Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini
dengan judul“ LOW BACK PAIN, OSTEOARTRITIS GENU DEKSTRA PADA
LAKI-LAKI USIA 43 TAHUN BELUM MENIKAH DENGAN DISFUNGSI
KELUARGA SEDANG DAN TINGGAL DI RUMAH YANG TIDAK PHBS ”.

Presentasi kasus home visite ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas
Kotagede II. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan selama ini dalam penulisan presentasi
kasus ini antara lain :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan serta kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini.
2. Orang Tua saya yang selalu mengingatkan dan memberikan motivasi kepada
saya dalam menyelesaikan presentasi kasus ini.
3. dr. Muhammad Khotibudin, MPH selaku dokter pembimbing klinik stase Ilmu
Kedokteran Keluarga FKIK UMY yang telah memberikan masukan dan
pertimbangan guna menyempurnakan penulisan presentasi kasus ini.
4. dr. Sita Andiastuti selaku dokter pembimbing puskesmas yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan mulai dari persiapan, penyusunan hingga penulisan
presentasi kasus ini.
5. drg. Dyah Puspasari selaku kepala puskesmas Kotagede II Yogyakarta yang telah
memberikan izin kami untuk menimba ilmu dan pengalaman di Puskesmas
Kotagede II
6. Seluruh karyawan Puskesmas Kotagede II yang telah membagikan ilmunya
kepada kami.
7. Pasien Sdr. W dan keluarga yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan
waktunya untuk home visite.

1
8. Teman-teman kelompok koass saya yang sudah membantu dan memberikan
motivasi kepada saya dalam kelancaran penulisan ini.
9. Semua pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penyelesaian presentasi
kasus ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya kepada
semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulisannya dari bahwa presentasi
kasus ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik
kedokteran keluarga ini. Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 02 Agustus 2019

Penyusun

Ilham Rahma Hudi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I ....................................................................................................................................... 4
A. Anamnesis ......................................................................................................................... 4
B. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................ 6
C. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 7
D. Diagnosis dan Diagnosis Banding .................................................................................. 7
E. Terapi ................................................................................................................................ 8
F. Saran ................................................................................................................................. 8
BAB II ...................................................................................................................................... 9
A. Anamnesis Pengalaman Sakit ......................................................................................... 9
B. Perangkat Penilaian Keluarga ...................................................................................... 10
D. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ................................................................ 14
E. Diagnosis Holistik ........................................................................................................... 15
F. Pengeloaan Komprehensif ............................................................................................. 15
G. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga................................................................ 16
BAB III ................................................................................................................................... 17
A. Low Back Pain ................................................................................................................ 17
B. Osteoartritis Genu.......................................................................................................... 22
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 27

3
BAB I
LAPORAN KASUS

IdentitasPasien
Nama Lengkap : Sdr. W
Tanggal lahir : 10 Nevember 1976
Umur : 43 th
Alamat : Gedongkuning, KG 1/ 236 RT/RW 12 /
04
Telepon/ No.HP : 087838285626
Pekerjaan : Juru Parkir
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan terakhir : SMA

A. Anamnesis
1. Keluhan Utama : kontrol rutin nyeri punggung
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada awalnya pasien mengalami nyeri punggung
sejak 3 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin lama semakin berat. Pasien
mengatakan keluhan tersebut dapat membaik apabila dalam posisi berbaring dan
memburuk apabila melakukan gerakan- gerakan . Nyeri menjalar sampai ke
bealakang tungkai. Nyeri bertambah apabila pasien berjalan dan pada saat
berjalan harus memiringkan tubuhnya ke arah posisi yang sakit. Tidak ada
riwayat trauma sebelumnya, Pasien rutin kontrol di Puskesmas Kotagedhe 2 guna
mengevaluasi perbaikan penyakitnya tersebut . Pasien menyangkal adanya nyeri
kepala, pusing, mual, muntah, telinga berdenging, pandangan kabur, nyeri dada,
sesak, batuk, pilek, demam, pingsan. BAB dan BAK dalam batas normal

3. Riwayat Penyakit Dahulu


HT (-)
DM (-)

4
Trauma (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga


 Hipertensi (+) Ibu
 DM (-)
 PenyakitJantung (+) Bapak
 Skizofrenia (+) Bapak, Kakak no 2
5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan
 Riwayat Pendidikan : Pasien menempuh pendidikan sampai SMA
 Riwayat Pernikahan : Pasein belum menikah dan masih memiliki keinginan
untuk menikah.
 Gaya Hidup : Pasien menghabiskan waktunya untuk bekerja sebagai juru
parkir dan sebagai buruh tani.
 Personal Sosial :
 Orang tua : Pasien masih memiliki seorang ibu kandung
 Saudara :Pasien masih berhubungan baik dengan semua
saudaranya.
 Anak :-

6. Review Sistem
 Sistem Saraf : nyeri kepala (-), kejang (-), penurunan kesadaran
(-)
 Sistem Kardiovaskular : Bradikardi (-), Palpitasi (-)
 Sistem Pernapasan : sesak (-), retraksi (-), batuk (-), pilek (-)
 Sistem Muskoloskletal : tidak ada kelainan
 Sistem Urogenital : tidak ada kelainan
 Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-)
 Sistem Integumen : tidak terdapat kelainan

5
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
 TekananDarah : 110/80 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Respirasi : 16 x/menit
 Suhu : (tidak diukur)
4. Antropometri
 Tinggi Badan : 160 cm
 Berat Badan : 55 kg
 Lingkar Pinggang : tidak diukur
 Lingkar Panggul : tidak diukur
 Lingkar Lengan Atas : tidak diukur
 Indeks Massa Tubuh (IMT) : 21.48 (normal-WHO) [TB (meter)/ BB
(kg)2]
5. Pemeriksaan Umum
 Kulit : ruam (-), scar (-), Jaundice (-)
 Kelenjar Limfe :limfonodi tidak teraba
 Otot : KO atas 5/5, bawah 5/5
 Tulang : deformitas (-), tumor (-)
 Sendi : tanda inflamasi (-), tumor (-)
6. Pemeriksaan Khusus
 Kepala : normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
 Hidung : hiperemis (-/-), secret (-/-)
 Telinga : discharge (-/-), serumen (-/-)
 Mulut dan Gigi : sianosis (-), karies (-)
 Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
 Leher : limfonodi tidak teraba

6
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Paru Retraksi (-), gerak Vocal fremitus Sonor di SDV +/+
dinding dada sama kanan seluruh normal , rh-/-,
simetris kanan = dan kiri lapang paru wh -/-
kiri
Jantung Ictus Cordis tidak Ictus tidak Batas S1-2 reguler,
terlihat teraba kuat Jantung bising (-)
normal
Abdomen Perut tampak datar Supel, nyeri Timpani, Bising usus (+)
tekan (-) ascites (-) normal

Pemeriksaan Khusus
Tonus normotoni
Kekuatan 5 / 5  5 / 5
3/5 5/5
Kanan Kiri
Lasegue sign +- -
Patrick sign +- -
Anti Patrick sign +- -

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : -
2. Radiologi :-
3. Lain-lain :

D. Diagnosis dan Diagnosis Banding


1. Low Back Pain dan OA Genu dekstra

7
E. Terapi
1. Farmakologis
 Natrium Dicloflenac 50mg x 3
2. Non Farmakologis
 Tidak melakukan aktivitas yang berlebihan
 Menjaga berat badan ideal
 Mengangkat barang dengan posisi benar
 Istirahat cukup 6-8 jam per hari

F. Saran
1. Memberikan edukasi tentang pentingnya kontrol rutin di puskesmas.
2. Pemeriksaan darah.

8
BAB II
ANALISIS KASUS

A. Anamnesis Pengalaman Sakit


1. Pikiran: Pasien mengatakan cukup memahami penyakit yang dideritanya
sekarang.
2. Perasaan: Pada awalnya, pasien merasa sedikit kecewa dan belum bisa
menerima karena dengan keluhan tersebut, pekerjaannya sedikit terganggu,
tetapi pada saat ini pasien mengatakan menerima kondisinya yang sekarang.
Karena belilau merasa banyaknya dukungan dari keluarga terutama anak dan
saudaranya. Skala (1-10) beliau mengatakan skalanya 8.
3. Efek pada fungsi: Saat ini pasien mengatakan ada sedikit gangguan dalam
bekerja dikarenakan keluhan tersebut.
4. Harapan: Pasien cukup mensyukuri apa saja yang sudah didapat saat ini.

9
B. Perangkat Penilaian Keluarga

1. Genogram Keluarga
Genogram Keluarga Sdr. W

2. Bentuk Keluarga (Family Structure)


Extended Family and Blended Family (Goldenberg 1980)
3. TahapanSiklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle)
Tahap VII, Orangtua usia pertengahan (pensiunan).
(carter & mc goldrick, 1989)

10
4. Family Map

5. APGAR Keluarga (Family APGAR)

APGAR Keluarga Hampir Kadang-Hampir


selalu kadang tidak
(2) (1) pernah (0)
a. Saya merasa puas karena saya dapat meminta 2
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya
menghadapi permasalahan
b. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya 1
membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi
masalah dengan saya.
c. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima 1
dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk
memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup
saya.
d. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya 2

11
mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
e. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan 1
saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 7 (disfungsional sedang)

Skala pengukuran: Skor: Contoh:


Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional Jumlah = 7 poin.
Kadang-kadang = 1 4-7 = Disfungsional sedang Keluarga disfungsional
sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3 = Disfungsional berat

6. SCREEM Keluarga (Family SCREEM)

Aspek SumberDaya Patologis


SCREEM
Social  Hubungan dengan
saudaranya baik
 Hubungan dengan
tetangganya baik

Cultural  Kepuasan terhadap beraneka


ragam kebudayaan

Religious  Semangat untuk selalu


melakukan ibadah

12
Educational  Pasien tamatan SMA

Economic Pasien mendapat uang dari


upah menjadi juru parkir dan
buruh tani
Medical  Akses ke kesehatan sangat
mudah
 Dapat menggunakan BPJS
untuk berobat

7. Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness


(Tahun)
2009 33 th Bapak meninggal dunia
2019 43 th Terdiagnosis LBP

C. Rumah dan Lingkungan Sekitar

1. Kondisi Rumah
 Kepemilikan rumah : milik orangtua
 Lokasi rumah : RT 12, Rejowinangun, Kotagedhe
 Ukuran rumah : ± 10x11 m
 Jenis dinding :batubata
 Ruang rumah : terdiri atas 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 2 ruang
tamu
 Lantai :tanah

13
 Atap :genteng
 Kepadatan :cukup padat
 Pencahayaan :cukup
 Kebersihan :cukup
 SumberAir : Sumur
 Toilet : 2 toilet jongkok, fasilitas MCK

2. Lingkungan Sekitar Rumah


 Situasi halaman :menghadap jalan
 Jarak antar rumah :menempel
 Pembuangan sampah :ada area pembuangan umum

3. DenahRumah U

Ket:

KT : Kamar TIdur

KM: Kamar Mandi

RT : Ruang Tamu

: Pintu

D. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No. Indikator PHBS Jawaban


Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Tidak ada bayi /
balita
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan Tidak ada bayi /

14
balita
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan Tidak ada bayi /
balita
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan V
5. Mencucitangan dengan air bersih dan sabun V
6. Menggunakan jamban sehat V
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan V
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari V
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga V
10 Tidak merokok di dalam rumah V
Kesimpulan: Rumah Tangga tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

E. Diagnosis Holistik
1. Diagnosis Psiko-sosial& Kultural-spiritual :
Seorang laki-laki usia 43 tahun dengan disfungsi keluarga sedang dan
rumah tangga yang tidak berperilaku bersih dan sehat

2. Diagnosis Holistik (KlinisplusPsiko-sosial& Kultural-spiritual) :


Low Back Pain, OA Genu dekstra pada laki-laki usia 43 tahun belum
menikah dengan disfungsi keluarga sedang dan tinggal di rumah yang tidak
PHBS

F. Pengeloaan Komprehensif
1. Upaya Promotif:
 Edukasi terhadap tentang gambaran penyakit Low Back Pain
 Pentingnya modifikasi gaya hidup
 Pentingnya minum obat teratur

15
2. Upaya Preventif:
 Tidak melakukan aktivitas yang berlebihan
 Menjaga berat badan ideal
 Mengangkat barang dengan posisi benar
 Istirahat cukup 6-8 jam per hari
3. Upaya Kuratif:
 Natrium Diclofenac 50mg x 3

4. Upaya Rehabilitatif:
-
5. Upaya Paliatif:
-
G. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga
1. Primary Care : prinsip ini sudah diterapkan dengan pasien datang ke
puskesmas sebagai fasyankes primer.
2. Personal care : pelayanan memberikan kenyamanan pasien.
3. Holistic care : penanganan pasien dengan tidak hanya pada aspek klinis saja
namun secara menyeluruh.
4. Comprehensive care : penatalaksanaan dari mulai preventif, promotif,
kuratif, rehabilitative, paliatif.
5. Continuing care : memonitor perkembangan pasien melalui rekam medis
6. Emphasis on preventive medicine : penekanan upaya preventif melalui
edukasi pentingnya mengatur gaya hidup sehat, pola makan teratur, istirahat
cukup dll.
7. Patient centered, family focused, community oriented : sudah dilakukan
eksplorasi dari disease maupun illness pasien.

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Low Back Pain


1. Pengertian
Klasifikasi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau
nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar ke daerah lain
atau sebaliknya (referred pain) (R.McNelly,dkk 2007). NPB merupakan
perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka yang disertai penjalaran
ke tungkai dan kaki. Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, disamping itu
juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan
jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus uranius. Kedua jaringan atau
organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat
menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah. LBP akut
akan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu, sedangkan LBP kronik
terjadi dalam waktu 6 bulan.

2. Patofisiologi

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah


stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen
system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang
sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain (Bratton, Robert
L,2007) .

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit


yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial

17
merusak , dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal
(Hartwig MS, Wilson LM,2016). Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah
yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya
pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini
mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan
vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang
lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system
saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,
bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut
yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap
transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat. (Bratton, Robert L,2007)

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses


sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini


kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik
yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan
otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada

18
aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia


bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

3. Terapi Low Back Pain

Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai dengan


edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan
pasien sehingga sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari sering dapat
meringankan nyeri. Namun jika terlalu lama tidak dianjurkan. Penggunaan
obat-obatan NSAID dapat membantu, dan untuk obat-obatan yang lebih
keras dapat digunakan seperti muscle relaksan dan narkotik dapat digunakan
dalam jangka waktu yang pendek
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan,
disebut pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun.
Termasuk bantuan pasif adalah terapi panas, terapi dingin, massage,
ultrasound, stimulation listrik, traksi dan akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung bawah
adalah prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau merusak area
yang dirasakan atau yang menyebabkan nyeri, contohnya intra discal
electrothermy (IDET) yang mana sebuah coiled wire ditempatkan pada

19
diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency ablation (RFA). Ini
lebih invasive sebab dapat merusak jaringan, memiliki resiko yang lebih
besar dan efek samping yang lebih lama dibanding terapi yang lain. Jika
berhasil maka dapat membantu pasien untuk tidak dilakukan prosedur bedah
yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring
ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain analgetika
(salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti
inflamasi non-steroid (AINS) misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik
(secara sentral) misalnya aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya
diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik.
Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
 Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi
perdarahan, gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase (untuk
HNP).

20
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta
traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh
sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau
sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih
terasa gunakan heating pad (kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan
tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi
akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan
infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot belakang
dan melancarka peredaran darah.

21
d. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan
konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur
yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui adalah
gangguan fungsi otonom dan paraplegia.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat segera
bekerja seperti semula dan tidak timbul NPB lagi kemudian hari. Agar
penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak mengalami komplikasi yang
membahayakan penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi saluran
kencing, dan sebagainya.

B. Osteoartritis Genu
a. Pengertian
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan
kaki paling sering terkena OA.1
Gambaran paling mendasar pada osteoarthritis adalah degenerasi tulang
rawan sendi. Perubahan struktural selanjutnya yang terjadi di tulang bersifat
sekunder. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini muncul tanpa faktor
predisposisi yang jelas sehingga disebut primer. Sebaliknya, osteoarthritis
sekunder adalah perubahan degenaratif yang terjadi pada sendi yang sudah
mengalami deformitas atau degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks penyakit
metabolic tertentu, seperti hemokromatosis, atau diabetes mellitus. Akhiran –it
is, yang sering mengacu pada peradangan, menyesatkan karena osteoarthritis
secara primer bukan merupakan peradangan sendi.

b. Patofisiologi

22
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah proses penuaan dan efek
mekanis. . Meskipun osteoarthritis bukanlah suatu proses wear-and-tear (aus
karena sering digunakan, tidak diragukanlagi bahwa stress mekani pada sendi
berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain
meningkatnya frekuensi osteoartritis seiring pertambahan usia, timbulnya
disendi penahan beban, meningktanya frekuensi penyakit pada kondisi yang
menimbulkan stress mekanik abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas
sendi.2

Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap osteoartritis,


terutama pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen spesifik yang
bertanggung jawab belum teridentifikasi meskupun dalam kebanyakan kasus
diperkirakan ada hubungannya dengan kromosom 2 dan 11.2

Osteoartritis ditandai dengan perubahan signifikan baik dalam


komposisi maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit,
tulang rawan yang mengalami degenarasi memperlihatkan peningkatan
kandungan air debandingkan dengan tulang rawan. Selain itu, tampaknya
terjadi perlamahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis
kolagen tipe II dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar
molekul perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, dan nitrat oksida, meningkat
pada tulang rawan. Apoptosis juga meningkat, yang mungkin menyebabkan
penurunan jumlah kondrosit fungsional. Secara keseluruhan, perubahan ini
cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan tulang rawan sendi.
Sebagai respons terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang
lebih dalam berproliferasi dan berupaya “memperbaiki” kerusakan dengan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikna ini pada
mulanya mempu mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular
yang menyebabkan kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirnya
menjadi predominan. Faktor yang menyebabkan pergeseran dari gambaran
reparatif menjadi degeneratif ini masih belum diketahui.

23
c. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis berdasarkan:1

1. Anamnesis:
Berdasarkan anamnesis akan didapatkan keluhan berupa nyeri sendi yang
membatasi aktifitas, hambatan gerakan sendi, kaku pagi hari yang tidak berlangsung
lama karena imobilitas, krepitasi, pembesaran sendi secara perlahan dan asimetris,
serta perubahan gaya berjalan bahkan ketidak mampuan untuk berjalan.
2. Pemeriksaan fisis:
Pada pemeriksaan fisis akan didapatkan hambatan gerak, krepitasi berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk, pembengkakan sendi dengan
ditemukannya efusi serta beberapa tanda radang yang tidak terlalu meninjol,
perubahan bentuk sendi dan gaya berjalan yang bisa dilihat jelas.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi: penyempitan celah sendi asimetris, peningkatan densitas (sklerosis)
tulang subkondral, kista tulang, osteofit ditepi sendi, perubahan struktur anatomi
sendi. Pemeriksaan MRI mungkin diperlukan pada pasien OA tulang belakang.

Gambaran radiologik OA

b. Laboratorium: tidak banyak berguna, darah tepi biasanya normal, pemeriksaan


imunologi ( ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) normal, OA dengan

24
peradangan biasanya didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai
sedang, peningkatan ringan sel radang (<8000/m) dan peningkatan protein.
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American College of
Rheumatology seperti tercantum pada table berikut ini: 9

Klinik dan Klinik dan Radiografik Klinik


Laboratorik
Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
dari 9 kriteria berikut : dari 3 kriteria berikut : dari 6 kriteria berikut :
- Umur > 50 tahun - Umur > 50 tahun - Umur > 50 tahun
- Kaku pagi < 30 menit - Kaku pagi < 30 menit - Kaku pagi < 30 menit
- Krepitus - Krepitus - Krepitus
- Nyeri tekan + - Nyeri tekan
- Pembesaran tulang OSTEOFIT - Pembesaran tulang
- Tidak panas pada - Tidak panas pada
perabaan Perabaan
- LED < 40 mm / jam
- RF < 1 : 40
- Analisis cairan sendi
Normal

d. PENATALAKSANAAN
1. Terapi non farmakologis:
a. Edukasi: menjelaskan kepada penderita tentang seluk beluk penyakitnya,
bagaimana menjaganya agar tidak bertambah parah
b. Terapi fisik dan rehabilitasi: melatih pasien agar persendiannya agar tetap dapat
dipakai, evaluasi pola kerja dan aktivitas sehari- hari
c. Penurunan berat badan: karena merupakan salah satu faktor resiko, penderita
disarankan untuk menurunkan berat badan hingga bila mungkin mendekati ideal.
2. Terapi farmakologis:

25
a. Analgetik oral non opiad: asetaminofen, aspirin dan ibuprofen untuk
menghilangkan nyeri.
b. Analgetik topical: krim kapsaisin mengurangi nyeri pada ujung saraf local.
c. Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS): analgetik- antiinflamasi. Namun,
penggunaaannya harus dikontrol sebab banyak menyebabkan efek samping
berupa gastritis hingga ulkus peptikum.
d. Chondroprotective agent: obat- obat yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan tulang rawan sendi. Sebagian peneliti menggolongkannya dalam Slow
Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMOADs):
1) Tetrasiklin: menghambat kerja enzim MMP
2) Asam hialuronat (viscosupplement): memperbaiki viskositas cairan synovial,
diberika intraarthrikuler. Asam hialuronat ternyata memegang peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan
proteoglikan.
3) Glikosaminoglikan: menghambat sejumlah enzim degradasi tuang rawan.,
seperti hialuronidase, protease, elastase, dan katepsin.
4) Kondroitin sulfat: salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat
adalah kartilago dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. Kondroitin
sulfat memiliki efek: antiinflamasi, efek metabolic terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan, dan anti degradatif melalui hambatan enzim
proteolitik
5) Vitamin C: menghambat enzim lisozim.
6) Superoxide Dismutase: menghilangkan superoxide dan hydroxyl radikal yang
merusak asam hialuronat, kolagen, dan proteoglikan.
7) Steroid Intra-artrikuler: kejadian inflamasi kadang terjadi pada OA sehingga
mampu mengurangi rasa sakit, tetapi penggunaannya masih controversial.
Terapi bedah: jika terapi farmakologis tidak berhasil. Dirancang untuk
membuang badan badan yang lepas, memperbaiki jaringan penyokong yang
rusak, atau menggantikan seluruh

26
Daftar Pustaka
1. Brandt, Kenneth D.Osteoartritis. Dalam: Asdie, Ahmad H. Harrison: Prinsip-
prinsip Ilmu Penyakit Volume 4. Edisi 13. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2000. Hal: 1886-1892.
2. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The
American academy of family physician. November 15, 1999 (online www.aafp.org 22
Mei 2007 19.00 pm)
3. Burns, Dennis K. Penaykit Sendi. Dalam: Hartanto, Huriawati.Robbins: Buku
Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007.
Hal: 862-864.
4. Carter, Michael A. Osteoartritis. Dalam: Hartanto, Huriawati. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2006.Hal:1380-1383.
5. Harsono, Soeharso. Nyeri Punggung Bawah. In : Kapita Selekta Neurologi.
Harsono, editor. Edisi 2. Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta ; 2010.
6. Hartwig MS, Wilson LM. Nyeri. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6th ed. Vol 2. EGC ; Jakarta ; 2011
7. Janette, Marsha.Idioapathic OA of The Knee. http://www.rheumatology.org
Diakses 14 April 2013.
8. Leeson, Thomas. Leeson,Roland C.Sendi. Dalam: Tambajong, Jan. Buku Ajar
Histologi. Edisi 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC1996. Hal: 156-157.
9. Machado,C.Structure of Synovial Joints. http://www.netterimages.com. Diakses
14 April 2013.
10. Michael, S.Osteoarthritis. http://www.seniorjournal.com. Diakses 14 April 2013.
11. National Institute Of Neurogical Disorders and Stroke : Low Back Pain Fact
Sheet, URL www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detailbackpain.htm, 2010.
12. Nuartha AA. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang
Bawah. Denpasar, 2010.
13. P. croft, A .Papageorgius, R.McNelly. Low Back Pain. HCNA chap.3. 2000. (online www.
HCNA.org. tgl 23/5/2007)

27
14. Roland, D.Osteoarthritis Investigation. http://www.orthoanswer.org. Diakses 14
April 2013.
15. Soeroso J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. In : Workshop
Physical Diagnosis and Treatment Option Of Low Back Pain. Kalim H, Handono
S, Suryana P, editors. Surabaya, 2011.
16. Soeroso, Joewono.Isbagio, Harry.dkk.Osteoartritis. Dalam: Sudoyo, Aru W.dkk.
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta. Penerbit
InternaPublishing. 2009. Hal: 2538-2548.
17. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management Low Back
Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124 – 135. Oxford University
Press. Great Britain. 2001

28
Lampiran

29
30

Anda mungkin juga menyukai