TINJAUAN PUSTAKA
B. Caring Ethic
Caring ethics adalah perilaku dan tanggungjawab moral yang harus dilakukan untuk
merawat, melindungi, memperhatikan, memberikan dukungan pada pasien yang terdiri dari
individu, keluarga, masyarakat dan juga diterapkan di bidang pendidikan, pelayanan/praktik,
dan penelitian.
Menurut Narruhn & Schellenberg (2012), penerapan caring ethics yang baik akan berdampak
baik pula pada klien, sehingga klien akan mendapatkan asuhan keperawatan sesuai dengan
apa yang harusnya diberikan dan sesuai dengan kulturnya. Selain itu, bagi perawat penerapan
caring ethics akan membantu perawat memperoleh pemahaman konstektual, meningkatkan
hubungan dengan klien, dan meningkatkan rasa saling percaya dengan klien sehingga akan
mempercepat proses penyembuhan klien karena telah tercipta hubungan terapeutik.
Mengapa etik kepedulian ini dibutuhkan (yang mendasari munculnya etik kepedulian):
- Caring ethic muncul karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendri, memiliki rasa ingin diperhatikan dan rasa saling membutuhkan antar
saling individu.
- Adanya welas asih sebagai sikap dan tindakan krn adanya pengalaman menolong sesama
dan ada rasa menyesal apabila tidak menolong seseorang. Adanya naluri menolong
sesama.
Memliki sikap caring ethics (Potter dan Perry, 2013)
Memberikan kehadiran, dimana sesorang bertemu dengan orang lain dan mendekat untuk
menunjukkan kehadiran
Sentuhan
Mendengarkan
Mengetahui kondisi pasien
Peduli akan spiritual pasien
Membebaskan dari nyeri dan kesakitan (rasa sakit)
Memperhatikan kepedulian keluarga
Penerapan ethics caring di pendidikan, pelayanan, dan riset berkaitan dengan hubungan
interpersonal dan transpersonal.
Pendidikan
Pendidikan sebagai pusat membentuk dan membudayakan caring. Caring yang dimaksud
seorang pengajar/pendidik tidak harus memaksakan metode untuk mencapai tujuannya tetapi
harus mendiskusikan metode dengan murid untuk mencapai tujuan tersebut. Selama di
pendidikan, terjadi pembentukkan karakter. Pembentukkan karakter yang dimaksud berupa
soft skill di antaranya komitmen, kejujuran, disiplin, kepedulian.
Pelayanan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat memperhatikan aspek manusia sebagai
bagian yang holistik (biopsikososiospiritual). Perawat dituntut untuk memiliki sikap caring
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Salah satu contoh perawat bersikap
caring adalah dengan tidak merugikan pasien. Dalam melakukan tindakan keperawatan,
perawat mencegah terjadinya penyebaran infeksi ke pasien, sehingga perawat perlu
melindungi diri dengan menggunakan APD. Dalam memberikan perawatan, perawat tidak
hanya dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual yang baik namun perlu memiliki sikap
caring kepada pasien yang menjadi sasaran dalam pemberian asuhannya.
Riset
Uji etik disetiap penelitian dilakukan agar dapat mengetahui keuntungan untuk responden,
untuk memperoleh inform consent, tidak merugikan dan untuk menentukan apakah pantas
penelitian tersebut dilakukan.
Berdasarkan uu no 38 tahun 2014 yang disebut sebagai perawat adalah Perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.
Perawat terdiri atas perawat profesi dan perawat vokasi, perawat profesi sebagaimana
dimaksud terdiri atas ners dan ners spesialis. Pendidikan vokasi sebagaiman dimaksud
merupakan diploma tiga keperawatan. Pendidikan viokasi yang paling rendah adalah
program diploma keperawatan. Pendidikan kakademik sebagai dimaksud terdiri atas program
sarjana keperawatan. Program magister keperawatan, program doctor keperawatan.
Pendidikan profesi terdiri ataas program profesi keperawatan dan program spesialis
keperawatan.
Dimensi keperawatan merrupakan dimensi ilmu, etik, hukum, dan kualitas pelayanan.
Profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut 7 elemen yang memiliki dasar ilmu yang kuat,
berorientasi pada pelayanan, mempunyai otoritas, memiliki kode etik, mempunyai organisasi
profesi, melakukan penelitian secara terus menerus serta memiliki otonomi, tanggung jawab
dan tanggung gugat. Perawat berperan sebagai control social menciptakan perubahan ke
arah yang lebih sehat. Perawat sebagai kontrol social kepada masyarakat
D. Kode Etik
Setiap tenaga keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam memberikan
asuhan keperawatan dan menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Profesionalisme
tenaga keperawatan dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan
disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi.
Sub komite etik dan disiplin profesi bertujuan :
1. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam memberikan asuhan
keperawatan
2. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan yang tidak
professional
3. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
Mekanisme kerja:
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin di dalam
rumah sakit
2) Melakukan telaah atas laporan yang terjadi pelanggaran etik dan disiplin profesi
b. Membuat keputusan, pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan
dengan melibatkan panitia Adhoc
c. Melakukan tindak lanjut berupa :
1) Pelanggaran etik di rekomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan di
rumah sakit melalui ketua komite keperawatan
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur keperawatan melalui
ketua komite keperawatan
3) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua komite
keperawatan untuk diteruskan kepada direktur rumah sakit
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan, meliputi :
1) Pembinaan ini dilakukan terus menerus melekat dalam pelaksanaan praktik
keperawatan sehari-hari
2) Menyusun program pembinaan , mencakup jadwal, materi/topik dan metode serta
evaluasi
3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, “coaching”,
simposium, “bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan lain-lain disesuaikan
dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia
e. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada Ketua Komite
Keperawatan
Berdasarkan Pedoman penyelesaian sengketa etik keperawatan yang di susun oleh
dewan pengurus pusat persatuan nasional indonesia tahun 2017, jika terjadi masalah dan
sengketa etik maka diselesaikan oleh MKEK (Majelis Kehormatan Etik Keperawatan) Pusat
yang berkoordinasi dengan MKEK Provinsi dan DPP PPNI.
Sengketa yang dimaksud adalah:
1. Sengketa antara perawat dengan pihak klien atau keluarganya adalah ketidaksepahaman atau
perbedaan pendapat antara pihak perawat dengan pihak klien atau keluarga (keduanya
disebut para pihak) di dalam atau paska hubungan perawat-klien yang berwujud
diadukannya perawat tersebut kepada PPNI, MKEK atau dan peradilan lainnya.
2. Sengketa profesi adalah ketidaksepahaman atau perbedaan pendapat antara pihak perawat
dengan perawat lainnya atau profesi kesehatan lainnya (keduanya disebut para pihak) di
dalam atau paska hubungan perawat-perawat atau perawat-profesi lainnya yang berwujud
diadukannya perawat tersebut kepada PPNI, MKEK atau dan peradilan lainnya.
Tugas Pokok:
1. Membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan Kode Etik Keperawatan.
2. Membuat pedoman penerapan etik dalam pemberian pelayanan keperawatan dan pedoman
penyelesaian sengketa etik dalam pelayanan keperawatan.
Kode Etik Keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai
etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab
dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973)
a) Tanggung jawab utama perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya
penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan
tanggung jawab utama tersebut perawat harus meyakini bahwa :
Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama
Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan
yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
Dalam melaksanakan pelayanan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.
b) Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
c) Perawat dan Pelaksanaan Praktek Keperawatan
Perawat memegan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktek
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan.
d) Perawat dan Lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsasi pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat
berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang
terjadi dimasyarakat.
e) Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja. Baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan
menjamin seseorang, bila pada masa perawatannya merasa terancam.
f) Perawat dan Profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek
keperawatan dan pindidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuandalam menopang pelaksanaan perawatan secara professional.
Kode etik keperawatan menurut ANA
Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association adalah sebagai berikut :
a) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau
ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatan.
b) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat
rahasia.
c) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal.
d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.
e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.
f) Perawat melaksanakan pertimbangan ayng beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualitafikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung
jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g) Perawat turut serta bertivitas dalam membantu pengembngan pengetahuan profesi
h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.
i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja
yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.
j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi
dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
k) Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik.
Kode etik keperawatan menurut PPNI
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat PPNI melalui
Musyawarah Nasional PPNI VI tahun 2000, mengatur tentang (dalam buku DPP PPNI tahun
2016):
Perawat dan klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur,jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku
Perawat dan Praktek
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar
terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku professional
Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat
Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memlihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasan lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayan kesehatan secara menyeluruh
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal
Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi
Etik memeiliki empat prinsip dasar, yakni autonomy, beneficence, nonmalefience, dan justice,
namun seiring berjalannya waktu prisisp dasar ini dikembangkan hingga menghasilkan
prinsip lain, yaitu:
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada model yang lebih
baik antara satu dengan yang lain, namun dalam pengambilan keputusan ini tergantung
seperti apa dilema keperawatan yang dihadapi, bahkan bisa juga dengan cara
menggabungkan beberapa model tersebut.
Dalam mengambil keputusan etik dalam keperawatan juga terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi diantaranya faktor agama dan istiadat, faktor sosial, faktor ilmu
pengetahuan, faktor legalisasi dan keputusan yuridis, faktor dana/keuangan, dan faktor
pekerjaan(Mendri & Prayogi, 2017), jadi dalam mengambil keputusan etik selain
memperhatikan tahapan-tahapan yang sudah dijelaskan dalam teori-teori model diatas
juga harus memperhatikan faktor-faktor yang akan sangat berpengaruh besar terhadap
pengambilan keputusan tersebut.
Seperti contoh suku/saksi-saksi Yehuwa tidak tidak mau menerima transfusi darah
karena ini soal kepercayaan agama mereka, bukan soal medis. Agama mereka yang
memerintahkan mereka untuk tidak menggunakan darah yang merupakan lambang
kehidupan (JW.ORG, 2018).
Suatu hal yang membanggakan berdasarakan hasil survei yang dirilis oleh
Organisasi Gallup tahun 2017 bahwa untuk profesi yang paling jujur dan beretika adalah
perawat sebagai profesi teratas untuk tahun ke-16 (American Society of registered Nurse,
2018). Semoga hasil ini menjadi pemacu kita sebagai perawat Indonesia khususnya untuk
dapat berubah menjadi lebih baik dan membuktikan bahwa profesi perawat itu mampu
menjadi profesi yang terbaik, baik dalam memberikan pelayanan, maunpun dalam
mengambil keputusan etik yang selalu memperhatikan prinsip-prinsip etik, tahapan-
tahapan pengambilan keputusan yang jelas, dan memperhatikan faktor-faktor seperti
agama, adat istiadat dan lain-lain, yang pasti akan membuat kesan mendalam bagi pasien
dan masyarakat pada umumnya.
2) Standar Keperawatan
Etika dan moral yang telah dibahas sebelumnya memiliki hubungan erat terhadap
adanya standar karena etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar
dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berperilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak - hak manusia (BPPSDM Kemenkes RI, 2016).
Standar keperawatan merupakan acuan bagi perawat dalam melaksanakan
asuhankeperawatan, sehingga dapat menjamin kualitas pelayanan dan konsisten terhadap
tindakan yang dilakukan. Dengan mengikuti standar, perawat dapat terhindar dari
kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan, karena standar paling efektif dalam
mempertanggung jawabkan pekerjaan (Schweiger, 1980 dalam Misdistry, 2017).
Setiap tenaga profesional harus memiliki standar dalam melaksanakan praktik,
termasuk dalam hal ini perawat yang merupakan tenaga professional, Standar praktik
keperawatan juga selain sebagai acuan bagi perawat, juga merupakan komitmen profesi
keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik keperawatan (PPNI, 2005).
Praktikkeperawatana adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan adalah proses pengkajian, diagnosa,
(SDKI) intervensi, implementasi (SIKI), evaluasi (SLKI), dan dokumentasi (DPP PPNI,
2017).
Standar praktik keperawatan dirumuskan dan ditetapkan oleh Organisasiprofesi
(PPNI) DPP (pusat), DPW (wilayah/provinsi), DPD (kabupatenkota), DPK
(komisariat/masing-masing institusi) (DPP PPNI, 2015). Terkait masalah yang timbul
dari adanya ketdikpatuhan terhadap standar keperawatan, penyelesaian masalahnya juga
secara sistematis, misalnya masalah ditemukan di institusi kesehatan seperti RS
penyelesaian masalanya mulai dari DPK pada instsnsi tersebut, kalau belum selesai ke
DPD area instansi tersebut, terus selanjutnya kalau belum terselesaikan ke DPP PPNI.
Dapat disimpulkan bahwa kapanpun perawat melaksanakan asuhan keperawatan, baik di
instansi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain, perawat harus melkukan tindakan
keperawatan sesuai standar yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang harus menjadi perhatian perawat mengenai standar keperawatan
adalah sebagai berikut :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik terhadap kerja
mereka
2. Praktek profesional di dasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional yang kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terika toleh kode etik
5. Profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Profesi mengatur dirinya sendiri
Dua katagori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar asuhan
(standar of care) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang akan diterima
oleh pasien, dan standard praktek. (standar of practice) atau harapan terhadap kinerja
perawat dalam memberikan standart asuhan.
Dari penjabaran teori diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus sesuai standar keperawatan yang telah
ditetapkan sebagai acuan, sehingga dengan mengikuti standar, perawat dapat terhindar
dari kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan dan masyarakat juga dapat
terlindungi terhadap praktik keperawatan. Standar juga menjadi pedoman tanggung
jawab dan tanggung gugat oleh perawat dalam melaksanakan asuhan kperawatan.