaian
individu (Bandura, 1994).
Dalam kaitanya dengan proses penyelesaian skripsi, mahasiswa seringkali
dihadapkan pada hambatan-hambatan yang kemudian dijadikan alasan mengapa
mereka akhirnya menunda untuk menyelesaikan skripsi. Hambatan-hambatan
tersebut diantaranya sulitnya mencari literatur pendukung, tidak terbiasanya menulis,
masalah dana, kurang terbiasa dengan sistem pengerjaan skripsi serta sulitnya
mengembangkan komunikasi dengan pembimbing secara konstruktif (Wirartha,
2006). Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri untuk dapat menyelesaikan
skripsi sangatlah diperlukan oleh mahasiswa. Ketika mahasiswa merasa yakin bahwa
dirinya mampu untuk menyelesaikan skripsi seperti apapun kemampuan yang
dimiliki akan lebih siap dalam menghadapi skripsi disertai komitmen yang kuat untuk
menyelesaikannya. Kesulitan-kesulitan yang menghalangi proses penyelesaian skripsi
dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan mengerahkan kemampuan
secara produktif dan optimal untuk mengatasi kesulitan tersebut bukan dengan
menghindari kesulitan dan mudah menyerah saat mengalami kegagalan yang
kemudian berujung pada penyelesaian skripsi yang tertunda (Bandura, 1994).
Di sisi lain, mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi seringkali dihantui oleh
perasaan cemas. Qadariah dkk (2012) menuturkan, mahasiswa mengalami kecemasan
yang berlebihan akan kegagalan dan merasa pengerjaan skripsi harus sempurna yang
pada akhirnya mahasiswa memilih untuk menghindari dan menunda mengerjakan
skripsi daripada mendapatkan kegagalan. Komunikasi interpersonal yang tidak efektif
antara dosen pembimbing dan mahasiswa juga menyebabkan adanya kecemasan dan
ketegangan pada diri mahasiswa (Gunawati dkk., 2006). Perasaan cemas yang
berimbas pada penundaan skripsi tersebut timbul karena mahasiswa memiliki
persepsi akan ketidakmampuan diri untuk menyelesaikan tugas skripsi (Oktary,
2007).
Menurut Thakar (2009), self efficacy merupakan salah satu aspek kunci dalam
memami prokrastinasi. Adanya pemahaman mengenai faktor penyebab prokrastinasi
dengan melibatkan self efficacy mungkin bisa menjadi langkah awal untuk mereduksi
prokrastinasi pada mahasiswa, termasuk dalam hal penyelesaian skripsi (Haycock,
1998; Seo, 2008). Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengadakan penelitian
mengenai hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi penyelesaian skripsi
pada mahasiswa FIP UPI.

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Pengambilan subjek penelitian menggunakan teknik random sampling dengan
karakteristik subjek yaitu mahasiswa S1 FIP UPI dan sudah mengontrak skripsi lebih
dari satu semester. Subjek penelitian berjumlah 135 partisipan.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner Kuisioner dibagi atas daftar isian identitas subjek dan skala.
Daftar isian identitas subjek terdiri dari nama, angkatan, jurusan/prodi, semester dan
berapa kali partisipan mengontrak skripsi. Skala yang digunakan ada dua yaitu skala
self efficacy penyelesaian skripsi dan skala prokrastinasi penyelesaian skripsi.
1. Skala Self Efficacy Penyelesaian Skripsi
Skala ini bertujuan untuk mengukur tingkat self efficacy pada mahasiswa dalam
menyelesaikan skripsi. Skala yang digunakan merupakan skala yang dikembangkan
dengan mengacu pada dimensi self efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1997)
yaitu level/magnitude (keyakinan mahasiswa atas kemampuannya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan penyelesaian skripsi), generality (keyakinan mahasiswa akan
kemampuannya dalam melaksanakan berbagai tuntutan dalam penyelesaian skripsi)
dan yang terakhir adalah strength (kekuatan keyakinan mahasiswa dalam menghadapi
tugas skripsi). Setelah uji validitas dan reliabilitas yang diujicobakan kepada 35
partisipan, jumlah item pada skala self efficacy ini terdiri dari 31 item positif.
2. Skala Prokrastinasi Penyelesaian Skripsi
Skala ini disusun untuk mengukur tingkat prokrastinasi penyelesaian skripsi pada
mahasiswa. Skala prokrastinasi penyelesaian skripsi merupakan skala yang
dikembangkan berdasarkan dimensi prokrastinasi akademik dari Schouwenberg
(Ferrari et al., 1995) yaitu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan skripsi,
kelambanan dalam mengerjakan skripsi, kesenjangan antara rencana dan kinerja
aktual, dan melakukan aktivitas lain selain pengerjaan skripsi. Skala berjumlah 29
item positif yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya yang diujicobakan kepada 35
partisipan.
C. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi
Dalam penelitian ini, uji asumsi yang diterapkan adalah uji normalitas dan uji
linearitas.
a. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov diperoleh nilai
Asymp. Sig (2-tailed) pada variabel self efficacy sebesar 0,160 dan pada variabel
prokrastinasi sebesar 0,752. Nilai Sig pada kedua variabel tersebut menunjukkan nilai
probabilitas (Kasmadi dan Sunariah, 2013). Menurut kriteria yang dikemukakan oleh
Kasmadi dan Sunariah (2013), apabila nilai probabilitas > 0.05 maka data
berdistribusi normal, dan jika nilai probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi
normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki
distribusi normal.
b. Uji Linearitas
Dari hasil uji normalitas menunjukkan nilai Sig Linearity yaitu sebesar 0,00. Dua
variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila memiliki nilai Sig
Linearity < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara self efficacy dan
prokrastinasi penyelesaian skripsi bersifat linear.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji korelasi dan uji signifikansi.
a. Uji Korelasi
Teknik analisis korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi Pearson Product
Moment. Penggunaan teknik korelasi ini didasarkan pada hipotesis dalam penelitian
ini merupakan hipotesis asosiatif (hubungan) dan data yang akan dikorelasikan
berbentuk interval. Selain itu, data dalam penelitian ini memiliki distribusi normal
dan variabel yang dihubungkan mempunyai data linear (Sugiyono, 2011; Undip,
2008).
b. Uji Signifikansi
Dalam penelitian ini, uji signifikansi menggunakan uji t dengan ketentuan apabila
t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika t hitung ≤ t tabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak (Azwar, 2005; Kasmadi, 2013, Sugiyono, 2011).

HASIL
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H0 : Tidak terdapat hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi penyelesaian
skripsi pada mahasiswa FIP UPI angkatan 2006-2009.
Ha : Terdapat hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi penyelesaian skripsi
pada mahasiswa FIP UPI angkatan 2006-2009.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson Product
Moment nilai koefisien korelasi yang didapat sebesar -0,534 atau termasuk dalam
kategori sedang. Nilai negatif (-) di depan nilai koefisien korelasi menunjukkan
semakin tinggi tingkat self efficacy penyelesaian skripsi maka semakin rendah tingkat
prokrastinasi penyelesaian skripsi. Koefisien signifikansi t hitung sebesar -7,276,
sedangkan nilai t tabel pada taraf kesalahan 5% (α 0,05) sebesar 1,978 dan taraf
kesalahan 1% (α 0,01) sebesar 2,613. Dengan demikian t hitung > t tabel (-7,276 > -
1,978) dan (-7,276 > -2,613). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis
aternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak sehingga dengan kata lain
terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan prokrastinasi
penyelesaian skripsi pada mahasiswa FIP UPI angkatan 2006-2009.
Dari data penelitian ini pula dapat diketahui bahwa koefisien korelasi dimensi
level/magnitude dengan prokrastinasi sebesar -0,544, dimensi generality dengan
prokrastinasi sebesar -0,354, dan dimensi strength dengan prokrastinasi sebesar -
0,605. Dengan demikian, dimensi strength merupakan dimensi yang memiliki
hubungan paling kuat dengan prokrastinasi.
Terdapatnya hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi dalam penelitian
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bandura (Haycock et al., 1998)
bahwa self efficacy yang kuat akan mendorong inisiatif dan ketekunan untuk
mengerjakan tugas yang lebih besar, sedangkan self efficay yang lemah mendorong
pada penghindaran tugas dan rendahnya ketekunan. Sedangkan prokrastinasi
merupakan salah satu jenis perilaku menghindar. Adanya korelasi yang negatif antara
self efficacy dengan prokrastinasi penyelesaian skripsi juga ditemukan oleh Seo
(2008). Dari hasil penelitiannya Seo (2008) menyimpulkan bahwa intervensi yang
didesain untuk mengurangi prokrastinasi akan lebih sukses jika fokus pada
peningkatan self efficacy mahasiswa.
Dalam penelitian ini pun dapat dilihat bahwa perilaku prokrastinasi yang
dilakukan oleh mahasiswa FIP UPI lebih banyak dipengaruhi oleh kurang mampunya
mahasiswa dalam mengembalikan keyakinan saat mengalami hambatan dalam
penyelesaian skripsi, dan kurang memiliki keyakinan untuk mempertinggi usaha
ketika dihadapkan pada kesulitan. Hal tersebut dilihat dari pengaruh dari dimensi
strength yang paling besar terhadap prokrastinasi. Bandura (1997) menjelaskan
bahwa dimensi strength berkenaan dengan kegigihan seseorang dalam berusaha
meskipun dihadapkan pada banyak kesulitan. Dimensi ini juga berkaitan dengan
ketekunan yang besar yang akan mengarah pada keberhasilan.
Pudjiastuti (2012) berpendapat bahwa self efficacy berperan sebagai determinan
yang penting dari motivasi dan tindakan manusia. Self efficacy mengarahkan individu
pada pikiran-pikiran positif yang mendukung tercapainya suatu keberhasilan.
Seseorang yang menghayati dirinya mempunyai self efficacy yang tinggi akan
mengartikan kegagalan yang dialami sebagai kurangnya usaha yang dilakukan
sehingga akan terus berusaha sampai tujuannya tercapai. Adanya keyakinan dalam
diri akan kemampuan yang dimiliki juga mampu mengontrol kecemasan. Hal ini
mengindikasikan bahwa self efficacy merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan
oleh mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, karena dengan self efficacy yang
kuat akan mendorong mahasiswa untuk melakukan berbagai tindakan atau usaha
untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi sehingga tidak
melakukan penundaan terhadap penyelesaian skripsinya (Bandura, 1994).
Mahasiwa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi berada pada masa
dewasa awal. Menurut Bandura (1994) masa dewasa awal merupakan periode dimana
individu harus belajar untuk menguasai banyak tuntutan baru. Self efficacy yang
dibentuk oleh pengalaman sebelumnya merupakan kontributor penting dalam
mencapai kesuksesan berikutnya. Seseorang yang memasuki masa dewasa awal
dengan tidak disertai oleh adanya keyakinan diri dalam menghadapi tuntutan baru
akan mengalami stres dan depresi dalam menjalani kehidupannya. Adanya tuntutan
untuk menyelesaikan skripsi harus disertai oleh keyakinan akan kemampuan diri yang
dapat mendorong mahasiswa untuk terus maju menghadapi hambatan dan
mengerahkan upaya secara optimal demi penyelesaian skripsi. Keberhasilan melewati
tuntutan skripsi merupakan titik awal yang dapat menumbuhan self efficacy pada diri
individu sehingga lebih siap menghadapi berbagai tuntutan yang hadir setelah keluar
dari dunia kampus. Namun, sebaliknya, adanya ketidakpercayaan diri untuk mampu
menyelesaikan skripsi yang bisa berujung pada gagalnya penyelesaikan studi akan
berdampak pula pada ketidaksiapan diri untuk menghadapi berbagai tuntutan baru
yang muncul. Padahal, menurut teori perkembangan, pada masa dewasa, individu
diharapkan sudah mampu menerima tanggung jawab, membuat keputusan sendiri dan
mandiri secara finansial (Papalia dan Feldman, 2012). Dengan kata lain, self efficacy
dalam merampungkan skripsi merupakan hal penting dimiliki oleh mahasiswa
sehingga penundaan terhadap penyelesaian skripsi bisa direduksi dengan demikian
juga mahasiswa akan lebih percaya diri dan lebih siap menghadapi berbagai tuntutan
dan tanggung jawab yang lebih besar dari tugas skripsi di masa mendatang.

KESIMPULAN
Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara self efficacy dengan
prokrastinasi penyelesaian skripsi pada mahasiswa FIP UPI angkatan 2006-2009.
Mahasiswa dengan tingkat self efficacy yang tinggi cenderung memiliki tingkat
prokrastinasi yang rendah. Sebaliknya, mahasiswa dengan tingkat self efficacy yang
rendah cenderung memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi.

SARAN
Berdasarkan temuan empirik dalam penelitian ini, saran yang ditujukan kepada
berbagai pihak terkait yaitu mahasiswa FIP UPI angkatan 2006-2009, dosen
pembimbing skripsi, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi mahasiswa FIP UPI angkatan 2006-2009.
Mahasiswa sebaiknya dapat meningkatkan self efficacy yang dimiliki untuk dapat
menghadapi berbagai hambatan yang dihadapi pada saat proses penyelesaian skripsi
sehingga mampu mengurangi terjadinya prokrastinasi terhadap tugas skripsi.
2. Bagi dosen pembimbing skripsi
Dosen pembimbing diharapkan dapat membantu menumbuhkan keyakinan dalam
diri mahasiswa untuk mampu menyelesaikan skripsi. Dosen dapat memberikan
feedback yang positif kepada mahasiswa sehingga mahasiswa merasa terpacu untuk
segera menyelesaikan skripsi.
3. Untuk Peneliti Lain
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya lebih menggali faktor-faktor penyebab
prokrastinasi dalam penyelesaian skripsi secara lebih mendalam yang ditinjau dari
beragamnya tipe mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi. Hal tersebut
dilakukan agar hasil penelitian bisa lebih diaplikasikan untuk mencari alternatif solusi
dalam mengurangi perilaku prokrastinasi dalam penyelesaian skripsi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2006). “Pendekatan Kualitatif pada Skripsi Mahasiswa Psikologi UNDIP


Tahun 2006”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 3, (2), 26-36.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1994). Self Efficacy. Chapter in Ramachaudran, V.S. Encyclopedia of
Human Behavior. New York: Academic Press.
Bandura, A. (1997). Self Efficacy the Exercise Control. New York: Freeman and
Company.
Cahyawati, D., Yohana, S., dan Bangun, P. (2013). “Aplikasi Metode Chaid dalam
Menganalisis Keterikatan Faktor Risiko Lama Penyelesaian Skripsi
Mahasiswa”. Makalah Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Ferrari, J.R., Johnson, J.L., McCown, W.G. (1995). Procrastination and Task
Avoidance Theory Research and Treatment. New York: Plenum Press.
Gunawati, R., Hartati, S., Listiara, A. (2006). “Hubungan antara Efektivitas
Komunikasi Mahasiswa Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam
Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro”. Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro. 3,(2), 93-115.
Haycock, L., McCarthy, P., Skay, C. (1998). “Procrastination in College Students:
The Role of Self Efficacy and Anxiety”. Journal of Counseling and
Development. 76, (3), 317-324.
Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mengurangi
Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
LaForge, M. (2005). “Applying Explanatory Style to Academic Procrastination”.
Journal of The Academy of Business Education Proceedings. 6, 1-7.
Kasmadi., dan Sunariah, N.S. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Klassen, R.M., Krawchuck, L.L., Rajani, S. (2007). “Academic Procrastination of
Undergraduate: Low Self Efficacy to Self Regulate Predicts Higher Level of
Procrastination”. Contemporary Educational Psychology. 33, (2008), 915-931.
Milgram, N., Marshevsky, S., Sadeh, C. (“Correlates of Academic Procrastination:
Discomfort, Task Aversiveness and Task Capability”. The Journal of
Psychology. 129(2), 145-155.
Oktary, A. (2007). Hubungan antara Self Efficacy dengan Kecemasan pada
Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Skripsi pada Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. tidak diterbitkan.
Papalia, dan Feldman. (2012). Exprience Human Development. McGraw Hill
International Edition.
Pudjiastuti, E. (2012). “Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Mencontek
Mahasiswa Psikologi”. Jurnal Mimbar. XXVIII, (1), 103-112.
Qadariah, S., Manan, S.H., Ramdhayani, D.P. (2012). “Gambaran Faktor Penyebab
Prokrastinasi pada Mahasiwa Prokrastinator yang Mengontrak Skripsi”.
Prosiding SnaPP2012: Sosial, Ekonomi dan Humaniora.
Rumiani. (2006). “Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan
Stres Mahasiswa”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 3, (2), 37-48.
Seo, E. (2008). “Self Efficacy as A Mediator in the Relationship between Self
Oriented Perfectionism and Academic Procrastination”. Social Behavior and
Personality. 36, (6), 753-764.
Sia, T.J. (2010). Menunda-nunda Skripsi Timbulkan Perasaan Bersalah. Tersedia di:
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3102. [Diakses 3 Mei
2013].
Solomon, L dan Rothblum, E. (1984). “Academic Procrastination: Frequency and
Cognitive-Behavior Correlates”. Journal of Counseling Psychology. 31, (4),
503 – 509.
Studi Pendahuluan. (2013). Studi Pendahuluan Skripsi. Bandung: UPI.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thakar, N. (2009). “Why Procrastinate: An Investigation of the Root Causes behind
Procrastination”. Lethbridge Undergraduate Research Journal. 4, (2)
Tice, D. dan Baumeister, R. (1997). “Longitudinal Study of Procrastination,
Performance, Stress, and Health: The Costs and Benefits of Dawdling”.
Psychological Science. 8, (6), 454 – 458.
Undip. (2008). Analisis Korelasi Product Moment Pearson. Tersedia di:
http://eprints.undip.ac.id/6608/1/Korelasi_Product_Moment.pdf. [ Diakses 26
Maret 2014].
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI Press.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Rekapitulasi Kontrak Kredit Skripsi
Mahasiswa. Bandung: BAAK UPI.
Wirartha, I. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Andi
Yuwanto, L. (2014). Mahasiswa Prokrastinasi, Mahasiswa dan Dosen Terbebani.
Tersedia di: www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/79/Mahasiswa-
Prokrastinasi--Mahasiswa-dan-Dosen-Terbebani.html

Anda mungkin juga menyukai