Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan


pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun
lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak,
pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Menurut kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae
bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang ditemukan pada
wanita usia 20 tahun. Angka tertinggi pada usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis atau perawatan
yang berkosentrasi pada pengurahan keparahan gejala penyakit, dari pada
berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari
penyakit itu sendiri atau memberikan penyembuhan. Tujuan utama
keperawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang
ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO,2010).
Keperawatan keluarga adalah suatu tindakan keperawatan yang
diberikan pada kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai iktan emosional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. (Johnson’s,1992)
WHO menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker
paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati.
Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa
urutan lima besar kanker adalah leher Rahim, ca mamae, kanker getah
bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca mamae merupakan kanker terbanyak
yang di derita oleh wanita. Angka kematian akibat ca mamae mencapai 5 juta
pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena kanker
tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan

1
bahwa kematian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka kedua
tertinggi.
Penyebab masalah tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,
sebaliknya serangkaian faktor genetic, hormonal, dan kemungkinan kejadian
lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus
bermunculan bahwa perubahan genetic belum berkaitan dengan ca mamae,
namun apa yang menyebabkan perubahan genetic masih belum diketahui.
Perubahan gentik ini termasuk perubahan atau mutase dalam gen normal, dan
pengaruh protein yang menekan atau meningkatkan perkembangan ca
mamae. (Brunner dan Sudart, 2001)
Akibaat dari ca mamae, kehilangan mamae dapat menjadi pukulan yang
hebat terhadap rasa percaya diri wanita karena wanita yang telah mengalami
mastectomy merasa kurang menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan
penampilan fisik mereka. Menangani ca mamae bukan hanya sekedar
menyelamatkan nyawa atau sebuah mamae, melainkan usaha pencapaian
kualitas hidup terbaik (Lincoln dan Wilensky, 2007)

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pembuatan makalah ini :
1. Mahasiswa / I mampu mengenal apa yang di maksud dengan ca mamae
2. Mahasiswa/I mampu mengetahui penyebab dan jalan penyakit dari ca
mamae
3. Mahasiswa / I mampu mengetahui perawatan paliatif pada pasien kanker
4. Mahasiswa/I mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan melalui
pemberian Asuhan Keperawatan Paliatif khususnya pada pasien ca mamae

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Ca Mammae adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills,1995).
Ca Mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada payudara
(Karsono, 2006).
Ca Mammae adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar dan
jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara yang
kemudian tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat payudara (Mediastore, 2011).
2. Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti
(Price & Wilson, 1995: 1142), namun ada beberapa teori yang menjelasan
tentang penyebab terjadinya Ca Mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi factor
pertumbuhan bagi Ca Mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
b. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya
massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proloferasi.
c. Genetic
1) Ca Mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomaldominan (Reeder, Martin, 1997).
2) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi
kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya
transformasi malignan (Reeder, Martin, 1997).

3
3) Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien
dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin &
kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor.
d. Defesiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel
dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor.

3. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi , yang terdiri dalam tahap inisiasi dan promosi:
a. Fase insiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetic sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetic
sel yang disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari, tetaoi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen. Kelainan
genetic dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik manapun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan
b. Fase promosi
Pada yahap fase promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi yang
akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi
tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen)
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita
karena kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum
diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana
terjadinya keganasan pada mammae yaitu:

4
1) Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone
estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium
mempengaruhi faktor pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare,
2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangsang
pertumbuhan sel mammae.
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat
ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita
karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa
hormone estrogen yang menyebabkan kanker pada manusia. Namun
menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai meningkatnya
resiko kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada
wanita yang melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun.
2) Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya
massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi
3) Gentik
a) Kanker mammae bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomal dominal.
b) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi
kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya
transformasi malignan
c) Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien
dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin&
Kumar, 1995) seta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray,2002)
4) Defesiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yan berfungsi untuk menghambat terjadinya
jaringan proliferasi sel jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas
antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringan epithelial dan paling sering pada
system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan
perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma

5
insitu dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk
dpaat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yng cukup
besar untuk bisa diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan
yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri,
seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat
pecah dan terjadi unserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui
limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di
kelenjar limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar limfe
regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan
kulit bercawak. Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan
menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak
tulang (terutama tulang tengkorak)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita
kehilangan progresif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus
disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Sindrom
yang melemahkan ni dinyatkan sebagai kakeksi kanker.

6
4. Patoflow

7
LANJUTAN PATOFLOW
LEMBAR KEDUA

8
5. Tipe Ca Mammae
a. Tipe Ca Mammae berdasarkan gambaran histopatologi:
Karsinoma duktal menginfiltrasi, adalahh tipe histopatologi yang paling
umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini
sangat jelas karena keasa saat di palpasi. Kanker jenis ini biasanya
bermetastasis ke nodus axial. Prognosisnya lebih buruk disbanding
dengan tipe kanker lainnya
b. Karsinoma lobular menginfiltrasi, jarang terjadi, biasanya terjadi pada
suatu area penebalan yang tidak baik pada mammae bila dibanding
dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini umumnya multisentris,
dengan demikian dapat terjadi penebalanbeberapa area pada salah satu
atau kedua mammae. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular
menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa ,
meskipun tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya
menyebar ketulang, paru, hepar dan otak, sementara lobular biasanya
bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat yang tidak
lazim lainnya.
c. Karsinoma modular, (6%) tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar
tetapi meluas dengan lambat, sehingga progsis sering kali lebih baik.
d. Karsinoma musinus (3%) penghasil lender, jugatumbuh dengan lambat.
e. Karsinoma duktal-tubular, (2%) jarang terjadi, karena metastasis
aksilaris secara histology tidak lazim maka prognosisnya sangat baik.
f. Karsinoma inflamantori, tipe karsinoma mammae yang jarang (1-2%)
dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari karsinoma mammae
lain. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae secara abnormal
keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering
terjadi edema dan retraksi papilla mammae. Gejala ini dengan cepat
berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari
bantuan medis dibanding pasien lain dengan massa kecilpada mammae.
Preparat kemotherapi berperan penting dalam pengendalian kemajuan
penyakit ini disamping radiasi dan pembedahan.

9
6. Penyebab Klasifikasi Tnm
TNM pada Ca Mammae:
a. T (Tumor size), ukuran tumor:
T0 : Tidak ditemukan tumor primer.
T1 : Ukuran tumor berdiameter 2 cm atau kurang.
T2 : Ukuran tumor berdiamete 2-5 cm.
T3 : Ukuran tumor berdiameter lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor beberapa saja tapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau ke dinding dada atau pada keduannya, dapat berupa borok,edema
atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil dikulit
diluar tumor utama.
b. N (Node), kelenjar getah bening regional:
N0 : Tidak terdapat metastasis bagian axilia
N1 : Ada metastasis dibagian axilia yang masih dapat digerakkan
N2 : Ada metastasis dibagian axilia yang sulit untuk digerakkan
N3 : Ada metastasis dibagian atas tulang selangka atau pada mammary
interna didekat tulang sternum
c. M (Metastasis). Penyebaran jauh:
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : terdapat mestastasis jauh
Keterangan :
Lekukan pada kulit , retraksi papilla atau perubahan lain pada kulit
kecuali yang terdapat pada T4 bisa terdapat pada T1, T2, atau T3 tanpa
mengubah klasifikasi.Dinding thorax adalah iga, otot interkostal.

7. Faktor Resiko
a. Wanita
b. Usia (resiko Ca Mammae meningkat pada wanita yang berusia > 50
tahun)
c. Riwayat pribadi Ca Mammae/kelainan mammae pada mammae
sebelahnya

10
d. Riwayat keluarga, ibu atau saudara perempuan (+) kanker
e. Ras (warna kulit putih lebih beresiko dari wanita kullit hitam)
f. Riwayat roentgen pada daerah dada waktu anak-anak atau remaja
sebagai terapi untuk karsitoma lain.
g. Nulipara (wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan)
h. Hamil pertama sesudah usia 30 tahun
i. Menarche dini (usia <12 tahun)

8. Kanker Menurut Lokasi


a. Cancer : kanker yang menyerang jaringan kulit
b. Sarcoma : kanker yang menyerang jaringan otot yang lunak
c. Glaucoma : menyerang syaraf limfatik atau saluran limfatik
d. Gliacoma : kanker yang sudah menyerang sel-se pada jaringan otak
termasuk syaraf pada mata

B. Perawatan Paliatif Pasien Kanker


Menurut WHO dalam Rasjidi, 2010 adalah pendekatan yang
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah terkait dengan penyakit yang mengancam nyawa, melalui
pencegahan dan pengurangan penderitaan denmgan cara identifikasi dini,
pemeriksaan yang baik dan terapi rasa sakit dan masalah lainnya, fisik,
psikososial, dan spiritual.
1. Perawatan Paliatif:
a. Mengurangi atau menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu
b. Membuat pasien mengerti bahwa proses hidup dan mati adalah sesuatu
yang wajar
c. Tidak bermaksud untuk mempercepat ataupun menunda kematian
d. Mengintergasikan aspek psikologi dan spiritual dari perawatan pasien
e. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup seaktif
mungkin sampai saat kematian

11
f. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga agar dapat
menerima kenyataan dan menyikapi penyakit pasien dengan baik
g. Menggunakan pendekatan kelompok untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan keluarganya, termasuk konseling
h. Meningkatkan kualitasa hidup dan dapat juga mempengaruhi perjalanan
penyakit secara positif
i. Dapat diterapkan dini saat perjalanan penyakit, digabung dengan terapi
lainnya yang berusaha untuk memperpanjang hidup, seperti kemoterapi
dan radioterapi, termasuk usaha untuk mengetahui dan mengatasi
komplikasi klinin yang mengganggu.

2. Kualitas Hidup
Tujuan utama dari terapi paliatif adalah peningkatan kualitas hidup
pasien, bagaimana kualitas hidup yang diinginkan oleh penderita dan
bagaimana cara meraih dan mencapainya. Jennifer J. Clinch dan Harvey
Schipper dalam Rasjidi, 2010 memberikan 10 dimensi kualitas hidup yang
mendekati parameter untuk pengukuran objektif sebagai pedoman. 10
dimensi kualitas hidup tersebut antara lain:
a. Kondisi fisik (gejala dan nyeri)
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Kesejahteraan emosi
e. Spiritual
f. Fungsi sosial
g. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
h. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
i. Seksualitas (termasuk body image)
j. Fungsi okupasi

12
3. Faktor Yang Perlu Diberikan Pada Pasien Yang Memerlukan
Perawatan Paliatif
a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada
berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi,
kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada
klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-
bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien
dalam pemeliharaan diri.
b. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien
terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah
sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang
terjadi pada klien terminal.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi
terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda
klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan
social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.

13
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses
kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin
berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat
seperti ini apakah pasien

4. Peranan Perawatan Paliatif

Pelayanan Stadium awal Stadium tengah Stadium akhir


perawatan
paliatif
Tujuan Diskusikan Meninjau kembali Menilai pemahaman pasien
perawatan diagnosis, pemahaman pasien akan diagnosis, perjalanan
prognosis, tentang prognosis, penyakit, dan prognosis;
perjalanan meninjau kembali meninjau kembali tujuan
penyakit, dan keberhasilan dan perawatan dan
terapi keuntungan bagi merekomondasikan
penyakit, rasio beban untuk perubahan yang sesuai;
bicarakan pengobatan penyakit, pasien membantu secara
tentang meninjau kembali eksplisit rencana untuk
tujuan tujuan perawatan dan kematian yang baik;
perawatan harapan; mendorong penyelesaian
pasien, mempersiapkan tugas-tugas penting dan
harapan, dan pasien dan keluarga meningkatkan perhatian
harapan akan pasien untuk pada hubungan keluarga
terapi yang pergeseran tujuan; dan urusan keuangan.
diberikan. mendorong
memperhatikan
tugas-tugas penting,
hubungan, dan
perihal keuangan.

14
Progam Menyarankan Menyarankan pasien Menyarankan pasien untuk
dukungan pasien untuk untuk melakukan mengikuti progam
mendaftar kunjungan perawatan perawatan paliatif dirumah
progam paliatif teratur; sakit atau dirumah, kasus
perawatan mempertimbangkan manajemen jasa, rumah
paliatif dan progam perawatan perawatan, atau PACE;
menyediakan paliatif dirumah sakit mempertimbangkan
perawatan atau dirumah, rumah penempatan panti jompo
rumah perawatan, dengan rumah perawatan
dan layanan rehabilitasi sub atau perawatan paliatif jika
manajemen akut, jasa manajemen perawat rumah pasien
kasus (jika kasus dan PACE. kewalahan.
ada)
Perencana Menyerankan Menyarankan pasien Menyarankan pasien untuk
an pasien untuk untuk menilai meninjau semua sumber
keuangan mencari kembali kecukupan daya keuangan dan
bantuan perencanaan kebutuhan;menginformasik
dalam keuangan, perawatan an pasien dan keluarga
merencanaka medis, perawatan tentang pilihan
n keuangan, rumah, obat-obatan, keuangan untuk
perawatan perawatan jangka perawatan pribadi dan
jangka panjang dan jangka panjang
panjang, mendukung (misalnya hospis dan
kebutuhan kebutuhan keluarga; bantuan medis) jika
asuransi dan mempertimbangkan sumber daya tidak
memulai perawatan hospis dan memadai untuk
pengalihan kelayakan medicaid. memenuhi kebutuhan;
aset jika secara eksplisit
pasien merekomondasikan
sedang perawatan hospis dan
mempertimba meninjau kembali
ngkan keuntungannya;

15
aplikasi mempertimbangkan
medis masa kelayakan pertolongan
depan; medis.
merujuk
pasien ke
pengacara
yang
berpengalam
an dalam isu-
isu
kesehatan.
Dukungan Menginforma Mendorong Mendorong keluarga dari
keluarga sikan pasien dukungan atau luar kota untuk
dan keluarga konseling bagi mengunjungi; mengirim
tentang perawat keluarga; pengasuh kepada
kelompok memastikan bahwa kelompok-kelompok
dukungan/unt para pengasuh dukungan penyakit tertentu
uk memiliki informasi atau konseling;
membentuk tentang sumber daya menanyakan secara rutin
tim paliatif; praktis, stres, tentang kesehatan,
bertanya depresi, dan kesejahteraan, dan
mengenai kecukupan kebutuhan praktis
kebutuhan, perawatan medis; pengasuh; menawarkan
dukungan mengidentifikasi sumber daya untuk perawat
praktif sumber daya pengganti, setelah
(misalnya dukungan praktis; kematian, mengirim kartu
transportasi, merekomendasikan bela sungkawa, dan
obat, dan bantuan dari menghubungi setelah satu
perawatan keluarga dan teman; sampai dua minggu;
pribadi); meningkatkan mempertahankan kontak
mendengarka kemungkinan rumah sesekali setelah kematian
n perawatan dan pasien; mendengarkan

16
kekhawatiran mendiskusikan kekhawatiran.
. manfaatnya;
mendengarkan
kekhawatiran.

5. Peran Perawatan Paliatif Dalam Pencegahan


a. Pendidikan masyarakat
b. Pencegahan penyakit stadium lanjut melalui program deteksi dini
c. Penurunan angka kematian dengan terapi kanker
d. Pencegahan penderita dengan perawatan paliatif

6. Penderita Penyakit Kanker


Yang menjadi fokus perawatan paliatif pada pasien kanker diantaranya
sebagai berikut ;
a. Penderitaan Pasien Kanker (Psikologis) Gangguan psikologis dapat
juga muncul akibat gejala fisik, progresifitas penyakit, kecacatan yang
timbul, perubahan bentuk tubuh, ketergantungan fisik, kelelahan fisik,
kegagalan pengobatan, biaya yang harus dikeluarkan, komunikasi yang
buruk dengan petugas kesehatan, dll
b. Penderitaan Pasien Kanker (Fisik) Gejala fisik juga dapat muncul
karena pengobatan yang sedang dilakukan. Kemoterapi atau radiasi di
bagian tertentu dapat memberikan efek samping mual, muntah, tidak
nafsu makan, cepat lelah dan sebagainya. Nyeri atau gangguan fungsi
bagian tubuh yang dioperasi dapat terjadi akibat operasi. Kondisi tirah
baring dalam waktu lama dapat menimbulkan pasien merasa semakin
lemah, gangguan buang air besar, luka di bagian tubuh yang tertindih
dan sebagainya. Kondisi lain yang menyertai yang telah ada
sebelumnya juga dapat menambah gejala yang muncul
c. Penderitaan Pasien Kanker (Fisik) Gejala fisik juga dapat muncul
karena pengobatan yang sedang dilakukan. Kemoterapi atau radiasi di
bagian tertentu dapat memberikan efek samping mual, muntah, tidak
nafsu makan, cepat lelah dan sebagainya. Nyeri atau gangguan fungsi

17
bagian tubuh yang dioperasi dapat terjadi akibat operasi. Kondisi tirah
baring dalam waktu lama dapat menimbulkan pasien merasa semakin
lemah, gangguan buang air besar, luka di bagian tubuh yang tertindih
dan sebagainya. Kondisi lain yang menyertai yang telah ada
sebelumnya juga dapat menambah gejala yang muncul
d. Penderitaan Pasien Kanker (Sosial) Kesulitan social pada pasien kanker
dapat menimbulkan penderitaan, misalnya masalah hubungan
interpersonal yang muncul akibat reaksi pasien, reaksi keluarga atau
orang lain terhadap penyakitnya, masalah perkawinan, tidak adanya
persamaan pendapat tentang pengobatan yang dijalani, perubahan peran
dalam keluarga, kesulitan keuangan, penyakit yang dirahasiakan dsb
e. Penderitaan Pasien Kanker (Spiritual dan Agama) Masalah spiritual dan
agama seperti menganggap penyakit akibat hukuman, menyalahkan diri
sendiri, hidup tidak berguna dsb dapat menjadi sumber penderitaan.

7. Penderita Layanan Keluarga


Selain pasien kanker, keluarga juga menjadi fokus perawatan paliatif
karena keluarga menjadi support sistem keberhasilan perawatan pasien
kanker. Penderitaan keluarga mungkin mengalami kelelahan akibat
perubahan peran dalam keluarga, nutrisi yang tidak terpenuhi, kurangnya
waktu tidur dan waktu olahraga dan mengerjakan hobinya dan melakukan
kegiatan sehari-harinya. Keluarga berpotensi untu mengalami stress
psikologi.

8. Jenis Layanan Paliatif


Jenis layanan paliatif yang dapat diberikan pada pasien kanker antara lain:
a. Konsultasi layanan paliatif
b. Penanggulangan nyeri
c. Penanggulangan keluhan lain penyerta penyakit primer
d. Bimbingan psikologis, social dan spiritual
e. Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien di rumah
f. Kunjungan rumah berkala, sesuai kebutuhan pasien dan keluarga

18
g. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga
h. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga
i. Asuhan keperawatan terhadap pasien dengan luka, gastrostomi,
colostomy, selang makanan (NGT), kateter dll
j. Membantu penyediaan tenaga perawat home care
k. membantu penyediaan pelaku rawat (caregiver)
l. Membantu kesiapan menghadapi akhir hayat dengan tenang dan dalam
iman
m. Memberi dukungan masa dukacita
n. Konsultasi melalui telepon

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE
PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

A. PENGKAJIAN
1. Identifikasi Pasien
Nama : NY. C
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama / Suku :Kristen Protestan / Ambon
Warga Negara : Indonesia
Bahasa Yang Digunakan :Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Negri
Alamat : Jakarta
2. Diagnosa Medis : Kanker Payudara Kanan Stadium IV
3. Keadaan Umum
Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit berat,pasien tampak berbaring lemah, pasien
tampak meringis, pasien mengatakan nyeri yang rasakan seperti
tertusuk- tusuk benda tajam dengan skala 9 dengan durasi ± 10 – 15
menit, wajah pasien tampak cemas dan gelisah. Pasien mengatakan
aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sendiri.Pasien tampak berpakian tidak rapi dan
tidak bersih.
Alasasan :Ku lemah, GCS 15 E4M6V5
Tanda – Tanda Vita :
Kesadaran : Composmentis
Respon Motorik : 6
Respon Bicara : 5
20
Respon Membuka Mata : 4 +
Jumlah : 15
Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
Suhu : 360c
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 88x/menit

4. Pengkajian Pola Kesehatan


1) Pola Presepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada
benjolan atau kelaian pada tubuh.
b. Riwayat penyakit saat ini
c. Keluhan Utama : Pasien mengatakan ada benjolan di
payudara sebelah kiri semakin hari semakin membesar dan
terasa nyeri skala 9, terdapat massadan luka pada payudara
kanan
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Klien
mengatakan tidak pernah mengalami penyakit lainnya,
tetapi pasien mengatakan sebelumnya pernah berobat ke
RS dan alternatif di daerah Ambon.
a. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak
ada riwayat penyakit kanker payudara dalam keluarga.

2) Pola Nutrisi dan Metabolik


Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan makan teratur 3x
(pagi, siang, malam), pasien mengatakan karena sibuk
pekerjaan pasien jarang makan di rumah pasien selalu makan di
luar ( rumah makan).
Kedaan saat sakit :klien makan 3x (pagi, siang, malam) porsi
dihabiskan, pasien menagatakan selama sakit pasien makan
bubur, ikan,sayur dan hanya makan makanan dari rumah sakit.

21
3) Pola Eliminas
Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan BAB dan BAK
lancer, minimal 1x BAB dalam sehari dan konsistensi feces
lunak, warna kuning dan urin juga berwarna kuning jernih
Keadaan sejak sakit :Pasien mengatakan selama sakitBAB
kurang lancar minimal 2 atau 3 hari sekali, sedangkan BAK
berwarna kuning pekat .

4) Pola Aktivitas dan Latihan :


Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan sibuk dengan
pekerjaan setiap hari sehaingga pasien jarang olaraga, dan
kadang- kadang refresing dengan keluarga ke tempat rekreasi.
Kedaan saat sakit :Pasien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitas yang sudah menjadi rutunitasnya karena sakit, pasien
tidak mandi selama sakit hanya wash lap di bantu perawatadan
keluarga, pasien ganti pakian atau kaian yang di pakai 1 x
sehari

5) Pola Tidur dan Istirahat


Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam sehari
pasien tidur ± 6 – 7 jam, jarang tidur siang jika tidur siang ± 1
jam dan tidur malam 5- 6 jam.
Kedaan saat sakit :Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena
nyeri pada benjolan di payudara sebelah kanan hilang timbul,
hanya ± 3 – 4 jam.

6) Pola Kongnitif – Presepsi


Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami
kesulitan pasien dapat menulis dan membaca, mendengar,
melihat, bekerja seperti biasa dan dapat merasakan
insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri.

22
Kedaan saat sakit : Pasien mengatakanPasien mengatakan
tidak mengalami kesulitan pasien dapat menulis dan membaca,
mendengar, melihat, tetapi pasien tidak bisa bekerja dan tetap
dapat merasakan sensitivitas terhadap dingin, panas, nyeri ,
pasien mengatakan sudah mengerti sepenuhnya tentang
penyakit yang diderita
7) Pola Presepsi Diri – Konsep Diri

Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan sebelumnya tetap


percaya diri dengan keadaanya, tidak ada dalam dirinya secara
fisik yang membuatnya merasa tidak nyaman dan malu.

Kedaan saat sakit :Paisen mengatakan mengatakan pasrah


terhadap penyakit yang diderita dan hanyabisa berdoa saja.
Pasien kurang percaya diri dengan penampilannya, pasien malu
dengan kondisi penyakitnya(payudaranya) jika di lihat orang
lain.

8) Pola Peran – Hubungan


Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan menjalin
hubungan yang baik antara keluarga, sahabat, teman, dan orang
– orang yang berada disekitar pasien dan menjalankan peranya
dengan baik sebagai, seorang istri, ibu, dan wanita karir,
dapatmengambil keputusan secara mandiri.
Kedaan saat sakit :Pasien mengatakantetap menjalin
hubungan yang baik dengan yang baik antara keluarga, sahabat,
teman, dan orang – orang yang berada disekitar pasien dan,
namun tidak menjalankan peranya dengan baik sebagai,
seorang istri, dan ibuserta tidak dapat melakukan pekerjaan
rumah maupun kantor .
Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan pasien tidak
berani mengambil keputusan sendiri untuk operasi dan
pengobatan lanjutan tetapi pasien selalu berunding dengan
keluarga terutama suami.
23
9) Seksualitas – Reproduksi
Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan pada sistem reproduksi, dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi.
Kedaan saat sakit :Pasien mengatakan terjadi perubahan pada
kontur/bentuk payudara klien, terdapat luka pada payudara
kanan, dan terdapat benjolan pada payudara kiri.

10) Pola Koping – Toleransi Stres

Keadaan sebelum sakit :pasien mengatakan tidak ada sters


atau masalah yang besar yang mempengaruhi

Kedaan saat sakit :Pasien mengatakan sudah mengerti


sepenuhnya tentang penyakit yang diderita namun terus
memikirkan keadaanya.

11) Nilai – Kepercayaan

Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan melakukan ibadat


secara rutin

Keadaan sebelum sakit :Pasien mengatakan kenapa Tuhan


memberikannya penyakit seperti ini kepada nya.

5. Pengkajian fisik
Keadaan umum : composmentis
a. Pemeriksaan kepala: berbentuk bulat dan simetris ,ubun-ubun
teraba keras dan tidak cekung, kulit kepalakotor dan tidak ada
luka
Rambut : Penyebaran dan keadaan rambut merata, tidak berbau

b. Wajah : Warna kulit sawo matang, struktur wajah oval, tidak ada
kelainan pada wajah
24
c. Mata : Mata kanan dan kiri lengkap dan simetris, tidak terdapat
peradangan pada palpebra,konjungtiva dan sclera baik, tidak
anemia, tidak ada ikterik, pupil normal, respon pada cahaya ada
dan isokor, kornea dan iris tidak ada peradangan, iris berwarna
hitam dan respon pada cahaya ada, visus penglihatan baik,
tampak palpebra inferior berwarna gelap, wajah tampak
mengantuk
d. Hidung : Tulang hidung/posisi sptumnasi : posisi septumnasi
berada medial, lubang hidung kanan dan kiri simetris, tidak ada
secret, tidak ada peradangan,tidak ada pernafasan cuping hidung
e. Telinga : Bentuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, ukuran
telinga normal, lubang telinga : serum dalam batas normal, tidak
ada peradangan, ketajaman pendengaran pendengaran baik
Mulut dan faring :Keadaaan bibir mukosa bibir kering, keadaan
gigi dan gusi nampak kotor , tidak ada gusi berdarah.
Orofaring : uvula berada di media
f. Leher, ada pembesaran tiroid, Suara jelas, ada pembesaran
kelenjar limfa, tidak ada peningkatan pada vena jugularis, denyut
nadi karotis teraba
g. Pemeriksaan integument :Tampak kotor dan lembab, akral hangat,
turgor kulit baik, kulit pasien kering di bagian payudara kiri area
masa
h. Pemeriksaan payudara: Ukuran dan bentuk payudara tidak
normal ada benjolan di payudara sebelah kiri dan ada nyeri
tekan,nyeri skala 9, terdapat luka pada payudara kanan dengan
ukuran ± 15cm dan kedalaman ±8cm, berwarna merah
kekuningan dan berbau.
a. Pemeriksaan thorak dan dada : Bentuk toraks normal, pernafasan
dan irama teratur
b. Pemeriksaan jantung : tidak ada kelainan

25
c. Pemeriksaan abdomen :Bentuk abdomen soepel, tidak ada
benjolan/massa, peristaltik usus: 15x/m, tidak ada suara
tambahan, tidak adanyeri tekan, tidak ada asites.
d. Pemeriksaan musculoskeletal: Otot simetris kiri dan kanan, tidak
ada edema , kekuatan otot baik, nilai skor= 4, tidak ada kelainan
pada ekstremitas
Fungsi motorik :Pasien tidak dapat berjalan dengan baik tanpa alat
bantu, pasien tidak mampu dapat berdiri tegak
Fungsi sensori :Pasien merasakan sentuhan ringan

6. Analisa Data

Analisa Data
Nama / umur : Ny. C / 42 tahun
No Data Etiologi Masalah
1. DS:Pasien mengatakan ada Agen cedera Nyeri kronis
benjolan di payudara fisik
sebelah kiri semakin hari
semakin membesar dan
terasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk benda tajam skala
nyeri 9, terdapat massadan
luka pada payudara kanan
DO :
o Pasien tampak
meringis
o Ada nyeri tekan pada
payudara kiri
o Terdapat luka pada
payudara
kanandengan ukuran

26
± 15cm dan
kedalaman ±8cm,
berwarna merah
kekuningan dan
berbau.
2. DS : :Pasien mengatakan Nyeridan Gangguan pola tidur
tidak bisa tidur prognosa yang
karena nyeri pada tidak pasti
benjolan di payudara
sebelah kanan hilang
timbul, hanya ± 3 – 4
jam.
DO : Tampak palpebra inferior
berwarna gelap, wajah
tampak mengantuk
3. DS :Pasien mengatakan Perubahan Kelemahan fisik
aktivitas dibantu fisiologis
keluarga dan perawat
karena pasien tidak
dapat melakukan
aktivitas sendiri
DO :
o Pasien tampak sakit
berat
o Pasien tampak
berbaring lemah
o Kekuatan otot baik,
nilai skor= 4 , Pasien
tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa
alat bantu, pasien
tidak mampu dapat

27
berdiri tegak tanpa
bantuan.

4. DS : Pasien tidak mandi Keterbatasan Kurang perawatan diri


selama sakit hanya fungsi fisik
wash lap di bantu dan psikologi
perawatadan
keluarga, pasien ganti
pakian atau kaian
yang di pakai 1 x
sehari
DO :
o Pasien tampak
berpakian tidak rapi
dan tidak bersih
o kulit kepala kotor
o kulit pasien tampak
kering di bagian
payudara kiri area
masa
o keadaan gigi dan
gusi nampak kotor
o Tampak kotor dan
lembab

5. DS:Pasien tidak percaya diri Adanya lesi Gangguan gambaran diri


dengan penampilannya, dan kanker
pasien malu dengan
kondisi penyakitnya
(payudaranya) jika di
lihat orang lain.

28
DO :
o Wajah pasien
tampak cemas dan
gelisah
o Terdapat luka pada
payudara kanan
dengan ukuran ±
15cm dan kedalaman
±8cm, berwarna
merah kekuningan
dan berbau.

6 DS : Proses Perubahan proses pikir


o Pasien mengatakan penyakit
sudah mengerti
sepenuhnya tentang
penyakit yang
diderita namun terus
memikirkan
keadaanya
o Paisen mengatakan
mengatakan pasrah
terhadap penyakit
yang diderita dan
hanyabisa berdoa saja
o Pasien mengatakan
kenapa Tuhan
memberikannya
penyakit seperti ini
kepada nya
DO :wajah pasien tampak
cemas dan gelisah

29
7 DS : Proses Gangguan fungsi keluarga
o Pasien mengatakan penyakit dan di rumah
tidak menjalankan program
peranya dengan baik pengobatan
sebagai, seorang
istri, dan ibu serta
tidak dapat
melakukan
pekerjaan rumah
maupun kantor .
o Pasien mengatakan
dalam pengambilan
keputusan pasien
tidak berani
mengambil
keputusan sendiri
untuk operasi dan
pengobatan lanjutan
tetapi pasien selalu
berunding dengan
keluarga terutama
suami.
DO :
o wajah pasien tampak
cemas dan gelisah
o pasien tampak
berbaring lemas dan
tidak bisa melakukan
aktivitas
8 DS :terdapat massadan luka Proses Resiko tinggi infeksi
pada payudara kanan penyakit dan
DO : mekanisme

30
o Terdapat luka pada pertahanan
payudara kanan tubuh
dengan ukuran ±
15cm dan kedalaman
±8cm, berwarna
merah kekuningan
dan berbau.
o Leher, ada
pembesaran tiroid,
adapembesaran
kelenjar limfa,

7. Diagnose Keperawatan
1) Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera fisik
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengannyeridan prognosa
yang tidak pasti
3) Kelemahan fisik berhubungan dengan perubahan fisiologis
4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
dan psikologis
5) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan lesi dan kanker
6) Perubahan proses pikir berhubungan dengan proses penyakit
7) Gangguan fungsi keluarga berhubungan dengan proses
penyakit dan program pengobatan
8) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses penyakit dan
mekanisme pertahanan tubuh

31
8. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Nama / umur : Ny. C / 42 tahun
No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan keperawatan 1) Kaji karekteristik nyeri
dengan agen cedera fisik diharapkan pasien dapat 2) Evaluasi asal nyeri dan atasi jika
melaporkan nyeri dapat di control mungkin
pada tingkat yang dapat 3) Lakukan tindakan untuk
ditoleransi dengan criteria hasil: meningkatkan kenyamanan fisik
1) Pasien / keluarga mampu dengan cara : mempertahankan
mengidentifikasi tindakan- posisi, penggunaan tempat tidur
tindakan untuk mengontrol khusus, pengunaan kompres,
nyeri mengurangi stimulus lingkungan
2) Pasien / keluarga mampu 4) Ajarkan dan anjurkan teknik
melakukan tindakan-tindakan relaksasi
untuk mengontrol nyeri 5) Kolaborasi dengan dokterdalam
3) Nyeri hilang / terkontrol pemberian analgetik
6) Beritahu pasien dan keluarga
tentang penggunaan obat yang
benar, efek samp[ing obatdan yang
dapat dilakukan jika terjadi
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji pola tidur dan aktivitas pasien
berhubungan dengannyeridan keperawatan diharapkan pasien 2) Pantau dan catat pola tidur /
prognosa yang tidak pasti melaporkan menciptakan kembali istirahat dan jumlah jam istirahat
pola istirahat dan tidur, dengan pasien
criteria hasil: 3) Kaji factor yang memperberat
1) Pasien akan tidur pada malam masalah idur / istirahat pasien
hari dan bangun dengan 4) Berikan support emosional/
perasaan nyaman konseling untuk membantu
2) Pasien dan keluarga menghilangkankecemasan
menyebutkan tindakan yang 5) Atur lingkungan yang nyaman
digunakan untuk untuk meningkatkan tidur /

32
meningkatkan tidur istirahat
6) Informasikan pasien / keluarga
tentang factor-faktor yang
memperberat gangguan tidur /
istirahat
7) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat tidur
3. Kelemahan fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat kelemahan pasien
dengan perubahan fisiologis keperawatan diharapkan pasien 2) Anjurkan pasien agar tetap
akan melaporkan pasien mempertahankan pola istirahat dan
mempunyai tenaga yang tidur pasien
maksimal sesuai kebutuhan 3) Anjurkan pasien untuk
dengan criteria hasil : mengekspresikan perasaan tentang
1) Pasien mampu keterbatasan yang ada
beristirahatsesuai kebutuhan 4) Bantu pasien untuk merencanakan
2) Pasien akan tetap melakukan aktivitas dan istirahat
aktivitas sesuai kemampuan

4. Kurang perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kemampuan pasien dalam
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien melakukan aktivitas sehari-hari
keterbatasan fisik dan melaporkan kebutuhan perawatan 2) Pantaukondisi kulit
psikologis diri terpenuhi dengan criteria hasil 3) Bantu pasien untuk mandi, baik di
: tempat tidur atau menggunakan
1) Pasien tampak bersih dan shower
segar 4) Cuci rambut pasien
2) Mulut bersih dan tidak sesuaikebutuhan
berbau 5) Bantu perawatan parineal
3) Kulit tidak kering 6) Berikan pelembab atau lotion
pada kulit
5. Gangguan gambaran diri Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kondisi lesi

33
berhubungan dengan lesi dan keperawatan diharapkan pasien 2) Berikan kesempatan kepada
kanker melaporkan bau dan drainage pasien untuk mengekspresikan
dapat terkontrol dengan criteria penilaian terhadap dirinya
hasil: 3) Bersikan luka dengan
1) Lesi bersih dan tidak menggunakan antiseptic
berbau 4) Demonstrasi prosedur perawatan
2) Pasien / keluarga mampu kulit
mendemonstrasikan 5) Sediakan ventilasi yang cukup
6) Berikan penjelasan sumber bau
dan proses terjadinya lesi
7) Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi antibiotik
6. Perubahan proses pikir Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji riwayat fisik, sosial dan
berhubungan dengan proses keperawatan diharapkan pasien rologis secara ketat
penyakit menunjukan perbaikan atau 2) Kurangi psikologis pasien
terpeliharanya proses pikir, 3) Kaji tingkat orientasi pasien
dengan criteria : 4) Kurangi stimulus pada pasien
1) Fungsi mental dan 5) Batasi keinginan pasien pada hal –
psikologis pada tingkat hal yang diinginkan
optimal 6) Hindari pengkajian yang tidak
2) Tidak ada tanda – tanda mungkin dijawab pasien
peningkatan tekanan 7) Panggil nama pasien ketika mulai
intrakranial berinteraksi
8) Berikan penghargaan pada hal –
hal yang sederhana
7. Gangguan fungsi keluarga Setelah dilakykan tindakan 1) Tentukan akan kebutuhan
berhubungan dengan proses keperawatan diharapkan pasien perawatan di rumah
penyakit dan program dan keluarga mampu berfungsi 2) Bantu anggota keluarga untuk
pengobatan secara optimal, dengan criteria mengembangkan harapan yang
hasil : realitas terhadap diri dalam
1) Pasien dapat menjelaskan menampilkan peran
kebutuhan akan perawatan 3) Berikan informasi adanya sumber

34
di rumah – sumber yang ada di masyarakat
2) Pasien/keluarga dapat 4) Tawarkan solusi pada masalah
memanfaatkan sumber – financial sesuai kebutuhan
sumber di masyarakat
8. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 1) Pantau tanda – tanda vital
berhubungan dengan proses keperawatan diharapkan tidak 2) Kaji tanda – tanda infeksi
penyakit dan mekanisme menimbulkan adanya tanda – 3) Lakukan teknik antiseptic
pertahanan tubuh tanda infeksi, dengan criteria hasil 4) Pantau intake dan output
: 5) Pantau hasil laboratorium leukosit
1) Pasien/keluargamampu 6) Ajarkan pasien dan keluarga
mendemonstrasikan mengenal tanda – tanda infeksi
tindakan – tindakan dan menurunkan resiko infeksi
pencegahan infeksi 7) Anjurkan keluarga lapor jika
2) Pasien/keluarga akan terjadi peningkatan suhu
melaporkan jika terjadi 8) Kolaborasi dengan dokter dalam
peningkatan suhu pemberian antibiotic

35
9. Evaluasi
No Diagnose Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri kronis berhubungan 1. Pasien dan keluarga mampu
dengan agen cedera fisik mengidentifikasi tindakan –
tindakan untuk mengontrol nyeri
2. Pasien dan keluarga mampu
melakukan tindakan – tindakan
untuk mengontrol nyeri
3. Nyeri hilang / terkontrol
2. Gangguan pola tidur 1. Pasien akan tidur pada malam
berhubungan dengan nyeri dan hari dan terbangun dengan
prognosa yang tidak pasti perasaan enak
2. Pasien / keluarga menyebutkan
tindakan – tindakan yang
digunakan untuk meningkatkan
tidur
3. Kelemahan fisik berhubungan 1. Pasien mampu beristirahat sesuai
dengan perubahan fisiologis kebutuhan
2. Pasien akan tetap melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
4. Kurang perawatan diri 1. Pasien tampak bersih dan segar
berhubungan dengan 2. Mulut bersih dan tidak berbau
keterbatasan fisik dan psikologis 3. Kulit tidak kering

5. Gangguan gambaran diri 1. Lesi bersih dan tidak berbau


berhubungan dengan lesi dan 2. Pasien / keluarga mampu
kanker mendemonstrasikan perawatan
luka yang direkomendasikan
6. Perubahan proses pikir 1. Fungsi mental dan psikologis
berhubungan dengan proses pada tingkat optimal
penyakit 2. Tidak ada tanda – tanda
peningkatan intracranial
36
7. Gangguan fungsi keluarga 1. Pasien dapat menjelaskan
berhubungan dengan proses kebutuhan akan perawatan di
penyakit dan program rumah
pengobatan 2. Pasien dan keluarga dapat
memanfaatkan sumber – sumber
di masyarakat.
8. Resiko tinggi infeksi 1. Pasien dan keluarga mampu
berhubungan dengan proses mendemonstrasikan tindakan –
penyakit dan mekanisme tindakan pencegahan infeksi
pertahanan tubuh 2. Pasien / keluarga akan
melaporkan jika terjadi
peningkatan suhu.

37
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ca Mammae adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar dan
jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara yang kemudian
tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan
ikat payudara
Perawatan paliatif pasien kanker adalah pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah terkait
dengan penyakit yang mengancam nyawa, melalui pencegahan dan
pengurangan penderitaan denmgan cara identifikasi dini, pemeriksaan yang
baik dan terapi rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial, dan spiritual.

B. Saran
Saran yang dapat kelompok sampaikan lewat makalah ini sebagai
pembaca terlebih khusus perawat adalah kita harus selalu sigap dalam
penanganan penyakit lebih khususnya tentang penyakit Ca Mamae karena
akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Perawat juga harus
memberikan health education kepada mereka yang tidak mengerti akan
penyakit ini (pasien) dan keluarga agar mereka paham dengan Ca Mamae dan
bagaimana pengobatnnya.
Selain itu juga fungsi perawat dalam hal ini yaitu memberikan motivasi
kepada pasien ketika telah terkena penyakit Ca mamae yang sudah tidak bisa
di sembuhkan lagi, bahkan juga memberikan motivasi kepada keluarga dari
pasien agar bisa menerima keadaan yang di alami oleh pasien.

38
DAFTAR PUSTAKA

Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative Medicine.


Oxford Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed.
New York, NY: Oxford University Press

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan


Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Rasjidin, Imam. 2010. Perawatan Paliatif Supportif & Bebas Nyeri pada Kanker.
Jakarta:CV. Sagung Seto.

39

Anda mungkin juga menyukai