Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

“KRIM KLINDAMISIN”

DOSEN:
Putu Rika V, M.farm-Klin., Apt

Disusun Oleh:

1. Siti Bariah (15330057)


2. Wakhidah Umi Sholikhah (15330097)
3. Febi Eka Nurahmawati (16330109)
4. Ahmad Fakhry Ziyanulqays (17330092)
5. Mochammad Fauzi Rahman (17330095)
6. Muhamad Ardiansah (17330112)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


2019

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat dan Pujisyukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esakarna berka trahmat dan karunia-Nya Laporan Teknologi Sediaan Semi
Solid dan Liquidini dapat diselesaikan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses pembuatan Laporan Teknologi Sediaan Semi Solid
dan Liquid ini sesuai dengan rencana dan target yang telah ditentukan

Kami menyadari di dalam Laporan ini ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karenaitu kami mengharapkan kritik dan saran daripembaca. Akhir kata
kami mengharapkan Laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Teknologi Sediaan Semisolid dan
Liquid ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 13 Juli 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
2.1. Definisi Krim .................................................................................................................. 3
2.2. Penggolongan Krim ....................................................................................................... 3
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim ...................................................................... 4
2.4. Formulasi ....................................................................................................................... 5
2.5. Pembuatan atau Metode .................................................................................................. 7
2.6. Permasalahan dalam Sediaan Krim ................................................................................ 7
2.7. Evaluasi dan Stabilitas .................................................................................................... 8
2.8. Klindamisin .................................................................................................................... 9
BAB III : METODE PRAKTIKUM ................................................................................ 12
3.1. Karakter Umum Sediaan Dasar ................................................................................... 12
3.2. Syarat Umum Sediaan Dasar ........................................................................................ 12
3.3. Data Formulasi .............................................................................................................. 13
3.3.1. Bahan Aktif ................................................................................................................ 13
3.3.2. Bahan Tambahan ....................................................................................................... 14
3.4. Data Pengkajian Praformulasi ...................................................................................... 20
3.5. Komponen Sediaan Umum ........................................................................................... 22
3.6. Alat dan Perlengkapan .................................................................................................. 22
3.7. Pengawasan Mutu Sediaan .......................................................................................... 23
3.8. Prosedur Tetap Pembuatan Sediaan Krim Klindamisin ............................................... 24
3.9. Instruksi Kerja............................................................................................................... 25
3.10. Evaluasi Sediaan Krim Klindamisin ........................................................................... 28
BAB IV : PEMBAHASAN ............................................................................................... 30
BAB V : PENUTUP .......................................................................................................... 32
Kesimpulan .......................................................................................................................... 32

iii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 33

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat-obatan sangat jarang diberikan dalam bentuk bahan kimia langsung


dan hampir selalu diberikan dalam bentuk sediaan formulasi.Dalam dunia
kefarmasian dikenal berbagai macam bentuk sediaan obat.Suatu sediaan selain
terdiri dari bahan aktif juga membutuhkan bahan tambahan yang bertujuan untuk
memperbaiki, mengubah bahan aktif obat menjadi bentuk sediaan.Tujuan dari desain
sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat diperkirakan dari
suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam skala besar dengan
kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terusmenerus.

Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan


masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai
untuk di konsumsi oleh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk
pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan
melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa,
mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan
perlindungan pengobatan terhadap kulit. Salah satu bentuk sediaan setengah padat
yang sering diproduksi adalah krim.

Sediaan krim merupakan sediaan topical , krim merupakan bentuk sediaan


setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai dan berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke
dalam bentuk sediaan krim. Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau
mudah terurai jika disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah
antibiotika Klindamisin.Salah satu pilihan sediaan untuk zat seperti ini adalah
dengan membuat bentuk sediaan krim.Berdasarkan penjelasan di atas kelompok
kami ingin membuat formulasi krim klindamisin untuk jerawat.

1
1.2.Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

A. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi sediaan semi solid dan
liquid.
2. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi untuk
sediaan .
3. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan krim untuk jerawat.
4. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan krim untuk jerawat.
5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat / alat untuk pelaksanaan
praktikum.
6. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan krim untuk jerawat..

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengikuti dan melaksanakan ketentuan praktikum.
2. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan
krim untuk jerawat.
3. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen, mutu dan proses
pembuatan sediaan krim untuk jerawat.
4. Mahasiswa dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi sediaan krim
untuk jerawat dari hasil pengkajian praformulasi.
5. Mahasiswa dapat menyusun prosedur tetap untuk setiap bahan, pembuatan dan
e1aluasi sediaan krim untuk jerawat.
6. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan evaluasi sediaan
krim untuk jerawat.
7. Mahasiswa dapat menyusun laporan praktikum mengenai pembuatan sediaan krim
untuk jerawat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Krim


Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.(FI II )

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.(FI IV hal 6.)

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium
Nasional)

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang


mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%) . (Ilmu Resep hal.74)

Kualitas dasar krim, yaitu :

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dariinkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalamkamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadilunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan( Anief, 1994 ).

2.2. Penggolongan Krim


Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal
asam/asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan
air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika.
Berdasarkan pemakaian:

a. Untuk kosmetik

3
b. Untuk pengobatan

1. Berdasarkan tipe:

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

a. Tipe A/M, yaitu air terdispersi dalam minyak :

Contoh : cold cream

Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

Krim berminyak yang mengandung zat pengemulsi A/M seperti adeps


lanae,sabun polivalen, span, kolsterol, cera wool alkohol atau ester asam lemak
dengan atau dari asam lemak dengan logam bervalensi 2 seperti Ca.

b. Tipe M/A, yaitu minyak terdispersi dalam air


Contoh: vanishing cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud


membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.Bila
dioleskan pada kulit akan hilang tanpa bekas. Dalam pembuatannya sering
menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan yang umumnya
merupakan alkohol rantai panjang.Untuk krim tipe M/A digunakan sabun
monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium
stearat.Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur,
gelatinum, caseinum, CMC dan emulygidum.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim


Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu :
a. Mudah menyebar rata.
b. Praktis.

4
c. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A ( minyak
dalam air )
d. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
e. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A ( minyak dalam air )
f. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukupberacun,
sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
g. Aman digunakan dewasa maupun anak/anak.
h. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M ( air dalam minyak )
i. Dapat digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi,
pada fase A/M karena kadar lemaknya cukuptinggi.
j. Dapat digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krimkuku, dan
deodorant.
k. Dapat meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidakmenyebabkan
kulit berminyak.

`Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu :

a. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu sistem
campuran terutama disebabkan karena perubahan. Suhu dan perubahan komposisi
disebabkan penambahan salah satu fasesecara berlebihan atau pencampuran 2 tipe
krim jika zat pengemulsinyatidak tersatukan.
b. Sukar dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam suhutinggi.
c. Mudah lengket, terutama tipe A/M
d. Mudah pecah, kemungkinan disebabkan dalam pembuatanformula yangtidak pas.
e. Pembuatannya secara aseptik.

2.4. Formulasi

Komponen Sediaan Krim

1. Zat Aktif

Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis
pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal
sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu

5
proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat
aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan suatu senyawa aktif
farmakologis tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya. Perlu
dipertimbangkan benefit to risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.

2. Basis Krim

Pemilihan basis krim tergantung pada sifat zat aktif, OTT, dan absorbsi. Basis
krim terdiri dari 3 komponen, yaitu:

a. Fase minyak (fase internal), yaitu bahan obat yang larut dalam minyak,
bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin
solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol,
dan sebagainya.

b. Fase air (dapat mengandung pengawet, humektan, pendapar, penstabil,


antioksidan, dan lain-lain), yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat
basa. Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH,
KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na
lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan
sebagainya).

c. Pengemulsi, digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat
digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil
alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.

3. Zat Tambahan

a. Pengawet

Syarat pengawet sama seperti pada umumnya. Lebih bersifat bakterisid


dari pada bakteriostatik. Contoh: senyawa ammonium quartener, senyawa
organic ammonium, formaldehid, fenol terhalogenasi, asam benzoate, nipagin,
nipasol, klorkresol, dan lain-lain.

b. Pendapar
Tujuannya adalah untuk menstabilkan zat aktif.

6
c. Humektan

Disebut juga pembasah. Dimaksudkan untuk mengurangi


kemungkinan hilangnya air dari sediaan, mencegah kekeringan, meningkatkan
kualitas dan konsistensi secara umum (agar sediaan mudah menyebar jika
krim dioleskan. Contohnya: poliol, gliserin, propilenglikol, sorbitol 70, PEG.
Humektan dipakai dengan kadar 70%.

d. Antioksidan

Yang perlu diperhatikan adalah warna, bau, potensi, sifat iritan,


toksisitas, stabilitas, dan kompatibilitas. Contohnya: tokoferol, alkyl galat,
BHA, BHT, garam natrium, asam askorbat, asam organic, seperti sitrat,
maleat, tartrat, dan lain-lain.

e. Pengkompleks
Utnuk mengkomplekskan logam yang ada dalam sediaan yang dapat
menyebabkan oksidasi.

2.5. Pembuatan atau Metode


Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.
Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin
dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70 – 75º, sementara itu semua
larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu
yang sama dengan komponen lemak. Semudian larutan berair secara perlahan-lahan
ditambahkan ke dalamcampuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan,
temperature dipertahankan selama 5 - 10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin /
lemak.Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang
terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat,
sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair ( Munson, 1991 ).

2.6. Permasalahan dalam Sediaan Krim


a. Craking
Yaitu pemisahan fase terdispersi membentuk lapisan yang terpisah. Disebabkan
oleh penambahan emulgator denga tipe yang berlawanan, penambahan larutan
dalam satu fase yang merusak emulsi, aksi mikroba.
7
b. Creaming
Yaitu pergerakan emulsi ke atas permukaan sehingga membentuk krim, hal ini
masih dapat diterima asalkan saat dikocok dapat bercampur kembali

2.7. Evaluasi dan Stabilitas


1. Evaluasi Fisik

a. Uji Organoleptis
menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sediaan, konsistensi
pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase
masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa
statistic.

b. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air
yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan
diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang
tertera pada alat pH meter.

c. Evaluasi Daya sebar


Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala, kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebannya, dan di beri
rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap
penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara
teratur ).

d. Uji Ukuran Partikel


Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel,
dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian
diperiksa adanya tetesan / tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

e. Stabilitas krim : agitasi atau sentrifugasi dan manipulasi suhu

f. Isi minimum : Tidak lebih dari 150g (Farmakope Indonesia ed IV hal.


997)

8
g. Penentuan tipe emulsi : Uji kelarutan zat warna (Metilen Blue, larut dalam air
= tipe M/A), (Sudan III, larut dalam minyak = tipe
A/M) dan uji pengenceran.
2. Evaluasi Kimia
a. Uji identifikasi
b. Penetapan kadar

3. Evaluasi Biologi
a. Penetapan potensi antibiotic : Sesuai Farmakope Indonesia edisi IV hal. 891.
Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik
yang dipakai secara topikal

b. Kontaminasi mikroba : Salep mata harus steril untuk salep luka bakar,
luka terbuka dan penyakit kulit yang parah juga
harus steril

2.8. Klindamisin
Rumus bangun klindamisin mirip dengan linkomisin. Perbedaannya hanya
pada 1 gugus hidroksil pada linkomisinyang diganti dengan atom Cl. Klindamisin
adalah derivat dari linkosimin, terikat pada ikatan 50’s ribosom. Klindamisin
merupakan kelompok obat antibiotik. Penggunaan topikal membantu dalam
mengontrol akne. Klindamisin dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan
obat lain baik oral maupun topikal untuk akne. Klindamisin hanya tersedia dengan
resep dokter dengan bentuk gel, larutan maupun suspensi.

Sifat antimikroba Klindamisin yaitu aktif terhadap beberapa bakteri anaerob,


kokkus gram positif dan beberapa protozoa. Enterokokkus pada umumnya lebih
resisten. Bakteri anaerob yang termasuk adalah P. Ance.

a. Hal-hal yang Diperhatikan Sebelum Penggunaan Obat

1. Alergi

2. Kehamilan, Klindamisin belum pernah diteliti pada wanita hamil tetapi obat ini
tidak memperlihatkan kelainan bawaan atau masalah lain pada binatang percobaan

9
3. Menyusui, Klindamisin dalam jumlah sedikit diserap melalui kulit. Hal ini
memungkinkan klindamisin berada dalam air susu ibu, tetapi belum ada laporan
bahwa klindamisin menyebabkan masalah pada bayi yang menyusui

4. Anak-anak, penelitian klindamisin hanya pernah dilakukan pada pasien dewasa


dan tidak ada informasi yang membandingkan penggunaan obat ini anak dibawah
12 tahun

5. Paruh baya, tidak ada penelitian yang pernah dilakukan pada usia ini tetapi obat
ini diharapkan tidak memberikan efek samping yang berbeda pada pemberian
untuk usia orang dewasa muda

6. Obat-obatan lain

b. Penggunaan Klindamisin

Sebelum menggunakan obat ini bersihkan daerah yang terkena dengan air
hangat dan sabun, bilas dengan baik dan keringkan. Sebaiknya olesi obat ini pada
daerah yang biasa terkena akne untuk mencegah munculnya lesi baru. Hindari
membasuh muka terlalu sering karen dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan
lesi bertambah parah. Basuh muka cukup 2 atau 3 kali sehari kecuali untuk kulit
berminyak bisa lebih sering.

c. Efek Samping Klindamisin

1. Jarang: Kram abdomen atau perut, nyeri, kembung (parah), diare sampai diare
berdarah, demam, haus, mual, muntah, lemas, penurunan berat badan. Efek ini
bisa hilang sampai beberapa minggu setelah penghentian obat. Bila timbul efek
samping ini hubungi dokter secepat mungkin.

2. Kadang-kadang: ruam kulit, gatal, kemerahan, membengkak, iritasi, kulit


berminyak, rasa perih dan terbakar. Bila timbul efek samping ini hubungi dokter
sebisa mungkin. Efek samping ringan (tanpa perlu tindakan medis kecuali jika
sangat mengganggu).

3. Bisa terjadi: kulit kering, bersisik, terkelupas.

d. Dosis Klindamisin
Sediaan biasanya disajikan dosis 10mg/ml gel, 10 mg/ml lotion, 10 mg/ml
topical solution. penggunaan 1-2 kali sehari.
10
e. Efektivitas Klindamisin

Pengobatan topikal dipakai dalam pengobatan akne vulgaris dan terbukti


sukses. Seperti eritromisin, klindamisin, metronidazole, asam azelonik, benzoil
perokside, kombinasi benzoil perokside dengan klindamisin atau eritromisin.
Kombinasi benzoil perokside dengan klindamisin atau eritromisin telah terbukti
efektif terutama mereduksi jumlah P. Acne.

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Karakter Umum Sediaan Dasar :


1. Sediaan semi solid
2. Mengandung zat anti mikroba, emulgator dan antioksidan.
3. Wadah terhindar dari cahaya dalam keadaan terlindung cahaya.

3.2. Syarat Umum Sediaan Dasar

Nama Produk : Krim Klindamisin

Jenis Sediaan : Krim

No. Parameter Satuan Syarat Farmakope Syarat lain


1. Homogenitas Homogenitas
2. Ukuran Partikel Fase Micron 1-100 mikron
Internal (Ansel, Pengantar
Bentuk Sediaan
Farmasi)
3. Keseragaman Sediaan - Tidak kurang dari
90%dantidaklebih
dari 110%
4. Kestabilan - Stabil Stabil
5. Sifat Aliran - Plastis,
Pseudoplastis dan
thiksotropik
(Martin, Farfis)
6. Viskositas cps Viskositas tinggi
saat disimpan dan
viskositas menurun
saat diberi jaya saat
dioleskan
7. Daya Sebar - Mudah menyebar
8. Ketengikan - Tidak berbau tengik

12
9. Rasa - Tidak berasa
10. Efektivitas Pengawet - Mengandung zat
antimikroba yang
sesuai untuk
melindungi
kontaminasi bakteri,
ragi, dan jamur.

3.3. Data Formulasi


3.3.1. Bahan Aktif
Nama Bahan : Clindamycini Hydrochloridum (FI IV Hal 234 )

No. Parameter Data

1. Rumus Molekul C18H33CIN2O5S

2. Berat Molekul 479,46

3. Pemerian Serbuk hablur, putih atau praktis; tidak berbau atau


bau lemah seperti merkaptan. Stabil di udara & cahaya.
Larutan bersifat asam & memudar bidang polarisasi ke
kanan.

4. Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida, dan


dalam methanol; larut dalam etanol, praktis tidak larut
dalam aseton.

5. Khasiat Antibiotikum

6. Bentuk Sediaan Serbuk

7. Dosis

8. pH 10% b/v, 3,0 – 5,5 ( 100 mg / ml )

9. OTT

10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tetutup rapat

13
3.3.2. Bahan Tambahan

a.CeraAlba ( FI IV Hal 186)

No. Parameter Data

1. Pemerian Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya


dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas
bau tengik.

2. Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
dingin, larut dalam CHCl; eter, minyak menguap.

3. Khasiat Emulgator.

4. Bentuk Sediaan Semi padat.

5. pH Bilangan asam antara 17 dan 24; bilangan ester antara


72 dan 79; bilangan penyabunan antara 87 dan 104.

6. OTT Dengan zat atau bahan yang mengoksidasi.

7. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tetutup baik.

b. Propyl Parabenum ( Nipasol )

No. Parameter Data


1. Rumus Molekul C10H12O3

2. Berat Molekul 180,20

3. Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna,


berbentuk kristal, air mendidih, sangat sukar larut
dalam air.

4. Kelarutan Mudah larut dalam etanol 50%, PEG, ester. Sukar larut
dalam gliserin, air mendidih, sangat sukar larut dalam
air.

5. Khasiat Pengawet

14
6. Konsentrasi 0,01 – 0,05 %.

7. Jarak Lebur Antara 95º dan 98 º.

8. OTT Dengan beberapa surfaktan non – ionic, magnesium


alumunium silikat, magnesium trisilikat.

9. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

c. Propyl Parabenum ( Nipasol )

FI IV Hal 713, Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 411

No. Parameter Data


1. Rumus Molekul C10H12O3

2. Berat Molekul 180,20

3. Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna,


berbentuk kristal, air mendidih, sangat sukar larut
dalam air.

4. Kelarutan Mudah larut dalam etanol 50%, PEG, ester. Sukar larut
dalam gliserin, air mendidih, sangat sukar larut dalam
air.

5. Khasiat Pengawet

6. Konsentrasi 0,01 – 0,05 %.

7. Jarak Lebur Antara 95º dan 98 º.

8. OTT Dengan beberapa surfaktan non – ionic, magnesium


alumunium silikat, magnesium trisilikat.

9. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

15
d. Methylis Parabenum ( Nipagin )

FI IV hal. 551, Excipient hal. 441

No. Parameter Data


1. Rumus Molekul C8H8O3

2. Berat Molekul 152,15

3. Pemerian Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai
sedikit rasa terbakar.

4. Kelarutan Sukar larut dalam air, benzene, dan karbon


tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

5. Khasiat Pengawet, Antimikroba.

pH Stabil pada pH 3-6

6. OTT Tidak bercampur dengan surfaktan non – ionic, seperti


polisorbat 80 bentonit, magnesium trisilikat, sorbitol,
talcum, minyak essensial.

7. Konsentrasi 0.02–0.3% untuk topical

8. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

16
e.Buthylis Hydroxytoluen ( BHT ) FI IV hal. 157

No. Parameter Data

1. Rumus Molekul C15H24O

2. Berat Molekul 220,35

3. Pemerian Hablur padat; berbentuk Kristal padat, atau serbuk


berwarna putih atau kuning muda dengan bau yang
khas lemah.

4. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, PEG, gliserin, larutan


Hidroksi alkali dan mineral encer. Larut dalam aseton,
benzene, etanol 95%, methanol, toluene, paraffin cair,
kloroform, dan eter.

5. Khasiat Antioksidasi.

6. Suhu Beku Tidak kurang dari 69,2º ; sesuai tidak kurang dari
99,0% C15H24O

7. OTT BHT bersifat fenol dan mengalami reaksi bau seperti


fenol. Tidak stabil dengan bahan oksidasi seperti
peroksida & permanganate. Garam besi menyebabkan
pengotoran dengan kehilangan aktivitas.

8. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tetutup baik.

17
f. Propilenglicol ( FI IV hal. 712 )

No. Parameter Data

1. Rumus Molekul C3H8O

2. Berat Molekul 76,09

3. Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas;


praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.

4. Kelarutan Dapat bercampur dengan air, aseton, kloroform; larut


dalam eter dalam beberapa minyak esensial; tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

5. Khasiat Basis Krim

6. Bobot Jenis Antara 1,035 dan 1,037

7. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tetutup baik.

g. Trietanolamin ( TEA )

No. Parameter Data


1. Pemerian Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat;
jernih, tidak berbau atau hampir tidak berbau;
higroskopis.

2. Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol ( 95% )P, sukar
larut dalam eter p.

3. Khasiat Humektan

4. OTT Dengan asam membentuk garam dan ester, dengan


tembaga membentuk garam kompleks, dengan garam
logam – logam berat menyebabkan h ilangnya warna
& pengendapan.

5. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

18
h. Aquadest ( FI III hal.96 )

No. Parameter Data


1. Berat Molekul 18,02.

2. Rumus Molekul H2O

3. Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

4. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

5. Stabilitas Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan
dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan
penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi
partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik.
Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air

6. OTT Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan


eksipient lainya yang mudah terhidrolisis

19
3.4. Data Pengkajian Praformulasi

Alternatif Pemecahan Masalah


No. Rumusan Komponen Proses Pengawasan Keputusan
Masalah Mutu
1. Sediaan apa  Lotion
saja yang dapat  Krim
dibuat dengan  Salep
- - Krim
bahan aktif
Clindamycin
HCl ?
2. Apa tipe krim Tipe emulsi : A/M : karena
yang sesuai - M/A dapat
dengan - A/M memperpanjag
penggunaan ? kontak obat
-
dengan kulit,
rasa nyaman,
memberikan efek
perlindungan.
3. Apa tempat Tujuan
tujuan penggunaan
Endodemik
penggunaan  Epidemic - -
sediaan yang  Endodemik
dibuat ?  Diademik
4. Basis krim apa  Paraffin
Vaselin, cera
yang tepat liquid Peleburan /
- alba dengan
sesuai dengan  Cera alba pelelehan
peleburan
tipe A/M ?  Vaselin
5. Terdapat fase Penambahan
Pencampuran
air – minyak pengawet :
Metil paraben,
yang dapat  Metil Uji
Pencampuran propyl paraben.
menjadi media Paraben Antimikroba
QC : Uji
pertumbuhan  Propyl
Atimikroba
mikroba & Paraben

20
jamur.  Natrium
Bagaimana benzoat
mencegahnya ?  PEG
6. Karena Penambahan
mengandung anrioksidan :
lemak / minyak  BHT
sehingga  Asam BHT
sediaan mudah askorbat Pencampuran Proses :
teroksidasi. pencampuran
Bagaimana
cara
mencegahnya ?
7. Bagaimana cara Penambahan Tween 60 dan
agar fase air dan emulgator ( TEA
minyak dapat surfaktan ) , Pengadukan Proses :
Uji
bercampur serta  Tween 60 & dan pengadukan dan
Organoleptis
menjaga Span 80 pemansan pemansan
kestabilannya ?  CMC Na QC : Uji
 TEA Organoleptis
8. Wadah apa yang Wadah :
sesuai untuk  Tube
Tube
digunakan agar  Pot Uji wadah
QC : Uji wadah
tidak dan kemasan
dan kemasan
menyebabkan
interaksi ?

21
3.5. Komponen Sediaan Umum

Perhitungan dan Penimbangan

Fungsi
Nama (Untuk Unit (10 Batch
No. Lazim (%) % pakai
Bahan Farmakologis/ gram) (30 gram)
Farmasetik)
1. Clindamycin Bahan aktif ( 1 /100 x 10 = 0,1 x 3 = 0,3 g
1–2% 1%
HCl Antibiotik ) 0,1 g
2. Cera alba 15/100 x 10 = 1,5 g x 3 = 4,5 g
Basis krim 1 – 15 % 15 %
1,5 g
3. Vaselin Basis krim ( fase 15/100 x10 = 1,5x 3 = 4,5 g
4 -25 % 15 %
album minyak ) 1,5 g
4. BHT 1/100 x 10 = 0,1 x 3 = 0,3 g
Antioksidan 0,5 - 1 % 1%
0,1 g
5. Nipasol 0,05/100 x 10 0,005 x 3 =
Pengawet 0,01 –0,05% 0,05 %
= 0,005 g 0,015 g
6. Nipagin 0,15/100 x 10 0,015 x 3 =
Antifungi 0,12 – 0,18 % 0,15 %
= 0,015 g 0,045 g
7. TEA 2/100 x 10 = 0,4 x 3 = 1,2 g
Emulgator 2–4% 2%
0,4 g
8. Propilenglico 5/100 x 10 = 1 1 x3=3g
Basis krim 5 – 30 % 5%
l g
9. Aqua 53,8/100 x 10 6,78 x 3 = 17,64
Basis krim 53,8 % 53,8%
= 5,38 ml ml

3.6. Alat dan Perlengkapan

1. Erlenmeyer
2. Cawan penguap
3. Water bath
4. Batang pengaduk
5. Kertas perkamen
6. Lumpang & alu
7. Gelas ukur

22
8. Serbet
9. Indikator pH universal
10. Timbangan digital
11. Tube ( 10 g )

3.7. Pengawasan Mutu Sediaan

a. In Process Control

No. Parameter yang Satuan Cara Pemeriksaan


diperiksa/diuji
1. Organoleptis - Sediaan diperiksa warna, bau, rasanya
2. Homogenitas - Sediaan diperiksa homogenitasnya
3. Tipe krim - Sediaan diperiksa tipe krimnya ( M/A atau
A/M )

b. End Process Control

No. Parameter yang Satuan Cara Pemeriksaan


diperiksa/diuji
1. Organoleptik - IK.Uji Organoleptis
2. Uji pH - Dengan menggunakan pH meter
3. Stabilitas - Dengan pembenihan berdasarkan
pengontrolan suhu & waktunya, dilihat
ada pertumbuhan mikroba atau tidak
4. Ukuran partikel - Mikroskopik
5. viskositas - Menggunakan viscometer Brookfield.
Rumus : dial reading x faktor
6. Sifat alir - Dibuat grafik antara rpm dan gaya ( f ).
Harus memenuhi syarat tiksotropik atau
plastis.
7. Kecepatan sedimentasi - Dihitung pengendapan pada waktu
tertentu. Dilakukan pengamatan selama 1
jam dan dibuat grafik dari hasil
pengamatan. Perhitungan laju sedimentasi

23
: Vol endapan pada waktu trtntu
Vol endapan awal
8. Volume sedimentasi - Gunakan gelas ukur, aetiap 10 menit, catat
Hu
endapan ( 1 jam ). Rumus :
Ho
Selanjutnya buat grafik volume
Hu
sedimentasi diplot sebagaikordinat (
Ho
sumbu Y ) dan waktu sebagai abisnya (
sumbu X ).
9. Evaluasi kimia -
10. Uji efektivitas pengawet - Dengan pembenihan, kemudian dihitung
jumlah mikroba viable.

3.8. Prosedur Tetap Pembuatan Sediaan Krim Klindamisin

Disusun oleh : Diperiksa oleh :


Disetujui oleh :

Tanggal : Tanggal : Tanggal


:

Penanggung Jawab Prosedur Tetap


I. PERSIAPAN
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dan
bersihkan terlebih dahulu alat-alat yang akan
digunakan
2. Kalibrasi tube yang akan digunakan sebagai wadah
sediaan
II. KEGIATAN PRODUKSI
1. Penyiapan alat dan bahan
2. Penimbangan
3. Pelarutan bahan-bahan yang larut dalam fase minyak
4. Pelarutan bahan-bahan yang larut dalam fase air
5. Pelelehan fase minyak dan pelelehan lemak
6. Pemanasan fase air

24
7. Pencampuran fase minyak dan fase air
8. Pendistribusian zat yang tidak larut dalam basis
9. Pengisian ke dalam wadah dan pengemasan
10. Evaluasi

3.9. Instruksi Kerja

Disusun oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :

Tanggal : Tanggal : Tanggal :

No. Instruksi Kerja Waktu Proses SPU


I. Persiapan
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dan bersihkan terlebih
dahulu alat-alat yang akan digunakan
2. Siapkan tube

II. Penimbangan
Tujuan : Memperoleh hasil timbangan dari bahan dengan
jumlah yang sesuai dengan formula.
Timbang masing-masing bahan :
No. Nama Bahan Fungsi Bahan Ditimbang
1. Klindamisin Bahan aktif 0,3 g
2. Cera Alba Basis Cream 4,5 g
3. Vaselin Album Basis Cream 4,5 g
( fase minyak )
4. BHT Antioksidan 0,3 g
5. Propil paraben Pengawet 0,015 g
6. Metil paraben Antifungi 0,045 g
7. TEA Emulgator 1,2 g
8. Propilenglicol Basis krim 3g
9. Aqua Basis krim 17,64 ml

III. Pelarutan Bahan-Bahan Larut Dalam Fase Minyak


Tujuan : Memperoleh larutan yang homogen.
Bahan : Vaselin Album
BHT
Propil paraben

25
Cera alba
Alat : Erlenmeyer
Pelaksanaan :
1. Masukan cera alba ke dalam cawan porselen
2. Masukkan vaselin album ke dalam cawan porselen
3. Lebur hingga homogen
4. Tambahkan BHT ke dalam cawan porselen
5. Kocok sampai homogen
6. Masukan Propil paraben ke dalam cawan porselen
7. Aduk sampai homogen

IV. Pelarutan Bahan-Bahan Larut Dalam Fase Air


Tujuan : Memperoleh larutan yang homogen
Bahan : Air
Propilenglikol
Metil Paraben
TEA
Alat : Erlenmeyer
Pelaksanaan :
1. Masukan air (hangat) ke dalam erlenmeyer
2. Masukan Metil parabean ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan propilenglikol ke dalam erlenmeyer
4. Tambahkan TEA ke dalam erlenmeyer
5. Kocok sampai homogen

V. Pemanasan Fase Air


Tujuan : Memperoleh air dengan suhu yang dikehendaki untuk
membuat basis cream.
Bahan : Hasil IK pelarutan bahan larut dalam fase air
Alat : Bunsen, bekkerglass, termometer
Pelaksanaan :
1. Hasil IK pelarutan bahan-bahan larut dalam fase air
dipanaskan dengan suhu diatas 750C

26
2. Panaskan sampai diperoleh larutan dengan suhu yang sesuai.

VI. Pencampuran Fase Minyak Dan Fase Air


Tujuan : Memperoleh basis cream untuk sediaan klindamisin
cream
Bahan : Hasil IK pelelehan fase minyak dan fase lemak
dengan Hasil IK pemanasan fase air
Alat : Mortir dan stamfer
Pelaksanaan :
1. Hasil IK pemanasan fase air dicampur ditambahkan ke
dalam Hasil IK pelelehan fase minyak dan fase lemak
dengan pada suhu 750C
2. Aduk dan Campur sampai suhu mendekati 350C
3. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk basis cream yang
bagus

VII. Pendistribusian Zat Yang Tidak Larut Dalam Basis


Tujuan : Pendistribusian komponen-komponen yang tidak
larut dalam fase
Bahan : Basis Cream
Klindamsin
Alat : Mortir dan stamfer
Pelaksanaan :
1. Klindamisin digerus halus dalam mortir dengan stamfer
2. Zat didistribusikan dengan sedikit basis cream
3. Gerus sampai homogen
4. Tambahkan sisa basis cream
5. Gerus sampai homogen

VIII. Pengisian Dan Pengemasan


Tujuan : Memperoleh sediaan jadi
Bahan : Cream yang telah dibuat
Alat : Pot/Tube

27
Pelaksanaan :
1. Timbang Cream 10 g
2. Masukan ke dalam pot.
3. Tutup pot
4. Pot diberi etiket
5. Masukan pot dan brosur ke dalam kemasan dus

3.10. Evaluasi Sediaan Krim Klindamisin


Disusun oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :

Tanggal : Tanggal : Tanggal :

No Instruksi Kerja Waktu Proses SPU


.
Tujuan : Memastikan cream yang dibuat memenuhi syarat
Bahan :Hasil pencampuran dari bahan aktif , bahan tambahan
dan basis krim.
Alat :Alat evaluasi cream.
1. Uji Organoleptis
Tidak
a. Ambil sejumlah cream, cium bau yang ada
Berbau
Bau:
Pahit
b. Ambil sejumlah cream, rasakan cream yang ada
Rasa:
Putih
c. Ambil sejumlah cream, amati warna cream yang ada
Warna:

2. Uji Homogenitas
a. Sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau alat lain
Homogen
yang cocok untuk pengamatan.
b. Amati apakah sediaan homogen atau tidak

28
3. Uji Tipe Emulsia
a. Ambil sedikit sample
b. Larutkan dgn pelarut yang polar dan pelarut nonpolar
c. Amati proses pelarutnya

4. Uji pH Sediaan Krim


a. Siapkan sediaan yang akan di uji
b. Tempelkan dengan kertas indicator pH
c. Baca hasilnya
Pengamatan pH Sediaan
9

5. Uji Daya Sebar


a. Ambil sedikit sample ( 0,50 g )
b. Masukkan ke dalam alat Extensiometer
c. Semakin luas Penyebaran maka absorbsi perkutan makin
baik

29
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami membuat suatu semi solid yaitu krim Klindamisin.
Klindamisin merupakan bahan aktif sebagai antibiotik yang tidak dapatstabil pada air atau
mudah terurai jika disimpan dalam waktu yang lebih lama sehingga dipilih bentuk sediaan
krim. Adapun formula yangkami gunakan untuk membuat sediaan ini yaitu :

R/ Klindamisin 0,3g

Cera Alba 4,5 g

Vaselin Album 4,5 g

BHT 0,3 g

Nipasol 0,015 g

Nipagin 0,045 g

TEA 1,2 g

Propilenglikol 3g

Aquadest ad 16,14 ml

Bahan tambahan yang digunakan adalah Cera alba , Vaselin Album sebagai basis
minyak , TEA sebagai emulgator, Propilenglikol sebagai wetting agent, Nipagin dan Nipasol
sebagai pengawet dan BHT sebagai antioksidan.

Sebagai emulgator dipilih TEA karena stabil pada rentang pH netral tidak
OTTdengan Klindamisin, membentuk sabun yang tidak mengiritasi kulit dan dapat berfungsi
juga sebagai humektan. Klindamisin memiliki sifat hidrofobik atau tidak suka air sehingga
sukardibasahi sehingga ditambahkan wetting agent yaitu propilenglikol, selain itu
propilenglikoljuga bisa bersifat sebagai pengawet, surfaktan dan humektan, efektif dalam
konsentrasi rendah 2% , tidak OTT dengan bahan aktif dan komponen lainnya, juga larut
dalam air danmembentuk larutan kental jernih yang dapat menambah konsistensi dari sediaan
krim. Sediaan ini perlu ditambahkan pengawet untuk mencegah rusaknya bahan
aktifataupun kontaminasi mikroorganisme kemudian untuk menjaga stabilitasnya karena krim

30
juga mengandung air. Pengawet yang digunakan adalah nipagin dan nipasol karena memiliki
daya antimikroba yang luas, serta kompatibel dengan bahan aktif dan bahan tambaha
nlainnya, juga dengan adanya propilen glikol aktivitasnya meningkat.Selain itu ditambahkan
antioksidan dikarenakan krim mengandumg minyak yang dapat oksidasi sehingga menjadi
tengik antioksidan yang digunakan ialah BHT.

Dalam praktikum pembuatan krim Klindamisin saat pencampuran basis lemak dan air
harus dilakukan dalam suhu tinggi oleh karena itu lumpang harus dipanaskan agar sediaan
tidak pecah, dan bahan – bahan pelarut seluruhnya harus panas. Namun pada proses
pembuatan krim hampir krim yang kami buat mengalami kegagalan hal ini disebabkan karena
bahan yang di lebur sudah mulai dingin sehingga membentuk lapisan keras seperti lilin.
Namun hal ini teratasi dengan pengadukan yang kuat dan penggunaan aqua dest yang panas
serta rumpang yang panas seperti demikian.

Selanjutnya evaluasi sediaan yang kami lakukan adalah pengujian organoleptis, uji
homogenitas dan uji PH. Pada pengujian organoleptis kami menguji bau dan bau yang kami
dapatkan dari sediaan krim kami yaitu tidak menunjukkan adanya bau atau tidak berbau hal
ini disebabkan karena kami tidak menambahkan essensial berupa oleum pada sediaan kami,
kemudian kami menguji rasa dan warna dari pengujian tersebut hal yang kami dapatkan dari
sediaan krim kami ilaha rasa pahit dan tidak memiliki warna hal ini disebabkan karena kami
tidak menambahkan esensial warna pada sediaan krim kami. Pada uji homogenitas untuk
sediaan kami yang di dapatkan ialah homogen karena pada saat pencampuran bahan kami
membuatnya sesuai dengan prosedur yang di anjurkan. Dan terakhiar ialahuji PH yang kami
dapatkan dari sediaan kami ialah Phnya sebesar 9. Untuk pengujian lainnya kami tidak dapat
melakukannya hal ini disebabkan adanya gangguan pada alat dan ketersediaan alat uji dan
waktu yang terbatas.

BAB V

31
PENUTUP

Kesimpulan
1. Membuat suatu semi solid yaitu krim Klindamisin. Adapun formula yang kami
gunakan untuk membuat sediaan ini yaitu :

R/ Klindamisin 0,3g

Cera Alba 4,5 g

Vaselin Album 4,5 g

BHT 0,3 g

Nipasol 0,015 g

Nipagin 0,045 g

TEA 1,2 g

Propilenglikol 3g

Aquadest ad 17,64 ml

2. Pada saat praktikum sempat mengalami kegagalan namun hal ini dapat di minimalisir
dengan penambahan aqua dest yang sangat panas.
3. Pada evalusi sediaan krim kami melakukan pengujian sebanyak tiga pengujian yaitu
uji organoleptis, uji homogenitas, dan uji PH.

32
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI


 Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
 Pharmacopee Ned edisi V
 Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik
Indonesia.
 Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press
 Handbook of Pharmaceutical Excipients 7th edition

 Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press


 Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press
 Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta

33
I. Evaluasi Krim
1. Uji pH

2. Uji Tipe Emulsi


Dengan metilen blue dengan Sudan III

34
II. Kemasan Krim

KETERANGAN LAIN : Bacalah keterangan selengkapnya pada brosur.


No. Reg : DKL.HARUS DENGAN RESEP DOKTER
0317618128A1

No.: D280518
Mfg.Date : 28 MEI 2018
Exp.Date : 28 MEI 2020
NETTO : 10 gram

ClinDay®Cream
Clindamycin 1%

PT. ISTN Farma


Jakarta - Indonesia

INDIKASI :Untuk pengobatan acne vulgaris.

KOMPOSISI : Tiap gram cream mengandung Clindamycin 10 mg

ATURAN PAKAI : Oleskan obat tipis – tipis pada daerah yang berjerawat2 – 3
kali sehari.
SIMPAN PADA SUHU SEJUK (15 – 25)ºC

NETTO : 10 gram

ClinDay®Cream
Clindamycin 1%

PT. ISTN Farma


Jakarta - Indonesia

35

Anda mungkin juga menyukai