Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Etik dan Moral


Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos, yang berhubungan dengan pembuatan
keputusan, baik atau tidaknya suatu perbuatan (Bertens, 2001). Sedangkan etika keperawatan
adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik
keperawatan (Suhaemi, 2003)
Etik merupakan ketentuan atau perilaku (adat kebiasaan) yang diakui masyarakat dan
mempengaruhi perilaku mereka.
Moral adalah nilai nilai yang mengatur perilaku yang seharusnya, yang muncul dari hati
dan berkaitan dengan benar dan salah. Aristoteles memaparkan bahwa etika menentukan
filsafat moralJadi, moral merupakan penjabaran dari etika dan merupakan turunan daei etik.
Filsuf Yunani & Aristoteles (384-322SM) berpendapat bahwa etika menentukan filsafat
moral. Aristoteles berpandangan bahwa ia percaya segala sesuatu mempunyai tujuan, selaras
dengan Plato, berdasarkan kepada pergerakan keinginan manusia untuk mencapai fase
eudomania ( kebahagiaan atau kesejahteraan) melalui pengembangsn kecerdasan dan
karakter moral yang berlaku.
Socrates (Bapak Filsuf Moral) mengemukakan pendapatnya terkait dasar pemikiran moral
berkembang di Athena (pandangan dianggap dependen dan tidak sesuai dengan pandangan
penguasa kerajaan saat itu). Sedangkan Plato (muridnya Socrates) memiliki pandangan 3
soul (jiwa), yakni faculty of reason yang berhungan dengan pemikiran dan kebijaksanaan
seseorang; Faculty of appetite: ekspresi keinginan, dan Faculty of spirit: ekspresi cinta dan
kehidupan abadi
Jadi, Etik dan moral dapat diterapkan dalam semua disiplin ilmu dan dalam kondisi apapun,
karena setiap tindakan harus berlandaskan etik dan moral yang dianut.
Dalam menghadapi masalah etik, perawat dituntut memiliki keterampilan dan kemampuan
mengambil keputusan etis dengan hati-hati (Staunton, 2003). Perawat dapat membuat
keputusan dengan mempertimbangankan hukum yang ada, baik hukum atas hak pasien
maupun terkait peraturan di instansi tempat bekerja. Selain itu perawat
harus mempertimbangkan aspek lain seperti budaya dan keyakinan yang dimiliki pasien. Etik
yang baik berdasar pada data yang baik (Kirby, dalam Staunton 2003). Perawat harus
mengembangkan kemampuan melaksanakan fungsi dan peran sebagai perantara moral dan
sebagai partisipan dalam mengambil keputusan terkait etik (Utami, 2016). Model yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan etik (Kerridge, dalam Staunton 2003), yaitu:

B. Caring Ethic
Caring ethics adalah perilaku dan tanggungjawab moral yang harus dilakukan untuk
merawat, melindungi, memperhatikan, memberikan dukungan pada pasien yang terdiri dari
individu, keluarga, masyarakat dan juga diterapkan di bidang pendidikan, pelayanan/praktik,
dan penelitian.

Lima elemen caring ethics:


Elemen Keterangan
Moral Pada segala situasi perawat harus mampu menerapkan atau
attention memperhatikan moral. Kebutuhan ini yang dapat dan mampu diberikan
oleh pemberi asuhan dalam rangka memberikan asuhan yang holistik.
Sympathetic Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan mampu menempatkan
understanding dirinya seolah perawat tersebut berada di kondisi pasien untuk dapat
memahami perasaan dan ekspresi pasien dalam menghadapi kondisi atau
peristiwa yang dialaminya.
Relationship Hubungan terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu hubungan antar sesama
awareness manusia, hubungan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan, dan
hubungan antara profesional dan klien. Ketiga hubungan ini dapat terjadi
kapanpun sehingga perawat harus mampu menempatkan diri pada
hubungan mana yang sesuai dengan kontek saat itu.
Accomodation Pada saat perawat memberikan asuhan harus memperhatikan dan
mengikutsertakan orang-orang yang terlibat atau berada di sekitar klien,
terutama orang yang sangat berpengaruh pada klien. Hal ini berdasarkan
pada asumsi bahwa dari suatu hubungan akan melibatkan hubungan lain,
terutama pada suatu budaya dimana klien bukan pengambil keputasan
secara mandiri.
Response Respon merupakan wujud akhir dari adanya perhatian, saling memahami,
dan suatu hubungan. Perawat dapat melakukan asuhan berdasarkan apa
yang pasien butuhkan, apa yang pasien sampaikan, dan apa yang pasien
harapkan

Tokoh-tokoh caring ethics:


Tokoh Prespektif
Carol Carol Gilligan memiliki prespetif caring ethics sebagai aspek relasi yang
Gilligan erat kaitannya dengan sisi feminis dan lebih kearah pemenuhan tanggung
jawab dan kepedulian
John Tronto Kepedulian dipandang sebagai aktivitas yang dilakukan untuk
mempertahankan, melanjutkan dan memperbaiki dunia (tubuh kita sendiri
dan lingkungan) sehingga kita dapat hidup di dalamnya sebaik mungkin.
Tahap caring dibagi menjadi Caring about; hal ini mencakup kekhawatiran
terhadap seseorang/sesuatu, Taking care of; mengambil tanggung jawab
untuk merawat seseorang, Care giving; memberikan perawatan langsung
kepada seseorang, dan Cara receiving; tahap akhir ini berfokus pada
penerima perawatan
Chris Keperawatan dianggap sebagai praktik moral dengan tiga komponen utama
Gastmans yaitu hubungan kepedulian, perilaku peduli, dan perawatan yang baik,
dimana hal tersebut akan menciptakan hubungan kepedulian, integrasi
kebaikan dan aktivitas ahli serta perawatan yang baik sebagai tujuan
praktik keperawatan
Held Etika kepedulian menawarkan pendekatan komitmen moral untuk
merawat, melindungi, menyembuhkan, memberi dukungan sekaligus
menjadi tata sosial yang adil.
Watson Caring ethics bergantung pada kualitas interpersonal dan transpersonal
yang meliputi empati, keselarasan dan kehangatan. Hubungan
transpersonal merupakan hubungan individu yang menyatu dengan
individu lainnya.

Menurut Narruhn & Schellenberg (2012), penerapan caring ethics yang baik akan berdampak
baik pula pada klien, sehingga klien akan mendapatkan asuhan keperawatan sesuai dengan
apa yang harusnya diberikan dan sesuai dengan kulturnya. Selain itu, bagi perawat penerapan
caring ethics akan membantu perawat memperoleh pemahaman konstektual, meningkatkan
hubungan dengan klien, dan meningkatkan rasa saling percaya dengan klien sehingga akan
mempercepat proses penyembuhan klien karena telah tercipta hubungan terapeutik.
Mengapa etik kepedulian ini dibutuhkan (yang mendasari munculnya etik kepedulian):
- Caring ethic muncul karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendri, memiliki rasa ingin diperhatikan dan rasa saling membutuhkan antar
saling individu.
- Adanya welas asih sebagai sikap dan tindakan krn adanya pengalaman menolong sesama
dan ada rasa menyesal apabila tidak menolong seseorang. Adanya naluri menolong
sesama.
Memliki sikap caring ethics (Potter dan Perry, 2013)
 Memberikan kehadiran, dimana sesorang bertemu dengan orang lain dan mendekat untuk
menunjukkan kehadiran
 Sentuhan
 Mendengarkan
 Mengetahui kondisi pasien
 Peduli akan spiritual pasien
 Membebaskan dari nyeri dan kesakitan (rasa sakit)
 Memperhatikan kepedulian keluarga
Penerapan ethics caring di pendidikan, pelayanan, dan riset berkaitan dengan hubungan
interpersonal dan transpersonal.
Pendidikan
Pendidikan sebagai pusat membentuk dan membudayakan caring. Caring yang dimaksud
seorang pengajar/pendidik tidak harus memaksakan metode untuk mencapai tujuannya tetapi
harus mendiskusikan metode dengan murid untuk mencapai tujuan tersebut. Selama di
pendidikan, terjadi pembentukkan karakter. Pembentukkan karakter yang dimaksud berupa
soft skill di antaranya komitmen, kejujuran, disiplin, kepedulian.

Pelayanan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat memperhatikan aspek manusia sebagai
bagian yang holistik (biopsikososiospiritual). Perawat dituntut untuk memiliki sikap caring
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Salah satu contoh perawat bersikap
caring adalah dengan tidak merugikan pasien. Dalam melakukan tindakan keperawatan,
perawat mencegah terjadinya penyebaran infeksi ke pasien, sehingga perawat perlu
melindungi diri dengan menggunakan APD. Dalam memberikan perawatan, perawat tidak
hanya dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual yang baik namun perlu memiliki sikap
caring kepada pasien yang menjadi sasaran dalam pemberian asuhannya.
Riset
Uji etik disetiap penelitian dilakukan agar dapat mengetahui keuntungan untuk responden,
untuk memperoleh inform consent, tidak merugikan dan untuk menentukan apakah pantas
penelitian tersebut dilakukan.

C. Perawat sebagai Profesi


Profesi secara etiomologi berasal dari bahasa latin profecus, yang berarti mengakui ,
adanya pengakuan , menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan pekerjaan. Profesi
merupakan Pekerjaan terarah berdasarkan ilmu yang dikembangkan secara teori sistematis
dalam menjawab tantangan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan berbasis bukti,
memiliki kodek etik dengan tujuan utama menigkatkan mutu pelayanan.

Keperawatan berdasarkn Undang-undang : Undang-undang no 38 tahun 2014


menjelaskan tentang keperawatan. Dimana keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Sementara itu perawat didefinisikan sebagai seseorang yang telah lulus pendidikan
tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Asuhan professional yang diberikan
kepada seluruh lapisan masyarakat baik sehat maupun sakit yang berfokus pada bio-psiko-
sosio-spiritual .

Berdasarkan uu no 38 tahun 2014 yang disebut sebagai perawat adalah Perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.
Perawat terdiri atas perawat profesi dan perawat vokasi, perawat profesi sebagaimana
dimaksud terdiri atas ners dan ners spesialis. Pendidikan vokasi sebagaiman dimaksud
merupakan diploma tiga keperawatan. Pendidikan viokasi yang paling rendah adalah
program diploma keperawatan. Pendidikan kakademik sebagai dimaksud terdiri atas program
sarjana keperawatan. Program magister keperawatan, program doctor keperawatan.
Pendidikan profesi terdiri ataas program profesi keperawatan dan program spesialis
keperawatan.

Perawat sebagai profesi memiliki cirri-ciri :

1. Mempunyai body of knowledge yang berbatas tegas.


2. Pendidkan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi.
3. Memberi pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang keprofesian.
4. Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian,
5. Pemberlakuan kode etik keperawatan.
6. Motivasi bersiafat altruisitk.

Dimensi keperawatan merrupakan dimensi ilmu, etik, hukum, dan kualitas pelayanan.
Profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut 7 elemen yang memiliki dasar ilmu yang kuat,
berorientasi pada pelayanan, mempunyai otoritas, memiliki kode etik, mempunyai organisasi
profesi, melakukan penelitian secara terus menerus serta memiliki otonomi, tanggung jawab
dan tanggung gugat. Perawat berperan sebagai control social menciptakan perubahan ke
arah yang lebih sehat. Perawat sebagai kontrol social kepada masyarakat

Bagaimana cara perawat memberikan kontrol sosial?

Kontrol sosial dilakukan ketika masyarakat menunjukkan perilaku yang beresiko


menganggu kesehatan dan sudah terganggu kesehatannya. Perawat melakukan control social
diseluruh aspek kehidupan bio-psiko-sosio-spiritual. Perawat dan dalam praktiknya harus
menjaga etika profesi dapat tetap terlaksana sesuai dengan aturan, yang bertujuan
meningkatan mutu pelayanan. Sebagai profesi perawat mempunyai tanggung jawab dalam
meberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga Kontrol social dilakukan dengan cara
pembaharuan ilmu yang terus menerus meliputi lima area yang terkait dengan kesehatan
antara lain : (1) peningkatan kesehtan, (2) pencegahan penyakit, (3) pemeliharaan kesehatan,
(4) pemulihan kesehatan, dan (5) perawatan pasien menjelang ajal.
Peningkatan kesehatan adalah kerangka aktivitas keperawatan. Kesadaran klien, kesadaran
kesehatan keterampilan kesehatan dan penggunaan sumber yang dipertimbangkan sebagai
perawatan yang diberikan oleh perawat. Peningkatan kesehatan membantu masyarakat dalam
mengembangkan sumber untuk memelihara/meningkatkan kesehatan. Peran perawat dalam
upaya mengkatkan kesehatan meliputi :
1. Bertindak sebagai model peran dalam perilaku serta gaya hidup sehat.
2. Mengajarkan klien dalam usaha meningkatkan kesehatan; perbaikan gizi,pengendalian
stress.
3. Memengaruhi klien untuk meningkatkan derajat kesehatan.
4. Menunjukkan klien cara pemecahan masalah yang tepat dan mengambil keputusan yang
efektif.
5. Menguatkan perilaku peningkatan kesehatan pribadi, keluarga.
Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yang membantu klien memlihara status kesehatan
mereka.
1. Megidentifikasi gejala penyakit kroni sebelum penderita mengidapnya misalnya
pemeriksaan fisik secara teratur untuk usia diuatas 35 tahun.
2. Meningkatkan ketertarikan terhadap masalah kesehatan sehubungan dengan perubahan
struktur social masyakarat.
3. Ketertarikan pada faktor lingkungan berhubungan dengan penyebab penyakit karena
stress[ CITATION Kus041 \l 1033 ]

D. Kode Etik
Setiap tenaga keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam memberikan
asuhan keperawatan dan menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Profesionalisme
tenaga keperawatan dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan
disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi.
Sub komite etik dan disiplin profesi bertujuan :
1. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam memberikan asuhan
keperawatan
2. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan yang tidak
professional
3. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan

Tugas sub komite etik dan disiplin profesi :


1. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan
2. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
3. Melakukan penegakkan disiplin profesi keperawatan
4. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran etik dan masalah-
masalah etik dalam kehidupan profesidan asuhan keperawatan
5. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan atau surat penugasan klinis
(clinical appointment)
6. Memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis dalam asuhan
keperawatan

Kewenangan dari sub komite etik dan disiplin :


Sub komite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul
rekomendasi pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu, memberikan
rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis(delineation of clinical
privilege), serta memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Mekanisme kerja:
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin di dalam
rumah sakit
2) Melakukan telaah atas laporan yang terjadi pelanggaran etik dan disiplin profesi
b. Membuat keputusan, pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan
dengan melibatkan panitia Adhoc
c. Melakukan tindak lanjut berupa :
1) Pelanggaran etik di rekomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan di
rumah sakit melalui ketua komite keperawatan
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur keperawatan melalui
ketua komite keperawatan
3) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua komite
keperawatan untuk diteruskan kepada direktur rumah sakit
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan, meliputi :
1) Pembinaan ini dilakukan terus menerus melekat dalam pelaksanaan praktik
keperawatan sehari-hari
2) Menyusun program pembinaan , mencakup jadwal, materi/topik dan metode serta
evaluasi
3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, “coaching”,
simposium, “bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan lain-lain disesuaikan
dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia
e. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada Ketua Komite
Keperawatan
Berdasarkan Pedoman penyelesaian sengketa etik keperawatan yang di susun oleh
dewan pengurus pusat persatuan nasional indonesia tahun 2017, jika terjadi masalah dan
sengketa etik maka diselesaikan oleh MKEK (Majelis Kehormatan Etik Keperawatan) Pusat
yang berkoordinasi dengan MKEK Provinsi dan DPP PPNI.
Sengketa yang dimaksud adalah:
1. Sengketa antara perawat dengan pihak klien atau keluarganya adalah ketidaksepahaman atau
perbedaan pendapat antara pihak perawat dengan pihak klien atau keluarga (keduanya
disebut para pihak) di dalam atau paska hubungan perawat-klien yang berwujud
diadukannya perawat tersebut kepada PPNI, MKEK atau dan peradilan lainnya.
2. Sengketa profesi adalah ketidaksepahaman atau perbedaan pendapat antara pihak perawat
dengan perawat lainnya atau profesi kesehatan lainnya (keduanya disebut para pihak) di
dalam atau paska hubungan perawat-perawat atau perawat-profesi lainnya yang berwujud
diadukannya perawat tersebut kepada PPNI, MKEK atau dan peradilan lainnya.

Adapun Pembentukan dan Tugas Pokok MKEK adalah:


Pembentukan dan Kedudukan:
1. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat dibentuk oleh DPP PPNI.
2. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan berkedudukan di Pusat dan membentuk perwakilan
di tingkat Provinsi
3. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat bertanggung jawab kepada DPP PPNI.

Tugas Pokok:
1. Membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan Kode Etik Keperawatan.
2. Membuat pedoman penerapan etik dalam pemberian pelayanan keperawatan dan pedoman
penyelesaian sengketa etik dalam pelayanan keperawatan.
Kode Etik Keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai
etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab
dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973)
a) Tanggung jawab utama perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya
penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan
tanggung jawab utama tersebut perawat harus meyakini bahwa :
 Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama
 Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan
yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
 Dalam melaksanakan pelayanan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.
b) Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
c) Perawat dan Pelaksanaan Praktek Keperawatan
Perawat memegan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktek
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan.
d) Perawat dan Lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsasi pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat
berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang
terjadi dimasyarakat.
e) Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja. Baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan
menjamin seseorang, bila pada masa perawatannya merasa terancam.
f) Perawat dan Profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek
keperawatan dan pindidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuandalam menopang pelaksanaan perawatan secara professional.
Kode etik keperawatan menurut ANA
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association adalah sebagai berikut :
a) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau
ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatan.
b) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat
rahasia.
c) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal.
d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.
e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
f) Perawat melaksanakan pertimbangan ayng beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualitafikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung
jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g) Perawat turut serta bertivitas dalam membantu pengembngan pengetahuan profesi
h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.
i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja
yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.
j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi
dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
k) Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik.
Kode etik keperawatan menurut PPNI
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat PPNI melalui
Musyawarah Nasional PPNI VI tahun 2000, mengatur tentang (dalam buku DPP PPNI tahun
2016):
Perawat dan klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur,jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku
Perawat dan Praktek
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar
terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku professional
Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat
Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memlihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasan lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayan kesehatan secara menyeluruh
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal
Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi
Etik memeiliki empat prinsip dasar, yakni autonomy, beneficence, nonmalefience, dan justice,
namun seiring berjalannya waktu prisisp dasar ini dikembangkan hingga menghasilkan
prinsip lain, yaitu:

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
h. Privacy
Pada dasarnya privacy memiliki makna yang hampir sama dengan confidentiality yakni
menjaga agar hal-hal yang berhubungan dengan pasien tidak diketahui oleh orang lain.
Prinsip ini mengarah kepada perlindungan terhadap harga diri pasien. Dalam
penerapannya, prinsip privacy dan confidentiality berjalan berdampingan dan
berkesinambungan.
i. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

E. Keputusan etik dan Standar Keperawatan


1) Keputusan Etik
Menurut Jones (1991, p.367) mendefinisikan keputusan etis sebagai satu,
“menjadi baik secara hukum dan secara moral dapat diterima oleh komunitas yang lebih
besar” berdasarkan prinsip etika dan moral.
Keputusan Etik dalam keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah
dalam keperawatan dengan implikasi moral dari tindakan tersebut dengan
memperhatikan prinsip-prinsip etik dan akan berdampak besar pada kehidupan orang
lain (Mendri & Prayogi, 2017).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sering kali perawat menemukan
permasalahan-permasalahan dalam mengambil keputusan etik. Ini sudah sejak dulu
terjadi seperti dalam melakukan aborsi pada ibu hamil, pemberian lovenox, pulang paksa
pasien dalam kondisi yang belum baik dan baru-baru ini adalah pemberian imunisasi
rubella. Beberapa permasalahan tersebut bukan karena bisa atau tidaknya masalah itu
diselesaikan tapi ada yang hal lebih penting menyangkut prinsip etik dan moral,
sehingga permalasalahan ini menjadi suatu dilema bagi perawat.
Hal ini yang membuat permasalahan pengambilan keputusan etik ini menjadi
sangat penting, sehingga kapanpun perawat menemukan permasalahan yang bersifat
dilema bagi perawat didalam melaksanakan asuhan keperawatan, baik dengan pasien,
rekan kerja, profesi lainnya dan masyarakat yang berhubungan erat dengan keputusan
tersebut, perlu adanya keputusan etik yang jelas baik secara tahap penyelesaiannya
maupun kemanfaatan dari keputusan tersebut (Mendri & Prayogi, 2017).
Beberapa teori model pengambilan keputusan etik dalam keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Teori Simponologi oleh Jems H. Husted dan Gladys L. Husted (2007) dalam Mendri
& Prayogi (2017), yaitu simponologi didasarkan pada kesepakatan rasional antara
semua makhluk hidup dalam hal ini antara perawat dan pasien. Kesepakatan ini
harus mengacu pada standar bioetika atau prinsip etik kesetiaan, kemanfaatan,
kejujuran, ketegasan dan otonomi. Secara spesifik, simfonologi didefinisikan sebagai
etika berbasis praktik yang berpusat pada pasien.
2. Worfi : dalam mengambil keputusan melalui beberapa tahapan mulai dari identifikasi
masalah kesehatan dan etik, siapa yang mengambil keputusan, peran perawat,
alternativ apa saja
3. Rest’s (1986) pengakuan masalah moral/etika, penilaian terhadap beberapa kriteria
etis, bobot pentingnya komponen etis dari keputusan diatas, bertindak berdasarkan
prinsip – prinsip etika dan moral.
4. Aiken (2004) : mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, tentukan
dilema yang dihadapi, mempertimbangkan pilihan tindakan, menganalisa keuntungan
dan kerugian setiap pilihan, membuat keputusan
5. Thomphson (2006): Define the problems, ethical review, consider the options,
investigates outcomes, decide on action evaluate results.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada model yang lebih
baik antara satu dengan yang lain, namun dalam pengambilan keputusan ini tergantung
seperti apa dilema keperawatan yang dihadapi, bahkan bisa juga dengan cara
menggabungkan beberapa model tersebut.
Dalam mengambil keputusan etik dalam keperawatan juga terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi diantaranya faktor agama dan istiadat, faktor sosial, faktor ilmu
pengetahuan, faktor legalisasi dan keputusan yuridis, faktor dana/keuangan, dan faktor
pekerjaan(Mendri & Prayogi, 2017), jadi dalam mengambil keputusan etik selain
memperhatikan tahapan-tahapan yang sudah dijelaskan dalam teori-teori model diatas
juga harus memperhatikan faktor-faktor yang akan sangat berpengaruh besar terhadap
pengambilan keputusan tersebut.
Seperti contoh suku/saksi-saksi Yehuwa tidak tidak mau menerima transfusi darah
karena ini soal kepercayaan agama mereka, bukan soal medis. Agama mereka yang
memerintahkan mereka untuk tidak menggunakan darah yang merupakan lambang
kehidupan (JW.ORG, 2018).
Suatu hal yang membanggakan berdasarakan hasil survei yang dirilis oleh
Organisasi Gallup tahun 2017 bahwa untuk profesi yang paling jujur dan beretika adalah
perawat sebagai profesi teratas untuk tahun ke-16 (American Society of registered Nurse,
2018). Semoga hasil ini menjadi pemacu kita sebagai perawat Indonesia khususnya untuk
dapat berubah menjadi lebih baik dan membuktikan bahwa profesi perawat itu mampu
menjadi profesi yang terbaik, baik dalam memberikan pelayanan, maunpun dalam
mengambil keputusan etik yang selalu memperhatikan prinsip-prinsip etik, tahapan-
tahapan pengambilan keputusan yang jelas, dan memperhatikan faktor-faktor seperti
agama, adat istiadat dan lain-lain, yang pasti akan membuat kesan mendalam bagi pasien
dan masyarakat pada umumnya.

2) Standar Keperawatan
Etika dan moral yang telah dibahas sebelumnya memiliki hubungan erat terhadap
adanya standar karena etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar
dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berperilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak - hak manusia (BPPSDM Kemenkes RI, 2016).
Standar keperawatan merupakan acuan bagi perawat dalam melaksanakan
asuhankeperawatan, sehingga dapat menjamin kualitas pelayanan dan konsisten terhadap
tindakan yang dilakukan. Dengan mengikuti standar, perawat dapat terhindar dari
kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan, karena standar paling efektif dalam
mempertanggung jawabkan pekerjaan (Schweiger, 1980 dalam Misdistry, 2017).
Setiap tenaga profesional harus memiliki standar dalam melaksanakan praktik,
termasuk dalam hal ini perawat yang merupakan tenaga professional, Standar praktik
keperawatan juga selain sebagai acuan bagi perawat, juga merupakan komitmen profesi
keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik keperawatan (PPNI, 2005).
Praktikkeperawatana adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan adalah proses pengkajian, diagnosa,
(SDKI) intervensi, implementasi (SIKI), evaluasi (SLKI), dan dokumentasi (DPP PPNI,
2017).
Standar praktik keperawatan dirumuskan dan ditetapkan oleh Organisasiprofesi
(PPNI) DPP (pusat), DPW (wilayah/provinsi), DPD (kabupatenkota), DPK
(komisariat/masing-masing institusi) (DPP PPNI, 2015). Terkait masalah yang timbul
dari adanya ketdikpatuhan terhadap standar keperawatan, penyelesaian masalahnya juga
secara sistematis, misalnya masalah ditemukan di institusi kesehatan seperti RS
penyelesaian masalanya mulai dari DPK pada instsnsi tersebut, kalau belum selesai ke
DPD area instansi tersebut, terus selanjutnya kalau belum terselesaikan ke DPP PPNI.
Dapat disimpulkan bahwa kapanpun perawat melaksanakan asuhan keperawatan, baik di
instansi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain, perawat harus melkukan tindakan
keperawatan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang harus menjadi perhatian perawat mengenai standar keperawatan
adalah sebagai berikut :

1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik terhadap kerja
mereka
2. Praktek profesional di dasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional yang kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terika toleh kode etik
5. Profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Profesi mengatur dirinya sendiri

Dua katagori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar asuhan
(standar of care) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang akan diterima
oleh pasien, dan standard praktek. (standar of practice) atau harapan terhadap kinerja
perawat dalam memberikan standart asuhan.
Dari penjabaran teori diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus sesuai standar keperawatan yang telah
ditetapkan sebagai acuan, sehingga dengan mengikuti standar, perawat dapat terhindar
dari kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan dan masyarakat juga dapat
terlindungi terhadap praktik keperawatan. Standar juga menjadi pedoman tanggung
jawab dan tanggung gugat oleh perawat dalam melaksanakan asuhan kperawatan.

Anda mungkin juga menyukai