Proses dalam data warehouse atau data warehousing terdiri dari tahap-tahap berikut ini:
1. Data di-import dari berbagai sumber data internal maupun eksternal.
2. Data di-cleansed atau dibersihkan dan diorganisir secara konsisten sesuai dengan kebutuhan perusahaan
3. A). Data di-load atau di-export atau dimasukkan ke data warehouse enterprise,
B). Data di-load/export/di masukkan ke data marts
4. A). Bila diinginkan, data marts dibuat sebagai subset atau bagian dari EDW (enterprise data warehouse), atau
B). Data marts disatukan menjadi EDW
5. Analisa dilakukan ketika diperlukan
8. Data maining ? artinya, jelaskan
Data Mining adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan penemuan pengetahuan di dalam database.
Data mining adalah proses yang menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstraksi
dan mengidentifikasi informasi yang bermanfaat. (Turban, dkk. 2005)
9. Tahapan data maining
1. Nilai-nilai yang kamu temukan setelah mempelajari ilmu sosial budaya dasar. (untuk itu mahasiswa diharapkan mengerti tentang
tujuan belajar ilmu sosial budaya dasar). Jelaskan dengan satu contoh pengalaman atau peristiwa yang pernah dialami selama
kurang lebih satu semester ini.
5. Fungsi mitos
Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu (bagaimana dunia ini beroperasi, dan bagaimana hidup
seharusnya dijalani) kepada sekelompok orang (van Peursen).
- Pertama, menyadarkan bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya kekuatan tersebut
sebagai suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan.
- Kedua, memberi jaminan bagi masa kini. Secara magis, mitos memaksa untuk kembali pada awal mula untuk mengulangi contoh model
penciptaannya.
- Ketiga, mitos memberikan pengetahuan (penjelasan) tentang dunia dan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan dunia. Mitos
menceritakan bagaimana suatu realitas mulai bereksistensi melalui tindakan makhluk supra-natural.
- Keempat, Mitos menetapkan suatu model tindakan yang harus diikuti berdasarkan contoh tindakan para dewa (makluk ilahi) pada awal
mula.
6. Ritus dan macamnya: ritus penyembahan dan ritus korban
Ritus adalah tindakan sakral manusia (= umat), baik personal maupun komunal, dalam berhubungan – demikian dalam keyakinan pelaku
ritual – dengan Yang Ilahi. Ritus merupakan fenomena religius universal umat manusia sejak dahulu kala.
Fungsi ritus dalam kehidupan religius sebagai pengingat dan untuk menghadirkan mitos menjadi realitas masa kini.
Ada dua jenis ritus yaitu:
1.Ritus pembersihan atau penyucian (purification)
Melalui ritus penyucian, suatu kehidupan baru pun tercipta. Kekuatan baru disuntikkan agar kebugaran tumbuh di dalam kehidupan
manusia. Dengan demikian relasi dengan Yang Ilahi, yang sempat ternoda, dibangun kembali sehingga hubungan yang erat pun kembali
terjalin. Ritus penyucian mempunyai tujuan ganda, yakni memberikan kekuatan yang baik dan mencegah yang jahat.
2.Ritus korban (sacrifice).
Di samping ritus penyucian dikenal pula ritus korban. Dengan mengadakan upacara korban tampak bahwa manusia memberikan sesuatu
kepada Yang Ilahi, demi suatu kebaikan. Dalam upacara korban manusia terbuka terhadap sumber anugerah (rahmat) Ilahi.
7. Simbol dan maknanya dalam hidup keagamaan
Menurut istilahnya, simbol (dari kata Yunani symbolon, dengan kata kerja symballein) berarti tanda pengenal yang berisi, menjelaskan, dan
mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian.
Maka manusia religius tidak mempunyai pilihan lain kecuali menggunakan ungkapan-ungkapan simbolis. Manusia tidak akan mampu
mendekati Allah secara langsung, karena Allah itu transenden sedangkan manusia adalah makhluk temporal yang terikat di dalam dunianya.
Maka manusia dapat mengenal Allah, sejauh dapat dikenal, melalui simbol. Semua pewahyuan itu sampai kepada manusia dalam bahasa
simbolis. Simbol merupakan cara untuk dapat sampai kepada pengenalan akan Allah. Bila sebuah pohon atau batu menjadi obyek pemujaan,
orang tidak menyembah pohon itu sebagai pohon belaka, atau batu melulu. Orang menyembahnya karena pohon atau batu itu merupakan
hierofani (penampakan para Dewa). Pohon atau batu yang disembah itu merupakan perwujudan dari yang kudus.
8. Apa itu pengalaman iman dan pengalaman religius. Terangkan dengan contoh.
1
Latihan 8-1
PT. Pontianak adalah sebuah perusahaan yang berusaha dalam bidang ekspor mebelair ke Negara-negara Eropa. Pada awal tahun
pertama usahanya, perusahaan mengeluarkan 100.000 lembar saham biasa tanpa nilai pari, dengan harga Rp. 75.000,00 per lembar.
Diminta:
Buatlah jurnal untuk mencatat pengeluaran saham apabila,
1. Saham benar-benar tidak memiliki nilai pari
2. Saham memiliki nilai pari yang ditetapkan (stated value) sebesar Rp. 50.000,00 per lembar.
Latihan 8-2
Berikut transaksi yang berkaitan dengan modal saham pada PT. Pematang Siantar:
Februari 19 Dikeluarkan 4.000 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp. 10.000,00 per lembar. Atas pengeluaran saham ini,
diterima
kas sebesar Rp. 12.500,00 untuk setiap lembar saham
Maret 3 Dijual 300 lembar saham preferen (tanpa nilai pari) klasifikasi A dengan harga Rp. 6.000.000,00
Maret 11 Diterima barang dagangan senilai Rp. 25.000.000,00 dan peralatan dengan harga pasar Rp.16.000.000,00 untuk
pengeluaran 3.300 lembar saham biasa yang memiliki nilai pari Rp. 10.000,00 per lembar.
Maret 15 Dijual 1.000 lembar saham preferen (tanpa nilai pari) klasifikasi B dengan harga Rp. 55.000,00 per lembar.
Diminta:
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas!
Latihan 8-3
Pada awal tahun pertama operasinya, Manajemen PT Tanjungpura menyetujui pengeluaran 100.000 lembar saham preferen, tanpa nilai
pari, dengan harga Rp. 6.000,00 per lembar, dan 500.000 lembar saham biasa, dengan nilai pari Rp. 2.000,00 per lembar. Transaksi yang
terjadi selama bulan pertama operasinya adalah:
Juli 5 Dibayar honorarium dan beban lain untuk pengurusan dokumen pengeluaran saham, sebesar Rp. 3.000.000,00.
6 Dikeluarkan 500 lembar saham biasa, dengan biaya Rp. 300.000,00
7 Diterima pesanan saham biasa sebanyak 1.000 lembar dengan harga Rp. 60.000,00 per lembar dan menerima uang muka
pembayaran (down payment) sebesar sepertiganya.
12 Dikeluarkan 3000 lembar saham preferan dengan harga tunai Rp. 36.000.000,00
14 Dikeluarkan 8000 lembar saham biasa dan ditukar dengan sebidang tanah senilai Rp. 48.000.000,00
31 Diterima pelunasan piutang pesanan saham sebesar setengahnya.
31 Diperoleh laba bersih bulan Juli dan ditutup ke rekening Laba Ditahan, sebesar Rp.8.000.000,00
Diminta:
1. Catatlah transaksi di atas dalam jurnal umum
2. Tunjukkan bagaimana pelaporan modal saham dalam neraca
Latihan 8-4
Manajemen PT Merauke menyetujui pengeluaran saham biasa sebanyak 300.000 lembar dengan nilai pari Rp. 5.000,00 per lembar.
Perusahan telah mengeluarkan 100.000 lembar saham dengan harga Rp. 6.000,00 per lembar. Pada akhir tahun 2016, perusahaan memiliki
saldo laba ditahan sebesar Rp. 300.000.000,00 dan mengumumkan sekaligus membagi deviden saham sebanyak 50% dari saham yang
beredar. Tahun 2017, perusahaan mengumumkan dan membayar dividen tunai sebesar Rp. 800,00 untuk setiap lembar saham.
Diminta:
a. Buatlah jurnal untuk mencatat pengumuman dan distribusi dividen saham
b.Buatlah jurnal untuk mencatat pengumuman dan distribusi dividen tunai
2
Soal Investasi sementara dan jangka panjang.
1. PT Galunggung memiliki transaksi investasi dalam obligasi berikut ini:
Jan 1 Dibeli 30 lembar obligasi PT Guntur, nominal Rp.1.000.000,00 ,10%, seharga Rp. 30.000.000,00, ditambah komisi perantara
Rp.
900.000,00. Tanggal bunga 1 Juli dan 1 Januari.
Juli 1 Diterima bunga dari obligasi PT Guntur
Juli 1 Dijual 15 lembar obligasi PT Guntur seharga Rp.15.000.000,00 dikurangi komisi perantara Rp. 400.000,00
Buatlah jurnal transaksi tersebut diatas.
2. Berikut ini adalah dua situasi yang terpisah satu sama lain:
a. PT Brantas pada tanggal 18 Mei 2018 membeli 5% dari 400.000 lembar saham PT Kerinci dengan biaya perolehan sebesar Rp.
6.000,00 per lembar. Pada tanggal 30 Agustus, PT Kerinci mengumumkan dan membayar dividen sebesar Rp. 75.000.000,00. Pada
tanggal 31 Desember, PT Kerinci melaporkan laba bersih untuk tahun 2018 sebesar Rp. 244.000.000,00.
b. PT Maluku memiliki pengaruh signifikan atas PT Borneo dengan membeli 40% dari 200.000 lembar saham biasa PT Borneo
dengan biaya perolehan sebesar Rp. 12.000,00 per lembar saham, pada tanggal 1 Januari 2018. Pada tanggal 18 April, PT Borneo
mengumumkan dan membayar dividen tunai sebesar Rp. 45.000.000,00. Pada tanggal 31 Desember, PT Borneo mengumumkan laba
bersih untuk tahun 2018 sebesar Rp. 120.000.000,00. ‘
Buatlah jurnal yang dibuat pada tahun 2019 untuk (a) PT. Brantas dan (b) PT Maluku.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi berikut ini:
a. Dibeli 300 lembar (2% dari seluruh) saham PT Mutiara dengan harga Rp.80.000,00 per lembar, ditambah komisi perantara
sebesar Rp. 500.000,00
b. Diterima dividen tunai Rp. 2.000,00 per lembar saham dari PT Mutiara.
c. Dijual 200 lembar saham PT Mutiara dengan harga Rp. 55.000,00 per lembar, dikurangi komisi perantara sejumlah Rp.
510.000,00
4. Selama tahun 2018, PT Pajajaran melakukan investasi dalam obligasi dan saham yang diklasifikasikan sebagai sekuritas
untukdiperdagangkan. Informasi yang berhubungan dengan investasi tersebut selama tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Maret 1 Dibeli 1.000 lembar saham PT Flores dengan harga Rp. 46.000,00 per lembar ditambah biaya komisi dan pajak sebesar
Rp.
1.500.000,00. Saham beredar yang dikeluarkan oleh PT Flores saat ini berjumlah 120.000 lembar.
Juli 31 Dibeli 10 lembar obligasi PT Sumbawa yang bernilai nominal Rp. 2.000.000,00 per lembar, dengan tingkat bunga 9%,
pada kurs 98, ditambah bunga berjalan satu bulan. Komisi untuk pembelian obligasi ini berjumlah Rp. 600.000,00
Des. 31 Diterima dividen tunai dari PT Flores sebesar Rp. 4.000.000,00
Des. 31 Diterima bunga tengah tahunan atas obligasi PT Sumbawa
Des. 31 Dijual 800 lembar saham PT Flores dengan harga Rp. 48.000,00 per lembar.
5. Berikut ini transaksi yang berhubungan dengan investasi untuk tahun 2017 dan 2018:
2017
Mar 31 Dibeli obligasi berbunga 9% PT Majapahit untuk investasi jangka pendek. Obligasi ini dibeli pada kurs 95,5 ditambah
bunga berjalan sejak tanggal 31 Januari 2014. Nilai jatuh tempo obligasi ini adalah Rp. 100.000.000,00
Juli 31 Diterima bunga tengah tahunan ntuk obligasi yang dibeli pada tanggal 31 maret.
Des 31 Dibuat penyesuaian untuk bunga yang diakui sebagai pendapatan tahun 2017.
2018
Jan. 31 Diterima bunga tengah tahunan
Feb. 1 Dijual 50% dari investasi obligasi pada kurs 105.
Berdasarkan informasi diatas, buatlah jurnal umum yang diperlukan!
PERPAJAKAN
PKP 6.000.000,00
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut : c. Laba di negara Z Rp. Nihil
1.Penghasilan Luar Negeri : Jumlah penghasilan luar negeri Rp. 4.000.000.000,-
a. Laba di negara X Rp. 1.000.000.000,- 2. Penghasilan Dalam Negeri : Rp. 4.000.000.000,-
b. Laba di negara Y Rp. 3.000.000.000,- Total Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 8.000.000.000,-
2. Contoh 2
PT SUKSES di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut :
a. di negara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp.1.000.000.000,-
dengan tarif pajak sebesar 40% (Rp. 400.000.000,-)
b.di negara Y, memperoleh penghasilan (laba) Rp.3.000.000.000,-
dengan tarif pajak sebesar 25% (Rp. 750.000.000,-)
c.di negara Z, menderita kerugian Rp.2.500.000.000,-
d.Di dalam negeri memperoleh laba Rp. 4.000.000.000,-
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan Luar Negeri :
a. Laba di negara X Rp. 1.000.000.000,-
b. Laba di negara Y Rp. 3.000.000.000,-
c. Laba di negara Z Rp. Nihil
Jumlah penghasilan luar negeri Rp. 4.000.000.000,-
2. Penghasilan Dalam Negeri : Rp. 4.000.000.000,-
Total Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 8.000.000.000,-
PPh Terutang (tarif pasal 17 yang berlaku 1 Januari 2009 adalah 28% dan tahun 2010 adalah 25%)
= 28% x Rp. 8.000.000.000,- Rp. 2.240.000.000,-
Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing negara adalah :
a. Untuk negara X
Rp. 1.000.000.000,-
= ------------------------ x Rp. 2.240.000.000 = Rp. 280.000.000,-
Rp. 8.000.000.000,-
Pajak yg terutang di negara X sebesar Rp. 400.000.000,- namun maks.
kredit pajak yg dpt dikreditkan adalah Rp. 280.000.000,-
b. Untuk negara Y
Rp. 3.000.000.000,-
= ------------------------ x Rp. 2.240.000.000 = Rp. 840.000.000,-
Rp. 8.000.000.000,-
Pajak yg terutang di negara Y sebesar Rp. 750.000.000,- maka maks.
kredit pajak yg dpt dikreditkan adalah Rp. 750.000.000,-
3. Contoh 3 :
PT ARVA perusahaan dalam negeri, pada tahun 2009 mendapatkan penghasilan netto dalam negeri sebesar Rp. 100.000.000,-, selain itu
perusahaan melakukan penyertaan saham di luar negeri yang pada tahun 2009 memperoleh penghasilan berupa deviden sebesar Rp.
40.000.000,-. Pajak atas deviden tersebut sebesar 30%. (12.000.000)
Total Penghasilan Kena Pajak :
Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp. 100.000.000,-
Penghasilan Netto Luar Negeri Rp. 40.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp. 140.000.000,-
Pajak terutang (tarif ps 17/2009) dalam negeri
28% x Rp. 140.000.000,- = Rp. 39.200.000,-
Pajak deviden di luar negeri
30% x Rp. 40.000.000,- = Rp. 12.000.000,-
Kredit pajak deviden maksimal Rp. 12.000.000,- tetapi tidak boleh Rp. 40.000.000,-
Lebih tinggi dari rumus. -------------------------- x Rp. 39.200.000,- = Rp. 11.200.000,-
Penghasilan Netto Rp. 140.000.000,-
---------------------------------- x Pajak Terutang Maka pajak terutang di Indonesia :
Penghasilan Kena Pajak Rp. 39.200.000,- - Rp. 11.200.000,- = Rp. 28.000.000,
4. Contoh 4
Tn. Oskar dengan status belum menikah, memperoleh penghasilan dalam negeri Rp. 300.000.000,- dan memperoleh penghasilan dari LN
sebesar Rp. 95.000.000,- dengan tarif pajak LN 25%.
PKP = (PhDN + PhLN) – PTKP
(Rp. 300.000.000 + Rp. 95.000.000) – Rp. 15.840.000 = Rp. 379.160.000,-
Pajak Terutang : 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000,-
15% x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000,-
25% x Rp. 129.000.000 = Rp. 32.290.000,-
Jumlah Pajak Terutang = Rp. 64.790.000,-
PPh Neto LN 25% x 95.000.000 = Rp. 23.750.000,-
Rp. 95.000.000
Batas Mak Kredit = ---------------------- x Rp. 64.790.000 = Rp. 16.233.300,-
Rp. 379.160.000
PPh terutang DN = Rp. 64.790.000 – Rp. 16.233.300 = Rp. 192.333.400,-
-Tata Cara Pengkreditan Pajak Luar Negeri :
1. Contoh Kasus :
Tn. Anton (WPOP) status belum menikah, berdasarkan pembukuan d. Dipungut pajak 25% = Rp. 37.500.000
pada tahun 2013 memperoleh penghasilan dalam negeri sebesar Rp. e. Dari Malaysia mendapat kerugian sebesar Rp. 100.000.000
300.000.000,- dan hasil penyertaan saham di luar negeri memperoleh Hitunglah :
deviden sebagai berikut : a. Berapa pajak PPh 24 yang terhutang pada tahun 2013
a. Dari Singapura mendapat keuntungan sebesar Rp. 250.000.000 b. Berapa pajak LN yang dapat dikreditkan di Indonesia
b. Dipungut pajak 30% = Rp. 75.000.000 c. Berapa kurang bayar yang harus dilunasi
c. Dari Brunai mendapat keuntungan sebesar Rp. 150.000.000
Jawaban : Jumlah Penghasilan tahun 2013
1. Dari Dalam Negeri (Indoensia) = Rp. 300.000.000 Jumlah pajak terhutang tahun 2013 = Rp. 147.710.000
2. Dari Singapura keuntungan = Rp. 250.000.000 Berapa Pajak LN yang dapat dikreditkan :
3. Dari Brunei keuntungan = Rp. 150.000.000 Dari Singapura :
4. Dari Malaysia kerugian = Rp. Nihil (250.000.000 : 675.700.000) x 147.710.000 = Rp. 54.650.733
Total Penghasilan tahun 2013 = Rp. 700.000.000 Dari Brunei
PTKP 2013 Belum Menikah = Rp. 24.300.000 (150.000.000 : 675.700.000) x 147.710.000 = Rp. 32.790.440
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 675.700.000 Dari Malaysia = Rp. Nihil
Berapa Pajak Terhutang tahun 2013 : Jumlah pajak LN yang dapat dikreditkan = Rp.
5 % x Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000 87.441.173
15% x Rp. 200.000.000 Rp. 30.000.000 Pajak Kurang Bayar :
25% x Rp. 250.000.000 Rp. 62.500.000 Rp. 147.710.000 – Rp. 87.441.173 = Rp. 60.268.827
30% x Rp. 175.700.000 Rp. 52.710.000 Catatan :
Jumlah pajak terhutang tahun 2013 = Rp. 147.710.000 Sebelum SPT dikirim terlebih dahulu PKB disetor dg menggunakan
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 675.700.000 SSP
Pajak PenghasilanPasal 26 dan Pasal 25
A. PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar
negeri selain BUT di Indonesia.
20% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima/ diperoleh WP Luar Negeri berupa :
1. CONTOH 1 :
Suatu badan subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp. 100.000.000,00 kepada WP luar negeri, maka subjek pajak
dalam negeri tersebut berkewajiban untuk memotong PPh Pasal 26 sebesar:20% x Rp. 100.000.000,- = Rp. 20.000.000,-
2. CONTOH 2 :
Seorang atlet luar negeri ikut lomba lari marathon di Indonesia dan kemudian merebut juara I, mendapatkan hadiah uang tunai sebesar
Rp. 150.000.000,- maka badan penyelenggara berkewajiban memotong PPh Pasal 26 sebesar:20% x Rp. 150.000.000,- = Rp.
30.000.000,-
20% dari Perkiraan Penghasilan Neto berupa :
Contoh 1 : Contoh 2
PT ALADIN mengasuransikan bangunan perkantoran bertingkat PT ALADIN mengasuransikan kepada perusahaan asuransi di dalam
langsung ke perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar negeri yaitu PT BPM, dengan membayar jumlah premi yang sama
jumlah premi selama tahun 2013 sebesar 1 milyar. sebesar Rp. 1 milyar, dan kemudian PT BPM mereasuransikan
Besarnya Perkiraan Penghasilan Neto perusahaan asuransi luar sebagian polis asuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri
negeri adalah : dengan mambayar premi sebesar Rp. 500 juta.
50% x Rp. 1 milyar = Rp. 500.000.000,- Maka besarnya Perkiraan Penghasilan Neto perusahaan asuransi di
Besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong oleh PT ALADIN luar negeri adalah :
selama tahun 2013 adalah : 10% x Rp. 500 juta = Rp. 50.000.000.-
20% x Rp. 500.000.000,- = Rp. 100.000.000,- atau (10% x Rp. PPh Pasal 26 yang wajib dipotong oleh PT. BPM adalah :
1 M) 20% x Rp. 50 juta = Rp. 10.000.000,-
atau (2% x Rp. 500.000.000)
20% dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
PPh Pasal 26 unt. BUT = 20% x (PKP – PPh terutang)
Contoh : Penghasilan BUT setelah pajak Rp. 13.125.000.000
Penghasilan Kena Pajak bentuk usaha tetap di Indonesia dalam tahun PPh Pasal 26 yang terutang :
2013 sebesar Rp. 17.500.000.000 20% x Rp. 13.125.000.000 Rp. 2.625.000.000
Perhitungan PPh Pasal 26 sebagai berikut : Jumlah yg dpt dibawa ke LN Rp. 10.500.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 17.500.000.000 Jika penghasilan setelah pajak sebesar Rp 13.125.000.000tersebut
PPh BUT (berdasarkan tarif ps. 17) ditanamkan kembali di Indonesia. Berdasarkan peraturan Menkeu,
25% x Rp. 17.500.000.000 Rp. 4.375.000.000 penghasilan tsb. tidak dipotong pajak.
Contoh Soal 1 Sementara, apabila PT Abadi Berkarya mengikuti asuransi melalui
PT Abadi Berkarya memiliki perwakilan di luar negeri dan perusahaan yang ada di Indonesia, misal PT Asuransi Raya, dengan
mengasuransikan bangunan bertingkat ke PT ROXY yang membayar jumlah premi yang sama sebesar Rp 2 miliar. PT Asuransi
merupakan perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar Raya mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke perusahaan
jumlah premi pada tahun 2015 sebesar Rp 2 miliar. Hitunglah PPh asuransi yang berada di luar negeri, misalnya PT ROXY, dengan
Pasal 26 dari PT Abadi Berkarya tahun 2015 ? membayar premi sebesar Rp 1miliar.
Jawaban: Maka ketentuan PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut :
Penghitungan PPh Pasal 26 adalah sebagai berikut : Perkiraan penghasilan neto =
Perkiraan penghasilan neto = 50% x Rp 2.000.000.000 = Rp 10% x Rp1.000.000.000 = Rp100.000.000
1.000.000.000 PPh Pasal 26 PT Abadi Berkarya =
PPh Pasal 26 = 20% x Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000 20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000
Contoh Soal 2
Aland Addison adalah seorang warga negara Inggris yang memiliki 25% saham atas PT Jayaraya Indonesia. Tahun ini Aland menjual
seluruh sahamnya senilai Rp. 8 miliar kepada Charles seorang warga negara Argentina. Asumsikan tidak ada P3B antara Indonesia dan
Argentina serta Inggris sehubungan dengan transaksi tersebut. Hitunglah PPh Pasal 26 dari transaksi tersebut?
Jawaban:
PPh Pasal 26 = 20% x 25% x Rp 8.000.000.000 = Rp 400.000.000 (bersifat final).
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas
Penghasilan dari Penjualan atau Pengalihan Saham, maka penghasilan atas penjualan saham tersebut dikenakan pajak sebesar 20% dari
perkiraan Penghasilan Neto, sedangkan besarnya Penghasilan Neto adalah 25% dari Harga Jual.
Jika ada P3B antara negara yang terkait transaksi tersebut (penjual berstatus sebagai wajib pajak luar negeri), pemotongan PPh Pasal 26
hanya dilakukan apabila hak pemajakan berdasarkan P3B berada pada pihak Indonesia.
Penting bagi wajib pajak yang akan memotong pph pasal 26 kepada wajib pajak luar negeri untuk mengetahui apakah wajib pajak luar
negeri tersebut berasal dari negara yang mempunyai tax treaty atau P3B dengan Indonesia atau tidak. Sebab ketentuan tarif pajaknya akan
berbeda.
Contoh Soal 3
Seorang atlet dari China yang ikut mengambil bagian dari Contoh Soal 4
perlombaan lari maraton di Indonesia berhasil meraih juara dan Mike adalah karyawan asing pada perusahaan PT Dira Consulting.
memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp 100.000.000. Atas Mike tinggal di Indonesia kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri
penghasilan dari hadiah tersebut dikenakan PPh Pasal 26. Hitunglah dan mempunyai seorang anak. Pada bulan april 2016 Mike
PPh Pasal 26 ? memperoleh gaji sebesar US$10.000 sebulan. Kurs yang berlaku
Jawaban: adalah Rp. 10.500,- per US$ 1. Hitunglah PPh Pasal 26?
PPh Pasal 26 = 20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000 Jawaban:
Maka, atas penghasilan yang diterima oleh atlet dari China tersebut Penghasilan bruto berupa gaji sebulan :
akan dipotong PPh Pasal 26 sebesar Rp 20.000.000. US$10.000 x Rp. 10.500 = Rp. 105.000.000
PPh Pasal 26 = 20% x Rp. 105.000.000 = Rp. 21.000.000
Jadi, PPh pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2016 = Rp. 21.000.000
Contoh Soal 5
Penghasilan kena pajak bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia pada tahun 2015 sebesar Rp. 17.500.000.000. Pajak penghasilan yang harus
dibayarkan yaitu sebesar 25% x Rp. 17.500.000.000 = Rp 4.375.000.000. Penghasilan BUT setelah kena pajak yaitu sebesar Rp.
13.125.000.000. Hitunglah PPh Pasal 26 ?
Jawaban:
PPh Pasal 26 yang terutang =
20% x Rp. 13.125.000.000 = Rp. 2.625.000.000.
Apabila penghasilan setalah pajak sebesar Rp 13.125.000.000 tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maka atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.
B. PPh Pasal 25
CONTOH : Penghitungan PPh Pasal 25 Untuk WP OP Berdasarkan laporan keuangan Tn. Sutrisno pada tahun 2012, Jumlah
Tn. Sutrisno seorang pengusaha (WP OP) berdasarkan SPT Tahunan PKP sebesar Rp. 450.000.000,-, dan jumlah Kredit pajak sbb. :
Tahun 2011 jumlah pajak terutang sebesar Rp.50.000.000,- PPh Pasal 21 Rp. 5.000.000,-
Tn. Sutrisno mempunyai kredit pajak : PPh Pasal 22 Rp. 2.500.000,-
a. PPh 21 Rp. 15.000.000,- atas gaji, upah, honor, tunjangan PPh Pasal 23 Rp. 7.500.000,-
b. PPh 22 Rp. 10.000.000,- atas penyerahan barang Jumlah kredit pajak Rp. 15.000.000,-
(impor/beli) Pertanyaan :
c. PPh 23 Rp. 2.500.000,- atas modal/jasa/kegiatan a. Berapa PPh yang terutang tahun 2012
d. PPh 24 Rp. 7.500.000,- atas pajak yg terutang di LN b. Berapa PPh kurang bayar tahun 2012
Jumlah kredit pajak Rp. 35.000.000,- c. Berapa jumlah angsuran PPh 25 tahun 2012 yang sudah
PPh kurang bayar Rp. 15.000.000,-(SSP) dibayar,
Besarnya PPh 25 yang harus dibayar sendiri setiap bulan pada tahun d. Berapa jumlah angsuran PPh 25 per bulan tahun 2013 yang
2012 adalah sebesar : harus dibayar.
Rp. 15.000.000 : 12 = Rp. 1.250.000 per bulan
PENYELESAIAN : Rp. 67.500.000 / 12 = Rp. 5.625.000,- per bulan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 450.000.000,- Penghitungan PPh Pasal 25 untuk Angsuran Masa Pajak
Tarif pasal 17 PPh OP : sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan oleh WP
5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-Jika SPT Tahunan PPh disampaikan oleh WP pada bulan Maret 2012,
15% x Rp. 200.000.000,- = Rp. angsuran Pajak PPh Pasal 25 bulan Desember 2011 misalnya sebesar
30.000.000,- Rp. 1.000.000,-.
25% x Rp. 200.000.000,- = Rp. Maka besarnya angsuran Pajak PPh Pasal 25 yang harus dibayar WP
50.000.000,- untuk bulan Januari dan Pebruari 2012 masing-masing sebesar Rp.
PPh yang terutang tahun 2012 = Rp. 82.500.000,- 1.000.000,-
Kredit pajak tahun 2012 (ps. 21, 22, 23) = Rp. 15.000.000,- Dari contoh diatas, berapa angsuran yang harus dibayar bulan
PPh kurang bayar tahun 2012 = Rp. 67.500.000,- Januari dan Pebruari tahun 2013, dan berapa total angsuran PPh
Jumlah PPh 25 tahun 2012 yang diangsur mulai bulan Maret 2012 : 25 tahun 2013.
sejumlah : 10 x Rp 1.250.000,- = Rp. 12.500.000,- PPh 25 Januari & Pebruari 2013 masing2 Rp. 1.250.000,-
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2013 yang akan dibayar Total PPh 25 th 2013 (2 x 1.250.000) + (10 x 5.625.000)
oleh WP setiap bulan adalah sebesar :
Contoh :
Berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2009 yang disampaikan WP dalam bulan Maret 2010, perhitungan besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 1.250.000,-. Dalam bulan Juni 2010 telah diterbitkan SKP tahun pajak 2009 yang
menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp. 2.000.000,-
Berdasarkan ketentuan di atas, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2010 adalah sebesar Rp. 2.000.000,-.
Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya.
Angsuran PPh Pasal 25 Rp. 120.000.000,- - Rp. 30.000.000,- = Rp.
Dengan Adanya Kompensasi Kerugian 90.000.000,-
Penghasilan PT X tahun 2009 Rp. 120.000.000,- Pajak Penghasilan terutang :
Sisa kerugian tahun sebelumnya yang dapat 28% x Rp. 90.000.000,- = Rp. 25.200.000,-
Dikompensasikan Rp. 150.000.000,- Apabila pada tahun 2009 tidak ada perubahan Pajak Penghasilan,
Sisa kerugian yang belum dikompensasikan maka besarnya angsuran pajak bulanan PT X tahun 2010 adalah :
pada tahun 2009 Rp. 30.000.000,- Rp. 25.200.000,- : 12 Bulan = Rp. 2.100.000,-
Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah :
Penghasilan yang dipakai dasar penghitungan :
Angsuran PPh Pasal 25 Menurut Laporan Keuangan WP Badan Tahun 2009 sbb :
Dengan Adanya Penghasilan Tidak Teratur Penghasilan Neto seluruhnya Rp. 500.000.000,-
Jumlah PPh Pasal 21, 22, dan 24 Rp. 51.250.000,- Pajak Penghasilan terutang :
Jumlah PPh Pasal 23 atas kontrak 2 bh 28% x Rp. 420.000.000,- = Rp. 117.600.000,-
mobil 2% x Rp. 80.000.000,- Rp. 1.600.000,- Jumlah PPh Pasal 21, 22, dan 24 Tahun
Penghitungan angsuran PPh 25 untuk tahun Pajak 2010 : Pajak 2010 (tidak termasuk PPh Pasal 23
Penghasilan Neto seluruhnya = Rp. 500.000.000,- atas kontrak 2 bh mobil) = Rp. 51.250.000,-
Penghasilan Neto tidak teratur = Rp. 80.000.000,- PPh kurang bayar = Rp. 66.350.000,-
Penghasilan Neto teratur/PKP = Rp. 420.000.000,- Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2010 adalah :
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 420.000.000,- Rp. 66.350.000,- : 12 Bulan = Rp. 5.529.167,-
Angsuran PPh Pasal 25
Dengan Adanya Pembetulan SPT Tahunan
Yang Menyebabkan Angsuran Lebih dari Sebelumnya
Contoh :
Tn Robert menyampaikan SPT Tahunan thn. 2009 dengan PKP sebesar Rp. 550.000.000,- dan disampaikan tepat waktu 27
Maret 2010. Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2009 adalah Rp. 5.000.000,-.
Tanggal 21 Mei 2010 Tn. Robert melakukan pembetulan SPT Tahunan Tahun 2009 dengan PKP yg sebenarnya sebesar Rp.
600.000.000,-.
Besarnya kredit pajak PPh Pasal 21, 22, 23 dan 24 adalah sebesar Rp. 36.500.000,-
Penghitungan PPh terutang Tn. Robert sebelum Penghitungan PPh terutang Tn. Robert saat Pembetulan
Pembetulan SPT : SPT :
Penghasilan Kena Pajak Orang Pribadi Rp. 550.000.000,- Penghasilan Kena Pajak Orang Pribadi Rp. 600.000.000,-
PPh Terutang : PPh Terutang :
5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 37.500.000,- 15% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 37.500.000,-
25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,- 25% x Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-
30% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 15.000.000,- 30% x Rp. 100.000.000,- = Rp. 30.000.000,-
Jumlah PPh terutang Rp. 117.500.000,- Jumlah PPh terutang Rp. 132.500.000,-
Kredit Pajak : Kredit Pajak :
PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24 Rp. 36.500.000,- PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24 Rp. 36.500.000,-
PPh Kurang Bayar Rp. 81.000.000,- PPh Kurang Bayar Rp. 96.000.000,-
Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah : Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah :
Rp. 81.000.000 : 12 = Rp. 6.750.000,- Rp. 96.000.000 : 12 = Rp. 8.000.000,-
Pajak Pertambahan Nilai(PPN) dan Bea Meterai
Pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
Pertambahan Nilai/Nilai tambah :
penjumlahan unsur2 biaya dan laba dalam proses produksi/ distribusi barang/jasa
NILAI TAMBAH = HARGA JUAL – HARGA BELI
Contoh :
a. PKP A menjual BKP dengan Harga Jual Rp. 25.000.000,00.
PPN yang terutang = 10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
PPN sebesar Rp. 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.
b. PKP B melakukan penyerahan JKP dengan memperoleh
Penggantian Rp. 20.000.000,00
PPN yang terutang = 10% x Rp 20.000.000,00 = Rp 2.000.000,00.
PPN sebesar Rp 2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B
c. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor Rp 15.000.000,00.
PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp 15.000.000,00 = Rp 1.500.000,00
d. PKP D melakukan ekspor BKP dengan Nilai Ekspor Rp 10.000.00,00.
PPN yang terutang 0% x Rp 10.000.000,00 = Rp 0,00
PPN sebesar Rp 0,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran
Kasus 1 : Belanja Barang seharga Rp 2.200.000 termasuk PPN.
Pertanyaan :
1. Berapa PPN dan PPh 22 nya ?
2. Berapa jumlah uang dalam kuitansi ?
3. Berapa uang yang diterima rekanan ?
Jawab :
Kasus 3 : Belanja barang, rekanan minta bersih uang yang diterima sebesar Rp 2.200.000.
Pertanyaan :
1. Berapa PPh dan PPN nya ?
2. Berapa jumlah uang dalam kuitansi ?
3. Berapa uang yang diterima rekanan ?
Latihan PPN
Kasus
PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan alat elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi
sebagai berikut :
1. Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000
2. Penyerahan barang elektronik kepada Pemkot Makassar sebesar
Rp. 440.000.000 (sudah termasuk PPN)
3. Menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp. 4.000.000 termasuk keuntungan sebesar Rp. 400.000
4. Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan pergudangan sendiri Rp. 350.000.000
Pada bulan Juli terdapat transaksi tambahan sebagai berikut :
5. Mengimpor barang elektronik dari amerika seharga US$ 100.000; Asuransi US$ 1.000; ongkos angkut ke Makassar US$ 2.000. bea
masuk sebesar 10% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 4% dari CIF (importir belum memiliki API; diasumsikan kurs per 1US$ =
Rp. 7.200)
6. Membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga Rp. 220.000.000; dan
7. Membeli sebuah mobil sedan untuk direktur sebesar Rp. 330.000.000 (harga kedua kendaraan tersebut sudah termasuk PPN)
Diminta :
Hitung PPN atas transaksi di atas
Berapakah PPN yang harus disetor ?
Catatan :
1. DPP membangun sendiri adalah 20% dari jumlah total harga yang dikeluarkan.
2. Pembelian barang yang tidak ada hubungan dengan keperluan perusahaan PPN-nya tidak dapat dikreditkan
3. Untuk menghitung PPN harus diketahui terlebih dahulu DPP
4. Nilai Impor sama dengan DPP
Penyelesaian
1. Penjualan langsung ke konsumen sebanyak Rp. 1.400.000.000
PPN = 10% x 1.400.000.000
= Rp. 140.000.000 (PPN keluaran)
2. Penyerahan barang elektronik kepada Pemkot Makassar sebesar
Rp. 440.000.000 (sudah termasuk PPN)
DPP = 100/110 x 440.000.000 = Rp. 400.000.000
PPN = 10% x 400.000.000
= Rp. 40.000.000 (PPN Keluaran)
3. Menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp. 4.000.000 termasuk keuntungan sebesar Rp. 400.000
DPP = 4.000.000 – 400.000 = Rp. 3.600.000
PPN = 10% x 3.600.000
= Rp. 360.000 (PPN keluaran)
4. Membangun gudang elektronik seluas 500 meter persegi di kawasan pergudangan sendiri Rp. 350.000.000
DPP = 20% x 350.000.000 = Rp. 70.000.000
PPN = 10% x 70.000.000
= Rp. 7.000.000 (PPN keluaran)
Transaksi Tambahan Juli
5. Cost = US$ 100.000 x Rp. 7.200 = Rp. 720.000.000
Insurance = US$ 1.000 x Rp. 7.200 = Rp. 7. 200.000
Freight = US$ 2.000 x Rp. 7.200 = Rp 14.400.000
Total CIF (cost + insurance + freight) = Rp. 741.600.000
Bea masuk (10% dari CIF) = Rp. 74.160.000
Bea masuk tambahan (4% dari CIF) = Rp. 29.664.000
NI (CIF+bea masuk+bea tambahan) = Rp. 845.424.000
PPN = 10% x Nilai impor => 10% x 845.424.000
= Rp. 84. 542 400 (PPN masukan)
6. Pembelian mobil box untuk mengangkut barang
DPP = 100/110 x 220.000.000
= Rp. 200.000.000
PPN = 10% x 200.000.000
= Rp. 20.000.000 (PPN masukan)
Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut : PPN kurang bayar.
Jika PPN keluaran < PPN masukan maka disebut : PPN lebih bayar.
Catatan:
Untuk PT Perkasa dikategorikan menjadi non-objek pajak sebab % penyertaan modalnya lebih dari 25% dan untuk PT BNI (BUMN) juga
merupakan non-objek pajak karena merupakan badan usaha milik negara yang menjadi pengecualian dari objek pajak.
3. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Dividen
Pada tanggal 10 Mei 2015, PT Dahlia mengumumkan akan membagikan dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan
melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Melati sebesar Rp. 30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jawab:
PPh Pasal 23 = 15% x Rp. 30.000.000 = Rp. 4.500.000
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu tgl. 31 Mei 2015
Saat penyetoran : paling lambat 10 Juni 2015
Saat pelaporan : paling lambat 20 Juni 2015
4. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Royalti
Pada tanggal 2 Agustus 2014, PT Mawar membayar royalti kepada Tuan Zainudin sebagai penulis buku sebesar Rp. 50.000.000. Tuan
Zainudin telah mempunyai NPWP 01.444.888.2.987.000.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Mawar adalah :
15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu tgl 31 Agustus 2014
Saat penyetoran : paling lambat 10 September 2014
Saat pelaporan : paling lambat 20 September 2014
5. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Bunga Obligasi
Pada tanggal 3 Januari 2015, PT Sejahtera melakukan pembayaran bunga obligasi kepada PT Damai Sentosa sebesar Rp. 75.000.000.
Obligasi tersebut tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Sejahtera adalah :
15% x Rp. 75.000.000 = Rp. 11.250.000
Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu tgl 31 Januari 2015
Saat penyetoran: paling lambat 10 Februari 2015
Saat pelaporan: paling lambat 20 Februari 2015
6. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Hadiah & Penghargaan
Pada tanggal 20 Maret 2012, PT Abadi memberikan hadiah perlombaan kepada PT Makmur sebagai juara umum lomba senam sehat
sebesar Rp. 150.000.000.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Abadi adalah :
15% x Rp. 150.000.000 = Rp. 22.500.000
Saat terutang: akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu tgl 31 Maret 2012
Saat penyetoran: paling lambat 10 April 2012
Saat pelaporan: paling lambat 20 April 2012
7. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa
PT Irama meminta jasa dari Pak Budi (mempunyai NPWP) untuk membuat sistem akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar Rp.
80.000.000.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Irama adalah :
2% x Rp. 80.000.000 = Rp. 1.600.000
8. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Jasa
PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar
Rp. 120.000.000. PT Nuansaraya tidak mempunyai NPWP.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah :
200% x 2% x Rp. 120.000.000 = Rp. 4.800.000
9. Perhitungan PPh Pasal 23 atas Sewa
PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai sewa sebesar Rp. 35.000.000 kepada Sugianto Haris.
Jawab:
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah:
2% x Rp. 35.000.000 = Rp. 700.000
SOAL PPh 24
Tn. Sutrisno adalah WP OP status TK/0, selain sebagai pengusaha Tn. Sutrisno juga sebagai dosen tetap pada PTS di Purwokerto. Pada
tahun 2017 memperoleh penghasilan yang berasal dari dalam negeri (Indonesia) sebesar Rp. 635.000.000,-. Selain itu Tn. Sutrisno juga
menanam saham di luar negeri, deviden yang diperoleh dari luar negeri sebagai berikut : dari Malaysia sebesar Rp. 500.000.000,- dipotong
pajak deviden 25%, dari Singapura sebesar Rp. 255.000.000,- dipotong pajak deviden 30%. Tn. Sutrisno pada tahun yang sama memiliki
kredit pajak yang berasal dari PPh 21 sebesar Rp. 10.500.000, PPh 22 sebesar Rp. 15.000.000,- dan dari PPh 23 sebesar Rp. 7.500.000,-
Hitunglah :
Berapa PPh Tn. Sutrisno yang terhutang pada tahun 2017
Berapa PPh 24 untuk masing-masing pajak deviden yang dipotong di LN dapat dikreditkan di Indonesia.
Berapa kurang bayar yang harus dilunasi di Indonesia
Jawab :
PKP = (Ph DN + Ph LN) – PTKP
(635.000.000 + 500.000.000 + 225.000.000) – 54.000.000 = Rp. 1.306.000.000
1. PPh Tn Sutrisno yang terutang :
5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 250.000.000 = 62.500.000
30% x 806.000.000 = 241800000
Pajak terutang = 336.800.000
2. PPh 24 atas pajak LN yang dapat dikreditkan
a. Dipotong di Malaysia = 25% x 500.000.000 = 125.000.000
Hasil Hitung = 500.000.000/1.306.000.000 x 336.800.000 = 128.943.000
b. Dipotong di Singapura = 30% x 255.000.000 = 76.500.000
Hasil Hitung = 500.000.000/1.306.000.000 x 336.800.000 = 65.761.000
3. Berapa pajak yang harus dibayar (kurang bayar) :
Rp. 336.800.000 – (125.000.000 + 65.761.000) = Rp. 146.039.000
SOAL PPN
CV. Central Elektrik beralamat di Kebondalem Purwokerto adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan alat elektronik. Selama bulan
Juli 2017 melakukan transaksi sebagai berikut :
Tgl. 02-07-2017 melakukan penjualan secara langsung ke konsumen sebesar Rp. 650.000.000,-
Tgl. 04-07-2017 melakukan penyerahan barang elektronik kepada Pemda Banyumas
sebesar Rp. 540.000.000 (sudah termasuk PPN).
Tgl. 07-07-2017 menyumbang ke panti asuhan 1 buah pompa air seharga Rp. 3.500.000 termasuk keuntungan sebesar Rp. 350.000,-
Tgl. 09-07-2017 membangun gudang penyimpanan barang seluas 300 meter persegi di kawasan pergudangan sendiri menghabiskan
dana Rp. 250.000.000 (DPP 20%).
Tgl. 11-07-2017 mengimpor barang elektronik dari Korea seharga US$ 100.000; Asuransi US$ 1.000,-dan ongkos angkut ke
Purwokerto US$ 2.000,-. Bea masuk sebesar 10% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 4% dari CIF. Diasumsikan kurs per 1US$ =
Rp. 11.200, (importir memiliki API).
Tgl. 16-07-2017 membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga Rp. 320.000.000; dan
Tgl. 20-07-2017 Membeli sebuah mobil sedan untuk istri pemilik perusahaan sebesar Rp. 630.000.000 (harga kedua kendaraan tersebut
sudah termasuk PPN)
Diminta :
Hitung PPN atas transaksi di atas
Berapa PPN Masukan dan PPN Keluaran
Apakah kurang bayar atau lebih bayar ?
Penyelesaian
1. Tgl. 02-07-2017 penjualan langsung ke konsumen sebesar Rp. 650.000.000,-
PPN = 10% x 650.000.000
= Rp. 65.000.000 (PPN keluaran)
2. Tgl. 04-07-2017 penyerahan barang elektronik kepada Pemda Banyumas
sebesar Rp. 540.000.000 (sudah termasuk PPN).
DPP = 100/110 x 540.000.000 = Rp. 490.909.000
PPN = 10% x 490.909.000
= Rp. 49.090.900 (PPN Keluaran)
Transaksi Tambahan Juli
5. Tgl. 11-07-2017 mengimpor barang elektronik dari Korea sebagai berikut :
Cost = US$ 100.000 x Rp. 11.200 = Rp. 1.120.000.000
Insurance = US$ 1.000 x Rp. 11.200 = Rp. 11.200.000
Freight = US$ 2.000 x Rp. 11.200 = Rp 22.400.000
Total CIF (cost + insurance + freight) = Rp. 1.153.600.000
Bea masuk (10% dari CIF) = Rp. 115.360.000
Bea masuk tambahan (4% dari CIF) = Rp. 46.144.000
NI (CIF+bea masuk+bea tambahan) = Rp. 1.315.104.000
PPN = 10% x Nilai impor => 10% x 1.315.104.000
= Rp. 131.510.400 (PPN masukan)
6. Tgl. 16-07-2017 membeli sebuah mobil box pengangkut barang seharga
Rp. 320.000.000 (termasuk PPN)
Pembelian mobil box untuk mengangkut barang
DPP = 100/110 x 320.000.000
= Rp. 290.909.000
PPN = 10% x 290.909.000
= Rp. 29.090.900 (PPN masukan)
7. Tgl. 20-07-2017 Membeli sebuah mobil sedan untuk istri pemilik perusahaan sebesar Rp. 630.000.000 (termasuk PPN)
DPP = 100/110 x 630.000.000
= Rp. 572.727.000
PPN = 10% x 572.727.000
= Rp. 57.272.700
Daftar PPN Masukan dan Keluaran
Jika PPN keluaran > PPN masukan maka disebut : PPN kurang bayar.
Jika PPN keluaran < PPN masukan maka disebut : PPN lebih bayar.
Dalam kasus ini, PPN keluaran < PPN masukan maka :
PPN lebih bayar = 160.601.300 - 119.405.900 = Rp. 41.195.400
PPN yang harus diminta kembali (Restitusi) oleh CV. Central Elektrik adalah Rp. 41.195.400
SOAL PPh 25
Berdasarkan laporan keuangan Tn. Sutrisno pada tahun 2014, Jumlah Pajak Terutang sebesar Rp. 250.000.000,-, dan jumlah Kredit pajak
sbb. :
PPh Pasal 21 Rp. 15.000.000,-
PPh Pasal 22 Rp. 32.500.000,-
PPh Pasal 23 Rp. 27.500.000,-
Jumlah kredit pajak Rp. 75.000.000,-
Diasumsikan PPh 25 tahun 2014 Rp. 2.000.000/bulan dan tahun 2013
Rp. 1.000.000/bulan
Pertanyaan :
Berapa PPh kurang bayar tahun 2014
Berapa jumlah angsuran PPh 25 tahun 2014 yang sudah dibayar,
Berapa jumlah angsuran PPh 25 per bulan tahun 2015 yang harus dibayar.
Jawab :
Jumlah Pajak Terutang Tahun 2014 = Rp. 250.000.000
Tn. Sutrisno mempunyai kredit pajak :
PPh Pasal 21 Rp. 15.000.000
PPh Pasal 22 Rp. 32.500.000
PPh Pasal 23 Rp. 27.500.000
Jml kredit pajak Rp. 75.000.000
Angsuran PPh 25* Rp. 22.000.000 Rp. 97.000.000
PPh kurang bayar Rp. 153.000.000 (SSP)
* (2 x 1.000.000) + (10 x 2.000.000) = Rp. 22.000.000
Besarnya PPh 25 yang harus dibayar sendiri setiap bulan pada tahun 2015 adalah sebesar :
Rp. 250.000.000 – Rp. 75.000.000 = Rp. 175.000.000
Rp. 175.000.000 : 12 = Rp. 14.583.000 per bulan
SOAL PPh 26
Salah satu BUT (Bentuk Usaha Tetap) yang berada di Indonesia mempunyai Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tahun 2016 sebesar Rp.
15.350.000.000,- diasumsikan bahwa penghasilan tersebut setelah dikurangi pajak badan akan dibawa pulang ke negara asalnya.
Berapa PPh 26 yang harus dipotong di Indonesia
Penyelesaian :
Penghasilan Kena Pajak Rp. 15.350.000.000
PPh BUT (berdasarkan tarif ps. 17)
25% x Rp. 15.350.000.000 Rp. 3.837.500.000
Penghasilan BUT setelah pajak Rp. 11.512.500.000
PPh Pasal 26 yang terutang :
20% x Rp. 11.512.500.000 Rp. 2.302.500.000
Jumlah yg dpt dibawa ke LN Rp. 9.210.000.000