Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini
dengan judul“ LOW BACK PAIN, OSTEOARTRITIS GENU DEKSTRA PADA
LAKI-LAKI USIA 43 TAHUN BELUM MENIKAH DENGAN DISFUNGSI
KELUARGA SEDANG DAN TINGGAL DI RUMAH YANG TIDAK PHBS ”.
Presentasi kasus home visite ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas
Kotagede II. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan selama ini dalam penulisan presentasi
kasus ini antara lain :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan serta kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini.
2. Orang Tua saya yang selalu mengingatkan dan memberikan motivasi kepada
saya dalam menyelesaikan presentasi kasus ini.
3. dr. Muhammad Khotibudin, MPH selaku dokter pembimbing klinik stase Ilmu
Kedokteran Keluarga FKIK UMY yang telah memberikan masukan dan
pertimbangan guna menyempurnakan penulisan presentasi kasus ini.
4. dr. Sita Andiastuti selaku dokter pembimbing puskesmas yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan mulai dari persiapan, penyusunan hingga penulisan
presentasi kasus ini.
5. drg. Dyah Puspasari selaku kepala puskesmas Kotagede II Yogyakarta yang telah
memberikan izin kami untuk menimba ilmu dan pengalaman di Puskesmas
Kotagede II
6. Seluruh karyawan Puskesmas Kotagede II yang telah membagikan ilmunya
kepada kami.
7. Pasien Sdr. W dan keluarga yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan
waktunya untuk home visite.
1
8. Teman-teman kelompok koass saya yang sudah membantu dan memberikan
motivasi kepada saya dalam kelancaran penulisan ini.
9. Semua pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian presentasi
kasus ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya kepada
semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulisannya dari bahwa presentasi
kasus ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik
kedokteran keluarga ini. Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
LAPORAN KASUS
IdentitasPasien
Nama Lengkap : Sdr. W
Tanggal lahir : 10 Nevember 1976
Umur : 43 th
Alamat : Gedongkuning, KG 1/ 236 RT/RW 12 /
04
Telepon/ No.HP : 087838285626
Pekerjaan : Juru Parkir
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
A. Anamnesis
1. Keluhan Utama : kontrol rutin nyeri punggung
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada awalnya pasien mengalami nyeri punggung
sejak 3 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin lama semakin berat. Pasien
mengatakan keluhan tersebut dapat membaik apabila dalam posisi berbaring dan
memburuk apabila melakukan gerakan- gerakan . Nyeri menjalar sampai ke
bealakang tungkai. Nyeri bertambah apabila pasien berjalan dan pada saat
berjalan harus memiringkan tubuhnya ke arah posisi yang sakit. Tidak ada
riwayat trauma sebelumnya, Pasien rutin kontrol di Puskesmas Kotagedhe 2 guna
mengevaluasi perbaikan penyakitnya tersebut . Pasien menyangkal adanya nyeri
kepala, pusing, mual, muntah, telinga berdenging, pandangan kabur, nyeri dada,
sesak, batuk, pilek, demam, pingsan. BAB dan BAK dalam batas normal
4
Trauma (-)
6. Review Sistem
Sistem Saraf : nyeri kepala (-), kejang (-), penurunan kesadaran
(-)
Sistem Kardiovaskular : Bradikardi (-), Palpitasi (-)
Sistem Pernapasan : sesak (-), retraksi (-), batuk (-), pilek (-)
Sistem Muskoloskletal : tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-)
Sistem Integumen : tidak terdapat kelainan
5
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : (tidak diukur)
4. Antropometri
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 55 kg
Lingkar Pinggang : tidak diukur
Lingkar Panggul : tidak diukur
Lingkar Lengan Atas : tidak diukur
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 21.48 (normal-WHO) [TB (meter)/ BB
(kg)2]
5. Pemeriksaan Umum
Kulit : ruam (-), scar (-), Jaundice (-)
Kelenjar Limfe :limfonodi tidak teraba
Otot : KO atas 5/5, bawah 5/5
Tulang : deformitas (-), tumor (-)
Sendi : tanda inflamasi (-), tumor (-)
6. Pemeriksaan Khusus
Kepala : normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : hiperemis (-/-), secret (-/-)
Telinga : discharge (-/-), serumen (-/-)
Mulut dan Gigi : sianosis (-), karies (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
Leher : limfonodi tidak teraba
6
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Paru Retraksi (-), gerak Vocal fremitus Sonor di SDV +/+
dinding dada sama kanan seluruh normal , rh-/-,
simetris kanan = dan kiri lapang paru wh -/-
kiri
Jantung Ictus Cordis tidak Ictus tidak Batas S1-2 reguler,
terlihat teraba kuat Jantung bising (-)
normal
Abdomen Perut tampak datar Supel, nyeri Timpani, Bising usus (+)
tekan (-) ascites (-) normal
Pemeriksaan Khusus
Tonus normotoni
Kekuatan 5 / 5 5 / 5
3/5 5/5
Kanan Kiri
Lasegue sign +- -
Patrick sign +- -
Anti Patrick sign +- -
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : -
2. Radiologi :-
3. Lain-lain :
7
E. Terapi
1. Farmakologis
Natrium Dicloflenac 50mg x 3
2. Non Farmakologis
Tidak melakukan aktivitas yang berlebihan
Menjaga berat badan ideal
Mengangkat barang dengan posisi benar
Istirahat cukup 6-8 jam per hari
F. Saran
1. Memberikan edukasi tentang pentingnya kontrol rutin di puskesmas.
2. Pemeriksaan darah.
8
BAB II
ANALISIS KASUS
9
B. Perangkat Penilaian Keluarga
1. Genogram Keluarga
Genogram Keluarga Sdr. W
10
4. Family Map
11
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
e. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan 1
saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 7 (disfungsional sedang)
12
Educational Pasien tamatan SMA
1. Kondisi Rumah
Kepemilikan rumah : milik orangtua
Lokasi rumah : RT 12, Rejowinangun, Kotagedhe
Ukuran rumah : ± 10x11 m
Jenis dinding :batubata
Ruang rumah : terdiri atas 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 2 ruang
tamu
Lantai :tanah
13
Atap :genteng
Kepadatan :cukup padat
Pencahayaan :cukup
Kebersihan :cukup
SumberAir : Sumur
Toilet : 2 toilet jongkok, fasilitas MCK
3. DenahRumah U
Ket:
KT : Kamar TIdur
RT : Ruang Tamu
: Pintu
14
balita
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan Tidak ada bayi /
balita
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan V
5. Mencucitangan dengan air bersih dan sabun V
6. Menggunakan jamban sehat V
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan V
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari V
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga V
10 Tidak merokok di dalam rumah V
Kesimpulan: Rumah Tangga tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
E. Diagnosis Holistik
1. Diagnosis Psiko-sosial& Kultural-spiritual :
Seorang laki-laki usia 43 tahun dengan disfungsi keluarga sedang dan
rumah tangga yang tidak berperilaku bersih dan sehat
F. Pengeloaan Komprehensif
1. Upaya Promotif:
Edukasi terhadap tentang gambaran penyakit Low Back Pain
Pentingnya modifikasi gaya hidup
Pentingnya minum obat teratur
15
2. Upaya Preventif:
Tidak melakukan aktivitas yang berlebihan
Menjaga berat badan ideal
Mengangkat barang dengan posisi benar
Istirahat cukup 6-8 jam per hari
3. Upaya Kuratif:
Natrium Diclofenac 50mg x 3
4. Upaya Rehabilitatif:
-
5. Upaya Paliatif:
-
G. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga
1. Primary Care : prinsip ini sudah diterapkan dengan pasien datang ke
puskesmas sebagai fasyankes primer.
2. Personal care : pelayanan memberikan kenyamanan pasien.
3. Holistic care : penanganan pasien dengan tidak hanya pada aspek klinis saja
namun secara menyeluruh.
4. Comprehensive care : penatalaksanaan dari mulai preventif, promotif,
kuratif, rehabilitative, paliatif.
5. Continuing care : memonitor perkembangan pasien melalui rekam medis
6. Emphasis on preventive medicine : penekanan upaya preventif melalui
edukasi pentingnya mengatur gaya hidup sehat, pola makan teratur, istirahat
cukup dll.
7. Patient centered, family focused, community oriented : sudah dilakukan
eksplorasi dari disease maupun illness pasien.
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Patofisiologi
17
merusak , dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal
(Hartwig MS, Wilson LM,2016). Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah
yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya
pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini
mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan
vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang
lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system
saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut
yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap
transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat. (Bratton, Robert L,2007)
18
aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.
19
diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency ablation (RFA). Ini
lebih invasive sebab dapat merusak jaringan, memiliki resiko yang lebih
besar dan efek samping yang lebih lama dibanding terapi yang lain. Jika
berhasil maka dapat membantu pasien untuk tidak dilakukan prosedur bedah
yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring
ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain analgetika
(salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti
inflamasi non-steroid (AINS) misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik
(secara sentral) misalnya aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya
diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik.
Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi
perdarahan, gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase (untuk
HNP).
20
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta
traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh
sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau
sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih
terasa gunakan heating pad (kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan
tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi
akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan
infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot belakang
dan melancarka peredaran darah.
21
d. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan
konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur
yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui adalah
gangguan fungsi otonom dan paraplegia.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat segera
bekerja seperti semula dan tidak timbul NPB lagi kemudian hari. Agar
penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak mengalami komplikasi yang
membahayakan penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi saluran
kencing, dan sebagainya.
B. Osteoartritis Genu
a. Pengertian
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan
kaki paling sering terkena OA.1
Gambaran paling mendasar pada osteoarthritis adalah degenerasi tulang
rawan sendi. Perubahan struktural selanjutnya yang terjadi di tulang bersifat
sekunder. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini muncul tanpa faktor
predisposisi yang jelas sehingga disebut primer. Sebaliknya, osteoarthritis
sekunder adalah perubahan degenaratif yang terjadi pada sendi yang sudah
mengalami deformitas atau degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks penyakit
metabolic tertentu, seperti hemokromatosis, atau diabetes mellitus. Akhiran –it
is, yang sering mengacu pada peradangan, menyesatkan karena osteoarthritis
secara primer bukan merupakan peradangan sendi.
b. Patofisiologi
22
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah proses penuaan dan efek
mekanis. . Meskipun osteoarthritis bukanlah suatu proses wear-and-tear (aus
karena sering digunakan, tidak diragukanlagi bahwa stress mekani pada sendi
berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain
meningkatnya frekuensi osteoartritis seiring pertambahan usia, timbulnya
disendi penahan beban, meningktanya frekuensi penyakit pada kondisi yang
menimbulkan stress mekanik abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas
sendi.2
23
c. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis berdasarkan:1
1. Anamnesis:
Berdasarkan anamnesis akan didapatkan keluhan berupa nyeri sendi yang
membatasi aktifitas, hambatan gerakan sendi, kaku pagi hari yang tidak berlangsung
lama karena imobilitas, krepitasi, pembesaran sendi secara perlahan dan asimetris,
serta perubahan gaya berjalan bahkan ketidak mampuan untuk berjalan.
2. Pemeriksaan fisis:
Pada pemeriksaan fisis akan didapatkan hambatan gerak, krepitasi berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk, pembengkakan sendi dengan
ditemukannya efusi serta beberapa tanda radang yang tidak terlalu meninjol,
perubahan bentuk sendi dan gaya berjalan yang bisa dilihat jelas.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi: penyempitan celah sendi asimetris, peningkatan densitas (sklerosis)
tulang subkondral, kista tulang, osteofit ditepi sendi, perubahan struktur anatomi
sendi. Pemeriksaan MRI mungkin diperlukan pada pasien OA tulang belakang.
Gambaran radiologik OA
24
peradangan biasanya didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai
sedang, peningkatan ringan sel radang (<8000/m) dan peningkatan protein.
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American College of
Rheumatology seperti tercantum pada table berikut ini: 9
d. PENATALAKSANAAN
1. Terapi non farmakologis:
a. Edukasi: menjelaskan kepada penderita tentang seluk beluk penyakitnya,
bagaimana menjaganya agar tidak bertambah parah
b. Terapi fisik dan rehabilitasi: melatih pasien agar persendiannya agar tetap dapat
dipakai, evaluasi pola kerja dan aktivitas sehari- hari
c. Penurunan berat badan: karena merupakan salah satu faktor resiko, penderita
disarankan untuk menurunkan berat badan hingga bila mungkin mendekati ideal.
2. Terapi farmakologis:
25
a. Analgetik oral non opiad: asetaminofen, aspirin dan ibuprofen untuk
menghilangkan nyeri.
b. Analgetik topical: krim kapsaisin mengurangi nyeri pada ujung saraf local.
c. Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS): analgetik- antiinflamasi. Namun,
penggunaaannya harus dikontrol sebab banyak menyebabkan efek samping
berupa gastritis hingga ulkus peptikum.
d. Chondroprotective agent: obat- obat yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan tulang rawan sendi. Sebagian peneliti menggolongkannya dalam Slow
Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMOADs):
1) Tetrasiklin: menghambat kerja enzim MMP
2) Asam hialuronat (viscosupplement): memperbaiki viskositas cairan synovial,
diberika intraarthrikuler. Asam hialuronat ternyata memegang peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan
proteoglikan.
3) Glikosaminoglikan: menghambat sejumlah enzim degradasi tuang rawan.,
seperti hialuronidase, protease, elastase, dan katepsin.
4) Kondroitin sulfat: salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat
adalah kartilago dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. Kondroitin
sulfat memiliki efek: antiinflamasi, efek metabolic terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan, dan anti degradatif melalui hambatan enzim
proteolitik
5) Vitamin C: menghambat enzim lisozim.
6) Superoxide Dismutase: menghilangkan superoxide dan hydroxyl radikal yang
merusak asam hialuronat, kolagen, dan proteoglikan.
7) Steroid Intra-artrikuler: kejadian inflamasi kadang terjadi pada OA sehingga
mampu mengurangi rasa sakit, tetapi penggunaannya masih controversial.
Terapi bedah: jika terapi farmakologis tidak berhasil. Dirancang untuk
membuang badan badan yang lepas, memperbaiki jaringan penyokong yang
rusak, atau menggantikan seluruh
26
Daftar Pustaka
1. Brandt, Kenneth D.Osteoartritis. Dalam: Asdie, Ahmad H. Harrison: Prinsip-
prinsip Ilmu Penyakit Volume 4. Edisi 13. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2000. Hal: 1886-1892.
2. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The
American academy of family physician. November 15, 1999 (online www.aafp.org 22
Mei 2007 19.00 pm)
3. Burns, Dennis K. Penaykit Sendi. Dalam: Hartanto, Huriawati.Robbins: Buku
Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007.
Hal: 862-864.
4. Carter, Michael A. Osteoartritis. Dalam: Hartanto, Huriawati. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2006.Hal:1380-1383.
5. Harsono, Soeharso. Nyeri Punggung Bawah. In : Kapita Selekta Neurologi.
Harsono, editor. Edisi 2. Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta ; 2010.
6. Hartwig MS, Wilson LM. Nyeri. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6th ed. Vol 2. EGC ; Jakarta ; 2011
7. Janette, Marsha.Idioapathic OA of The Knee. http://www.rheumatology.org
Diakses 14 April 2013.
8. Leeson, Thomas. Leeson,Roland C.Sendi. Dalam: Tambajong, Jan. Buku Ajar
Histologi. Edisi 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC1996. Hal: 156-157.
9. Machado,C.Structure of Synovial Joints. http://www.netterimages.com. Diakses
14 April 2013.
10. Michael, S.Osteoarthritis. http://www.seniorjournal.com. Diakses 14 April 2013.
11. National Institute Of Neurogical Disorders and Stroke : Low Back Pain Fact
Sheet, URL www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detailbackpain.htm, 2010.
12. Nuartha AA. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang
Bawah. Denpasar, 2010.
13. P. croft, A .Papageorgius, R.McNelly. Low Back Pain. HCNA chap.3. 2000. (online www.
HCNA.org. tgl 23/5/2007)
27
14. Roland, D.Osteoarthritis Investigation. http://www.orthoanswer.org. Diakses 14
April 2013.
15. Soeroso J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. In : Workshop
Physical Diagnosis and Treatment Option Of Low Back Pain. Kalim H, Handono
S, Suryana P, editors. Surabaya, 2011.
16. Soeroso, Joewono.Isbagio, Harry.dkk.Osteoartritis. Dalam: Sudoyo, Aru W.dkk.
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta. Penerbit
InternaPublishing. 2009. Hal: 2538-2548.
17. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management Low Back
Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124 – 135. Oxford University
Press. Great Britain. 2001
28
Lampiran
29
30