Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME. Atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah
Trend dan Issue.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari
berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui
kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih.
Meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami
semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca lain pada umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. BPJS KESEHATAN
1. Pengertian BPJS Kesehatan
2. Peserta BPJS Kesehatan
3. Iuran kepesertaan BPJS Kesehatan.
4. Manfaat yang diperoleh peserta BPJS Kesehatan.
B. JKN-KIS (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL-KARTU INDONESIA SEHAT)
1. Pengertian JKN-KIS
2. Kepesertaan JKN-KIS
3. JKN-KIS di masa kepemimpinan JOKOWI
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan sebuah nikmat yang besar dari Sang Pencipta, kesehatan juga
merupakan hak asasi manusia. Bagi Negara, kesehatan adalah salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sebagaimana yang tertera dalam sila kelima Pancasila “Kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia” dan juga pada pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945 alenia ke 4 “....dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia....”.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut pemerintah menetapkan tujuan pembangunan
kesehatan di Indonesia untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraan umum. Dari situlah kemudian pemerintah membuat sebuah program
jaminan kesehatan Nasional melalui Badan hukum Publik yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden yang saat ini kita kenal sebagai BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan Nasional) sebagai penjamin kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPJS Kesehatan yang sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan) ini diresmikan pada
tanggal 31 Desember 2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, berdasarkan
Undang- Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Di era kepemimpinan Jokowi kita mengenal KIS (Kartu Indonesia Sehat) yang merupakan
produk kampanye Jokowi saat mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu 2014 silam. Setelah
dilantik sebagai Presiden ke-7, Jokowi mulai merealisasikan program JKN-KIS ini, namun dalam
perjalanannya banyak terjadi kesimpangsiuran informasi mengenai program ini yang
menimbulkan banyak pertanyaan tentang program ini dan kaitannya dengan BPJS Kesehatan yang
sudah lebih dulu menjadi penanggungjawab program jaminan kesehatan nasional di Indonesia.
Dalam makalah ini penulis akan sedikit menjawab beberapa pertanyaan mengenai program yang
di usung oleh Presiden RI tersebut, semoga makalah ini bermanfaat untuk diri saya pribadi dan
orang lain yang membacanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan BPJS kesehatan?
2. Siapa saja peserta BPJS Kesehatan?
3. Bagaimana mekanisme iuran yang terapkan untuk peserta BPJS Kesehatan?
4. Apa manfaat yang diperoleh saat menjadi peserta BPJS Kesehatan?
5. Apa yang dimaksud dengan JKN-KIS?
6. Apa keterkaitan JKN-KIS dengan BPJS Kesehatan?
7. Siapa saja yang bisa menjadi Peserta JKN-KIS?
8. Bagaimana perkembangan JKN-KIS selama masa kepemimpinan Jokowi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian BPJS Kesehatan.
2. Untuk mengetahui kepesertaan dalam BPJS Kesehatan.
3. Untuk mengetahui mekanisme iuran yang diterapkan BPJS Kesehatan.
4. Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh peserta BPJS Kesehatan.
5. Untuk mengetahui pengertian JKN-KIS.
6. Untuk mengetahui keterkaitan JKN-KIS dengan BPJS Kesehatan.
7. Untuk mengetahui kepesertaan dalam program JKN-KIS.
8. Untuk mengetahui perkembangan JKN-KIS selama masa kepemimpinan JOKOWI.
BAB II
PEMBAHASAN

A. BPJS KESEHATAN
1. Pengertian BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS ) adalah badan hukum publik yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah.
BPJS kesehatan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional yang
merujuk pada Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS
kesehatan sebelumnya bernama ASKES (Asuransi Kesehatan) yang dikelola oleh PT Askes
Indonesia (Persero) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1
Januari 2014.
Sebelum ada BPJS Kesehatan, jaminan kesehatan di Indonesia dikelompokkan sesuai masing-
masing segmen pesertanya, misalnya ASKES untuk PNS, Jamkesmas untuk masyarakat miskin,
Jamsostek untuk pekerja formal, ASABRI untuk TNI dan Polri, serta Jamkesda untuk penduduk
daerah. Nyatanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak masuk dalam segmen kelompok-
kelompok tersebut sehingga kesulitan memperoleh jaminan kesehatan. Sejak BPJS Kesehatan
hadir tahun 2014 lalu, akses untuk memperoleh jaminan kesehatan pun terbuka lebar. Setiap
penduduk Indonesia dijamin Undang-Undang untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas, lebih adil dan merata melalui program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan. Apa
itu JKN-KIS? Akan kita bahas lebih lanjut di poin selanjutnya.
Visi dari BPJS Kesehatan adalah “Terwujudnya Jaminan Kesehatan (JKN-KIS) yang
berkualitas dan berkesinambungan bagi seluruh Penduduk Indonesia pada tahun 2019
berlandaskan gotong royong yang berkeadilan melalui BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan
terpercaya”.
Sedangkan misi dari BPJS Kesehatan diantara nya:
Meningkatkan kualitas layanan yang berkeadilan kepada peserta, pemberi pelayanan kesehatan dan
pemangku kepentingan lainnya melalui sistem kerja yang efektif dan efisien.
Memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia paling lambat 1 Januari 2019
melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan dan mendorong partisipasi
masyarakat serta meningkatkan kepatuhan kepesertaan.
Menjaga kesinambungan program JKN-KIS dengan mengoptimalkan kolektibiltas iuran, system
pembayaran fasilitas kesehatan dan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel.
Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS melalui peningkatan kerja sama antar
lembaga, kemitraan, koordinasi dan komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan.
Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan didukung dengan SDM yang profesional,
penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis dan manajemen resiko yang efektif
dan efisien serta infrastruktur dan teknologi informasi yang handal.

2. Peserta BPJS Kesehatan


Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam
bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan.
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang
tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai
peserta program jaminan kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh
pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah. Selain itu yang berhak menjadi peserta PBI
jaminan kesehatan lainnya adalah orang yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu. Cacat
total tetap merupakan kecacatan fisik dan/atau mental yang mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan. Penetapan cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang
berwenang.
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
Peserta BPJS bukan PBI jaminan kesehatan terdiri atas:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji
atau upah. Pekerja penerima upah terdiri atas:
Pegawai Negeri Sipil
Anggota TNI
Anggota Polri
Pejabat Negara
Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
Pegawai Swasta; dan
Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah. Termasuk WNA yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
2) Pekerja bukan penerima upah dan keluarganya.
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.
Pekerja bukan penerima upah terdiri atas:
Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
Pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan penerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran jaminan
kesehatan. Yang termasuk kelompok bukan pekerja terdiri atas:
1) Investor
2) Pemberi Kerja
3) Penerima Pensiun, terdiri dari:
Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun.
Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun.
Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.
Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun.
Penerima pensiun lain.
Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pensiun.
4) Veteran.
5) Perintis Kemerdekaan.
6) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan.
7) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu membayar iuran.
Anggota keluarga yang ditanggung meliputi:
a. Pekerja Penerima Upah:
1) Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri dan/atau anak
angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
2) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, dengan kriteria:
Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja: Peserta dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).
c. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi anak ke-4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
d. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti
Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.

3. Iuran kepesertaan BPJS Kesehatan.


Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta,
pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan. Dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.
b. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan: 3%
(tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
c. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar
5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar
oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
d. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per
orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
e. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah
tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
1) Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
2) Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas II.
3) Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas I.
f. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim
piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari
45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa
kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
g. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
h. Tidak ada denda keterlambatan pembayaran iuran terhitung mulai tanggal 1 Juli 2016 denda
dikenakan apabila dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan diaktifkan
kembali, peserta yang bersangkutan memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap,
maka dikenakan denda sebesar 2,5% dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan
tertunggak, dengan ketentuan :
a) Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
b) Besar denda paling tinggi Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).
4. Manfaat yang diperoleh peserta BPJS Kesehatan.
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota keluarganya. Manfaat
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:
1) Rawat jalan, meliputi:
Administrasi pelayanan
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis
Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
Pelayanan alat kesehatan implant
Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis
Rehabilitasi medis
Pelayanan darah
Peayanan kedokteran forensik
Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2) Rawat Inap yang meliputi:
Perawatan inap non intensif
Perawatan inap di ruang intensif
Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
B. JKN-KIS (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL-KARTU INDONESIA SEHAT)
1. Pengertian JKN-KIS
KIS merupakan singkatan dari Kartu Indonesia Sehat sebuah tanda kepesertaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), hanya peserta yang memiliki KIS yang dapat memperoleh pelayanan
kesehatan yang komprehensif pada fasilitas kesehatan melalui mekanisme sistem rujukan
berjenjang dan atas indikasi medis.
KIS diresmikan pada tanggal 3 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo. Kartu
Indonesia Sehat (KIS) merupakan pengembangan kartu keanggotaan BPJS Kesehatan yang
disertai dengan beberapa perubahan seperti tambahan cakupan layanan dan perluasan wilayah
penggunaan, serta beberapa perubahan lainnya, dimana anggota baru BPJS Kesehatan akan
memperoleh kartu anggota berwajah “Kartu Indonesia Sehat” secara bertahap terhitung Maret
2015. Sedangkan mengenai sumber pendanaan serta prosedur akan mengikuti seluruh aturan yang
sudah berlaku pada BPJS Kesehatan.
Kesimpulannya, BPJS Kesehatan adalah Badan Hukumnya, dan KIS adalah Kartu Peserta
yang diberikan kepada orang – orang yang telah terdaftar dalam program BPJS Kesehatan.
Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) adalah program
negara yang merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilan sosial dalam hal pemenuhan hak meningkatan kualitas hidup manusia yang
dibangun melalui jaminan sosial di dalamnya terdapat Program JKN-KIS. Melalui jaminan sosial,
diharapkan mampu meretas jalan perubahan demi Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, Program JKN-KIS meningkatkan
kualitas hidup sehat manusia Indonesia dengan memberikan akses finansial kepada seluruh rakyat
Indonesia, agar memenuhi kebutuhan mendasar mereka di bidang kesehatan.
Prinsip dasar dalam Program JKN-KIS adalah Gotong Royong yang merupakan saripati dari
Pancasila. Hal ini perlu disadari bersama mengapa dalam Program JKN-KIS nilai-nilai Pancasila
sudah tertuang. Pertama, gotong royong dalam membayar iuran dimana iuran tersebut akan
digunakan bagi peserta yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan, yang sehat membantu yang
sakit. Kedua dalam penyelenggaraan Program JKN- KIS kerjasama antar stakeholder, fasilitas
kesehatan yang akan melayani peserta JKN-KIS dalam mendapatkan pelayanan kesehatan,
kerjasama lintas kementerian mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan,
Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, serta lembaga-lembaga terkait lain baik itu
DJSN, DPR, OJK, BPK, BPKP, Organisasi Profesi, Asosiasi Fasilitas Kesehatan dsb, serta yang
tak kalah penting adalah kerjasama dengan Pemerintah Daerah.

2. Kepesertaan JKN-KIS
KIS itu masih dalam bagian dari BPJS Kesehatan, karena kartu KIS diterbitkan oleh BPJS
Kesehatan untuk Seluruh peserta Jaminan Kesehatan, termasuk kepada peserta PBI. Namun BPJS
Kesehatan membuat Kepesertaan KIS menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Kelompok masyarakat yang wajib mendaftar dan membayar iuran, baik membayar
sendiri, ataupun berkontribusi bersama pemberi kerjanya.
b. Kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu yang didaftarkan oleh pemerintah dan
iurannya dibayari oleh pemerintah.
Tujuan awal dibentuknya KIS adalah untuk mengakomodasi kaum marginal atau disebut
sebagai Penyandangan Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti gelandangan. Keterbatasan
surat berharga dan identitas seperti KTP dan kartu keluarga tidak akan menjadi masalah dalam
pendaftaran KIS, karena akan terdaftar secara otomatis melalui data dari dinas sosial.
Namun rencana pengembangan ke depannya adalah seluruh anggota BPJS Kesehatan baik PBI
maupun non-PBI akan memperoleh kartu yang sama. Dengan demikian, tidak peduli dengan status
ekonomi yang ada, seluruh masyarakat berhak mendapat kartu keanggotaan yang sama.
3. JKN-KIS di masa kepemimpinan JOKOWI
Sampai dengan 8 September 2017, tercatat jumlah peserta JKN-KIS telah mencapai 181,2 juta jiwa. Ini
berarti sudah sekitar 70 persen penduduk Indonesia yang telah menjadi peserta JKN-KIS. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 25 juta peserta (beserta keluarga) merupakan pekerja yang didaftarkan oleh sang pemberi kerja.
BPJS Kesehatan juga telah bekerja sama dengan 21.095 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
terdiri atas 9.841 Puskesmas, 5.495 Klinik Pratama, 4.586 Dokter Praktik Keluarga, 1.160 Dokter Gigi, dan 13
RS Tipe D. Selain itu, BPJS Kesehatan juga telah bermitra dengan 5.566 Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL) yang terdiri atas 2.227 Rumah Sakit (termasuk di dalamnya 197 Klinik Utama), 2.332
Apotek, dan 1.007 Optik.
Di tahun 2016, berbagai pencapaian telah didapatkan diantaranya rapor hijau dari Kantor Staf Kepresidenan
(KSP) yaitu 2 (dua) target akhir tercapai, yaitu (1) terdistribusinya KIS 100%, dan (2) tercapainya jumlah fasilitas
kesehatan yang bekerja sama sebanyak 88% dari taget yang diberikan pemerintah yaitu 70%. BPJS Kesehatan
tuntas mencetak dan mendistribusikan Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada segmen Penerima Bantuan Iuran
(PBI) di seluruh wilayah Indonesia.
Pada tanggal 19 Juni 2017 BPJS Kesehatan kembali mencuri atensi dunia melalui forum diskusi
internasional bergengsi "International Symposium Celebrating 40th Anniversary of National Health Insurance:
Achievements and Challenges" yang diselenggarakan oleh National Health Insurance Service (NHIS) di Seoul,
Korea Selatan. Sebagai badan hukum publik yang didaulat mengelola program Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan telah mengcover 178,2 juta jiwa alias hampir 70% dari total
penduduk Indonesia hanya dalam waktu 3 tahun. Atas pencapaiannya tersebut, BPJS Kesehatan pun mendapat
kehormatan untuk memaparkan implementasi dan tantangan pengelolaan JKN-KIS di Indonesia kepada peserta
yang hadir dari berbagai belahan dunia. Menurut Direktur Kepatuhan, Hukum, dan Hubungan Antar Lembaga
Bayu Wahyudi “Jika dibandingkan dengan negara lain, pertumbuhan peserta program JKN-KIS memang
terbilang sangat pesat. Jerman membutuhkan waktu lebih dari 120 tahun (85% populasi penduduk), Belgia
membutuhkan 118 tahun (100% populasi penduduk), Austria memerlukan waktu 79 tahun (99% populasi
penduduk), dan Jepang menghabiskan waktu 36 tahun (100% populasi penduduk),"
Selanjutnya, pada tanggal 11 September 2017, BPJS Kesehatan melakukan kerja sama dengan Kementrian
Sosial dalam rangka meningkatkan kualitas dan akurasi data Penerima Bantuan Iuran (PBI) untuk mempercepat
perluasan kepesertaan Jaminan Kepesertaan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan siap
bersinergi dengan Kementerian Sosial untuk melakukan integrasi sistem informasi data PBI. Melalui integrasi
tersebut, BPJS Kesehatan dan Kementerian Sosial dapat lebih cepat melakukan updating data peserta PBI karena
dapat mengakses data PBI yang dimiliki satu sama lain dalam batas-batas yang disepakati bersama. Adapun
ruang lingkup perjanjian kerja sama tersebut mencakup pengusulan, validasi dan penetapan data PBI melalui
sistem informasi, serta pelaporan rekapitulasi data PBI. Menurut Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS
Kesehatan Andayani Budi Lestari “BPJS Kesehatan akan menyediakan akses data PBI by name by adress yang
melakukan perubahan data, seperti nama, alamat, tanggal lahir, jenis kelamin, NIK, nomor Kartu Keluarga, dan
sebagainya. Selain itu, BPJS Kesehatan juga akan membuka akses data peserta PBI yang mengalami mutasi
status kepesertaan, seperti pindah segmen kepesertaan, meninggal dunia, dan bayi baru lahir dari ibu kandung
PBI,”
Sebaliknya, Kemensos akan menyediakan akses data PBI by name by address yang diusulkan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam kategori mutasi meninggal dunia dan mutasi mampu (secara finansial, sehingga dapat
statusnya dapat berganti menjadi peserta mandiri yang iurannya dibayarkan sendiri). Di samping itu, Kemensos
juga akan menyediakan usulan data pengganti per Kabupaten/Kota untuk dilakukan pengecekan atau pemadanan
dengan data master file BPJS Kesehatan sampai diperoleh data yang valid.
Pemerintah telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sekaligus menjaga keberlangsungan program JKN-KIS. Namun tentu kita harus pahami bahwa
kemampuan finansial pemerintah terbatas. Sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya kita juga turun
tangan agar program ini dapat terus berjalan. Contoh sederhananya adalah dengan mendaftar dan membayar
iuran selagi masih sehat.
Menurut Andayani, lebih jauh lagi, pihaknya berharap masyarakat dapat mengatur pola hidupnya agar yang
sehat tetap sehat, sehingga pembiayaan JKN-KIS dapat dialokasikan lebih untuk peningkatan upaya promotif
preventif.
Semoga semua prestasi dan pencapaian yang telah di peroleh BPJS kesehatan selama kurang lebih 3 tahun
berjalan ini bisa menjadi suatu harapan yang pasti untuk program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat
Indonesia demi tercapainya kesejahteraan di semua lapisan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
BPJS Kesehatan mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2014 sebagai badan hukum publik
yang bertugas menyelenggarakan bantuan jaminan sosial dalam bidang kesehatan. BPJS
Kesehatan mengklasifikasi penggunanya ke dalam 2 kategori besar, yaitu: (1) Penerima Bantuan
Iuran (PBI) merupakan golongan masyarakat tidak mampu yang preminya dibayarkan oleh negara.
(2) Non Penerima Bantuan Iuran (non-PBI) merupakan golongan masyarakat mampu yang bisa
membayar premi secara mandiri. Besarnya premi yang harus dibayarkan oleh peserta Non-PBI
(peserta mandiri) adalah Rp 25.500 per orang per bulan untuk kelas III, Rp 51.000 per orang per
bulan untuk kelas II, dan Rp 80.000 per orang per bulan untuk kelas I. Manfaat yang akan di
perolehpun tergantung dengan kelas yang sudah dipilih.
KIS merupakan sebuah tanda kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jadi BPJS
Kesehatan adalah Badan Hukumnya, dan KIS adalah Kartu Peserta yang diberikan kepada orang
– orang yang telah terdaftar dalam program BPJS Kesehatan.
Dimasa kepemimpinan Jokowi, JKN-KIS telah banyak menuai berbagai prestasi dan
pencapaian dalam upayanya menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional. Diantara
nya mendapat rapor hijau dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP) atas tercapainya yaitu 2 terget,
yaitu (1) terdistribusinya KIS 100%, dan (2) tercapainya jumlah fasilitas kesehatan yang bekerja
sama sebanyak 88% dari taget yang diberikan pemerintah yaitu 70%. Selain itu BPJS Kesehatan
juga terus memperbaiki kinerjanya dengan memberikan kemudahan dan berbagai fasilitas yang
lebih baik untuk pesertanya. Hingga September 2017 total peserta JKN-KIS BPJS Kesehatan
sudah mencapai 70% dari keseluruhan penduduk Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. BPJS Kesehatan “Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions)”.
(Jakarta : Kementrian Kesehatan RI, 2013).
http://bpjs-kesehatan.go.id di akses pada tanggal 10 Oktober 2017
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170322134103-78-201954/baru-70-persen-
penduduk-jadi-peserta-bpjs-kesehatan/ di akses pada tanggal 15 Oktober
https://www.panduanbpjs.com/perbedaan-antara-bpjs-dan-kis/ di akses pada tanggal 20 Oktober
2017

Anda mungkin juga menyukai