Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA

MASYARAKAT DI PESISIR SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI


KOTA PEKANBARU

Nelli Sapitri
Suyanto
Wasinton Ristua Butar-butar
sapitrinelli@gmail.com

ABSTRACT

Hypertension was one of the deases which often caused cardiovascular


disorder and the reason from enhance of death number because of cardiovascular
disorder that come from hypertension, was to know the hypertension risk factor
and do the prevention. In Indonesia, hypertension was serious problem, beside
because of the high prevalension, also the disease came from that is fatal like
heart disease, stroke, kidney failure and others. Arm of this experiment to get
information about the amount of risk factor which adhere or cannot be change
and the risk factor which can be change as hypertension risk factor. The
experiment was kind of observasional analytic experiment with case control study.
Number of respondent is 78 sample, consist of 39 cases and 39 control. Sample
collected was using consecutive sampling method. The data was analyzing
bivariat and multivariat with regression logistic method, using SPSS program.
Experiment result shows that there were 3 risk factor which related to
hypertension event that was physical activity (p=0,000; OR=13,47; 95%
CI=3,52-51,58), obecity (p=0,002; OR=6,46; 95% CI=1,95-21,47) dan stress
(p=0,016; OR=0,196; 95% CI=0,05-0,74).

Keywords : Risk Factor, Hypertension.

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah atau mengangkat beban berat, mudah
satu penyakit tidak menular yang lelah, gampang marah, telinga
masih menjadi masalah di bidang berdengung, pusing, tinitus dan
kesehatan. Hipertensi dikenal juga pingsan, yang hampir sama dengan
sebagai tekanan darah tinggi, dengan kebanyakan orang normotensi.
tekanan sistolik yang menetap di atas Gejala-gejala tersebut biasanya
140 mmHg dan tekanan diastolik hanya terjadi pada hipertensi berat
yang menetap di atas 90 mmHg.1,2 atau progresif.3,4,5
Gejala yang ditimbulkan biasanya Berdasarkan data dari World
tidak begitu bermakna. Umumnya Health Organization (WHO) tahun
gejala hipertensi dapat berupa sakit 2013 diketahui bahwa hipertensi
kepala, epistaksis, jantung berdebar, sering menimbulkan penyakit
sulit bernafas setelah bekerja keras kardiovaskular, ginjal dan stroke.

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 1


Telah terdapat 9,4 juta orang dari 1 konsumsi kopi dalam penelitian
milyar orang di dunia yang tersebut merupakan faktor risiko
meninggal akibat gangguan yang tidak bermakna terhadap
kardiovaskular. Prevalensi hipertensi kejadian hipertensi.9 Selain itu,
di negara maju maupun negara tingkat pengetahuan dan sikap juga
berkembang masih tergolong tinggi, dapat mempengaruhi kejadian
adapun prevalensi hipertensi di hipertensi. Penelitian Musthofa tahun
negara maju adalah sebesar 35% dari 2013 di Puskesmas Ponorogo Utara
populasi dewasa dan prevalensi Kabupaten Ponorogo menyatakan
hipertensi di negara berkembang dari 50 responden ditemukan 21
sebesar 40% dari populasi dewasa. responden (42%) memiliki
Adapun prevalensi hipertensi yang pengetahuan buruk.10
tertinggi terdapat di Afrika, yaitu Berdasarkan data dari
sebesar 46% dari populasi dewasa.6 Riskesdas tahun 2013 diketahui
Menurut Riset Kesehatan Dasar bahwa prevalensi hipertensi
(Riskesdas) tahun 2013 diketahui ditemukan lebih tinggi di daerah
prevalensi hipertensi di Indonesia perkotaan dari pada di daerah
pada responden yang berumur 18 perdesaan, yaitu di perkotaan sebesar
tahun ke atas, ditemukan sebesar 26,1%, sedangkan di pedesaan
25,8%. Prevalensi hipertensi yang sebesar 25,5%.5 Salah satu daerah
tertinggi terdapat di Bangka Belitung yang terletak di perkotaan adalah di
(30,9%), sedangkan di Riau daerah pesisir Sungai Siak
prevalensi hipertensi juga tergolong Kecamatan Rumbai Kota
tinggi, yaitu sebesar 20,9%.7 Pekanbaru.7
Terdapat berbagai faktor Berdasarkan data dari dinas
risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan kota Pekanbaru
terjadinya hipertensi. Pada penelitian menyatakan bahwa dari tahun 2011
yang dilakukan Sugiharto A hingga tahun 2014, hipertensi selalu
menyatakan bahwa pada tahun 2007 menjadi permasalahan yang serius
dari 310 responden ditemukan faktor yaitu kejadian hipertensi selalu
risiko hipertensi yang telah terbukti berada di urutan ke dua dari 10
antara lain umur, riwayat keluarga, penyakit terbesar Puskesmas di kota
konsumsi asin, konsumsi lemak Pekanbaru sejak empat tahun
jenuh, penggunaan jelantah, tidak terakhir. Didapatkan juga data tahun
biasa olah raga, olah raga tidak ideal, 2014 bahwa angka kejadian
obesitas dan penggunaan pil KB hipertensi dari Puskesmas Umban
selama 12 tahun berturut-turut, Sari kota Pekanbaru berjumlah 1817
sedangkan faktor risiko yang belum penderita dan mengalami
terbukti adalah jenis kelamin, peningkatan setiap bulannya. Dari
kebiasaan mengonsumsi minuman data yang di dapatkan, kejadian
berakohol dan stres kejiwaan.8 Pada hipertensi lebih besar terjadi pada
penelitian Mannan H pada tahun perempuan dibandingkan dengan
2012 hasil penelitian menunjukkan laki-laki, selain itu juga, kejadian
bahwa riwayat keluarga, perilaku hipertensi ini lebih banyak terjadi
merokok, aktifitas fisik dan pada pasien yang berusia lebih dari
konsumsi garam merupakan faktor 25 tahun.11
risiko yang bermakna terhadap Berdasarkan latar belakang
kejadian hipertensi. Sedangkan yang telah dipaparkan tersebut,

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 2


peneliti bermaksud untuk melakukan juga sebanyak 39 orang yang tidak
penelitian tentang faktor risiko menderita hipertensi. Jadi jumlah
kejadian hipertensi pada masyarakat sampel penelitian ini adalah 78
di pesisir Sungai Siak Kecamatan orang. Selanjutnya jumlah sampel
Rumbai Kota Pekanbaru. ditambah 25% yaitu sebesar 19,5
(pembulatan 20 orang) sehingga total
sampel keseluruhan pada penelitian
METODE PENELITIAN ini berjumlah 98 orang.
Desain penelitian ini
merupakan metode penelitian Instrumen pengumpulan data
analitik deskriptif yaitu Alat yang digunakan dalam
menggunakan desain case control penggumpulan data penelitian ini
study untuk melihat faktor risiko adalah kuesioner yaitu daftar
hipertensi pada masyarakat di pesisir pertanyaan yang telah disusun
Sungai Siak Kecamatan Rumbai dengan baik, matang, dimana
Kota Pekanbaru. responden tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan
Tempat dan Waktu Penelitian tanda-tanda.
Penelitian ini akan
dilaksanakan di wilayah kerja Pengolahan Data
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru Editing yaitu langkah ini
pada bulan Juni 2015-September digunakan untuk memeriksa kembali
2015. data yang diperoleh. Setelah
dilakukan coding pada tahap ini data
Populasi dan Sampel yang diperoleh diberikan kode
Populasi dari penelitian ini tertentu yang bertujuan untuk
adalah masyarakat di pesisir Sungai mempermudah pembacaan data dan
Siak Kecamatan Rumbai Kota selanjutnya dilakukan tabulasi yaitu
Pekanbaru. Populasi kelompok kasus tahap untuk menghitung data dari
pada penelitian ini adalah masyarakat jawaban kuesioner responden yang
yang menderita hipertensi di wilayah sudah diberi kode, kemudian
kerja Puskesmas Umban Sari. Dan dimasukkan kedalam tabel.
populasi kelompok kontrol adalah
masyarakat yang tidak menderita Analisis Data
hipertensi di wilayah kerja Data ini dianalisis secara
Puskesmas Umban Sari. bivariat dan multivariat untuk
Metode penelitian yang melihat hubungan faktor risiko
digunakan dalam pengumpulan
dengan kejadian hipertensi pada
sampel adalah consecutive sampling,
dengan jumlah sampel minimal masyarakat di pesisir Sungai Siak
menggunakan rumus: Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
√ √
n1=n2 ( ) Etika penelitian
Penelitian ini telah dinyatakan
Dari rumus di atas di dapatkan lulus kaji etik oleh Unit Kaji Etik
sampel sebanyak 39 orang. Pada Fakultas Kedokteran Universitas
penelitian ini jumlah sampel kasus Riau dengan nomor
sebanyak 39 orang penderita 70/UN.19.5.1.1.8/UEPKK/2015.
hipertensi dan jumlah sampel kontrol

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 3


HASIL
Karakteristik responden penelitian
Penelitian ini telah dilakukan yang memenuhi kriteria inklusi dan
pada masyarakat di pesisir Sungai eksklusi. Gambaran umum
Siak Kecamatan Rumbai Kota karakteristik responden dipaparkan
Pekanbaru pada bulan April 2015 – dalam bentuk tabel distribusi
Agustus 2015. Responden kasus frekuensi. Sebaran responden pada
pada penelitian ini sebanyak 39 penelitian ini disajikan dalam Tabel
orang dan responden kontrol pada 4.1.
penelitian ini sebanyak 39 orang

Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan riwayat


keluarga, umur, jenis kelamin dan pendidikan.

Kejadian hipertensi
Karakteristik responden Kasus kontrol n %

N % N %
Riwayat keluarga
1. Iya 28 71,8 22 56,4 50 64,1
2. Tidak 11 28,2 17 43,6 28 35,9
Umur
1. <20 tahun 0 00,0 2 5,1 2 2,6
2. 20-35 tahun 6 15,4 8 20,5 14 17,9
3. >35 tahun 33 84,6 29 74,4 62 79,5
Jenis kelamin
1. Laki-laki 22 56,4 19 48,7 41 52,5
2. Perempuan 17 43,6 20 51,3 37 47,5
Pendidikan
1. Tidak sekolah 8 20,5 1 2,5 9 11,5
2. SD 13 33,3 16 41,1 29 37,2
3. SMP 5 12,9 9 23,1 14 17,9
4. SMA 10 25,7 13 33,3 23 29,5
5. Perguruan tinggi 3 7,6 0 00,0 3 3,9

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat Jenis kelamin terbanyak pada


dilihat bahwa sebagian besar kelompok kasus yaitu laki-laki
responden memiliki riwayat keluarga sebanyak 22 (56,4%) responden
hipertesi yaitu pada kelompok kasus sedangkan jenis kelamin pada
sebanyak 11 (28,3%) responden dan kelompok kontrol terbanyak yaitu
pada kelompok kontrol sebanyak 22 perempuan sebesar 20 (51,3%)
(56,4%) responden. Sebagian besar responden dan tingkat pendidikan
responden berumur >35 tahun terbanyak yaitu SD sebesar 13
sebanyak 33 (84,6%) responden pada (33,3%) responden pada kelompok
kelompok kasus dan 29 (74,4%) kasus dan 16 (41,1%) responden
responden pada kelompok kontrol. pada kelompok kontrol.

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 4


Analisis Univariat
Faktor risiko kejadian Pekanbaru dapat dilihat pada Table
hipertensi pada masyarakat di pesisir 4.2 berikut :
sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota

Tabel 4.2 Gambaran faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di


pesisir sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

Kejadian hipertensi
Karakteristik responden Kasus kontrol n %
N % N %
Obesitas ( IMT ≥25)
1. Obesitas 9 23,1 25 64,1 34 43,6
2. Tidak obesitas 30 76,9 14 35,9 44 56,4
Pola asupan garam
1. sering 19 48,7 17 43,6 36 46,2
2. jarang 20 51,3 22 56,4 42 53,8
Kebiasaan merokok
1. Merokok 16 41,0 10 25,6 26 33,3
2. Tidak merokok 23 59,0 29 74,4 52 66,7
Aktifitas fisik/ olahraga
1. Jarang olahraga 14 35,9 33 84,6 47 60,3
2. Sering olahraga 25 64,1 6 15,4 31 39,7
Stres
1. Stres 28 71,8 21 53,8 49 62,8
2. Tidak stress 11 28,2 18 46,2 37 37,2

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat pada kelompok kontrol sebanyak 10


dilihat bahwa responden yang (25,6%) responden. Pada kriteria
obesitas pada kelompok kasus aktifitas fisik pada kelompok kasus
sebanyak 9 (23,1%) responden yang sering melakukan aktifitas fisik
sedangkan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 14 (35,9%)
yaitu sebanyak 25 (64,1%) responden sedangkan pada kelompok
responden. Pada kelompok kasus kontrol yaitu sebanyak 33 (84,6%)
yang sering mengkonsumsi garam responden dan didapatkan pada
yaitu sebanyak 19 (48,7%) kelompok kasus responden yang
responden sedangkan pada kelompok mengalami stres sebanyak 28
kontrol sebanyak 17 (43,6%) (71,8%) responden serta 21 (53,8%)
responden, yang mengkonsumsi responden pada kelompok kontrol.
rokok pada kelompok kasus
sebanyak 16 (41%) responden dan

Analisis Bivariat
Hubungan variabel Rumbai Kota Pekanbaru dapat dilihat
independen dengan hipertensi di pada Tabel 4.3 berikut
pesisir sungai Siak Kecamatan

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 5


Tabel 4.3 Hubungan variabel independen dengan hipertensi di pesisir sungai
Siak Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
Kejadian hipertensi jumlah P OR
Variabel independen Hipertensi Tidak Value (95%
hipertensi CI)
n (%) n (%) n (%)
Aktifitas fisik/
olahraga
1. Jarang olahraga 14(35,9) 33(84,6) 47(60,3) 0,000 0,102
2. Sering olahraga 25(64,1) 6(15,4) 31(39,7)
Obesitas ( IMT ≥25)
1. Obesitas 9(23,1) 25(64,1) 34(43,6) 0,001 0,168
2. Tidak obesitas 30(76,9) 14(35,9) 44(56,4)
Stres
1. Stres 28(71,8) 21(53,8) 49(62,8) 0,159 2,182
2. Tidak stres 11(28,2) 18(46,2) 37(37,2)
Kebiasaan merokok
1. Merokok 16(41,0) 10(25,6) 26(33,3) 0,230 2,017
2. Tidak merokok 23(59,0) 29(74,4) 52(66,7)
Pola asupan garam
1. sering 19(48,7) 17(43,6) 36(46,2) 0,821 1,229
2. jarang 20(51,3) 22(56,4) 42(53,8)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dan obesitas dengan p value 0,001.
dilihat bahwa hubungan yang paling Dari hasil uji statistik tersebut
bermakna antara variabel terdapat hubungan yang bermakna
independen dengan kejadian antara kedua variabel independen
hipertensi adalah aktifitas tersebut dengan kejadian hipertensi,
fisik/olahraga dengan p value 0,000 karna p value kedua variabel < 0,005.

Analisis Multivariat yaitu seleksi bivariat dan pemodelan


Analisis mulitivaril digunakan multivariat.
untuk mengetahui faktor atau Seleksi Bivariat
variabel yang paling berhubungan Seleksi bivariat merupakan
atau utuk mengetahui apakah ada variabel independen potensial (
variabel lain yang mempengaruhi variabel kandidat) yang akan masuk
hubungan tersebut. Analisis ke dalam analisis multivariat yaitu p
multivariate terdiri atas dua tahap < 0,25. Hasil seleksi bivariat dapat di
lihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Hasil seleksi bivariat variabel-variabel independen dengan


kejadian hipertensi di pesisir sungai Siak Kecamatan Rumbai
Kota Pekanbaru.
No Variabel Independen P value keterangan
1 Aktifitas fisik/olahraga 0,000 kandidat
2 Obesitas ( IMT ≥25) 0,001 kandidat
3 Stres 0,159 kandidat
4 Kebiasaan merokok 0,230 kandidat
5 Pola asupan garam 0,821 Bukan kandidat

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 6


Dari table 4.4 dapat dilihat bahwa fisik p 0,000, obesitas p 0,001, stress
variabel independen yang termasuk p 0,159, kebiasaan merokok p 0,230.
variabel kandidat adalah aktifitas

Pemodelan Multivariat
Setelah dilakukan seleksi analisis pemodelan multivariate dengan
bivariat terdapat 4 variabel meggunakan metode backward.
independen dengan kejadian Hasil dari metode backward dapat
hipertensi, setelah didapatkan dilihat pada tabel 4.5:
variabel independen, dilakukan

Tabel 4.5 Analisis multivariat metode backward

Variabel independen P value OR (95% CI)


Step 1
Obesitas 0.001 12.103 (2.267-30.666)
pola_asupan_garam 0.164 1.937 (0.117-1.475)
Kebiasaan_merokok 0.912 0.012 (0.274-4.258)
Aktifitas_fisik 0.000 15.792 (3.128-58.888)
Stres 0.008 7.085 (0.046-0.707)
Step 2
Obesitas 0.001 8.305 (2.267-30.434)
pola_asupan_garam 0.176 0.419 (0.119-1.476)
Aktifitas_fisik 0.000 13.186 (3.351-51.884)
Stres 0.014 0.182 (0.047-0.708)
Step 3
Obesitas 0.002 6.473 (1.951-21.476)
Aktifitas_fisik 0.000 13.479 (3.522-51.585)
Stres 0.016 0.196 (0.052-0.742)

Pada tabel 4.5 telah dilakukan garam yaitu 0,176, sehingga variabel
analisis multivariat dengan metode pola asupan garam tidak lagi
backward. Pada metode ini terdapat tercantum pada langkah ketiga. Pada
tiga langkah untuk mendapatkan langkah ketiga ini didapatkan
hasil akhir. Pada langkah pertama, variabel yang berpegaruh terhadap
dimasukkan semua variabel. Pada kejadian hipertensi yaitu variabel
langkah ini didapatkan hasil variabel obesitas, aktifitas fisik dan stres yang
kebiasaan merokok mempunyai nilai merupakan hasil akhir dari analisis
p paling besar yaitu 0,912 sehingga multivariat dengan menggunakan
variabel kebiasaan merokok tidak metode backward. Kekuatan
lagi tercantum pada langkah kedua. hubungan dari yang terbesar ke yang
Begitu juga pada langkah kedua ini, terkecil adalah aktifitas fisik (OR =
variabel dengan nilai p yang paling 13,479), obesitas (OR = 6,473) dan
besar adalah variabel pola asupan stres (OR = 0,196).

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 7


PEMBAHASAN
karakteristik masyarakat Hasil penelitian menunjukkan
berdasarkan riwayat keluarga, sebagian besar responden adalah
umur, jenis kelamin dan laki-laki sebesar 22 (56,4%)
pendidikan responden. Hal ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian teori dari Dalimartha, Purnama,
ini menunjukkan bahwa mayoritas Sutarina, Mahendra, dan
responden hipertensi memiliki Darmawan (2008) yang
riwayat hipertensi pada keluarga menyatakan bahwa hipertensi lebih
sebanyak 28 (71,8%) responden. mudah menyerang kaum laki-
Keluarga yang memiliki hipertensi laki.35 Namun hal ini tidak sesuai
dan penyakit jantung meningkatkan dengan penelitian yang dilakukan
risiko hipertesi 2 sampai 5 kali lipat. oleh Raihan LN, dkk (2014) dengan
Dari data statistik terbukti bahwa prevalensi hipertensi pada wanita
seseorang akan memiliki lebih besar dari pada laki-laki
kemungkinan lebih besar untuk dengan presentase 44,9% pada
mendapatkan hipertensi jika orang laki-laki dan 55,1% pada wanita.36
tuanya menderita hipertensi. Jika Mayoritas pendidikan
salah seorang dari orang tua kita terakhir responden yaitu SD. Hasil
mempunyai riwayat hipertensi maka penelitian ini menunjukkan bahwa
sepanjang hidup kita mempunyai sebagian besar responden
25% kemungkinan untuk mempunyai pola pikir dan
mendapatkannya pula. Jika kedua pengetahuan yang kurang dalam
orang tua kita mempunyai hipertensi, penyajian pola makan yang baik dan
kemungkinan kita mendapatkan pola hidup yang sehat. Hasil
penyakit tersebut 60%.30 penelitian ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian Mannan H (2012) bahwa
mayoritas responden berusia ≥35 orang dengan pendidikan tinggi
tahun. Hal tersebut sesuai dengan mempunyai wawasan serta
penelitian Raihan LN, dkk (2014) pegetahuan yang luas mengenai
bahwa 52,3% orang yang berusia kesehatan dibandingkan dengan
≥35 tahun yang menderita yanag berpendidikan SD.9 Hal
hipertensi. Hal ini sesuai dengan tersebut juga sesuai dengan teori
teori yang menyatakan bahwa Notoadmojo (2007) yang
hipertensi sering dijumpai pada menyatakan bahwa pendidikan
orang berusia 35 tahun atau lebih. yang rendah akan menghasilkan
Dengan bertambahnya umur, risiko pengetahuan yang rendah pula.15
terjadinya hipertensi meningkat.
Hipertensi bisa terjadi pada segala Hubungan variabel independen
usia, namun paling sering dijumpai dengan kejadian hipertensi pada
pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini masyarakat di pesisir sungai Siak
disebabkan oleh perubahan alami Kecamatan Rumbai Kota
pada jantung, pembuluh darah dan Pekanbaru.
hormon. Apabila perubahan tersebut Berdasarkan hasil analisis multivariat
disertai faktor-faktor lain maka bisa menunjukkan bahwa dari 5 variabel
memicu terjadinya hipertensi.28,31 yang dianalisis secara bersama-sama,
terdapat 3 variabel yang terbukti

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 8


sebagai faktor risiko kuat terjadinya penderita hipertensi ditemukan
hipertensi. sekitar 20-30 % memiliki berat
1. Hubungan obesitas dengan badan lebih.34
kejadian hipertensi.
Hasil penelitian yang telah 2. Hubungan aktifitas fisik dengan
dilakukan adalah terdapat hubungan kejadian hipertensi.
yang bermakna secara statistik Hasil penelitian yang telah
antara obesitas dengan kejadian dilakukan adalah terdapat hubungan
hipertensi. berdasarkan analisis tabel yang bermakna secara statistik
4.5, diperoleh nilai OR = 6,47 dan antara aktivitas fisik/olahraga dengan
artinya orang yang obesitas kejadian hipertensi. berdasarkan
memiliki risiko terkena hipertensi analisis table 4.5, diperoleh nilai OR
sebesar 6,47 kali dibandingkan = 13.47 dan artinya orang yang
dengan orang yang tidak obesitas. tidak teratur berolah raga memiliki
Maka dapat disimpulkan bahwa obesitas risiko terkena hipertensi sebesar
merupakan foktor risiko kejadian 13,47 kali dibandingkan dengan
hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan orang yang memiliki kebiasaan olah
dengan pendapat dari beberapa pakar raga teratur. Maka dapat disimpulkan
seperti Wong-Ho Chow, dkk yang bahwa aktifitas fisik merupakan foktor
menyatakan bahwa obesitas berisiko risiko terjadinya hipertensi. Hal ini
menyebabkan hipertensi sebesar 2 – sesuai dengan hasil penelitian
6 kali dibanding yang bukan Mannan H (2012) bahwa terdapat
obesitas.37 hal ini juga sesuai dengan hubungan yang signifikan antara
penelitian Sugiharto A (2007) bahwa aktifitas fisik/olahraga dengan
terdapat hubungan yang signifikan kejadian hipertensi dengan nilai OR
antara obesitas dengan kejadian = 2,67.9 Hal ini juga sesuai dengan
hipertensi.9 penelitian yang dilakukan oleh
Menurut Alison Hull dalam Raihan LN (2014) bahwa aktifitas
penelitiannya menunjukkan adanya fisik/olahraga merupakan faktor
hubungan antara berat badan dan resiko hipertensi.36
hipertensi, bila berat badan Kurangnya aktifitas fisik
meningkat diatas berat badan ideal meningkatkan risiko menderita
maka risiko hipertensi juga hipertensi karena meningkatkan
meningkat. Penyelidikan ririko kelebihan berat badan. Orang
epidemiologi juga membuktikan yang tidak aktif juga cenderung
bahwa obesitas merupakan ciri khas mempunyai frekuensi denyut jantung
pada populasi pasien hipertensi. yang lebih tinggi sehingga otot
Dibuktikan juga bahwa faktor ini jantungnya harus bekerja lebih keras
mempunyai kaitan yang erat dengan pada setiap kontraksi. Makin keras
timbulnya hipertensi dikemudian dan sering otot jantung harus
hari. Berat badan dan indeks Massa memompa, makin besar tekanan
Tubuh (IMT) berkorelasi langsung yang di bebankan pada arteri.32
dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Risiko relatif 3. Hubungan stress dengan kejadian
untuk menderita hipertensi pada hipertensi.
orang obesitas 5 kali lebih tinggi Hasil penelitian yang telah
dibandingkan dengan seorang yang dilakukan adalah terdapat hubungan
berat badannya normal. Pada yang bermakna secara statistik
antara stress dengan kejadian

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 9


hipertensi. berdasarkan analisis table penumpukan cairan dalam tubuh,
4.5, diperoleh nilai OR = 0.19 dan karena menarik cairan diluar sel
artinya orang yang memiliki agar tidak keluar, sehingga akan
riwayat stress berisiko terkena meningkatkan volume dan
hipertensi sebesar 0,19 kali tekanan darah.31,32 Perbedaan antara
dibandingkan dengan orang yang teori dengan penelitian ini mungkin
memiliki riwayat stress. Maka dapat dikarenakan teknik pengumpulan
disimpulkan bahwa stress merupakan sampel yang kurang tepat
foktor risiko kejadian hipertensi. Hal menggunakan consecutive sampling
ini sesuai dengan hasil penelitian sehingga responden tidak tersebar
Raihan LN (2014) bahwa terdapat luas. Selain itu juga, responden yang
hubungan yang signifikan antara didapat baik itu kelompok kasus
stres dengan kejadian hipertensi.9 maupun kontrol memiliki pola
Namun Hal ini tidak sesuai denga asupan garam yang hampir sama, hal
penelitian Sugiharto A (2007) bahwa ini juga dikarenakan kurang tepatnya
tidak terdapat hubunga yang dalam pengumpulan sampel sehigga
signifikan antara stress dengan mungkin ada responden yang
kejadian hipertensi.8 memiliki pola asupan garam yang
Black JM dan Hawks JH baik tidak tercantum dalam
(2005) mengatakan bahwa stres kelompok sampel pada penelitian ini.
meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan menstimulasi 5. Hubungan kebiasaan merokok
aktivitas sistem saraf simpatis yang dengan kejadian hipertensi.
berakhir pada hipertensi. Apabila Hasil penelitian yang telah
stres terjadi hormon epinefrin atau dilakukan adalah tidak ada
adrenalinakan terlepas. Aktivitas hubungan yang bermakna secara
hormon ini meningkatkan tekanan statistik antara kebiasaan merokok
darah secara berkala.Jika stres dengan kejadian hipertensi. Hasil
berkepanjangan, peningkatan penelitian ini sesuai dengan
tekanan darah menjadi permanen.34 Sugiharto A (2007) yaitu tidak
terdapat hubungan yang signifikan
4. Hubungan pola asupan garam antara kebiasaan merokok dengan
dengan kejadian hipertensi. kejadian hipertensi.
Hasil penelitian yang telah Hasil penelitian di atas
dilakukan adalah tidak ada bertentangan dengan Mannan H
hubungan yang bermakna secara (2012) yang menyatakan bahwa
statistik antara pola asupan garam terdapat hubungan yang signifikan
dengan kejadian hipertensi. hal ini antara kebiasaan merokok dengan
berbeda dengan penelitian yang kejadian hipertensi.9 Zat-zat kimia
dilakukan Raihan LN (2014) bahwa beracun, seperti nikotin dan
terdapat hubungan yang bermakna karbon monoksida yang dihisap
antara pola asupan garam dengan melalui rokok, yang masuk ke
kejadian hipertensi. hal ini juga dalam aliran darah dapat merusak
bertentangan dengan teori yang lapisan endotel pembuluh darah
menyatakan bahwa pola asupa garam arteri dan mengakibatkan
merupakan hal yang sangat penting proses aterosklerosis dan
pada mekanisme timbulnya hipertensi.32 Perbedaan antara teori
hipertensi. Garam menyebabkan dengan hasil penelitian ini

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 10


mungkin karena hipertensi pada risiko menderita hipertensi
masyarakat lebih banyak sebesar 13,47 kali dibandingkan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, orang yang mempunyai
seperti obesitas, aktivitas/olahraga kebiasaan melakukan aktifitas
dan stres. Hipertensi merupakan fisik atau olahraga.
jenis penyakit yang memiliki b. Orang dengan obesitas (IMT >
banyak faktor risiko, sehingga 25) berisiko menderita hipertensi
tidak menutup kemungkinan sebesar 6,47 kali dibanding
bahwa mereka yang tidak merokok dengan orang yang tidak
juga bisa terkena penyakit ini. obesitas.
Akan tetapi apabila seseorang c. Orang yang memiliki riwayat
mempunyai kebiasaan merokok, stres mempunyai risiko
maka risiko untuk mengalami menderita hipertensi sebesar
hipertensi juga meningkat. 0,19 kali dibanding dengan
orang yang tidak memiliki
Keterbatasan Penelitian riwayat stress.
2. Faktor-faktor yang tidak terbukti
Adapun keterbatasan dalam sebagai faktor risiko hipertensi
penelitian ini adalah sebagai berikut : adalah pola asupan garam dan
1. Teknik pengumpulan sampel pada kebiasaan merokok.
penelitian ini menggunakan
consecutive sampling sehingga Berdasarkan penelitian yang
sampel yang digunakan tidak telah dilakukan maka peneliti
tersebar luar yang mengkibatkan menyarankan :
ada responden yang tidak 1. Responden
obesitas, sering melakukan a. Perlunya masyarakat melakukan
aktifitas fisik, tidak stress, pola pemeriksaan tekanan darah
asupan garam yang baik bahkan secara rutin agar tekanan darah
yang tidak merokok tidak bisa dikontrol setiap waktu.
tercantum dalam kelompok b. Melakukan olahraga dengan
sampel dalam penelitian ini. benar secara teratur 3 sampai 4
2. Pengukuran terhadap variabel kali seminggu minimal 30 menit
konsumsi garam hanya terbatas dengan sifat kontinyu, ritmik,
pada frekuensi makan saja tanpa progresif, dan mempunyai
mengukur seberapa tinggi kadar kekuatan tertentu sesuai tujuan
natrium yang terkandung dalam olah raga yang dilakukan.
makanan yang dikonsumsi. Sebelum melakukan olah raga,
menghitung nadi terlebih dahulu
dan sesaat setelah berolahraga
SIMPULAN DAN SARAN nadi diharapkan mencapai zona
Berdasarkan penelitian yang sasaran 75%–85% dari nadi
dilakukan dapat diambil simpulan maksimal (220 – umur).
sebagai berikut : c. Menjaga berat badan ideal
1. Faktor-faktor yang terbukti supaya tidak mengalami
merupakan faktor risiko obesitas, dengan rutin berolah
terjadinya hipertensi adalah: raga dan melakukan diet yang
a. Tidak biasa melakukan aktifitas seimbang.
fisik atau olahraga mempunyai

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 11


d. Biasakan diri untuk menjauh dr. Dedi Afandi, DFM, Sp.F selaku
dari berbagai tekanan sehingga supervisi yang telah memberikan
lepas dari kondisi tekanan jiwa waktu, bimbingan, ilmu, nasehat,
berlebihan, untuk mencegah motivasi dan semangat kepada
timbulnya tekanan darah yang penulis selama penyusunan skripsi
meningkat. sehingga skripsi ini dapat
2. Puskesmas Umbansari diselesaikan.
Perlunya tindakan
pencegahan seperti upaya DAFTAR PUSTAKA
promosi kesehatan serta program 1. Sherwood L. Fisiologi manusia
penyuluhan tentang faktor risiko dari sel ke sistem. Edisi 8.
hipertensi terjadwal satu kali Jakarta : Buku kedokteran EGC ;
dalam sebulan. 2014. 408.
3. Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru 2. Robbins. Buku ajar patologi,
Menggalang kerjasama Edisi 7. Volume 2. Jakarta :
dengan lintas sektor yang Buku kedokteran EGC ; 2010.
terdekat dengan masyarakat 379.
seperti PKK, organisasi
keagamaan, kader kesehatan dan 3. Gray HH, Dawkins KD, Morgan
lain-lain, dalam upaya deteksi JM, Simpson IA. Letcure notes:
dini serta penyuluhan hipertensi Kardiologi. Jakarta: Erlangga;
dan penyakit tidak menular 2005.57-69.
tertentu lainnya.
4. Penelitian lain 4. Rubenstein D, Wayne D,
Disarankan bagi penelitian Bradley J. Letcure notes:
lain yang ingin melakukan Kedokteran Klinis. Jakarta:
penelitian lanjutan agar meneliti Erlangga; 2007. 317-21.
tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian 5. Tim Redaksi Vitahealth
hipertensi serte Perlu dilakukan (Sustrani L, Alam S, Hadibroto
penelitian lanjutan menggunakan I). Hipertensi. Jakarta: PT
rancangan penelitian yang Gramedia Pustaka Utama. 2006.
berbeda seperti teknik 12,26.
pengambilan sampel secara
random agar sampel tersebar 6. World Health Organization
luar dan mendapatkan hasil yang (WHO). World health day 2013:
lebih valid dan akurat. calls for intensified efforts to
prevent and control
UCAPAN TERIMA KASIH hypertension. 2013. [cited 2014
Dec 19] Available from:
Penulis mengucapkan terima
http://www.who.int/workforceali
kasih yang sebesar-besarnya kepada
ance/media/news/2013/who2013
pihak Fakultas Universitas Riau, dr.
story/en/
Suyanto, MPH dan dr. Wasinton
Ristua Butar-butar, Sp.PD selaku
7. Riset Kesehatan Dasar
pembimbing, drg. Tuti Restuastuti,
(Riskesdas). Badan penelitian
M.Kes dan dr. Laode Burhanuddin,
dan pengembangan kesehatan
M.Kes selaku dosen penguji dan Dr.

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 12


kementrian kesehatan RI. 2013.
[dikutip 19 Desember 2014] 13. Cardiology Channel,
Diakses pada Hipertension (High Blood
http://www.litbang.depkes.go.id/ Pressure): [Dikutip tanggal 24
sites/download/rkd2013/Laporan Februari 2015]. Diakses dari:
_Riskesdas2013.pdf. http://www.cardiologychannel.c
om
8. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko
hipertensi grade II pada 14. Nafrialdi. Anti Hipertensi.
masyarakat (studi kasus di Farmakologi dan Terapi, Edisi 5.
Kabupaten Karanganyar) [tesis]. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
Semarang: Universitas 2007. 342.
Diponegoro (Undip); 2007.
[dikutip 20 Desember 2014] 15. Notoadmodjo S. Ilmu Kesehatan
Diakses pada Masyarakat Edisi I. Jakarta:
eprints.undip.ac.id/.../Aris_Sugi Medika Cipta. 2005. 127-32
harto.pdf.
16. Marliani L, Tantan S. 100
9. Mannan H. Faktor risiko Question & answers hipertensi.
kejadian hipertensi di wilayah Jakarta: PT Alex Media
kerja puskesmas Bangkala Kompotindo, 2007. 1, 10, 15,
Kabupaten Jeneponto [skripsi]. 22.
Makasar : Universitas
Hasanudin Makasar ; 2012. 17. Budisetio M. Pencegahan dan
[dikutip 22 Maret 2015]. pengobatan hipertensi pada
penderita usia dewasa. Jurnal
10. Musthofa K. Hubungan Kedokteran Trisakti, Volume 20,
pengetahuan dengan perilaku No.2, 2001. 103.
penderita hipertensi dalam
pencegahan stroke di Puskesmas 18. Rindiastuti Y. Hubungan lingkar
Ponorogo Utara Kabupaten leher dan lingkar pinggang
Ponorogo [skripsi]. Ponorogo: dengan hipertensi. Skripsi FK
Universitas Muhammadiyah UNS. 2008.
Ponorogo; 2013. [dikutip 19
Desember 2014] Diakses pada 19. Yogiantoro M. Hipertensi
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/dis esensial. Dalam: Buku Ajar Ilmu
k1/9/jkptumpo-gdl-khoirulmus- Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 1,
433-1-abstrak,-l.pdf. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2006. 599-600, 610-13.
11. Dinkes Kota Pekanbaru. Jumlah
kasus penyakit terbanyak dan 20. Armilawati, Amalia H,
hipertensi di Pekanbaru tahun Amirudin R. Hipertensi dan
2014. Pekanbaru: Dinkes Kota faktor risikonya dalam kajian
Pekanbaru. 2014. epidemiologi. Bagian
Epidemiologi FKM UNHAS.
12. Notoadmodjo S. Metodologi [serial online]. 2007. [dikutip
penelitian kesehatan. Jakarta : tanggal 20 februari 2015].
Rineska Cipta. 2002 : 88-90. Diakses dari :

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 13


http://www.CerminDuniaKedokt 009/05/03/teori-perilaku-
eran.com/index.php. merokok/.

21. Andra. Simposia. Majalah 28. Bustam MN. Epidemiologi


Farmacia, Volume 6, Nomor 7. penyakit tidak menular. Jakarta :
2007. Rineska Cipta. 2007. 29-38.

22. Scholze J, Grimm E, Herrmann 29. Suheni Y. Hubungan antara


D, Unger T, Kintscher U. kebiasaan merokok dengan
Treatment of obesity related kejadian hipertensi pada laki-
hypertension ; the hypertension laki usia 40 tahun ke atas di
obesity sibutramine (HOS) badan Rumah Sakit Daerah
study. Circulation, 2007. 155: Cepu.[skripisi]. Semarang :
1991-98. Universita Negeri Semarang :
2007 [ dikutip 23 Maret 2015].
23. Kumar V, Abbas AK, Nelson F. Diakses dari :
Hypertensive vascular disease. http://digilib.unnes.ac.id/asdl/col
Dalam : Robbin and Cotran lect/skripsi/archiver/HASHOO1
Pathologic Basis of Disease, 7th 97/a25eed54.dir/doc.pdf,2007.
edition. Philadelphia : Elsevier
Saunders, 2005. 528-29. 30. Palmer A, Williams B. Simple
guides of Hypertension. Jakarta:
24. Thomas R. Hypertension. Salt is Erlangga ; 2007.
a major risk factor. USA: J
cardiovas, feb : 7 (1) . 2000. 5-8. 31. Gunawan. Hipertensi. Jakarta :
PT Gramedia ; 2001. 10.
25. World Health Organization –
International Society of 32. Sheps, Sheldon G, Mayo Clinic
Hypertension Guidelines Hipertensi. Mengatasi tekanan
Subcommittee. 1999 World darah tinggi. Jakarta : PT Intisari
Health Organization – mediatana ; 2005. 26, 158.
International Society of
Hypertension Guidelines for The 33. Notoadmodjo S. Ilmu Prilaku
Management of Hypertension. Kesehatan Edisi I. Jakarta:
Journal of Hypertension, 1999. Medika Cipta. 2010. 1-33.
161-64.
34. Balck JM,Hawks JH. Medical
26. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi Surgical Nursing. Clinical
I, Simadibrata M, Setiati S. management for positive
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam outcomes. 7th Edition. St. Louis:
Edisi 5. Jakarta: Elsevier Sauders. 2005.
Internapublishing; 2009. 1777.
35. Dalimarta, Purnama, Sutarina,
27. Maman. Teori perilaku Mahendra, Darmawan. Care
merokok. 2009. [dikutip 23 your self hipertensi. Jakarta.
Maret 2015]. Diakses dari : Penebar Plus; 2008.
http://unikunik.wordpress.com/2

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 14


36. Raihan LN, Erwin, Dewi AP.
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi
primer pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas
Rumbai Pesisir. [skripsi].
Pekanbaru; Universitas Riau.
2014.

37. Chow WH, Gloria G, Fraumeni


J F. et.al. Obesity, Hypertension
and the Risk of Kidney Cancer
in Men . Massachusetss Medical
Siciety: nejm, 2000; 1305, 1306.

Jom FK Volume 3 No. 1 Februari 2016 15

Anda mungkin juga menyukai