Anda di halaman 1dari 22

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Ilmu Sosial

Di susun oleh:
Kelompok 3

Taufiq Riyana
Roni Fardiansyah
Priatna
Khoerul Anwar
Kokom Komariah
Imas Alawiyah
Olivia Sarah
Ummi Lailatus Salaamah
Annisa Fitri Aprilia
Lina Herlinayati
Rika Dwi Ecaesar
Ovi Oktaviani
Mutia Addini
Rini Nur’aeni
Putri Karina
Meri Sri Gantini
Dadan diki

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI KOTA SUKABUMI)
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya


makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah
ditentukan. Makalah ini berisikan tentang Pengertian Perubahan Sosial Budaya,
Faktor internal dan ekstrenal serta factor pendorong dan penghambat perubahan
social budaya.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Wawan
Hermawan,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Sosial yang telah
memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat dan
menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak ilmu, informasi dan
pengetahuan selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kepada seluruh rekan kami yang membantu penyelesaian makalah ini baik berupa
bantuan moril maupun materil.
Setelah itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun
terdapat banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf
sebesar-besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat
kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak
berkenan di hati pembaca mupun pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih
dalam proses belajar. Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi
kemajauan bersama.
Sukabumi, Desember 2012
Penyusun
a.n. Kelompok 3

Roni Fardiansyah

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 1
Daftar isi ………………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah …………………………………………………. 3
b. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya…………………………………..6
b. Teori – teori Perubahan Sosial…………………..……………………… 7
c. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya………8
d. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan…..……………. ..9
e. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya………………………….12
f. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya ……………………… 16
g. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya .……………………. 18
h. Proses Perubahan Sosial Budaya…………………….……………….. 20
i. Sikap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya………23
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ……………………………………………………………….25
b. Saran-saran ………………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.
Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang
mendalam dan kurang teliti.Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti
pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal
perdagangan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita
menggenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya
belum dikenal sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya. Karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-
perubahan tersebut maka bilamana seseorang hendak membuat penelitian perlulah
terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudnya dasar
penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal tersebut tidak dikemukakan
terlebih dahulu.
Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog
modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial
dan kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi
dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang di usahakan oleh banyak
masyarakat Negara-negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah
perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu
masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat, apabila telah
dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang ekonomi.
Akan tetapi pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan pembangunan
ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan pembangunan
terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan
pembangunan.Di samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat
yang dapat menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami
perkembangan. Hal ini dapat memperkuat atau menciptakan factor-faktor yang
dapat mendukung pembangunan tersebut. Sebaliknya, perlu diketahui terlebih
dahulu perubahan-perubahan di bidang manakah yang akan terjadi nanti sabagai
akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Perubahan-perubahan di luar
bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap perubahan dalam suatu
lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut selalu terkait proses saling mempengaruhi secara timbal
balik.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat
statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis
adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan cepat.Jadi setiap
masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis.
Sedangkan pada masyarakat yang lainya, dianggap sebagai masyarakat yang
dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan
tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini
merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke
bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan
baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui
oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.
Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat
cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-
perubahan sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu
dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.
B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya
2. Teori-teori Perubahan Sosial
3. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya
4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya
5. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
6. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
7. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
8. Proses Perubahan Sosial Budaya
9. SIkap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial budaya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perubahan sosial budaya
Beberapa pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya
sebagaiberikut:

1. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang


terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial
adalah nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok
dalam masyarakat. Selain itu Kingsley davismendefinisikan perubahan sosial
sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat.

2. William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak memberi


definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup
perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material
maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

3. Mac iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural
elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan
sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam
kedua kategori tersebut diatas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak, atau sistem
keuangan, merupakan utilitarian elements, karena benda-benda tersebut tidak
langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya, semua
mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-
kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik
dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan
seterusnya dimasukan ke dalam golongan tersebut. Cultur menurut Mac Iver adalah
ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup,
seni kesusastraan, agama rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film,
permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara
langsung memenuhi kebutuhan manusia.
4. Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk ideologi maupun karena
adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara
singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah
perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan
sosial yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Perubahan budaya
adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan karena perubahan pola pikir masyarakat
sebagai pendukung kebudayaan.Unsur-unsur kebudayaan yang berubah adalah
sistem kepercayaan/religi, system mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan,
sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa, kesenian, serta ilmu pengetahuan.
B. Teori-teori perubahan sosial
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
social merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan
dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti
misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau
kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan
sosial bersifat periodik dan non periodik. Pokoknya, pendapat-pendapat tersebut
pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-
kejadian. Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam
perubahan-perubahan sosial , tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran
akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-
perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya
gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan
dapat diperoleh suatu generalisasi.

Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang


menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis,
geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-
aspek kehidupan sosial lainya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi
tekhnologis). Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut
sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan
sosial.
Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi dan
faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu.Penelitian yang obyektif akan
dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan,
disamping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan
tersebut berlangsung.
C. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan
perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan
kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian
dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat
dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-
perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat dijelaskan.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat dan
seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan
organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa
Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.Perubahan-perubahan tersebut
lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat
menurut kingsley davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara
organisasi-organisasi, dan bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya
mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi
yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan
bukan oleh karena warisan yang berdasarkan keturunan.
Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa kebudayaan
adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan. Keseniaan,
moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia
sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan adalah setiap
perubahan dari unsur-unsur tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama
yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau
suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari
adanya ciri-ciri tertentu, antara lain :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat
mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan
perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi
yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang
sangat kuat.
5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:
a. Social proses : the circulation of various rewards, facilities, and personnel in an
existing structure.
b. Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from
existing units.
c. Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and
organization
d. Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the level of
consciousness of groups, and the relations among the groups in society.
D. Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu
:
1. Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses
lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti
kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan
sosial terjadi karena dorongan dari
usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh,
perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat agraris.

Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi,
yaitu:
• Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana
menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
• Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat
tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan
manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
• Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada
pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
2. Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak
ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.Secara sosiologis perubahan revolusi
diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan
atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam
revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan,
dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat
yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara
sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu,
antara lain adalah:
• Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam
masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu
keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
• Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
• Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk
kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
• Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.
Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh
masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya
perumusan sesuatu ideologi tersebut.
• Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan
dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat
gagal.
Contoh dari perubahan Revolusi adalah: Kemerdekaan Indonesia merupakan
revolusi dari Negara terjajah menjadi Negara merdeka.
3. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau
yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-
lembaga kemasyarakatan.Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan
selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara umum,
perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk
mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan
gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk mengurangi pertumbuhan
jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).
4. Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak
dikehendaki oleh masyarakat.Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan,
perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau
kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak
dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang
di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang
kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.Sebagai akibatnya, banyak
perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para
warganya mencari permukiman baru.
5. Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil
 Perubahan berpengaruh besar
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan
kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak
pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini
memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di
wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
 Perubahan berpengaruh kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang
terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti
bagi masyarakat.Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-
perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena
tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis.
E. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah merupakan
faktor yang tunggal, tetapi menyangkut hal yang kompleks.banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Soeryono
Soekanto menyebutkan adanya faktor internal dan eksternal yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam masyarakat.
1. Faktor internal
a. Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa, menyebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang hal yang
menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas
tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas
tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya tidak
dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya
transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan misalnya
dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat
memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan.
b. Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada
masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
1) Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam
suatu masyarkat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
2) Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh
masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari
discovery. Contoh: mobil, kreta api, dan lain-lain.
3) Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang ditemukan
tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal serta
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi
invention, proses inovasi belum selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai
berikut:
1) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3) Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
c. Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat
mempengaruhi sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa
perubahan sosial budaya dalam kehidupannya. Contoh: teknologi dalam industri
tekstil dapat mempengaruhi cara berpakaian serta mode atau gaya berpakaian
manusia. Dengan demikian sesungguhnya keberadaan teknologi telah banyak
membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan juga mengubah kehidupan
manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, teknologi
juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan justru dapat
menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh : teknologi komunikasi seperti
dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara
langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya
hidup, kekerasan, dan lainya.
d. Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif, namun
selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat berupa
hal-hal berikut:
1) Pertentangan antara individu di dalam masyarakat
2) Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat
3) Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
4) Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya
bersifat timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan
terjadinya perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di
dalam masyarakat dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
e. Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk menerima
unsur-unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan budayanya. Oleh
karena itu, masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah terjadinya
perubahan-perubahan sosial maupun budaya. Contoh : melalui pendidikan, seorang
anak buruh bangunan dapat menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga dapat
mengubah kondisi keluarganya, yakni mengangkat keluarganya untuk memiliki
kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.

f. Pemberontakan atau revolusi


Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
perubahan-perubahan sosial budaya yang besar. Contoh :revolusi kemerdekaan
Indonesia.

2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat membawa
perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam yang
dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat. Contoh
banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan
Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai
nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih profesi
sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut
b. Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada umumnya
berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh
masyarakat mereka. Contoh : perang antara Amerika dan sekutu terhadap
Irak. Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi
sistem politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan
pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq seperti
emansipasi kaum perempuan Iraq.
c. Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif dan
negatif.Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat
(Eropa). Pengaruh positifyang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain
berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pengaruh
negatif yang diperoleh bangsa Indonesia dapat berupa sikap sekelompok anak
muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan (westernis).

Proses terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan


masyarakat lain dijelaskan sebagai berikut:
1) Difusi kebudayaan : penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain
2) Akulturasi kebudayaan : pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana
kebudayaan asli masih tampak.
3) Asimilasi kebudayaan: proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan atau
lebih. Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi, pernikahan
campur, atau sikap simpati terhadap kebudayaan lain.
Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktor-
faktor pendorong jalannya perubahan. Margono Slamet menyebutkan bahwa
terdapat kekuatan-kekuatan pendorong (motivational forces) yang mempengaruhi
perubahan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan akan
situai yang lain.
b. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang
seharusnya bisa ada.
c. Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau kompetisi, keharusan-
keharusan menyesuaikan diri, dan sebagainya.
d. Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi dan peningkatan,
misalnya produktivitas.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja, masyarakat
kota lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa. Laju
perubahan sosial budaya dalam masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu
faktor pendorong dan faktor penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-
hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan
bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang
nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling
mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu,
seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju perubahan
sosial budaya.
2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan
untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya
orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang
bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong munculnya
perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J.
Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
3) Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan
kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai
dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan
zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada
kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu
mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4) Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya
menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang
akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya
ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5).Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam
masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima
halhal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa
kebaikan.
6) Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal
ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak
selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat
menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-
konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara
dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap
keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada
masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap
pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.
8) Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih
tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan
untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan
ke arah yang lebih baik.
9) Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan.
Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai
pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang
mendorong seseorang melakukan perubahan.
10) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan
tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi
perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang
mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong
terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami
perubahan yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui
perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri.
Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih
sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka
menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan
kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk
maju.
3) Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal
baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka
umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis
dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested
interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan
sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati
kedudukannya akan menolak segala bentuk perubahan. Mereka akan berusaha
mempertahankan sistem yang telah ada. Mereka takut adanya perubahan akan
mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.
5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada
umumnya.Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh
masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi
masyarakat.
6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa
asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa
berprasangka buruk terhadap budaya asing. Akibatnya, mereka menolak segala hal
baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun akan membawa perubahan ke
arah yang lebih baik.
7) Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa demikian? Setiap
orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar.
Oleh karena itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih
pada masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.
8) Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di
dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola
perilaku tersebut efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan
muncul. Mungkin adat atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system
mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh
sehingga sukar untuk di rubah.

G. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan


1. penyesuaian masyarakat terhadap perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan
yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat
dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian,
individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya
pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan
terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatanya dengan maksud menerima unsur
yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru dipaksakan masuknya oleh suatu
kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut
tidak menimbulkan kegoncangan,pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sikapnya
dangkal dan hanya terbatas pada bentukluarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial
tidak akan terpengaruh olehnya, dan dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur, unsur baru dan lama yang betentangan secara bersamaan
mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada
warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian
masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta
kekcewaan diantara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila
ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka
keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment) bila sebaliknya yang terjadi
maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin
mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat
tersebut. Yang pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat berhasil
menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang
mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk
pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti, agar terhindar dari
disorganisasi psikologis. Di minangkabau misalnya dimana menurut tradisi wanita
mempunyai keududukan penting karena garis keturunan yang matrilineal, terlihat
adanya suatu kecenderungan di mana hubungan antara anggota keluarga batih
lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula
dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah
dianggap sebagai orang luar cenderung menguat.
2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of change)
merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya
saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama,rekreasi dan seterusnya. Apabila
lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut sebagai suatu sistem sosial
digambarkan, maka coraknya sebagai berikut:
Organisasi politik

Organisasi keagamaan
Organisasi pendidikan
Organisasi ekonomi
Organisasi hukum

Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu struktur


apabila mencakup hubungan antar lembaga-lambaga kemasyarakatan yang
mempunyai pola-pola tertentu dankeserasian tertentu.
Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu
perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau
dengan singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan)
3. Disorganisasi (disintergrasi) dan reorganisasi (reintergrasi)
a. pengertian
Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-
bagian dari suatu kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai
organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagianya. Kriteria terjadinya
disorganisasi antara lain terletak pada persoalan apakah organisasi tersebut
berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah lain yang sering timbul adalah
disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan dengan moral yaitu
anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau disintergrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu
proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan reorganisasi atau reintergrasi adalah suatu proses pembentukan norma-
norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan nilai-nilai yang baru telah
melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat. Berasil tidaknya proses
pelembagaan (institutionalization) tersebut dalam masyarakat, mengikuti formula
sebagai berikut.
Pelembagaan (institutionalization) = (efektivitas menanam) – (kekuatan menentang masyarakat
Kecepatan menanam
Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan
tenaga manusia, alat, organisasi dan metode didalam menanamkan lembaga baru.
Semakin besar kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai organisasi yang
tertibnya dan system penanaman sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin
besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.
b. Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi
Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat pernah
dilukiskan oleh William.I.Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya yang
berjudul The Polish Peasant in Europe and Amerika. Khusus tentang On
disorganization and Reorganization mereka membentangkan pengaruh dari suatu
masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa
anggotanya, watak atau jiwa seseorang sedikit banyak merupakan pencerminan
kebudayaan masyarakatnya. Pada masyarakat-masyarakat tradisional, aktivitas
seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan masyarakatnya.Segala
sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah suatu unsur
saja, itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat
seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah dengan
drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan
dalam jiwa setiap anggota masyarakat itu.
c. Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya (cultural
lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan-
perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan
yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah, akan tetapi ada pula
unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan
kebendaan lebih mudah berubah dari pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah.
Apabila terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak
ada persoalan mengenai tidal adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan.
Misalnya suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu pengaruh terhadap
tarian-tarian tradisional, akan tetapi sistem pendidikan anak-anak mempunyai
hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri,
misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka kemungkinan akan
terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur tersebut diatas,
sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat
adalah teori ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F.Ogburn, teori tersebut
mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama
cepatnya dalam keseluruhanya seprti di uraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian
yang tumbuh cepat, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan
antara kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat,
dinamakan cultural lag (artinya ketertinggalan kebudayaan), juga suatu
ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau
kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai korelasi, tidak sebanding
sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
H. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan jenis
unsur yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Peralihan dari
kondisi lama kepada kondisi baru tersebut dinamakan transisi.Keadaan lama dan
baru bukan merupakan keadaan yang terpisah, melainkan saling
menyambung.secara singkat dikatakan bahwa kondisi sekarang merupakan hasil
dari proses perubahan di waktu lampau dan kondisi sekarang ini pun akan
mengalami perubahan membentuk keadaan baru di masa depan.
Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga unsu-
unsur sosial dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan.Unsur yang tidak
mengubah unsur kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup,
misalnya ideology.
Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah
dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan system atau menimbulkan
kegoncangan dalammasyarakat.Bierens de Hann menyebutkan adanya dua unsur
perubahan didalam masyarakat:
1. Unsur statika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung
mempertahankan sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti adanya vested
interest atau golongan orang-orang yang menghendaki status quo(keadaan yang
tetap).
2. Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang menghendaki adanya
perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam, perubahan struktur sosial, nilai-
nilai sosial, dan sebagainya,
Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada khususnya,
hendaknya menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara selektif.Masyarakat
Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan setiap
perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus diantisipasi dengan
perilaku-perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi perubahan sosial dan
budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai dan norma yang kokoh,
sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat Indonesia hendaknya
jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan budaya, hingga tidak
ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini menyebabkan
ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan budaya akan
terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap terbaik kita
adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu memilih yang
sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan
dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan
suatu masyarakat pada suatu waktu dan mebandingkanya dengan susunan dan
kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di indonesia misalnya,
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan tidak berubah.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma


sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain
sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.Namun
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya,
sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-perubahan
mana sering berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan
tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.

B. Kritik dan Saran


Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
berharap pembaca terutama Bapak Dosen dapat memberikan kritik dan saran
konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Soerjono Soekanto, SH, MA,(1990).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Rajawali pers.
Tim Absi Guru, (2007).IPS Terpadu untuk SMP Kelas 3. Jakarta: Erlangga
Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta : Pusat
perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 57 – 67.
http://gurumuda.com/
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/)

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial

Anda mungkin juga menyukai