“KRIM KLINDAMISIN”
DOSEN:
Putu Rika V, M.farm-Klin., Apt
Disusun Oleh:
FAKULTAS FARMASI
KATA PENGANTAR
Kami menyadari di dalam Laporan ini ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karenaitu kami mengharapkan kritik dan saran daripembaca. Akhir kata
kami mengharapkan Laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Teknologi Sediaan Semisolid dan
Liquid ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
2.1. Definisi Krim .................................................................................................................. 3
2.2. Penggolongan Krim ....................................................................................................... 3
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim ...................................................................... 4
2.4. Formulasi ....................................................................................................................... 5
2.5. Pembuatan atau Metode .................................................................................................. 7
2.6. Permasalahan dalam Sediaan Krim ................................................................................ 7
2.7. Evaluasi dan Stabilitas .................................................................................................... 8
2.8. Klindamisin .................................................................................................................... 9
BAB III : METODE PRAKTIKUM ................................................................................ 12
3.1. Karakter Umum Sediaan Dasar ................................................................................... 12
3.2. Syarat Umum Sediaan Dasar ........................................................................................ 12
3.3. Data Formulasi .............................................................................................................. 13
3.3.1. Bahan Aktif ................................................................................................................ 13
3.3.2. Bahan Tambahan ....................................................................................................... 14
3.4. Data Pengkajian Praformulasi ...................................................................................... 20
3.5. Komponen Sediaan Umum ........................................................................................... 22
3.6. Alat dan Perlengkapan .................................................................................................. 22
3.7. Pengawasan Mutu Sediaan .......................................................................................... 23
3.8. Prosedur Tetap Pembuatan Sediaan Krim Klindamisin ............................................... 24
3.9. Instruksi Kerja............................................................................................................... 25
3.10. Evaluasi Sediaan Krim Klindamisin ........................................................................... 28
BAB IV : PEMBAHASAN ............................................................................................... 30
BAB V : PENUTUP .......................................................................................................... 32
Kesimpulan .......................................................................................................................... 32
iii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.Tujuan Praktikum
A. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi sediaan semi solid dan
liquid.
2. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi untuk
sediaan .
3. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan krim untuk jerawat.
4. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan krim untuk jerawat.
5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat / alat untuk pelaksanaan
praktikum.
6. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan krim untuk jerawat..
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengikuti dan melaksanakan ketentuan praktikum.
2. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan
krim untuk jerawat.
3. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen, mutu dan proses
pembuatan sediaan krim untuk jerawat.
4. Mahasiswa dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi sediaan krim
untuk jerawat dari hasil pengkajian praformulasi.
5. Mahasiswa dapat menyusun prosedur tetap untuk setiap bahan, pembuatan dan
e1aluasi sediaan krim untuk jerawat.
6. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan evaluasi sediaan
krim untuk jerawat.
7. Mahasiswa dapat menyusun laporan praktikum mengenai pembuatan sediaan krim
untuk jerawat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.(FI IV hal 6.)
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium
Nasional)
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dariinkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalamkamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadilunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan( Anief, 1994 ).
a. Untuk kosmetik
3
b. Untuk pengobatan
1. Berdasarkan tipe:
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
4
c. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A ( minyak
dalam air )
d. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
e. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A ( minyak dalam air )
f. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukupberacun,
sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
g. Aman digunakan dewasa maupun anak/anak.
h. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M ( air dalam minyak )
i. Dapat digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi,
pada fase A/M karena kadar lemaknya cukuptinggi.
j. Dapat digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krimkuku, dan
deodorant.
k. Dapat meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidakmenyebabkan
kulit berminyak.
a. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu sistem
campuran terutama disebabkan karena perubahan. Suhu dan perubahan komposisi
disebabkan penambahan salah satu fasesecara berlebihan atau pencampuran 2 tipe
krim jika zat pengemulsinyatidak tersatukan.
b. Sukar dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam suhutinggi.
c. Mudah lengket, terutama tipe A/M
d. Mudah pecah, kemungkinan disebabkan dalam pembuatanformula yangtidak pas.
e. Pembuatannya secara aseptik.
2.4. Formulasi
1. Zat Aktif
Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis
pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal
sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu
5
proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat
aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan suatu senyawa aktif
farmakologis tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya. Perlu
dipertimbangkan benefit to risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.
2. Basis Krim
Pemilihan basis krim tergantung pada sifat zat aktif, OTT, dan absorbsi. Basis
krim terdiri dari 3 komponen, yaitu:
a. Fase minyak (fase internal), yaitu bahan obat yang larut dalam minyak,
bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin
solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol,
dan sebagainya.
c. Pengemulsi, digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat
digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil
alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
3. Zat Tambahan
a. Pengawet
b. Pendapar
Tujuannya adalah untuk menstabilkan zat aktif.
6
c. Humektan
d. Antioksidan
e. Pengkompleks
Utnuk mengkomplekskan logam yang ada dalam sediaan yang dapat
menyebabkan oksidasi.
a. Uji Organoleptis
menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sediaan, konsistensi
pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase
masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa
statistic.
b. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air
yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan
diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang
tertera pada alat pH meter.
8
g. Penentuan tipe emulsi : Uji kelarutan zat warna (Metilen Blue, larut dalam air
= tipe M/A), (Sudan III, larut dalam minyak = tipe
A/M) dan uji pengenceran.
2. Evaluasi Kimia
a. Uji identifikasi
b. Penetapan kadar
3. Evaluasi Biologi
a. Penetapan potensi antibiotic : Sesuai Farmakope Indonesia edisi IV hal. 891.
Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik
yang dipakai secara topikal
b. Kontaminasi mikroba : Salep mata harus steril untuk salep luka bakar,
luka terbuka dan penyakit kulit yang parah juga
harus steril
2.8. Klindamisin
Rumus bangun klindamisin mirip dengan linkomisin. Perbedaannya hanya
pada 1 gugus hidroksil pada linkomisinyang diganti dengan atom Cl. Klindamisin
adalah derivat dari linkosimin, terikat pada ikatan 50’s ribosom. Klindamisin
merupakan kelompok obat antibiotik. Penggunaan topikal membantu dalam
mengontrol akne. Klindamisin dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan
obat lain baik oral maupun topikal untuk akne. Klindamisin hanya tersedia dengan
resep dokter dengan bentuk gel, larutan maupun suspensi.
1. Alergi
2. Kehamilan, Klindamisin belum pernah diteliti pada wanita hamil tetapi obat ini
tidak memperlihatkan kelainan bawaan atau masalah lain pada binatang percobaan
9
3. Menyusui, Klindamisin dalam jumlah sedikit diserap melalui kulit. Hal ini
memungkinkan klindamisin berada dalam air susu ibu, tetapi belum ada laporan
bahwa klindamisin menyebabkan masalah pada bayi yang menyusui
5. Paruh baya, tidak ada penelitian yang pernah dilakukan pada usia ini tetapi obat
ini diharapkan tidak memberikan efek samping yang berbeda pada pemberian
untuk usia orang dewasa muda
6. Obat-obatan lain
b. Penggunaan Klindamisin
Sebelum menggunakan obat ini bersihkan daerah yang terkena dengan air
hangat dan sabun, bilas dengan baik dan keringkan. Sebaiknya olesi obat ini pada
daerah yang biasa terkena akne untuk mencegah munculnya lesi baru. Hindari
membasuh muka terlalu sering karen dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan
lesi bertambah parah. Basuh muka cukup 2 atau 3 kali sehari kecuali untuk kulit
berminyak bisa lebih sering.
1. Jarang: Kram abdomen atau perut, nyeri, kembung (parah), diare sampai diare
berdarah, demam, haus, mual, muntah, lemas, penurunan berat badan. Efek ini
bisa hilang sampai beberapa minggu setelah penghentian obat. Bila timbul efek
samping ini hubungi dokter secepat mungkin.
d. Dosis Klindamisin
Sediaan biasanya disajikan dosis 10mg/ml gel, 10 mg/ml lotion, 10 mg/ml
topical solution. penggunaan 1-2 kali sehari.
10
e. Efektivitas Klindamisin
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
12
9. Rasa - Tidak berasa
10. Efektivitas Pengawet - Mengandung zat
antimikroba yang
sesuai untuk
melindungi
kontaminasi bakteri,
ragi, dan jamur.
5. Khasiat Antibiotikum
7. Dosis
9. OTT
13
3.3.2. Bahan Tambahan
2. Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
dingin, larut dalam CHCl; eter, minyak menguap.
3. Khasiat Emulgator.
4. Kelarutan Mudah larut dalam etanol 50%, PEG, ester. Sukar larut
dalam gliserin, air mendidih, sangat sukar larut dalam
air.
5. Khasiat Pengawet
14
6. Konsentrasi 0,01 – 0,05 %.
4. Kelarutan Mudah larut dalam etanol 50%, PEG, ester. Sukar larut
dalam gliserin, air mendidih, sangat sukar larut dalam
air.
5. Khasiat Pengawet
15
d. Methylis Parabenum ( Nipagin )
16
e.Buthylis Hydroxytoluen ( BHT ) FI IV hal. 157
5. Khasiat Antioksidasi.
6. Suhu Beku Tidak kurang dari 69,2º ; sesuai tidak kurang dari
99,0% C15H24O
17
f. Propilenglicol ( FI IV hal. 712 )
g. Trietanolamin ( TEA )
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol ( 95% )P, sukar
larut dalam eter p.
3. Khasiat Humektan
18
h. Aquadest ( FI III hal.96 )
5. Stabilitas Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan
dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan
penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi
partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat
menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik.
Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air
19
3.4. Data Pengkajian Praformulasi
20
jamur. Natrium
Bagaimana benzoat
mencegahnya ? PEG
6. Karena Penambahan
mengandung anrioksidan :
lemak / minyak BHT
sehingga Asam BHT
sediaan mudah askorbat Pencampuran Proses :
teroksidasi. pencampuran
Bagaimana
cara
mencegahnya ?
7. Bagaimana cara Penambahan Tween 60 dan
agar fase air dan emulgator ( TEA
minyak dapat surfaktan ) , Pengadukan Proses :
Uji
bercampur serta Tween 60 & dan pengadukan dan
Organoleptis
menjaga Span 80 pemansan pemansan
kestabilannya ? CMC Na QC : Uji
TEA Organoleptis
8. Wadah apa yang Wadah :
sesuai untuk Tube
Tube
digunakan agar Pot Uji wadah
QC : Uji wadah
tidak dan kemasan
dan kemasan
menyebabkan
interaksi ?
21
3.5. Komponen Sediaan Umum
Fungsi
Nama (Untuk Unit (10 Batch
No. Lazim (%) % pakai
Bahan Farmakologis/ gram) (30 gram)
Farmasetik)
1. Clindamycin Bahan aktif ( 1 /100 x 10 = 0,1 x 3 = 0,3 g
1–2% 1%
HCl Antibiotik ) 0,1 g
2. Cera alba 15/100 x 10 = 1,5 g x 3 = 4,5 g
Basis krim 1 – 15 % 15 %
1,5 g
3. Vaselin Basis krim ( fase 15/100 x10 = 1,5x 3 = 4,5 g
4 -25 % 15 %
album minyak ) 1,5 g
4. BHT 1/100 x 10 = 0,1 x 3 = 0,3 g
Antioksidan 0,5 - 1 % 1%
0,1 g
5. Nipasol 0,05/100 x 10 0,005 x 3 =
Pengawet 0,01 –0,05% 0,05 %
= 0,005 g 0,015 g
6. Nipagin 0,15/100 x 10 0,015 x 3 =
Antifungi 0,12 – 0,18 % 0,15 %
= 0,015 g 0,045 g
7. TEA 2/100 x 10 = 0,4 x 3 = 1,2 g
Emulgator 2–4% 2%
0,4 g
8. Propilenglico 5/100 x 10 = 1 1 x3=3g
Basis krim 5 – 30 % 5%
l g
9. Aqua 53,8/100 x 10 6,78 x 3 = 17,64
Basis krim 53,8 % 53,8%
= 5,38 ml ml
1. Erlenmeyer
2. Cawan penguap
3. Water bath
4. Batang pengaduk
5. Kertas perkamen
6. Lumpang & alu
7. Gelas ukur
22
8. Serbet
9. Indikator pH universal
10. Timbangan digital
11. Tube ( 10 g )
a. In Process Control
23
: Vol endapan pada waktu trtntu
Vol endapan awal
8. Volume sedimentasi - Gunakan gelas ukur, aetiap 10 menit, catat
Hu
endapan ( 1 jam ). Rumus :
Ho
Selanjutnya buat grafik volume
Hu
sedimentasi diplot sebagaikordinat (
Ho
sumbu Y ) dan waktu sebagai abisnya (
sumbu X ).
9. Evaluasi kimia -
10. Uji efektivitas pengawet - Dengan pembenihan, kemudian dihitung
jumlah mikroba viable.
24
7. Pencampuran fase minyak dan fase air
8. Pendistribusian zat yang tidak larut dalam basis
9. Pengisian ke dalam wadah dan pengemasan
10. Evaluasi
II. Penimbangan
Tujuan : Memperoleh hasil timbangan dari bahan dengan
jumlah yang sesuai dengan formula.
Timbang masing-masing bahan :
No. Nama Bahan Fungsi Bahan Ditimbang
1. Klindamisin Bahan aktif 0,3 g
2. Cera Alba Basis Cream 4,5 g
3. Vaselin Album Basis Cream 4,5 g
( fase minyak )
4. BHT Antioksidan 0,3 g
5. Propil paraben Pengawet 0,015 g
6. Metil paraben Antifungi 0,045 g
7. TEA Emulgator 1,2 g
8. Propilenglicol Basis krim 3g
9. Aqua Basis krim 17,64 ml
25
Cera alba
Alat : Erlenmeyer
Pelaksanaan :
1. Masukan cera alba ke dalam cawan porselen
2. Masukkan vaselin album ke dalam cawan porselen
3. Lebur hingga homogen
4. Tambahkan BHT ke dalam cawan porselen
5. Kocok sampai homogen
6. Masukan Propil paraben ke dalam cawan porselen
7. Aduk sampai homogen
26
2. Panaskan sampai diperoleh larutan dengan suhu yang sesuai.
27
Pelaksanaan :
1. Timbang Cream 10 g
2. Masukan ke dalam pot.
3. Tutup pot
4. Pot diberi etiket
5. Masukan pot dan brosur ke dalam kemasan dus
2. Uji Homogenitas
a. Sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau alat lain
Homogen
yang cocok untuk pengamatan.
b. Amati apakah sediaan homogen atau tidak
28
3. Uji Tipe Emulsia
a. Ambil sedikit sample
b. Larutkan dgn pelarut yang polar dan pelarut nonpolar
c. Amati proses pelarutnya
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami membuat suatu semi solid yaitu krim Klindamisin.
Klindamisin merupakan bahan aktif sebagai antibiotik yang tidak dapatstabil pada air atau
mudah terurai jika disimpan dalam waktu yang lebih lama sehingga dipilih bentuk sediaan
krim. Adapun formula yangkami gunakan untuk membuat sediaan ini yaitu :
R/ Klindamisin 0,3g
BHT 0,3 g
Nipasol 0,015 g
Nipagin 0,045 g
TEA 1,2 g
Propilenglikol 3g
Aquadest ad 16,14 ml
Bahan tambahan yang digunakan adalah Cera alba , Vaselin Album sebagai basis
minyak , TEA sebagai emulgator, Propilenglikol sebagai wetting agent, Nipagin dan Nipasol
sebagai pengawet dan BHT sebagai antioksidan.
Sebagai emulgator dipilih TEA karena stabil pada rentang pH netral tidak
OTTdengan Klindamisin, membentuk sabun yang tidak mengiritasi kulit dan dapat berfungsi
juga sebagai humektan. Klindamisin memiliki sifat hidrofobik atau tidak suka air sehingga
sukardibasahi sehingga ditambahkan wetting agent yaitu propilenglikol, selain itu
propilenglikoljuga bisa bersifat sebagai pengawet, surfaktan dan humektan, efektif dalam
konsentrasi rendah 2% , tidak OTT dengan bahan aktif dan komponen lainnya, juga larut
dalam air danmembentuk larutan kental jernih yang dapat menambah konsistensi dari sediaan
krim. Sediaan ini perlu ditambahkan pengawet untuk mencegah rusaknya bahan
aktifataupun kontaminasi mikroorganisme kemudian untuk menjaga stabilitasnya karena krim
30
juga mengandung air. Pengawet yang digunakan adalah nipagin dan nipasol karena memiliki
daya antimikroba yang luas, serta kompatibel dengan bahan aktif dan bahan tambaha
nlainnya, juga dengan adanya propilen glikol aktivitasnya meningkat.Selain itu ditambahkan
antioksidan dikarenakan krim mengandumg minyak yang dapat oksidasi sehingga menjadi
tengik antioksidan yang digunakan ialah BHT.
Dalam praktikum pembuatan krim Klindamisin saat pencampuran basis lemak dan air
harus dilakukan dalam suhu tinggi oleh karena itu lumpang harus dipanaskan agar sediaan
tidak pecah, dan bahan – bahan pelarut seluruhnya harus panas. Namun pada proses
pembuatan krim hampir krim yang kami buat mengalami kegagalan hal ini disebabkan karena
bahan yang di lebur sudah mulai dingin sehingga membentuk lapisan keras seperti lilin.
Namun hal ini teratasi dengan pengadukan yang kuat dan penggunaan aqua dest yang panas
serta rumpang yang panas seperti demikian.
Selanjutnya evaluasi sediaan yang kami lakukan adalah pengujian organoleptis, uji
homogenitas dan uji PH. Pada pengujian organoleptis kami menguji bau dan bau yang kami
dapatkan dari sediaan krim kami yaitu tidak menunjukkan adanya bau atau tidak berbau hal
ini disebabkan karena kami tidak menambahkan essensial berupa oleum pada sediaan kami,
kemudian kami menguji rasa dan warna dari pengujian tersebut hal yang kami dapatkan dari
sediaan krim kami ilaha rasa pahit dan tidak memiliki warna hal ini disebabkan karena kami
tidak menambahkan esensial warna pada sediaan krim kami. Pada uji homogenitas untuk
sediaan kami yang di dapatkan ialah homogen karena pada saat pencampuran bahan kami
membuatnya sesuai dengan prosedur yang di anjurkan. Dan terakhiar ialahuji PH yang kami
dapatkan dari sediaan kami ialah Phnya sebesar 9. Untuk pengujian lainnya kami tidak dapat
melakukannya hal ini disebabkan adanya gangguan pada alat dan ketersediaan alat uji dan
waktu yang terbatas.
BAB V
31
PENUTUP
Kesimpulan
1. Membuat suatu semi solid yaitu krim Klindamisin. Adapun formula yang kami
gunakan untuk membuat sediaan ini yaitu :
R/ Klindamisin 0,3g
BHT 0,3 g
Nipasol 0,015 g
Nipagin 0,045 g
TEA 1,2 g
Propilenglikol 3g
Aquadest ad 17,64 ml
2. Pada saat praktikum sempat mengalami kegagalan namun hal ini dapat di minimalisir
dengan penambahan aqua dest yang sangat panas.
3. Pada evalusi sediaan krim kami melakukan pengujian sebanyak tiga pengujian yaitu
uji organoleptis, uji homogenitas, dan uji PH.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
I. Evaluasi Krim
1. Uji pH
34
II. Kemasan Krim
No.: D280518
Mfg.Date : 28 MEI 2018
Exp.Date : 28 MEI 2020
NETTO : 10 gram
ClinDay®Cream
Clindamycin 1%
ATURAN PAKAI : Oleskan obat tipis – tipis pada daerah yang berjerawat2 – 3
kali sehari.
SIMPAN PADA SUHU SEJUK (15 – 25)ºC
NETTO : 10 gram
ClinDay®Cream
Clindamycin 1%
35