Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A ini merupakan hasil kajian yang
dilakukan oleh Pokja LKM-A Pusat dengan Otoritas Jasa Keuangan Pusat , BBP2TP
dan Instansi terkait lainnya. Pedoman ini terdiri dari 6 Bab, Bab pertama sebagai
pendahuluan, dua Bab membahas topik utama dan diakhiri dengan Bab enam
sebagai penutup.
Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi Pokja LKM-A PUAP Provinsi dan Pokja
LKM-A Kabupaten/Kota serta instansi teknis lainnya dalam melaksanakan
pembinaan dan menumbuh kembangkan LKM-A sesuai dengan kondisi dan budaya
masyarakat setempat.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan
LKM-A, namun demikian sudah barang tentu pedoman ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu diharapkan masukan dan sumbang sarannya untuk
penyempurnaan pedoman ini.
Jakarta, 2016
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......... ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 2
1.3. Sasaran .................................................................................................. 2
II. RUANG LINGKUP KEGIATAN DAN PENGERTIAN ................................... 3
2.1. Ruang Lingkup Kegiatan.... .................................................................... 3
2.2. Dasar Hukum ........................................................................................ 3
2.3. Pengertian .............................................................................................. 3
III. PELAKSANAAN PEMBINAAN, PEMBERDAYAAN DAN
PENGUATAN LKM-A ...................................................................................... 6
3.1. Pembentukan Kelompok Kerja Pemberdayaan dan
Penguatan LKM-A ................................................................................. 6
3.2. Identifikasi LKM-A .................................................................................. 7
3.3. Validasi Profil Gapoktan ......................................................................... 8
3.4. Transformasi LKM-A .............................................................................. 8
3.5. Implementasi dan Pemberdayaan LKM-A .............................................. 9
3.6. Fasilitasi Pemberdayaan LKM-A ............................................................ 9
IV. ORGANISASI LKM-A ..................................................................................... 11
4.1. Struktur Organisasi................................................................................. 11
4.2. Pendiri, Pengawas dan Pengelola.......................................................... 12
4.3. Persyaratan LKM-A ................................................................................ 13
4.4. Sistem Pelayanan LKM-A ...................................................................... 13
V. PENGURUSAN ADMINISTRASI BADAN HUKUM LKM-A ........................... 14
5.1. Menyiapkan Proposal Permohonan Pengajuan badan hukum
Koperasi ................................................................................................. 14
5.2. Menyiapkan Permohonan Akta Notaris .................................................. 14
5.3. Badan Hukum LKM-A............................................................................. 15
5.4. Bentuk Badan Hukum ............................................................................ 15
5.5. Manfaat Badan Hukum LKM-A ............................................................... 15
5.6. Izin Usaha LKM-A .................................................................................. 16
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................................. 17
6.1. Monitoring dan Evaluasi ......................................................................... 17
6.2. Pelaporan ............................................................................................... 17
6.3. Bentuk dan Materi Pelaporan ................................................................. 17
Halaman
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran
2.3 Pengertian
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan penumbuhan Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis adalah :
Pada prinsipnya LKM-A yang diberdayakan berasal dari Gapoktan penerima dana
BLM PUAP dari tahun 2008 – 2015, dengan modal awal bersumber dari pendiri dan
anggota. Untuk modal usaha dapat bersumber dari pihak luar terutama dana BLM-
PUAP, selain itu untuk mempercepat penambahan modal LKM-A dapat
menghimpun dana melalui simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela
atau saham dari pihak lainnya.
Kelompok kerja (Pokja) terdiri dari Pokja LKM-A Pusat, Pokja Provinsi dan
Pokja Kabupaten/Kota.
Pokja Provinsi ialah Pokja yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian
Provinsi (Sekretaris Pokja adalah Kepala BPTP), bertugas melakukan
validasi, membina LKM-A pada Gapoktan PUAP dan melaksanakan
koordinasi dengan Pokja Pusat maupun dengan instansi terkait (OJK,
Dinas Koperasi dan UKM, dan Notaris) di tingkat Provinsi dan Pokja
Kabupaten/Kota.
Melakukan kunjungan lapangan (site visit). Hal ini sangat penting dilaksanakan
untuk memastikan apakah data yang disampaikan sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya dilapangan. Pada saat site visit juga ditanyakan pengetahuan
kelompok (pengurus dan anggota) mengenai aspek-aspek yang berkaitan
dengan LKM-A.
Pada tahapan ini merupakan tahap dari sebuah proses pemberdayaan untuk
pendirian LKM-A. Terdapat beberapa kegiatan kunci dalam proses
pemberdayaan dan kemampuan operasional LKM-A yaitu :
3.5.1 Pendampingan
Untuk memberikan efek kepercayaan bagi anggota Gapoktan maka
aspek pendampingan sangat menentukan, untuk memberikan
informasi, maksud dan tujuan serta pemahaman megenai langkah-
langkah dan tatacara pembentukan LKM-A termasuk struktur organisasi
serta kegiatan usaha LKM-A, Pendampingan ini dilakukan oleh Pokja
Penumbuhan LKM-A PUAP Kabupaten/Kota bersama PMT selaku
anggota.
3.5.2 Magang
Magang yaitu proses belajar teori dan praktek langsung tentang
pengelelolaan keuangan yang dilakukan oleh calon pengelola LKM-A
kepada LKM-A yang sudah maju, hal ini merupakan salah satu langkah
yang diperlukan bagi pengurus dan pengelola untuk meningkatkan
pengetahuan.
3.5.3 Penguatan dan peningkatan likuiditas/modal.
Dalam menjalankan LKM-A diperlukan modal tambahan dari pihak luar
(linkages) baik dari lembaga perbankan maupun Non bank.
3.5.4 Pengurusan Badan Hukum dan izin usaha sesuai dengan Undang-
Undang Koperasi nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan
Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang LKM.
4.2.1 Pendiri
4.2.2 Pengawas
Untuk LKM-A berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) maka izin
usahanya dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UKM sesuai dengan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
6.2. Pelaporan
Bentuk laporan yang disampaikan adalah berupa matrik isian sesuai dengan
data yang tersedia. Materi pelaporan berisi antara lain :
a. Identitas Gapoktan :
Nama Gapoktan,
Nama Desa,
Nama Kecamatan,
Nama Kabupaten, dan
Nama Provinsi
b. Tahun penerimaan dana BLM PUAP oleh Gapoktan;
c. Aset awal Gapoktan;
d. Aset saat laporan;
e. Penyaluran dana PUAP terbesar;
f. Pembentukan LKM-A;
g. Aktifitas Gapoktan; dan
h. Nama PMT yang bersangkutan.
Petani hingga saat ini masih belum mendapatkan layanan permodalan usaha dari
lembaga keuangan formal secara memadai. Untuk itu lembaga ekonomi petani
seperti USP/LKM-A fungsinya agar lebih ditingkatkan guna mengurangi kendala
kesulitan pembiayaan usaha. Kementerian Pertanian dalam mengatasi
permasalahan tersebut telah menyalurkan dana BLM PUAP sebesar Rp. 5,2
Triliyun atau kepada lebih dari 52.186 Gapoktan. Dalam upaya untuk
pengembangan modal dan kemitraan usaha maka lembaga ekonomi petani perlu
memiliki badan hukum.
Pada tahun 2016 direncanakan akan dilakukan exit strategy program PUAP berupa
keberlanjutan pembinaan dan pengendalian Gapoktan penerima PUAP kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Khusus untuk keberlanjutan lembaga ekonomi
petani yang memiliki status berbadan hukum diperlukan pembinaan dan
pendampingan dari Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-A Provinsi.
Koordinasi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan yang harus disampaikan oleh
PMT dan dikoordinir BPTP diteruskan ke Pusat secara rutin setiap bulan. Pedoman
ini merupakan acuan bagi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-A Provinsi
dalam keberlanjutan pembinaan dan pengendalian serta pemberdayaan dan
penguatan LKM-A di wilayah masing-masing.
Pedoman ini merupakan acuan bagi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-
A Provinsi dalam keberlanjutan pembinaan dan pengendalian serta pemberdayaan
dan penguatan LKM-A di wilayah masing-masing.