Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DESI SUKMAWATI

NUPTK : 2049 7606 6230 0043


NO. PESERTA PPG : 19 02211 5610 759
PRODI : 156 BAHASA INDONESIA
LPTK : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. Dr. HAMKA
ANGKATAN : 5 (LIMA)
ASAL SEKOLAH : SMPN 8 KARAWANG BARAT/ SMPN 2 CILAMAYA KULON

FORDIS M3 KB1 HAKIKAT BAHASA


Assalamualaikum, selamat siang Bpk/Ibu peserta PPG
Setelah membaca M3 KB 1, jelaskan hakikat bahasa dan dan fungsi bahasa kaitannya
dengan tugas mengajar di sekolah masing-masing!

Wassalamualaikum, selamat siang Bapak dosenku.

Jawaban

HAKIKAT / PENGERTIAN BAHASA


Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
(Kridalaksana: 1983)
1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain
berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun
menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya
bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa
itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan
(dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi,
tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial,
bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang


Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu
semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia.
Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol),
sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang
bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang
dengan yang dilambangkannya.

3. Bahasa itu berupa bunyi


Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari
getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa
adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

1
4. Bahasa itu bersifat arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’.
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang
bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa
yang dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu,
sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.
Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat
menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita
tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang
belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk”
apapun untuk mengetahui maknanya.

5. Bahasa itu bermakna


Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai
lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran
yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu
mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai
makna dapat disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang]: bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl]: tidak bermakna = bukan Bahasa.

6. Bahasa itu bersifat konvensional


Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat
arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat
konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa
lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang
berkaki empat yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota
masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan
dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.

7. Bahasa itu bersifat unik


Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang
tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem
pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

8. Bahasa itu bersifat universal


Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang
dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling
umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan
konsonan.

9. Bahasa itu bersifat produktif


Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi
dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang
tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
2
Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem
tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:
 /i/-/k/-/a/-/t/
 /k/-/i/-/t/-/a/
 /k/-/i/-/a/-/t/
 /k/-/a/-/i/-/t/

10. Bahasa itu bervariasi


Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai
status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka
bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
a) Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
b) Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu
tempat atau suatu waktu.
c) Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku dan
ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamis


Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang
keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena
keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di
dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah,
menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau
istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

12. Bahasa itu manusiawi


Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat
tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis.
Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat
digunakan oleh manusia.

FUNGSI BAHASA

1. Bahasa sebagai sarana komunikasi


Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi
tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka
ragam, misalnya: komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi
sosial, dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya :
integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen,
integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan
bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol social
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan,

3
perilaku, dan symbol-simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini
dapat diwujudkan dalam bentuk: aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi
kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan
dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya,
tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi,
inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain-lain. Dari pemahaman
yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan
mengorbitkannya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu
kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana,
misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin
kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti
dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa
dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual,
emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar
tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan
kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian
konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan
hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan,
bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan
bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil
pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif,
sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara
jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan
tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak.
Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga
mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa
dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi,
analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat
sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi
kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan
sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain
memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara
4
serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program
yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin
penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya
lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan
diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada
tingkat yang lebih kompleks , misalnya: membuat proposal yang menyatakan dirinya akan
menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan
pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran,
tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak
karier/profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau
interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum
profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa
sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran
yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu
sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang
kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual
ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.

BERKAITAN DENGAN PERTANYAAN DI ATAS, SETELAH MEMBACA M3 KB 1, JELASKAN


HAKIKAT BAHASA DAN DAN FUNGSI BAHASA KAITANNYA DENGAN TUGAS MENGAJAR DI
SEKOLAH MASING-MASING!
 Pada pembelajaran, bahasa memegang peranan penting sebagai alat interaksi guru dan
murid pada proses kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya pada bidang studi bahasa
seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah dan bahasa asing, akan tetapi hal ini menyeluruh
terhadap bidang studi yang lainnya.
 Bahasa sebagai alat interaksi pada pembelajaran secara umum muncul pada tata bahasa,
gaya bahasa dan tutur kata yang digunakan seorang guru dalam memberikan pelajaran.
Sehingga pemahaman seorang anak dalam mencerna materi cukup dipengaruhi bahasa
yang dipergunakan guru, terlebih bagi guru yang mengunakan metode ceramah untuk
menjelaskan suatu pokok bahasan.
 Adapun bahasa pada kegiatan pembelajaran kelas memiliki peranan sebagai berikut:

1) Alat Interaksi Alamiah (Nature Interaction)


Bahasa pada pembelajaran merupakan alat yang alami dan media paling mudah yang
digunakan guru untuk menjelaskan suatu pokok bahasan. Guru dalam berinteraksi
mengandalkan bunyi (vokal) yang dibentuk mulut berupa lafal/ejaan yang difahami
penerima pelajaran (murid). Demikian halnya murid mempergunakan indra
pendengaran untuk menyimpan pengertian terhadap vokal tersebut dalam fikiran
mereka. Maka, bahasa yang selaras dan saling dimengerti antara guru dan murid cukup
berpengaruh terhadap terjadinya proses interaksi belajar (learning interaction) yang
tepat.

5
Seperti di Indonesia guru mempergunakan bahasa Indonesia dalam mengajar karena
murid mengerti bahasa tersebut, atau pada sebagian daerah guru sekolah dasar
terkadang menggunakan bahasa daerah dan Indonesia karena alasan murid di
lingkungan tersebut masih lazim mempergunakan bahasa asli/daerah sendiri ataupun
seperti di sebagian SLB A kelas Tuna Rungu guru lebih banyak menggunakan bahasa bibir
dan bicara, karena suatu alasan muridnya belum cukup faham dengan bahasa tangan
yang formal.
2) Pematangan Interaksi (Mature Interaction)
Pada tahapan Mature Interaction bahasa lebih berkembang dibandingkan interaksi
alamiah, kegiatan pembelajaran lebih mendalam karena bahasa telah berperan sebagai
alat penghubung antara satu pokok fikiran materi pelajaran dengan pokok fikiran
berikutnya.
Dengan pengunaan bahasa yang tepat dari seorang guru, murid dapat menandai
hubungan keterkaitan dan rangkaian kata secara bertahap untuk lebih difahami,
sehingga tercipta interaksi yang selaras antara kedua belah fihak. Pada tahap ini lebih
mendekati dengan “Public Relation’ berupa hubungan yang saling mendekati, cukup
erat, dan saling memahami. Hal ini berlangsung pada pembelajaran seperti ; ketika guru
menerangkan sejarah masa silam ataupun ketika guru mendongengkan suatu cerita
sehingga anak terbuai dalam fantasi cerita tersebut.
3) Struktur Interaksi (Structure interaction)
Ketepatan penggunaan tata bahasa, gaya bahasa, media dan istilah lebih berkembang
pada peran pembelajaran struktur interaksi. Pada tahap ini penggunaan bahasa
diklasifikasikan sesuai dengan bidang studi tertentu, karena beberapa istilah pada satu
bidang studi cenderung berbeda seperti istilah inkubasi, fotosintesa dan lainnya secara
khusus digunakan pada pelajaran Biologi; elektrolit, asam dan basa secara khusus pada
pelajaran Kimia dan Fisika, sehingga gaya dan ragam bahasa pada satu jenis pelajaran
akan berbeda dengan pelajaran lainnya.
Struktur interaksi muncul pada dialog dan komunikasi yang terarah. Penggunaan
metode guru dalam menerangkan pelajaran, pendekatan dan strategi pengajaran, dan
hal lainnya merupakan interaksi yang berstruktur dalam memfungsikan bahasa pada
pembelajaran kelas. Pada sisi ini biasanya ditandai dengan gerak guru dalam berbicara,
memperagakan, mendemontrasikan (praktik), raut muka (mimik) murid ; berfikir,
anggukan faham, dan gerak lainnya. Pada anak didik peran ini lebih berfungsi
meningkatkan motivasi dan gairah untuk menerima pelajaran secara aktif.
4) Pemindahan (pesan) interaksi (Transform Interaction)
Pada tahap ini bahasa berperan sebagai media dalam mengantarkan pesan dari guru
kepada murid dan sebaliknya. Pada metode ceramah guru kurang dapat mengevaluasi
penguasaan anak didik terhadap materi yang diajarkan (otodidak), maka digunakan
media untuk mempertegas pesan yang diharapkan guru agar anak menguasai materi.
Hal ini nampak pada penggunaan buku pelajaran, diktat, catatan, papan tulis, OHP dan
media lainnya.
5) Pengarah Fikiran (Direct Intelectual)
Pelafalan setiap kalimat yang digunakan guru dalam berbahasa mempengaruhi
terhadap penerimaan murid dalam menerima penjelasan yang didengarnya atau
disebut dengan stimulus. Bunyi vokal yang didengar pendengaran anak
memberikan respon terhadap berfikirnya otak. Pada ilmu Biologi penerimaan bahasa
mempengaruhi pada otak secara sistematik. Biasanya bahasa yang bersifat fiksi
6
cenderung mempengaruhi otak kanan yang berhubungan dengan kemampuan intuitif,
imajinatif dan fantasi. Sedangkan bahasa yang bersifat nonfiktif cenderung
mempengaruhi otak kiri, dimana kemampuan berfikir dituntut realistis, nyata dan
sistematis, hal ini berhubungan dengan sesuatu objek mutlak yang terjangkau akal dan
konkret.
Maka pada tahap direct intelectual bahasa yang digunakan oleh guru berperan dalam
mengarahkan pemikiran anak didik dalam mencerna materi (kognasi), membandingkan
mana materi pokok dan mana penjelas materi ataupun bukan termasuk materi.
Sehingga memudahkan anak dalam mencatat (resume) objek materi yang dianggapnya
penting.
Seorang guru bidang studi yang satu dengan lainnya cenderung berbeda dalam bahasa
pengantar mengajar, seperti halnya guru matematika yang realistis dan guru sastra yang
intuitif. Demikian pula arah pemikiran anak cenderung berbeda dalam menerima kedua
pelajaran tersebut. Maka peranan bahasa dalam direct intelectual ini berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan intelektual anak pada tahapan masa usia
pembelajaran.
6) Pembentuk watak/karakter manusia (Human Characteristic)
Bahasa pada human chracteristic berhubungan dengan daya emosionil/psychis, dimana
bahasa yang dipergunakan guru berperan dalam mengembangkan sikap/afeksi anak.
Tak dapat dihindari, kemampuan seorang manusia untuk memahami objek luar berarti
membuka dirinya atau dikenal dengan empati, maka materi yang mendapat empati anak
itulah yang akan berkembang menjadi suatu watak/karakter.
Peran bahasa yang digunakan guru dalam mengajar pada tahap ini biasa nampak pada
perbedaan ragam bicara seperti penggunaan bahasa ketika menerangkan, memberikan
nasihat, menegur, melarang, dan hal lainnya. Maka pada aspek ini secara jelas, guru
dalam berbahasa tidak hanya berperan dalam mengajarkan anak untuk menjadi bisa
terhadap materi dan mengerti, tetapi lebih jauh dalam proses membimbing dan
mendidik anak pada ruang lingkup pendidikan yang bersifat afektif dan psikomotor. Hal
ini berhubungan dengan peningkatan kedisiplinan anak, kerajinan, keuletan, kesabaran,
dan sikap lainnya yang membantu terciptanya proses pembelajaran yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai