Anda di halaman 1dari 43

ASKEP PERNAPASAN AKIBAT INFEKSI:

TB, PNEUMONIA, TONSILITIS

Ns. Muhammad Ardi


• Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
bakteri aerobik berbentuk bacillus.
• Meskipun paling sering merupakan penyakit
paru, lebih dari 15% pasien mengalami TB
ekstrapulmoner yang dapat menginfeksi
meninges, ginjal, tulang, atau jaringan lainnya.
• TB Paru dapat terjadi dari rentang infeksi kecil
bronkopneumonia hingga inflamasi difus,
nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis yang luas
TB ditularkan melalui droplet pernapasan saat batuk
atau bersin oleh pasien yang terinfeksi.
• Basil Micobacterium Tuberculosis diinspirasi ke saluran
pernapasan dan biasanya bertahan di bagian bawah
lobus atas atau bagian atas lobus bawah.
• Basil TB memerlukan kadar oksigen yang tinggi untuk
bertahan hidup.
• Saat mencapai paru-paru, basil berkembang biak
dengan cepat. Mycobacterium yang tidak hancur, akan
dormant hingga ada penurunan resistensi host.
• Seseorang yang menghirup mycobacterium, 5%
berkembang menjadi klinis TB saat itu, 95% terinfeksi
dan tidak memiliki gejala klinis tetapi memasuki fase
laten dan berisiko untuk mengalami TB dimasa
mendatang.
PENGKAJIAN
• Anamneses
– Tanyakan riwayat TB sebelumnya, penyakit
Hodkins, Diabetes Melitus, Leukemia,
Gastrektomi, silikosis dan gangguan
immunosupresif.
– Riwayat mengkonsumsi obat kortikosteroid atau
imunosupresif juga meningkatkan risiko TB.
– Faktor risiko lain : pasangan seksual multiple ,
penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
– Tentukan apakah pasien baru saja kontak dengan pasien
TB yang baru didiagnosis atau tinggal di fasilitas jangka
panjang.
– Kaji riwayat pekerjaan untuk menentukan apakah pasien
adalah petugas kesehatan yang berisiko.
– Minta pasien untuk menggambarkan gejala yang dialami.
Pasien sering melaporkan kelemahan dan kelelahan
umum, intoleransi aktivitas, dan sesak napas saat
beraktivitas.
– Anoreksia dan penurunan berat badan terjadi karena
gangguan pencernaan.
– Pasien mungkin juga menggambarkan kesulitan tidur,
menggigil atau berkeringat di malam hari (atau keduanya),
dan batuk produktif atau tidak produktif.
• Pemeriksaan Fisik
– Pasien terlihat sakit akut saat pemeriksaan,
dengan wasting, tonus otot jelek, kehilangan
lemak subkutan, turgor kulit yang buruk, dan kulit
kering terkelupas.
– Saat auskultasi dada, mungkin terdengar detak
jantung yang cepat, sulit bernafas, dan stridor.
– Suara nafas yang berkurang atau tidak ada
mungkin ada secara bilateral atau unilateral dari
efusi pleura atau pneumotoraks.
– Suara napas ronchi dapat terdengar pada bagian
apeks paru saat inspirasi cepat setelah batuk pendek.
– Sputum hijau, purulen, kekuningan, mucoid, atau
bercampur darah.
– Pasien mungkin mengalami nyeri, kaku, dan menjaga
area yang sakit.
– Akumulasi sekresi dapat menurunkan oksigenasi
organ vital dan jaringan.
– Pasien dapat mengalami sianosis atau perubahan
warna kulit, selaput lendir, atau kuku dan perubahan
status mental, seperti gelisah, kurang perhatian, atau
iritabilitas.
Pemeriksaan Diagnostik :

Pemeriksaan Nilai Hasil Abnormal Penjelasan


Normal
Fluorochrome Negatif Positif, sering Mycobacterium tuberculosis
atau Sputum didapat pada adalah bakteri yang tahan
BTA tiga sampel terhadap bahan kimia setelah
pewarnaan
X-ray dada Struktur Identifikasi TB Assessment radiografi paru
paru aktif atau lesi
normal kronik
Pemeriksaan lain : Histologi atau analisis jaringan, biopsi jarum, purified protein
derivative (PPD; uji Mantoux)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

• Bersihan jalan napas tidak efektif


• Gangguan pertukaran gas
• Defisit nutrisi
• Prioritas keperawatan adalah
mempertahankan dan mencapai ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat; mencegah
penyebaran infeksi; mendukung perilaku
untuk menjaga kesehatan; meningkatkan
strategi penanggulangan yang efektif; dan
memberikan informasi tentang proses
penyakit, prognosis, dan kebutuhan
perawatan.
• Gunakan tekhnik pencegahan (masker) untuk
seluruh pasien TB yang dirawat.
• Saat menerima perawatan atau meninggalkan
ruangan, pasien harus mengenakan masker
untuk mencegah penularan.
• Ajarkan pasien untuk menutup mulut saat
batuk.
• Pasien dengan sekresi yang berlebihan atau
tidak kooperatif dengan isolasi pernapasan,
gaun dan sarung tangan mungkin diperlukan
oleh staf rumah sakit.
• Perawat harus selalu ingat untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien.
• Posisikan pasien dalam posisi Fowler atau
semi-Fowler, ajarkan batuk dan latihan napas
dalam.
• Demonstrasikan dan anjurkan pursed lip-
breathing saat ekspirasi, khususnya pasien
dengan fibrosis atau destruksi parenkim.
• Tingkatkan bedrest dan batasi aktivitas. Beri
bantuan perawatan diri sesuai kebutuhan.
• Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana menggunakan
metode perlindungan yang tepat untuk mencegah
infeksi atau reinfeksi.
• Pada kasus perawatan di rumah, keluarga mungkin
sudah terpapar sebelum diagnosis, jadi memakai
masker tidak diperlukan.
• Nasihatilah anggota keluarga bahwa mereka
membutuhkan tes TB untuk memastikan bahwa
mereka tidak mengidap TB.
• Ajarkan pasien tentang komplikasi TB, seperti
kekambuhan dan perdarahan, dan kebutuhan nutrisi
yang tepat.
• Terapi Obat :
– Because TB typically becomes resistant to any single-
drug therapy, patients generally receive a combination
of drugs.
– The most common combination of drugs prescribed is
INH, rifampin, pyrazinamide, and either ethambutol or
streptomycin.
– Some experts recommend up to 9 months of drug
therapy, whereas patients with drug-resistant strains
of TB may require as much as 18 months of treatment.
P N E U M O N I A
• Pneumonia merupakan peradangan jaringan
interstisial paru, cairan dan darah masuk ke
alveoli.
• Proses penyakit dimulai dengan infeksi di
ruang alveolar.
• Organisme penyebab berkembang biak di
ruang alveolar yang terisi cairan, sel darah
putih, debris seluler dari fagositosis agent
infeksi
Infeksi menyebar dari alveolus ke saluran napas distal
(bronkopneumonia), bagian dari lobus (pneumonia
lobular), atau keseluruhan paru-paru (pneumonia
lobar)
• Proses radang menyebabkan jaringan paru
menjadi kaku menyebabkan penurunan
compliance paru dan peningkatan usaha
pernapasan.
• Alveolus berisi cairan menyebabkan shunt
fisiologis dan darah vena melewati bagian yang
tidak terventilasi dari jaringan paru dan kembali
meninggalkan atrium tanpa oksigen.
• Saat tekanan oksigen arteri turun, pasien mulai
menunjukkan tanda dan gejala hipoksemia.
• Selain hipoksemia, pneumonia dapat
menyebabkan gagal napas dan syok septik.
• Infeksi dapat menyebar melalui aliran darah
dan menyebabkan endokarditis, perikarditis,
meningitis atau bakteremia.
Etiologi
• Pneumonia primer disebabkan oleh pasien yang
menghirup patogen seperti bakteri atau virus.
• Pneumonia bakteri, sering disebabkan oleh
staphylococcus, streptococcus, atau klebsiella, biasanya
terjadi ketika mekanisme pertahanan paru terganggu
oleh faktor seperti refleks batuk terganggu, penurunan
kerja silia, penurunan aktivitas sel fagositik, dan
akumulasi sekresi.
• Pneumonia viral terjadi ketika virus menyerang sel
epitel bronchiolar dan menyebabkan peradangan
interstisial dan deskuamasi, yang akhirnya menyebar ke
alveoli.
• Pneumonia sekunder terjadi akibat kerusakan
paru-paru yang disebabkan oleh penyebaran
bakteri dari infeksi di tempat lain di tubuh atau
oleh bahan kimia berbahaya.
• Pneumonia aspirasi disebabkan oleh pasien
menghirup benda asing seperti makanan atau
muntahan ke dalam bronkus.
• Faktor-faktor terkait dengan pneumonia aspirasi
termasuk usia lanjut, gangguan refleks muntah,
prosedur bedah, penyakit yang melemahkan, dan
penurunan tingkat kesadaran.
• Pneumonia yang didapat masyarakat disebabkan
oleh bakteri yang dibagi menjadi dua kelompok:
tipikal dan atipikal.
• Organisme yang menyebabkan pneumonia tipikal
termasuk Streptococcus pneumoniae
(pneumokokus) dan spesies Haemophilus serta
Staphylococcus.
• Organisme yang menyebabkan atipikal
pneumonia termasuk Legionella, Mycoplasma,
dan spesies Chlamydia.
Pengkajian
• Anamneses
– Pasien mungkin memiliki riwayat infeksi saluran
pernapasan atas atau influenza baru-baru ini
– Dapatkan riwayat penyakit paru kronis, seperti
asma, bronkitis, atau tuberkulosis; imobilitas
berkepanjangan; anemia sel sabit; gangguan
neurologis yang menyebabkan kelumpuhan dari
diafragma; pembedahan thorax atau abdomen;
merokok; alkoholisme; Terapi obat IV atau
penyalahgunaan obat; dan malnutrisi.
• Tanyakan riwayat terpapar gas berbahaya,
aspirasi, atau terapi imunosupresif.
• Tanyakan tentang gejala utama pneumonia:
batuk, demam, produksi sputum, nyeri dada, dan
sesak napas.
• Minta pasien untuk menggambarkan jenis batuk
dan sifat produksi sputum.
• Tentukan lokasi nyeri, terutama nyeri dada.
• Tanyakan tentang nyeri tenggorokan, menggigil,
muntah, diare, dan anoreksia.
• Pemeriksaan Fisik
– Observasi penampilan umum dan pola
pernapasan untuk menentukan tingkat kelelahan,
sianosis, dispnea atau takipnea.
– Kaji ekstremitas, badan dan wajah terhadap ruam.
– Kaji tanda-tanda vital : nadi cepat, demam dan
dapat terjaad hipotens postural.
– Palpasi dada untuk untuk menentukan area
konsolidasi atau taktil fremitus.
– Perkusi dada untuk menilai dullness diatas area
konsolidasi.
– Auskultasi pernapasan, dengarkan rales, ronchi
dan wheezing
• Pengkajian Psikososial
– Pasien mungkin cemas, fatig, dan nyeri akibat
batuk terus menerus.
– Kaji kemampuan pasien untuk mengatasi penyakit
mendadak yang melemahkan.
– Pasien mungkin cemas karena kesulitan bernapas.
• Peneriksaan Penunjang
Diagnosis Keperawatan
• Bersihan jalan napas tidak efektif
• OUTCOMES. Respiratory status: Gas exchange;
Respiratory status: Ventilation; Symptom control
behavior; Treatment behavior: Illness or injury;
Comfort level
• INTERVENTIONS. Airway management; Anxiety
reduction; Oxygen therapy; Airway suctioning;
Airway insertion and stabilization; Cough
enhancement; Mechanical ventilation; Positioning;
Respiratory monitoring
INTERVENSI
• Pastikan pasien batuk dan menggunakan
latihan napas dalam setidaknya setiap 2 jam.
• Anjurkan minum 3 L cairan setiap hari, kecuali
kontraindikasi.
• Jika itu pasien tidak dapat mengeluarkan
sputum, mungkin harus melakukan suction
nasotrakeal atau orotrakeal untuk menjaga
saluran udara terbuka.
• Tinggikan kepala tempat tidur 45 derajat untuk
membantu pasien mempertahankan saluran
napas terbuka, dan menemukan posisi yang
memudahkan bernapas.
• Libatkan pasien sebanyak mungkin dalam
pengambilan keputusan, dan bila mungkin,
sertakan keluarga dalam pendidikan kesehatan.
• Jelaskan semua prosedur, khususnya intubasi dan
suction. Ajarkan pentingnya istirahat yang cukup
dan nafas yang dalam serta batuk untuk
membersihkan sekret
• Terapi :
– Pasien memerlukan terapi oksigen, bahkan
intubasi dan ventilasi mekanis.
– Demam tinggi dapat diobati dengan antipiretik
atau hidrasi IV untuk mengganti kehilangan cairan.
– Percussion dan drainase postural dapat
membantu pasien dalam mengeluarkan sekret.
– Antibiotik
– Initial antibiotic: macrolides termasuk erythromycin,
azithromycin, roxithromycin dan clarithyromycin.
– Antibiotik lain: Penicillin G untuk streptococcal
pneumonia; nafcillin atau oxacillin untukr
staphylococcal pneumonia; aminoglycoside atau
cephalosporin untuk klebsiella pneumonia; penicillin
G atau clindamycin untuk pneumonia aspirasi
– Alternatif: amoxicillin dan clavulanate (Augmentin);
doxycycline; trimethoprim, sulfamethoxazole dan
levofloxacin
T N I I I
O S L T S
• Viral infection is the leading cause of
nasopharyngitis. Adenovirus is the most common
infecting agent, but other viruses include
enteroviruses, herpes virus, and Epstein-Barr
virus.
• A nonviral cause is Mycoplasma pneumoniae.
Bacterial causes include group A beta-hemolytic
streptococci (GABHS), Neisseria gonorrheae, and
Corynebacterium diphtheriae.
Pengkajian
• Anamneses
– Gejalanya utamanya adalah rhinorrhea
– Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang
mengalami infeksi pernapasan atas
– Infeksi bakteri terjadi mendadak tanpa rhinorrhea.
Umumnya, pasien mengalami demam, kelemahan,
nyeri tenggorokan, disfagia, mual,
ketidaknyamanan abdomen, dan muntah.
• Pemeriksaan Fisik
Microorganism Penampilan Tonsil Temuan lain
Epstein-Barr virus Exudate on tonsils, Diffuse adenopathy
petechiae on soft
palate
Adenovirus Exudate on tonsils Cervical adenopathy
Enterovirus Vesicles and sores on Vomiting, diarrhea,
tonsils rhinorrhea
Herpesvirus Tonsil ulcers Diffuse adenopathy
Bacteria Red tonsils and uvula, Anterior cervical
exudates on adenopathy, rash
tonsils
• PRIMARY NURSING DIAGNOSIS
– Pain related to inflammation and infection of the
throat and tonsils
• OUTCOMES. Comfort level; Pain control
behavior; Pain level; Symptom control
behavior;Symptom severity; Well-being
• INTERVENTIONS. Analgesic administration;
Coping enhancement; Oral health restoration;
Presence; Positioning, Touch
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

• Independen
– Anjurkan istirahat
– Berikan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan
sekresi dan mengganti kehilangan cairan akibat
peningkatan respirasi dan demam
– Oleskan salep di sekitar mulut dan bibir untuk
mengurangi iritasi dari sekresi dan pernapasan
melalui mulut
• Terapi :
– Tujuan pengobatan untuk infeksi virus adalah
memberikan perawatan suportif.
– Biasanya, demam dan nyeri tenggorokan dapat
dikelola dengan analgetik.
– Terapi antibiotik untuk infeksi bakteri.
– Biarkan pasien istirahat dan berikan intake cairan
yang cukup.
– Tonsilektomi dan adenoidektomi menurunkan insiden
selama masa kanak-kanak, meskipun mereka yang
tidak menjalani operasi juga mengalami penurunan
kejadian infeksi juga.

Anda mungkin juga menyukai