Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN

PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN LKM-A


TA. 2016

DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN


DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
KATA PENGANTAR

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) telah dilaksanakan


oleh Kementerian Pertanian dari tahun 2008 sampai dengan 2015. Kegiatan
program ini adalah penyaluran dana sebesar Rp. 100 juta kepada petani melalui
Gapoktan PUAP yang digunakan untuk penguatan modal usaha. Dana yang telah
disalurkan sebesar Rp 5,2 Triliun kepada 52.186 Gapoktan/Desa di 34 Provinsi
seluruh Indonesia. Tahun 2016 Kementerian Pertanian melakukan moratorium
terhadap Program BLM-PUAP, namun pembinaan terhadap program ini tetap
dilakukan baik oleh pusat maupun daerah penerima program.

Pembinaan, pemberdayaan dan penguatan kelembagaan Gapoktan dilakukan


melalui pelatihan dan pendampingan, agar potensi yang dimiliki baik potensi
Sumberdaya Manusia yang ada maupun sumberdaya lainnya dapat dimaksimalkan
dengan berbagai pendekatan. Indikator keberhasilan dari pembinaan dan
pemberdayaan yang dilakukan adalah terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro
Agribisnis (LKM-A), sebagai lembaga yang berfungsi untuk membantu kebutuhan
modal usaha bagi petani di perdesaan.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A ini merupakan hasil kajian yang
dilakukan oleh Pokja LKM-A Pusat dengan Otoritas Jasa Keuangan Pusat , BBP2TP
dan Instansi terkait lainnya. Pedoman ini terdiri dari 6 Bab, Bab pertama sebagai
pendahuluan, dua Bab membahas topik utama dan diakhiri dengan Bab enam
sebagai penutup.

Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi Pokja LKM-A PUAP Provinsi dan Pokja
LKM-A Kabupaten/Kota serta instansi teknis lainnya dalam melaksanakan
pembinaan dan menumbuh kembangkan LKM-A sesuai dengan kondisi dan budaya
masyarakat setempat.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan
LKM-A, namun demikian sudah barang tentu pedoman ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu diharapkan masukan dan sumbang sarannya untuk
penyempurnaan pedoman ini.

Jakarta, 2016

Direktur Pembiayaan Pertanian,

Ir. Mulyadi Hendiawan, MM.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 i


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......... ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 2
1.3. Sasaran .................................................................................................. 2
II. RUANG LINGKUP KEGIATAN DAN PENGERTIAN ................................... 3
2.1. Ruang Lingkup Kegiatan.... .................................................................... 3
2.2. Dasar Hukum ........................................................................................ 3
2.3. Pengertian .............................................................................................. 3
III. PELAKSANAAN PEMBINAAN, PEMBERDAYAAN DAN
PENGUATAN LKM-A ...................................................................................... 6
3.1. Pembentukan Kelompok Kerja Pemberdayaan dan
Penguatan LKM-A ................................................................................. 6
3.2. Identifikasi LKM-A .................................................................................. 7
3.3. Validasi Profil Gapoktan ......................................................................... 8
3.4. Transformasi LKM-A .............................................................................. 8
3.5. Implementasi dan Pemberdayaan LKM-A .............................................. 9
3.6. Fasilitasi Pemberdayaan LKM-A ............................................................ 9
IV. ORGANISASI LKM-A ..................................................................................... 11
4.1. Struktur Organisasi................................................................................. 11
4.2. Pendiri, Pengawas dan Pengelola.......................................................... 12
4.3. Persyaratan LKM-A ................................................................................ 13
4.4. Sistem Pelayanan LKM-A ...................................................................... 13
V. PENGURUSAN ADMINISTRASI BADAN HUKUM LKM-A ........................... 14
5.1. Menyiapkan Proposal Permohonan Pengajuan badan hukum
Koperasi ................................................................................................. 14
5.2. Menyiapkan Permohonan Akta Notaris .................................................. 14
5.3. Badan Hukum LKM-A............................................................................. 15
5.4. Bentuk Badan Hukum ............................................................................ 15
5.5. Manfaat Badan Hukum LKM-A ............................................................... 15
5.6. Izin Usaha LKM-A .................................................................................. 16
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................................. 17
6.1. Monitoring dan Evaluasi ......................................................................... 17
6.2. Pelaporan ............................................................................................... 17
6.3. Bentuk dan Materi Pelaporan ................................................................. 17

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 ii


VII. PENUTUP ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 iii


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi LKM-A/Gapoktan PUAP ................................................. 11


Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan PUAP yang sudah memiliki LKM-A.......... 11

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 iv


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah lembaga yang


memberikan jasa keuangan bagi usaha agribisnis berskala mikro di perdesaan.
Lembaga ini merupakan pemberdayaan dari Gapoktan Penerima dana BLM
PUAP dan atau salah satu unit usaha LKM-A yang berada didalam Gapoktan,
LKM-A dibentuk dalam rangka memberikan solusi bagi petani agar dapat lebih
mudah akses dan mendapatkan pelayanan keuangan dalam rangka
meningkatkan usaha mereka.

Pemberdayaan LKM-A merupakan upaya Kementerian Pertanian dalam


menjalankan amanat dari point 3 Nawacita pada Kabinet Kerja Pemerintahan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Selain itu Pemberdayaan LKM-A merupakan exit
stategi dari program PUAP, karena mulai tahun 2016 program PUAP telah
berakhir, oleh sebab itu sebagai tindak lanjut dari Program tersebut maka
Penumbuhan LKM-A ini merupakan program berkesinambungan dari program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). sebagaimana diketahui
bahwa program PUAP telah dimulai dari tahun 2008 – 2015 dana yang telah
disalurkan sebesar Rp.5,2 Triliun, atau 52. 186 Desa/Gapoktan.

Sesuai dengan Undang Undang Nomor : 1 tahun 2013 tentang Lembaga


Keuangan Mikro (LKM) dan Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, maka Pemberdayaan LKM-A akan dikembangkan sesuai
dengan ke 2 (dua) Undang tersebut. Dimana dalam Undang Undang Nomor 1
Tahun 2013 disebutkan bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian
rakyat menjadi tangguh, berdaya, dan mandiri yang berdampak kepada
peningkatan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Selain itu juga masih
terdapat kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan atas layanan jasa
keuangan mikro yang memfasilitasi masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan
rendah, juga untuk memberikan kepastian hukum.

Dalam Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian termaktub


bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab
Pemeintah dan seluruh rakyat. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan LKM-A ini sangat diperlukan sinergitas dan koordinasi dengan
baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota antara Kementerian
Pertanian dengan Kementerian/Lembaga terkait lainnya.

Komponen pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah peran


Pendampingan di lapangan yang dilaksanakan oleh Penyelia Mitra Tani (PMT)
dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dalam rangka Pemberdayaan
LKM-A. PMT berperan sebagai fasilitator dalam pemberdayaan LKM-A dan

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 1


antara lain membangun kapasitas organisasi, mendampingi dalam aspek
manajemen keuangan, pengurusan badan hukum dan izin usaha dan sistem
pelaporan serta linkage program dengan lambaga keuangan.

Pedoman Pemberdayaan dan penguatan LKM-A disusun sebagai acuan bagi


semua pihak yang terlibat (stake holder) dalam persiapan dan pelaksanaan
penumbuhan LKM-A dilapangan.

1.2. Tujuan

Tujuan Pedoman Pemberdayaan dan penguatan LKM-A adalah :

1. Memberikan arah dan pokok-pokok kebijakan teknis pemberdayaan


Gapoktan sebagai kelembagaan ekonomi petani di perdesaan;
2. Mendorong dan mempercepat penumbuhan LKM-A agar dapat memberikan
pelayanan keuangan kepada petani sebagai anggotanya.

1.3. Sasaran

1. Tumbuh dan berkembangnya LKM-A yang berbadan hukum;


2. Peningkatan kinerja Penyelia Mitra Tani (PMT) dalam pendampingan
LKM-A.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 2


BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN DAN PENGERTIAN

2.1 Ruang Lingkup kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pemberdayaan LKM-A antara lain: (1) Pelaksanaan


Pembinaan, Pemberdayaan, dan Penguatan LKM-A; (2) Organisasi LKM-A; (3)
Pengurusan Administrasi Badan Hukum LKM-A; dan (4) Monitoring, Evaluasi
dan Pelaporan.

2.2 Dasar Hukum

Dasar hukum pemberdayaan LKM-A adalah :


1. Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2013 tentang Lembaga keuangan Mikro
(LKM);
2. Undang Undang Koperasi Nomor : 25 tahun 1992 tentang perkoperasian;
3. Keputusan Bersama :Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Negara Koperasi dan UKM dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Nomor
351.1/KMK.010/2009; Nomor 900-639A tahun 2009; Nomor
01/SKB/M.KUKM/IX/2009; dan Nomor 11/43A/KEP.GBI/ 2009 tanggal 7
September 2009 Tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan
Mikro;
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani;
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 168/PMK.05/2015
tentang mekanisme pelaksanaan anggaran bantuan pemerintah pada
Kementerian/Lembaga.

Kerangka hukum dan pengaturan pelayanan keuangan mikro/LKM-A


dibutuhkan dalam rangka:

1. Melindungi kepentingan petani dan masyarakat tani yang meminjam dan


menyimpan uang di LKM-A;
2. Sebagai azas legalitas dalam upaya melindungi operasionalisasi LKM-A;
3. Sebagai azas legalitas mengembangkan pola linkages (jejaring) usaha
dengan lembaga keuangan lainnya; dan
4. Penguatan serta pengembangan usaha LKM-A.

2.3 Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan penumbuhan Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis adalah :

1. Aset adalah kekayaan Kelompoktani yang masih dikelola untuk


kepentingan kelompok, baik yang berasal dari dana swadaya kelompok,
bantuan pemerintah, maupun program yang ditujukan untuk
pemberdayaan Kelompoktani.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 3


2. Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan
mempunyai basis tujuan bersama.
3. Gapoktan adalah kumpulan beberapa Kelompoktani yang bekerjasama
untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
4. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah Lembaga Keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang
tidak semata-mata mencari keuntungan.
5. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada LKM
dalam bentuk tabungan dan/atau deposito berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana.
6. Pinjaman adalah penyediaan dana oleh LKM kepada masyarakat yang
harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan.
7. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh LKM kepada masyarakat yang
harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan dengan prinsip
syariah.
8. Penyimpan adalah pihak yang menempatkan dananya pada LKM
berdasarkan perjanjian.
9. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah salah satu unit
usaha otonom yang didirikan dan dimiliki oleh Gapoktan penerima dana
BLM-PUAP dalam bentuk LKM guna memecahkan masalah/kendala akses
untuk mendapatkan pelayanan keuangan. LKM-A akan melaksanakan
fungsi pelayanan kredit/pembiayaan dan simpanan di lingkungan petani
dan pelaku usaha agribisnis sesuai dengan prinsip-prinsip LKM.
10. Magang adalah proses pematangan kelompok yang telah dilatih melalui
kegiatan belajar sambil bekerja dalam waktu tertentu di Lembaga
Keuangan Mikro yang sudah berhasil melayani petani.
11. Nasabah adalah petani atau masyarakat desa yang berhubungan dengan
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis baik sebagai penabung maupun
peminjam dana untuk berusaha agribisnis.
12. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau
Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pelaku usaha
pertanian sehingga dapat mandiri dalam mencapai tujuan yang
dikehendaki sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimilikinya.
13. Pendampingan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membantu,
mengarahkan dan mendukung individu/kelompok masyarakat dalam
mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi dalam mengembangkan organisasi yang dilakukan oleh
masyarakat dan berorientasi pada kemajuan untuk meningkatkan
pemberdayaan usaha kelompok.
14. Resiko adalah kondisi/kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerugian kepada para pihak yang terikat dalam pinjam meminjam atau
antara petani sebagai nasabah dengan lembaga keuangan.
15. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan
atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 4


aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
16. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan
pinjam sebagai satu satunya usaha.
17. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang.
18. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
19. Notaris menurut Pasal 1 ayat 4 Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta
Koperasi, menyebutkan bahwa pengertian Notaris Pembuat Akta Koperasi
adalah: “pejabat umum yang diangkat berdasarkan Peraturan Jabatan
Notaris yang diberi wewenang antara lain untuk membuat akta pendirian,
akta perubahan anggaran dasar dan akta-akta lainnya yang terkait
dengan kegiatan Koperasi”.
20. Akta Notaris adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris menurut
KUH Perdata pasal 1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang mempunyai
kekuatan pembuktian mutlak dan mengikat. Akta Notaris merupakan bukti
yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan pembuktian
lain selama ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan. Berdasarkan KUH
Perdata pasal 1866 dan HIR 165, akta notaris merupakan alat bukti tulisan
atau surat pembuktian yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat
bukti persidangan yang memiliki kedudukan yang sangat penting.
21. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. Koperasi memperoleh status badan hukum
setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 5


BAB III
PELAKSANAAN PEMBINAAN, PEMBERDAYAAN, DAN PENGUATAN LKM-A

Pada prinsipnya LKM-A yang diberdayakan berasal dari Gapoktan penerima dana
BLM PUAP dari tahun 2008 – 2015, dengan modal awal bersumber dari pendiri dan
anggota. Untuk modal usaha dapat bersumber dari pihak luar terutama dana BLM-
PUAP, selain itu untuk mempercepat penambahan modal LKM-A dapat
menghimpun dana melalui simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela
atau saham dari pihak lainnya.

Pemberdayaan dan penguatan LKM-A dilakukan melalui tahapan sebagai berikut;


1. Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A;
2. Identifikasi Unit Simpan Pinjam/LKM-A pada Gapoktan PUAP;
3. Validasi profil USP/LKM-A, dan;
4. Implementasi dan penumbuhan USP/LKM-A.

3.1 Pembentukan Kelompok kerja (Pokja) Pemberdayaan dan Penguatan


LKM-A

Kelompok kerja (Pokja) terdiri dari Pokja LKM-A Pusat, Pokja Provinsi dan
Pokja Kabupaten/Kota.

3.1.1 Pokja LKM-A Pusat

Pokja Pusat ialah Kelompok Kerja yang dibentuk berdasarkan Keputusan


Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian
Pertanian, yang terdiri dari pengarah dan pelaksana. Pokja pusat
bertugas melakukan koordinasi baik ditingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/Kota dalam rangka merencanakan, mempersiapkan kebijakan
umum untuk penumbuhan LKM-A pada Gapoktan PUAP.

Pembinaan LKM-A yang ditumbuhkan dari Gapoktan PUAP dilakukan


secara berjenjang mulai dari pusat sampai ke Kabupaten/Kota dan
terkoordinasi di bawah kendali pokja LKM-A pusat cq. Direktorat
Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian.

3.1.2 Pokja LKM-A Provinsi

Pokja Provinsi ialah Pokja yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian
Provinsi (Sekretaris Pokja adalah Kepala BPTP), bertugas melakukan
validasi, membina LKM-A pada Gapoktan PUAP dan melaksanakan
koordinasi dengan Pokja Pusat maupun dengan instansi terkait (OJK,
Dinas Koperasi dan UKM, dan Notaris) di tingkat Provinsi dan Pokja
Kabupaten/Kota.

Pembinaan Kelembagaan LKM-A dan persiapan badan hukum serta


Pembinaan kelembagaan keuangan dalam rangka pengembangan pola

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 6


Linkage atau jejaring bisnis dengan lembaga keuangan bank dan non
bank dilaksanakan oleh Pokja LKM-A Provinsi.

3.1.3. Pokja LKM-A Kabupaten/Kota

Pokja LKM-A Kabupaten/Kota ialah Pokja yang dibentuk oleh Kepala


Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Pejabat yang menangani PUAP
diutamakan), susunan Pokja LKM-A Kabupaten/Kota terdiri dari ketua,
sekretaris dan anggota dan salah satu ialah Penyelia Mitra Tani (PMT).
Tugas Pokja LKM-A Kabupaten/Kota sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dengan Pokja LKM-A Pusat, Pokja Provinsi
maupun dengan instansi terkait (OJK, Dinas Koperasi dan UKM, dan
Notaris) di tingkat Kabupaten/Kota;
b. Membina keberlanjutan LKM-A yang sudah terbentuk;
c. Melakukan Identifikasi calon LKM-A pada Gapoktan PUAP;
d. Membuat Profil LKM-A;
e. Menyiapkan registrasi LKM-A. Registrasi dinyatakan dalam bentuk
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Hasil registrasi
LKM-A dilaporkan kepada Pokja LKM-A Provinsi dan Pokja LKM-A
pusat;
f. Mendorong dan mengawal LKM-A memiliki status badan hukum.

Pembinaan teknis manajemen Keuangan LKM-A dan penyiapan


registrasi serta pembinaan teknis proses pembuatan badan hukum
dilakukan oleh Pokja LKM-A Kabupaten/Kota Dinas Pertanian dan
Penyelia Mitra Tani (PMT) bersama Instansi teknis lainnya.

3.2 Identifikasi LKM-A

Identifikasi LKM-A merupakan tahapan untuk menentukan kapasitas Gapoktan


yang mempunyai prospek untuk diberdayakan sebagai LKM-A dan atau unit
usaha LKM-A yang merupakan salah satu unit dalam Gapoktan PUAP.

Untuk melakukan identifikasi Gapoktan PUAP ada beberapa indikator yang


dapat digunakan sebagai alat bantu antara lain yaitu :

3.2.1 Aspek Organisasi

Kapasitas organisasi Gapoktan yang dijadikan sebagai pertimbangan


adalah; (a) aturan (AD/ART) yang sudah dimiliki; (b) pelaksanaan dan
pengorganisasian rapat-rapat; (c) peningkatan jumlah anggota; (d)
pendidikan pengurus; dan (e) mekanisme pengawasan dan
pengendalian.

3.2.2 Pembukuan Gapoktan

Penilaian terhadap pembukuan yang dilakukan oleh Gapoktan


merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting untuk
menentukan layak atau tidaknya diberdayakan menjadi LKM-A dan atau

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 7


unit usaha LKMA yang ada pada Gapoktan PUAP, ukuran penilaian
pembukuan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah minimal
memiliki: (a) buku kas umum (b) buku simpan pinjam tentang
pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM- PUAP.

3.2.3 Kinerja Gapoktan PUAP

Kapasitas dan kinerja Gapoktan yang dijadikan bahan pertimbangan


adalah: (a) Dana keswadayaan; (b) sarana dan prasarana kantor/tempat
usaha; (c) kemampuan Gapoktan dalam mengoptimalkan dana
masyarakat; (d) kemampuan dalam menghasilkan laba.

3.3 Validasi Profil Gapoktan

Tahap validasi profil Gapoktan merupakan tahap lanjutan setelah tahap


identifikasi. Format profil LKM-A pada Gapoktan PUAP disiapkan Oleh Pokja
LKM-A Pusat, sedangkan data dan informasi tentang profil Gapoktan disiapkan
oleh Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dengan mengisi format yang disiapkan oleh
Pokja LKM-A pusat. Data profil tersebut disampaikan kepada Pokja LKM-A
Provinsi untuk dilakukan validasi. Pengambilan data profil Gapoktan dilakukan
oleh Pokja Kabupaten/Kota LKM- A bersama dengan Penyelia Mitra Tani (PMT)
sebagai anggota Pokja LKM-A.

Melakukan kunjungan lapangan (site visit). Hal ini sangat penting dilaksanakan
untuk memastikan apakah data yang disampaikan sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya dilapangan. Pada saat site visit juga ditanyakan pengetahuan
kelompok (pengurus dan anggota) mengenai aspek-aspek yang berkaitan
dengan LKM-A.

3.4 Transformasi LKM-A

Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah Gapoktan yang memenuhi


persyaratan dan layak untuk diberdayakan menjadi LKM-A dan atau unit usaha
LKM-A yang ada pada Gapoktan PUAP layak diberdayakan, maka perlu adanya
langkah-langkah sebagai berikut:

3.4.1 Sosialisasi LKM-A

Pokja Penumbuhan LKM-A Kabupaten/Kota melaksanakan sosialisasi


kepada pengurus dan anggota Gapoktan PUAP, dengan menitikberatkan
pada pemahaman tentang pentingnya pengelolaan aset dari dana BLM-
PUAP secara berkelanjutan dan transparan dalam bentuk unit usaha
otonom yaitu LKM-A.

3.4.2 Musyawarah/Rapat Anggota

Pokja Penumbuhan LKM-A Kabupaten/Kota memfasilitasi


pertemuan/musyawarah anggota Gapoktan PUAP dalam menentukan
aturan-aturan untuk mencapai kesepakatan dalam hal antara lain :

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 8


a. Penggunaan dana dari aset Gapoktan serta penetapan besaran dan
pengumpulan dana keswadayaan anggota, serta penyediaan dana
(saham) dari calon pendiri sebagai dana awal pendirian LKM-A;
b. Menyusunan aturan pengelolaan LKM-A dan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga LKM-A secara musyawarah;
c. Menentukan dan menetapkan struktur organisasi LKM-A serta
menentukan pendiri, pengawas dan pengurus/pengelola LKM-A;
d. Persiapan untuk membentuk badan Hukum dan ijin usaha LKM-A

3.5 Implementasi dan Pemberdayaan LKM-A

Pada tahapan ini merupakan tahap dari sebuah proses pemberdayaan untuk
pendirian LKM-A. Terdapat beberapa kegiatan kunci dalam proses
pemberdayaan dan kemampuan operasional LKM-A yaitu :

3.5.1 Pendampingan
Untuk memberikan efek kepercayaan bagi anggota Gapoktan maka
aspek pendampingan sangat menentukan, untuk memberikan
informasi, maksud dan tujuan serta pemahaman megenai langkah-
langkah dan tatacara pembentukan LKM-A termasuk struktur organisasi
serta kegiatan usaha LKM-A, Pendampingan ini dilakukan oleh Pokja
Penumbuhan LKM-A PUAP Kabupaten/Kota bersama PMT selaku
anggota.
3.5.2 Magang
Magang yaitu proses belajar teori dan praktek langsung tentang
pengelelolaan keuangan yang dilakukan oleh calon pengelola LKM-A
kepada LKM-A yang sudah maju, hal ini merupakan salah satu langkah
yang diperlukan bagi pengurus dan pengelola untuk meningkatkan
pengetahuan.
3.5.3 Penguatan dan peningkatan likuiditas/modal.
Dalam menjalankan LKM-A diperlukan modal tambahan dari pihak luar
(linkages) baik dari lembaga perbankan maupun Non bank.
3.5.4 Pengurusan Badan Hukum dan izin usaha sesuai dengan Undang-
Undang Koperasi nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan
Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang LKM.

3.6 Fasilitasi Pemberdayaan LKM-A

Pemerintah memfasilitasi pemberdayaan LKM-A melalui :

3.6.1 Menyelenggarakan pelatihan bagi pengurus dan pengelola LKM-A oleh


Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelatihan ini
dilaksanakan bekerjasama dengan Konsultan yang bergerak dibidang
Pemberdayaan kelembagaan Keuangan Mikro dan Otoritas Jasa
Keuangan serta lembaga terkait lainnya.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 9


Pelatihan ini difokuskan pada substansi pembelajaran tentang
pemahaman pengurus/pengelola LKM-A tentang Standar Operasional
Prosedur (SOP) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan,
transparansi dan akuntabilitas serta proses pembuatan badan hukum
dan izin usaha LKM-A yang mencakup :

a. Kebijakan Penghimpun Dana sesuai standar lembaga keuangan


mikro;
b. Produk Penghimpun Dana;
c. Prosedur Penghimpunan Dana;
d. Penghitungan distribusi SHU/bagi hasil.
e. Proses pembuatan badan hukum dan izin usaha KLM-A

3.6.2 Pendampingan bagi pengurus/pengelola LKM-A, Pemerintah Pusat


melaksanakannya melalui tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT) dengan
melakukan kontrak kerja. Pendampingan yang dilaksanakan
dititikberatkan pada substansi :

a. Aspek Manajemen Keuangan

Pengelolaan managemen keuangan harus dilakukan dengan baik


dan transparan, khususnya bagi pengelola (Manajer) LKM-A harus
profesional. Sehingga mampu meningkatkan kinerja LKM-A yang
mereka pimpin serta mampu meningkatkan partisipasi anggota
serta membangun kerjasama yang sinergis mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga resiko usaha
dapat diminimalisir.

b. Aspek Teknis Lembaga

Untuk membangun pola dan budaya kerja LKM-A yang standar.


Untuk itu diperlukan proses magang pada LKM yang sudah
berhasil.

Hasil yang harus dicapai dari pendampingan adalah sebagai berikut :

 Terbentuknya Visi, Misi dan Tujuan lembaga;


 Terbentuknya sistem akuntabilitas pengelolaan lembaga;
 Terbangunnya saling ketergantungan antara LKM-A dengan petani
sebagai anggota;
 Terbentuknya sistem pelaporan keuangan LKM-A.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 10


BAB IV
ORGANISASI LKM-A

Pemberdayaan dan penguatan kepada LKM-A merupakan amanat dari Undang-


Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Undang-
Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Oleh sebab itu LKM-A yang
dikembangkan berasal dari Gapoktan penerima dana BLM PUAP dari tahun 2008 –
2015.

4.1 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi LKM-A dapat digambarkan dalam diagram 1 dan 2 alur


dibawah ini:

Gambar 1.Struktur Organisasi LKM-A/Gapoktan PUAP


Sumber : Permentan Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, dimodifikasi.

Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan PUAP Yang Sudah memiliki unit


usaha LKM-A

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 11


4.2 Pendiri, Pengawas dan Pengelola

4.2.1 Pendiri

Pendiri LKM-A diperlukan beberapa kriteria yang digunakan antara lain :


a. Tokoh–tokoh masyarakat, pemuda, ulama dan petani sebagai
anggota Gapoktan penerima BLM-PUAP yang memiliki
kesetiakawanan kelompok yang tinggi (solidaritas kelompok yang
tinggi), dilandasi oleh rasa persaudaraan dan kebersamaan serta
semangat untuk membela kepentingan petani kecil (mikro);
b. Mempunyai usaha dibidang Agribisnis dan memiliki kemampuan
ekonomi cukup sehingga dapat menitipkan dana sebagai
tambahan modal awal pendirian LKM-A;
c. Mempunyai kedudukan pada satu wilayah desa dimana Gapoktan
penerima dana BLM-PUAP berada.

4.2.2 Pengawas

Pengawas LKM-A adalah pengurus Gapoktan yang diangkat dan


diberhentikan oleh rapat anggota (RAT). Prinsip dasar dari pengawas
adalah :
a. Pengawas wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan LKM-A;
b. Pengawas bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
anggota LKM-A;
c. Pengawas LKM-A dilarang merangkap sebagai Pengurus.

4.2.3 Pengurus (Pengelola LKM-A).

Pengurus LKM-A diangkat dan diberhentikan oleh Pengawas LKM-A


dengan persyaratan antara lain :
a. Memiliki kemampuan mengelola LKM-A secara profesional,
mempunyai komitmen penuh dalam waktu dan sepenuh hati untuk
mengembangkan LKM-A;
b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan yang berkaitan dengan sektor keuangan;
c. Memiliki sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh anggota
maupun masyarakat sekitar;
d. Jujur dan amanah, serta mampu mengayomi semua kepentingan
anggota dalam mengembangkan usaha pertanian.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 12


4.3 Persyaratan LKM-A

Persyaratan yang harus dipenuhi adalah :

1. Mempunyai Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga LKM-A dan


peraturan lainnya.
2. Pengelolaan LKM-A memiliki pembukuan dan neraca laporan keuangan.
3. Mempunyai anggota yang terdaftar dan berusaha dibidang agribisnis
4. Memiliki kantor/tempat usaha dan kelengkapan, antara lain papan nama
LKM-A, stempel LKM-A.
5. Apabila telah memenuhi 4 (empat) persyaratan di atas Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dapat menyiapkan registrasi LKM-A. Registrasi
dinyatakan dalam bentuk Keputusan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

4.4 Sistem Pelayanan LKM-A

Sistem pelayanan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) kepada


anggota LKM-A dapat menentukan sistem pelayanan yang cocok dan sesuai
dengan kondisi setempat, antara lain adalah:

4.4.1 Sistem/pola Pelayanan Keuangan Syariah

Sistem/pola Pelayanan keuangan syariah atau bagi hasil antara LKM-A


dengan anggota atau para pihak yang terkait dengan penyimpanan dana
dan atau pembiayaan yang dinyatakan dengan sistem/pola syariah, antara
lain pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan
dengan penyertaan modal (Musyarakah) dan prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (Murabahah) dll.

4.4.2 Sistem Pelayanan Keuangan Konvensional

Sistem Pelayanan keuangan menggunakan prinsip konvensional adalah


pelayanan pemberian pinjaman/kredit dan penyediaan jasa-jasa terkait
dengan pelayanan kebutuhan anggota dengan menggunakan sistem bunga
(persentase).

Penentuan sistem pelayanan keuangan yang dilakukan oleh LKM-A


ditentukan melalui musyawarah antara pengurus dengan anggota, tentu
dengan memilih sistem mana yang terbaik dan mudah dilaksanakan oleh
LKM-A dan dapat dipahami oleh anggota.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 13


BAB V
PENGURUSAN ADMINISTRASI BADAN HUKUM LKM-A

Tata cara pengurusan badan hukum LKM-A sebagai berikut :

5.1 Menyiapkan Proposal Permohonan pengajuan badan hukum Koperasi

Proposal pengajuan badan hukum disiapkan oleh Pengurus/Pengelola


LKM-A Kabupaten/Kota dapat dibimbing dan didampingi oleh Pokja LKM-A
Kabupaten/Kota. Adapun proposal yang harus disiapkan adalah:

a. Surat permohonan badan hukum koperasi yang ditujukan kepada


Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten/ Kota;
b. Notulen Rapat Pembentukan Koperasi;
c. Daftar hadir Pembentukan Koperasi;
d. Daftar nama-nama pendiri minimal 20 orang ;
e. Daftar Simpanan anggota;
f. Neraca awal
g. Daftar susunan pengurus dan pengawas;
h. Program kerja;
i. Data Akta Pendirian Koperasi
j. Surat kuasa usulan badan hukum koperasi.

5.2 Menyiapkan Permohonan Akta Notaris

Penyiapan Pembuatan akta Notaris, yaitu Dinas Pertanian


Kabupaten/Kota dan Penyelia Mitra Tani melakukan koordinasi dengan
Notaris setempat untuk membantu Memfasilitasi LKM-A dalam pembuatan
akta notaris, adapun isi dari akta notaris antara lain memuat :

a. Nama dan tempat kedudukan LKM-A;


b. Landasan, asas dan prinsip;
c. Maksud dan tujuan;
d. Jangka waktu berdirinya LKM-A
e. Jenis LKM-A
f. Keanggotaan LKM-A
g. Modal LKM-A
h. Alat Kelembagaan/Perangkat organisasi;
i. Pengawasan Internal;
j. Usaha
k. Pembagian SHU;
l. Pengelolaan;
m. Akuntansi Keuangan LKM-A;
n. Penggabungan dan Peleburan LKM-A;
o. Pembubaran;
p. Sanksi;
q. Ketentuan Penutup.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 14


5.3 Badan hukum LKM-A

Pembuatan Badan hukum LKM-A, Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan


Notaris melakukan koordinasi dengan Dinas Koparasi UKM untuk
membantu Memfasilitasi LKM-A dalam pembuatan badan hukum LKM-A,
adapun yang dipersiapkan adalah kelengkapan persyaratan yang terdapat
pada poin 5.1 secara keseluruhan. Setelah seluruh kelengkapan tersebut
dipenuhi Kementerian Koparasi akan menerbitkan Keputusan tentang
pengesahan akta pendirian Koperasi LKM-A.

5.4 Bentuk badan hukum

Bentuk Badan Hukum LKM-A sesuai dengan Undang Undang Nomor 1


tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro terdiri dari:
a. Koperasi; atau
b. Perseroan Terbatas (PT).

Untuk LKM-A berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) maka izin
usahanya dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UKM sesuai dengan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Untuk LKM-A berbadan hukum Koperasi LKM (Koperasi Jasa Keuangan)


maka izin usahanya dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, sesuai
dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.

Apabila LKM-A menginginkan badan hukumnya PT maka beberapa


persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a. Sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh persen) dimiliki oleh
Pemerintah kabupaten/kota atau Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan;
b. Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh WNI
dan/atau Koperasi;
c. Kepemilikan setiap WNI atas saham Perseroan Terbatas paling banyak
sebesar 20% (dua puluh persen).

5.5 Manfaat Badan Hukum LKM-A

Dengan LKM-A memiliki badan hukum maka akan didapat beberapa


kemudahan, diantaranya :
a. Membangun kredibilitas lembaga;
b. Membangun kepercayaan menjadi lembaga yang bisa
dipertanggungjawabkan;
c. Membuka peluang adanya kerjasama atau kemitraan dengan lembaga
lain (linkage program);
d. Lebih terjamin keberlanjutan program PUAP dalam rangka
pengembangan usaha agribisnis di perdesaan.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 15


Dalam rangka mempercepat proses pengurusan badan hukum dan izin
usaha LKM-A, Pokja LKM-A Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Penyelia
Mitra Tani (PMT) agar membantu dan mendampingi pengurus/pengelola
LKM-A dalam proses percepatan pengurusannya.

5.6 Izin Usaha LKM-A

Penyiapan izin Usaha LKM-A adalah tindak lanjut dari setelah


dikeluarkannya badan hukum oleh Dinas Koperasi hal-hal yang perlu
dipersiapkan adalah :
a. Akta pendirian badan hukum dan anggaran dasar LKM-A;
b. Struktur Organisasi;
c. Sistem dan prosedur kerja;
d. Rencana kerja 2 tahun pertama;
e. Bukti pelunasan modal disetor atau sempanan pokok, wajib dan hibah;
f. Bukti kesiapan operasional;
g. Proyeksi laporan posisi dan kinerja keuangan 2 tahun pertama;
h. Laporan keuangan 2 tahun terakhir;
i. Laporan posisi keuangan penutupan dan pembukaan;
j. Laporan kinerja pembiayaan 2 tahun terakhir.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 16


BAB VI
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

6.1. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi difokuskan pada pengelolaan administrasi dan


keuangan terutama perkembangan aset yang dikelola oleh LKM-A dan
Gapoktan. Kegiatan monev dilakukan melalui mekanisme pelaporan, kunjungan
kerja dan pertemuan koordinasi yang dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Pusat. Pelaksanaan kegiatan monev dilakukan minimal dua kali
dalam setahun oleh Tim Pokja LKM-A.

6.2. Pelaporan

Laporan perkembangan kinerja USP/LKM-A dibuat oleh PMT yang dikoordinir


oleh BPTP setiap bulan sekali (format laporan sesuai dengan laporan excel
PMT), serta dilaporkan secara berjenjang dan berkala ke Pusat cq Direktorat
Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
dengan alamat Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung D lantai 8, Jl
Harsono RM Nomor 3, Ragunan, Pasarminggu, Jakarta Selatan 12550 pada
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.

6.3. Bentuk dan Materi Pelaporan

Bentuk laporan yang disampaikan adalah berupa matrik isian sesuai dengan
data yang tersedia. Materi pelaporan berisi antara lain :

a. Identitas Gapoktan :
 Nama Gapoktan,
 Nama Desa,
 Nama Kecamatan,
 Nama Kabupaten, dan
 Nama Provinsi
b. Tahun penerimaan dana BLM PUAP oleh Gapoktan;
c. Aset awal Gapoktan;
d. Aset saat laporan;
e. Penyaluran dana PUAP terbesar;
f. Pembentukan LKM-A;
g. Aktifitas Gapoktan; dan
h. Nama PMT yang bersangkutan.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 17


BAB VI
PENUTUP

Petani hingga saat ini masih belum mendapatkan layanan permodalan usaha dari
lembaga keuangan formal secara memadai. Untuk itu lembaga ekonomi petani
seperti USP/LKM-A fungsinya agar lebih ditingkatkan guna mengurangi kendala
kesulitan pembiayaan usaha. Kementerian Pertanian dalam mengatasi
permasalahan tersebut telah menyalurkan dana BLM PUAP sebesar Rp. 5,2
Triliyun atau kepada lebih dari 52.186 Gapoktan. Dalam upaya untuk
pengembangan modal dan kemitraan usaha maka lembaga ekonomi petani perlu
memiliki badan hukum.

Pada tahun 2016 direncanakan akan dilakukan exit strategy program PUAP berupa
keberlanjutan pembinaan dan pengendalian Gapoktan penerima PUAP kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Khusus untuk keberlanjutan lembaga ekonomi
petani yang memiliki status berbadan hukum diperlukan pembinaan dan
pendampingan dari Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-A Provinsi.

Koordinasi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan yang harus disampaikan oleh
PMT dan dikoordinir BPTP diteruskan ke Pusat secara rutin setiap bulan. Pedoman
ini merupakan acuan bagi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-A Provinsi
dalam keberlanjutan pembinaan dan pengendalian serta pemberdayaan dan
penguatan LKM-A di wilayah masing-masing.

Pedoman ini merupakan acuan bagi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-
A Provinsi dalam keberlanjutan pembinaan dan pengendalian serta pemberdayaan
dan penguatan LKM-A di wilayah masing-masing.

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 18


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga


Keuangan Mikro;

2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2013 tentang


Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;

3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 Tentang Pedoman


Pembinaan Kelembagaan Petani;

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/4/2013 tentang


Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani;

5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/Permentan/OT.140/2/2015 tentang


Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 2015;

Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA. 2016 19

Anda mungkin juga menyukai