Hari : Senin Tanggal : 22 April 2019 Waktu : 08.30 WIB – selesai
3.2 Lokasi Kunjungan
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Geban, Jalan Raya Narogong Pangkalan V, Kota Bekasi.
3.3 Alat dan Bahan
1. Alat pelindung diri 2. Handphone 3. Bolpoint 4. Catatan
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi, pengamatan lapang dan studi pustaka. Pengamatan Lapang dilakukan secara langsung di fasilitas pengolahan TPST Bantar Gebang dan sesi tanya jawab. Studi Pustka dilakukan dengan pencarian referensi terkait dengan TPST Bantar Gebang. BAB IV GAMBARAN WILAYAH Area TPST Bantar Gebang terletak diatas lahan seluas 110,216 Ha dibawah penguasaan Pemerintah provinsi DKI Jakarta dan mencakup 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu. Area ini semula merupakan bekas lahan galian tanah untuk kepentingan pembangunan beberapa perumahan di Jakarta, seperti Sunter, Podomoro, dan Kelapa Gading serta perbaikan jalan di Narogong. Sebelumnya nama TPST ini adalah TPA (Tempat Pembuangan Akhir), secara operasional pengelolaan sampah di TPA didasarkan Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman Departemen Kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah yaitu, namun dengan diterbitkannya Undangundang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dimana diatur mengenai cara dan standar- standar pengelolaan sampah, maka nama TPA pun berubah dan sesuai dengan fungsinya menjadi TPST (Tempat Pengolahan Sampah terpadu) Bantar Gebang. Kondisi Klimatologi Kecamatan Bantargebang terletak di darah tropis yang mengalami musim hujan dan musim kemarau yang bervariasi setiap tahun. Kecamatan ini memiliki pola curah hujan yang mendekati kota jakarta. Berdasarkan data curah hujan, maka pada kecamatan bantar gebang akan terdapat : 1. Empat bulan musim kering : juni- september 2. Empat bulan normal : Oktober, November, April, dan Mei 3. Empat bulan musih basah : desember, januari, sampai dengan maret Kondisi geologi dan Hidrologi Berdasarkan USDA (United State Departmen og Agriculture), tanah di lokasi ini terdapat beberapa jenis yaitu : a. Lempung kelanauan ( Silty clays) b. Lanau kelempungan ( clyayey silts) c. Lanau kelanauan ( silty sands) Pada kedalaman 10m/ keladalam 15 m terdapat suatu lapisan keras atau lapisan lempung padat. Dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah cukup baik sebagai dasar pondasi BAB IV PEMBAHASAN Fasilitas 1. Jembatan Timbang Jembatan timbang pada TPST bantar gebang meruapakan fasilitas yang digunakan untuk menimbang truk yang mengangkut sampah pada saat memasuki TPST dan saat keluar TPST guna memngetahui berat truk kosong. Terdapat 2 Jembatan Timbang di TPST bantar gebang yaitu di tempat truk akan masuk dan truk akan keluar. 2. Tempat pencucian mobil/ kendaraan berat Kapasitas sarana cuci mobil adalah dua untuk 2 kendaraan. Saranan ini dilengkapi dengan pompa air sumur dangkal. Pecucian mocil sebagai cara pemeliharaan alat di Bantar Gebang, karna sampah yang dibawa mengandung air lindi yang bersifat asam dikhwatirkan Mobil akan cepat rusak dan berkarat. 3. Titik Buang Truk menuju titik buang dan dilakukan pengadukan dan pengaturan penumpukan sampah dengan menggunakan eskafator 4-5 tiap harinya. Pada pengaturan penumpukan sampah, sejumlah pemulung melakukan pemilahan sampah anorganik yang memilki nilai jual. 4. Pipa ventilasi gas Dekomposisi sampah dalam kondisi anaerobik dapat menimbulkan gas trutama gas methan dan CO2. Dalam usaha penegdanlian gas tersebut maka di setiap zone di TPA dilengkapi pipa ventilasi. Pipa venyilasi terbuat dari bahan PVC diameter 10 cm yang dilubangi dan di pasang pada dinding- dinding bukit lapisan tanah penutup. Pada bukit akhir pipa dipasang vertikal 2m di atas bukit akhir. 5. Bangunan pengolahan leacheat Lahan pembuangan akhir sampah Bantargebang memiliki 3 bangunan npengolahan Leacheat. Perbedaan dari ketiga bangunan ini yaitu hasil akhir (effluent).
Metoda Pengelolaan Sampah TPST Bantar Gebang
Dalam pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang yaitu Sanitary Landfill, metoda ini dilakukan dengan pengurugan sampah ke dalam tanah dan meyebarkan sampah secara berlapis-lapis pada sebuah site (lahan) yang telah disiapkan, kemudian dilikaukan pemadatan dengan alat berat, dan pada akhir operasi urugan sampah ditutup dengan tanah penutup. Periode penutupan urugan sampah dilakukan setiap seminggu seklai. Cara kerja teknologi ini yaitu diawali dengan membuat konstruksi landfill yang terdiri dari lapisan ground liner atau tanah di dasar landfill yang dipadatkan. Kemudian dilapisi oleh geo membran, bahan mirip plastik berwarna hitam dengan ketebalan 2.5 mm yang terbuat dari High Density Polietilene (HDPE). Lapisan ini berfungsi sebagai penahan lindi agar tidak masuk ke air tanah. Kemudian, di atas geo membran dilapisi oleh geo tekstil, lapisan yang berguna untuk mencegah gas metan menyebar. Gas metan dihasilkan akibat proses dekomposisi bahan organik secara anaerob. (Ilmiawan 2013) Setelah itu, dipasang pipa-pipa untuk mengalirkan air lindi yang dihasilkan. Air lindi tersebut dialirkan langsung ke proses pengolahan. Setelah konstruksi siap, kemudian sampah-sampah ditimbun diatasnya, dipadatkan dan terakhir ditutup oleh tanah (cover soil). Setelah ditutup oleh cover soil, kemudian dipasang pipa-pipa ventilasi untuk mengalirkan gas metan yang dihasilkan. Untuk menghindari metan tersebut merusak lingkungan dan lapisan ozon, maka gas metan tersebut dialirkan menuju unit pembangkit listrik (power house). TPST Bantargebang mengoperasikan lima zona landfill untuk mengelola sampah dari DKI Jakarta. Air lindi yang dihasilkan dari kelima zona tersebut dialirkan ke tiga IPAS yang ada di TPST Bantargebang. Pemusnahan sarnpah dengan metode Sanitary Landfill adalah membuang dan menumpuk sarnpah ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan sarnpah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pencemaran udara secara signifIkan. Secara umum Sanitary Landfill terdiri atas elemen sebagai berikut : 1. Lining System berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachateke dalarn tanah yang akhimya bisa mencemari air tanah. Biasanya Lining System terbuat dari compacted clay, geomembran, atau carnpuran tanah dengan bentonite 2. Leachate Collection System dibuat di atas Lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum leachate menggenang di lining system yang akhimya akan menyerap ke dalarn tanah. Leachate yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut Leachate Extraction System yang biasanya di kirim ke Wastewater untuk diproses sebelum pembuangan akhir. 3. Cover atau cap system berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang masuk ke dalarn landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi leachate. 4. Gas ventilation System berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di dalarn landfill dengan demikian mengurangi resiko gas mengalir di dalarn tanah tanpa terkendali yang akhimya dapat menimbulkan peledakan. 5. Monitoring system bisa dibuat di dalarn atau di luar landfill sebagai peringatan dini kalau tetjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di Jingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas hal yang perlu diperhatikan dalarn pengelolaan sarnpah ada1ah penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan, perencanaan kapasitas, pengaruh terhadap air tanah, penutupan sampah dan perlindungan terhadap api. Untuk mempercepat proses dekomposisi seharusnya sebelum sampah dimasukkan dalam sanitary land fill telah dilakukan pemilahan sehingga sampah yang masuk ke dalam sanitary landfill hanyalah sampah organik. Hingga tahun 1999 usaha pemilahan sampah belum ditangani secara khusus, hanya mengharapkan jasa pemulung di sekitar lokasi TPA Akibatnya di areal sanitary landfill masih ditemukan sampah-sampah yang sulit terurai. Gas metana yang dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan tetapi penggunaanya juga belurn. optimum. Terdapat 5 zona landfill pada TPA Bantar Gebang. Yang mana ketinggian sampah mencapai 30- 45 meter. Zona 1 dan 2 pada awalnya dipisah, namun kemudia digabung dan di lakukan covering dengan geomembrane. Penutupan akhir menggunakan geomembran ini berfungsi sebagai pelindung dari masuknya air dari luar, optimalisasi proses dekomposisi sampah, mengurangi gas emisi rumah kaca dan mengambil gas yang dihasilkan dari landfill. Utnuk 3 zona lainnya belum dilakukan covering dengan geomembrane karna faktor pembiayaan yang tidak memadai. Pada zona geomembrane ini terdapat 30 sumur/pipa vertikal yang berfungsi untuk menghisap gas metan yang dihasilkan. Pipa ini membawa gas ke power house untuk diolah menjadi PLTSA. Dibagian bawah terdapat pipa-pipa horizontal untuk air lindi, dan dibawa ke IPAS. Air lindi yang dihasilkan setiap harinya 1000 m3 namun yang diolah hanya 750m3.