Anda di halaman 1dari 83

RENCANA STRATEGIS

PEMBANGUNAN
PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
2015-2019

Direktorat Jenderal Peternakan


dan Kesehatan Hewan

Kementerian Pertanian

TAHUN 2015
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
DAFTAR TABEL.................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 2
A. Kondisi Umum ………………………………………………. 3
B. Potensi dan Permasalahan……………………………..... 9
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ............................ 14
A. Visi……………………………………………………… 14
B. Misi…………………………………………………….... 14
C. Tujuan……………………………………………............ 15
D. Sasaran………………………………………………....... 15
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA
REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ……. 18
A. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian…...................... 18
B. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Peternakan dan
19
Kesehatan Hewan ...............................................................
C. Kerangka Regulasi dan Kelembagaan ................................ 22
1. Kerangka Regulasi……………………………........….. 22
2. Kerangka Kelembagaan………………………....…….. 23
BAB IV. PROGRAM DAN KEGIATAN ......................................... 25
A. Program………………………………………………......... 25
B. Kegiatan…………………………………………….....….. 26
BAB V. PEMBIAYAAN DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA . 31
A. Pembiayaan ......................................................................... 31
B. Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Arsitektur Dan
Informasi Kinerja (ADIK)………………………………... 32

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 ii


C. Pengukuran Kinerja………………………………………. 38
BAB VI. PENUTUP ............................................................................... 41
LAMPIRAN ............................................................................................... 43

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Dinamika Sistem Faktor Strategis Lingkungan Tugas 10


Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan…....……………….
Gambar 3.1. Tahapan Menuju Pertanian Bioindustri.................................... 18
Gambar 5.1. Struktur IKU dan IKK dalam ADIK…………………………. 33

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 iv


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keragaan Variabel Ekonomi.................................................... 3


Tabel 1.2. Keragaan Variabel Ekonomi Produksi dan Populasi................ 4
Tabel 1.3. Keragaan Variabel Produksi Susu dan Telur............................ 5
Tabel 1.4 Analisis Lingkungan Strategis……………………………….. 9
Tabel 1.5. Revaluasi Faktor Lingkungan Internal-Eksternal Strategis
untuk Analisis Strategi……………………………………….. 11
Tabel 1.6. Analisis Lingkungan Strategis Untuk Analisis Strategis......... 12
Tabel 2.1. Indikator Kinerja Utama (IKU)................................................. 16
Tabel 5.1. Pembiayaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan 31
Tahun 2015-2019 .....................................................................
Tabel 5.2. Indikator Kinerja dan Kebutuhan Pendanaan Peternakan dan 35
Kesehatan Hewan 205-2019 ....................................................
Tabel 5.3. Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja..................................... 39

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 v


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) Direktorat Jenderal 43


Peternakan dan Kesehatan Hewan……………………………
Lampiran 2. Keterkaitan Output dan Aktifitas Masing-Masing Eselon II… 46
Lampiran 3. Sasaran Populasi Sapi Potong Tahun 2015 – 2019 .................. 53
Lampiran 4. Sasaran Populasi Sapi Perah Tahun 2015 – 2019 .................... 54
Lampiran 5. Sasaran Populasi Kerbau Tahun 2015 – 2019 ......................... 55
Lampiran 6. Sasaran Populasi Kambing Tahun 2015 – 2019 ...................... 56
Lampiran 7. Sasaran Populasi Domba Tahun 2015 – 2019 ......................... 57
Lampiran 8. Sasaran Populasi Babi Tahun 2015 – 2019 .............................. 58
Lampiran 9. Sasaran Populasi Ayam Buras Tahun 2015 – 2019 ................. 59
Lampiran 10. Sasaran Populasi Ayam Petelur Tahun 2015 – 2019 ............... 60
Lampiran 11. Sasaran Populasi Ayam Pedaging Tahun 2015 – 2019 ............ 61
Lampiran 12. Sasaran Populasi Itik Tahun 2015 – 2019 ................................ 62
Lampiran 13. Sasaran Produksi Daging Sapi Tahun 2015 – 2019 ................. 63
Lampiran 14. Sasaran Produksi Daging Kerbau Tahun 2015 – 2019 ............ 64
Lampiran 15. Sasaran Produksi Daging Kambing Tahun 2015 – 2019 ......... 65
Lampiran 16. Sasaran Produksi Daging Domba Tahun 2015 – 2019 ............ 66
Lampiran 17. Sasaran Produksi Daging Babi Tahun 2015 – 2019 ................ 67
Lampiran 18. Sasaran Produksi Daging Ayam Buras Tahun 2015 – 2019 ... 68
Lampiran 19. Sasaran Produksi Daging Ayam Petelur Tahun 2015 – 2019 .. 69
Lampiran 20. Sasaran Produksi Daging Ayam Pedaging Tahun 2015–2019. 70
Lampiran 21. Sasaran Produksi Daging Itik Tahun 2015 – 2019 .................. 71
Lampiran 22. Sasaran Produksi Telur Ayam Buras Tahun 2015 – 2019........ 72
Lampiran 23. Sasaran Produksi Telur Ayam Petelur Tahun 2015 – 2019 .... 73
Lampiran 24. Sasaran Produksi Telur Itik Tahun 2015 – 2019 ...................... 74
Lampiran 25. Sasaran Produksi Susu Tahun 2015 – 2019 ............................. 75

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 vi


BAB I

PENDAHULUAN

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 1


BAB I
PENDAHULUAN

S esuai dengan Nawa Cita, visi pembangunan peternakan dan keswan


memilih kedaulatan dan keamanan pangan asal ternak. Pemilihan aspek
kedaulatan dan keamanan pangan telah pula mempertimbangkan keselarasan
dengan visi kementerian pertanian dan telah sesuai dengan tugas fungsi Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sesuai dengan ketentuan, maka
Rencana Strategis Teknokratik 2015 – 2019 merupakan bagian dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merupakan bagian dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Kementerian Pertanian
mempunyai Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) berupa Strategi Induk
Pembangunan Pertanian (SIPP) hingga 2045 dan Rentra 2015-2019 yang menjadi
dasar dari disusunnya Rencana Strategis 2015 – 2019 Pembangunan Peternakan
dan Kesehatan Hewan.
Tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah menyusun kebijakan dibidang produksi
ternak dan kesehatan hewan dengan fungsinya mencakup kebijakan dibidang
perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan serta kesehatan masyarakat
veteriner dan pasca panen. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut maka selama kurun
waktu sampai dengan 2019 maka tujuan kedaulatan dan keamanan pangan menjadi
target utama.
Maksud dan tujuan disusunnya Renstra ini agar dapat menjadi arahan dalam
mengelola tugas pokok fungsi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan dalam rangka mencapai kedaulatan dan keamanan pangan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, dan menciptakan lapangan
pekerjaan melalui peningkatan populasi dan produksi daging sapi dan kerbau serta
ternak lainnya.
Penyusunan Renstra telah memperhatikan berbagai dinamika lingkungan
strategis global, regional, nasional dan sektoral. Sehingga dapat menjawab
persoalan masa kini, tantangan dan peluang masa depan. Penggunaan metode dan
teknik yang tepat untuk penyusunan renstra tersebut dengan memakai system
thinking/system dynamics.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 2


A. KONDISI UMUM

Kondisi umum Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan


yang menyelenggarakan kebijakan pembangunan peternakan dan kesehatan
hewan ditunjukan dari variabel yaitu makro ekonomi, teknis dan fungsional.
Dari variabel makro ekonomi ditunjukan dari perkembangan PDB sub sektor
peternakan dan kesehatan hewan, investasi baik penanaman modal asing dan
dalam negeri, penyerapan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
peternak. Dari variabel teknis dapat dilihat dari pertumbuhan populasi ternak,
pertumbuhan produksi dan produktivitas. Sedangkan variabel fungsional yang
mendukung variable teknis dan ekonomis dapat dilihat dari fungsi perbibitan,
budidaya, pakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner serta
pascapanen. Untuk melihat keragaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. s.d
Tabel 1.3

Tabel 1.1 Keragaan Variabel Ekonomi

Tahun
No. Variabel r
2010 2011 2012 2013 2014
1. Ekonomis
a. PDB (Rp Milyar) 38.214 40.040 41.919 43.914 - 4,39
b. Tenaga kerja (orang) 4.167.894 4.204.213 4.238.209 4.557.503 - 3,07
c. Investasi
1) PMDN (Rp Juta) 1.227.357 247.244 97.445 360.684 - 444.125
2) PMA (US $ Ribu) 25.027 21.136 19.822 11.301 - 15.964

d. Perdagangan ternak
1) Eksport (US $ Juta) 1.599 557 575 -
2) Import (US $ Juta) 3.045 2.698 3.022 -

e. Kesejahteraan peternak - 104 101 101 102

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 3


Tabel 1.2 Keragaan Variabel Produksi dan Populasi

Tahun
No. Variabel r
2010 2011 2012 2013 2014
2. Teknis
a.Populasi dan Produksi Daging
1) Sapi potong
a)Populasi (ribu ekor) 13.582 14.824 15.981 12.686 14.703 18,68
b)Produksi daging (ribu ton) 436,5 485,3 508,9 504,8 540,0 5,77

2) Kerbau
a)Populasi (ribu ekor) 2.000 1.305 1.438 1.110 1.321 (24,91)
b)Produksi daging (ribu ton) 35,9 35,3 37,0 37,8 41,2 3,56

3) Kambing
a)Populasi (ribu ekor) 16.620 16.946 17.906 18.500 19.216 19,90
b)Produksi daging (ribu ton) 68,8 66,3 65,2 65,2 67,9 (1,60)

4) Domba
a)Populasi (ribu ekor) 16.620 16.946 17.906 18.500 19.216 19,90
b)Produksi daging (ribu ton) 44,9 46,8 44,4 41,5 43,6 (3,93)

5) Babi
a)Populasi (ribu ekor) 7.477 7.525 7.900 7.611 7.873 12,81
b)Produksi daging (ribu ton) 212,0 224,8 232,1 298,4 311,1 9,61

6) Kuda
a)Populasi (ribu ekor) 419 409 437 434 455 13,69
b)Produksi daging (ribu ton) 2,0 2,2 2,9 1,8 2,5 11,03

7) Ayam buras
a)Populasi (ribu ekor) 257.544 264.340 274.564 276.777 286.538 13,87
b)Produksi daging (ribu ton) 267,6 264,8 267,5 319,6 332,1 6,28

8) Ayam Ras Petelur


a)Populasi (ribu ekor) 105.210 124.636 138.718 146.622 154.657 35,37
b)Produksi daging (ribu ton) 57,7 62,1 66,1 77,1 81,0 8,11

9) Ayam Ras Pedaging


a)Populasi (ribu ekor) 986.872 1.177.991 1.244.402 1.344.191 1.481.872 39,42
b)Produksi daging (ribu ton) 1.214,3 1.337,9 1.400,5 1.497,9 1.524,9 6,77

10) Itik
a)Populasi (ribu ekor) 44.302 43.488 44.357 43.710 44.095 8,50
b)Produksi daging (ribu ton) 26,0 28,2 30,1 32,1 32,5 4,79

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 4


Tabel 1.3. Keragaan Variabel Produksi Susu dan Telur
Tahun
No. Variabel r
2010 2011 2012 2013 2014
2 Teknis
b.Populasi dan Produksi Susu
1) Sapi perah
a)Populasi (ribu ekor) 488 597 612 444 483 8,95
b)Produksi susu (ribu ton) 909,5 974,7 959,7 786,8 798,4 (0,19)

c. Populasi dan Produksi Telur


1) Ayam buras
a)Populasi (ribu ekor) 257.544 264.340 274.564 276.777 286.538 13,87
b)Produksi telur (ribu ton) 175,5 187,6 197,1 194,6 197,4 4,24

2) Ayam Ras Petelur


a)Populasi (ribu ekor) 105.210 124.636 138.718 146.622 154.657 35,37
b)Produksi telur (ribu ton) 945,6 1.027,8 1.139,9 1.224,4 1.299,2 7,42

3) Itik
a)Populasi (ribu ekor) 44.302 43.488 44.357 43.710 44.095 8,50
b)Produksi telur (ribu ton) 245,0 256,2 265,0 264,1 267,8 2,54

4) Puyuh
a)Populasi (ribu ekor) 7.054 7.357 12.234 12.553 12.635 65,85
b)Produksi telur (ribu ton) 13,4 8,2 15,8 18,9 19,1 14,88

5) Itik Manila
a)Populasi (ribu ekor) - - 4.938 7.645 8.680 22,78
b)Produksi telur (ribu ton) - - 11,0 26,3 29,3 30,26

Pada Tabel 1.1 tersebut nampak bahwa dari aspek ekonomi makro yaitu
PDB berdasarkan angka konstan meningkat sebesar 4,39% sedangkan
penyerapan tenaga kerja tumbuh sebesar 3,07% pada tahun yang sama selama
periode tahun 2010 – 2013. Untuk investasi baik PMA maupun PMDN
tumbuh sebesar Rp.44125,0 juta rupiah dan PMA US$ 15.964 ribu dollar.
Kenaikan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak (NTP) mengalami
peningkatan yang masih berada dikisaran 102. Sedangkan, pada aspek
perdagangan ternak, peternakan dan kesehatan hewan masih mengalami
devisit ekspor dibandingkan impor.
Dari variabel teknis pada Tabel 1.2 dapat dicermati bahwa peningkatan
populasi dan produksi daging menunjukan bahwa semua jenis ternak
mengalami peningkatan populasi kecuali kerbau yang menurun sebesar
24,91% per tahun selama periode tahun 2010 – 2014. Dalam periode yang
sama, untuk peningkatan produksi daging, semua jenis ternak mengalami
peningkatan kecuali produksi daging kambing yang menurun 1,60%, domba
3,93% dan produksi susu terjadi sedikit penurunan yaitu sebesar 0,19% per
tahun.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 5


1. Kinerja Fungsi Perbibitan Ternak
Fungsi perbibitan ternak selama lima tahun adalah menyusun
berbagai peraturan sesuai dengan kewenangannya yaitu satu peraturan
pemerintah, 16 Permentan dan 29 Standard Nasional Indonesia. Selain
itu, dari aspek teknis telah dilepas rumpun/galur yang dituangkan dalam
60 Keputusan Menteri Pertanian serta pewilayahan sumber bibit ternak
pada dua lokasi yang ditetapkan. Dari uji zuriat telah dihasilkan delapan
provenbull dan enam calon bull dari pengujian 80 ekor pejantan terpilih.
Sedangkan uji performan telah menghasilkan 324 ekor sapi potong
unggul asli dan lokal, induk terseleksi pada 18 kabupaten di 15 provinsi.
Telah dibangun lembaga sertifikasi produk (LSpro) benih dan bibit ternak
sejak tahun 2011 dan saat ini dalam proses akreditasi KAN. LSPro telah
mensertifikasi bibit sapi potong dan sapi perah 136 ekor, semen beku
lebih dari 3,4 juta dosis, embrio 655 embrio. Jumlah bibit yang sesuai
standar surat keterangan layak bibit (LKSB) sebanyak 7.569.
Kinerja operasional kegiatan perbibitan selama lima tahun adalah
penguatan kelompok pembibitan ternak ruminansia sapi potong dan
kerbau, kambing dan domba, serta ternak non ruminansia (ayam lokal
dan kelompok kelinci dan babi). Untuk kegiatan lainnya adalah
penyelamatan sapi kerbau betina produktif (insentif sapi kerbau betina
bunting dan penambahan indukan sapi potong dan sapi perah), penguatan
pembibitan sapi lokal asli di tiga pulau dan penguatan pembibitan sapi
potong di kabupaten terpilih. Khusus untuk kerbau dilakukan pembibitan
kerbau di tujuh kabupaten terpilih. Dari aspek perkreditan, pelaku usaha
yang telah memanfaatkan subsidi bunga melalui Kredit Usaha
Pembibitan Sapi (KUPS) relatif masih rendah. Berbeda dengan fasilitasi
asuransi ternak bibit sapi potong dan sapi perah yang meningkat
pemanfaatannya. Kinerja utama perbibitan ialah tercapainya
swasembada semen beku tahun 2012 dan tercapainya swasembada
pejantan unggul tahun 2013. Ekspor semen beku produksi dalam negeri
telah dijajaki dan dilakukan ke tujuh Negara sehingga diharapkan
menjadi salah satu sumber untuk meningkatkan pendapatan Negara ke
depannya.
2. Kinerja Fungsi Pakan Ternak
Kinerja fungsi pakan ternak yang dilaksanakan sejak tahun 2011
antara lain, yaitu: pengembangan integrasi ternak ruminansia dan ternak
unggas dibeberapa kelompok dan lokasi. Untuk membantu kecukupan
pakan ternak ruminansia telah dikembangkan pengembangan sumber
benih/bibit HPT di UPT PUSAT dan UPT Daerah yang didistribusikan ke
kelompok dalam kegiatan pengembangan sumber benih/bibit HPT. Selain

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 6


itu, dikembangkan pula padang penggembalaan ternak di 6 provinsi
terutama di provinsi Indonesia Timur yaitu Papua Barat, NTT, NTB,
Sulteng, Sultra dan Aceh. Untuk pemanfaatan lahan kehutanan telah
dikembangkan HPT dilahan kehutanan pada beberapa kelompok. Selain
itu, juga berhasil dilakukan pengembangan dan penanaman pakam
berkalitas dan Pengembangan Unit Pengolahan Bahan Pakan (UBP),
pengembang unit pengolah pakan baik untuk ruminansia maupun
perunggasan.
Untuk menjaga mutu pakan telah diperkuat laboratorium pakan
daerah di enam lokasi serta pengawasan mutu pakan dan bimtek di
seluruh provinsi. Sedangkan dari aspek regulasi telah dibuat 5 Peraturan
Menteri Pertanian dibidang pakan.
3. Kinerja Fungsi Budidaya Ternak
Berbagai upaya dan kegiatan yang dilakukan selama periode waktu
tersebut adalah pengembangan usaha budidaya ternak 3.941 kelompok,
pembangunan pos IB/ULIB 600 Kelompok dan penguatan kelembagaan
IB 3.787 Unit. Selanjutnya dalam meningkatkan dalam pelaksanaan IB
telah dilakukan peningkatan kapasitas petugas IB 3.792 Orang,
optimalisasi IB 5.564.374 Dosis, fasilitasi N2 cair 800.610 Liter dan
kendaraan roda dua petugas IB. Untuk peningkatan kawin alam telah
dilakukan pengadaan pejantan INKA 9.292 Ekor. Pengembangan indukan
sapi di Papua dan Papua Barat serta pengembangan sapi potong pada
kegiatan UPPO, Inpres Percepatan Daerah Tertinggal dan pengembangan
budidaya ternak melalui SMD dan LM3 3.091 Kelompok. Ekspor babi,
kambing dan domba dan ekspor obat hewan, merupakan keberhasilan
penting selama kurun waktu lima tahun terakhir.
4. Kinerja Fungsi Kesehatan Hewan
Pada aspek kesehatan hewan telah dilakukan berbagai upaya dan
kegiatan, yaitu: kesiap-siagaan wabah 24.203.896 dosis, penguatan
kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan 237 unit, penguatan
laboratorium pengujian dan penyidikan veteriner dan penguatan
survailant PHMSZ 344.952 Sampel. Dibidang obat hewan telah
ditingkatkan kapasitas produksi obat hewan, peningkatan pengujian mutu
obat hewan dan revitalisasi pengawas obat hewan di berbagai daerah
sebesar 24.469.659 dosis. Penanggulangan gangguan reproduksi pada
sapi dan kerbau dan penyakit parasiter sebesar 781.741 dosis untuk
program swasembada daging sapi telah dikerjakan selama kurun waktu
lima tahun terakhir. Kemandirian vaksin AI yang berasal dari strain virus
local yang berasal dari master seed yang dapat dijadikan vaksin AI
sehingga impor vaksin AI dapat dihentikan. Sedangkan regulasi terkait

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 7


bidang kesehatan hewan mencakup 4 Peraturan Menteri Pertanian dan 3
rancangan Permentan.
Pembebasan dan mempertahankan PHMS yaitu penyakit Brucellosis
di pulau Madura dan pulau Sumba, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Timur. Rabies di Jawa Timur, Jawa Tengah,
DIY, DKI, Papua, Papua Barat, NTB, Kepulauan Riau, dan Kepulauan
Bangka Belitung. Hog Cholera di provinsi Sumatera Barat
5. Kinerja Fungsi Kesmavet dan Pascapanen
Upaya dan kegiatan untuk mendukung Kinerja Kesehatan
Masyarakat Veteriner Dan Pascapanen adalah fasilitasi RPH 134 paket
dan pembangunan tempat penampungan unggas 46 paket, penataan kios
daging 76 unit di beberapa wilayah penting di Indonesia. Selain itu telah
dilakukan pengadaan alat transportasi daging berpendingin 28 unit untuk
RPH selain melengkapi jumlah cold storage 18 unit. Dibidang persusuan
telah dibangun tempat pengumpulan susu di 33 kelompok peternak sapi
perah. Selaian itu juga, telah dilakukan pengadaan peralatan kesmavet 88
paket dan peningkatan pelayanan teknis mutu produk hewan 94.972
sampel. Pada aspek sumber daya manusia telah dilakukan pembinaan
SDM kesmavet dan pascapanen. Terkait regulasi Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Pascapanen telah diterbitkan 1 Peraturan Pemerintah, 12
Peraturan Menteri Pertanian, 3 rancangan Permentan dan 1 Standart
Nasional Indonesia serta dua Standart Kompetensi Kerja Nasional.
Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk unit usaha pangan asal
hewan
6. Kinerja Fungsi Kesekretariatan
Dari aspek Kesekretariatan dan Pelaksanaan Manajemen
Pembangunan Peternakan Dan Kesehatan Hewan telah dilakukan
perbaikan penyusunan perencanaan program dan anggaran 528 laporan,
penyusunan LHP dan evaluasi program kegiatan serta penyediaan data
informasi yang berkualitas 521 Laporan. Dari aspek kepegawaian
organisasi hukum 57 laporan serta administrasi perkantoran telah
dibenahi berbagai laporan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan termasuk
penyusunan pelaksanaan administrasi keuangan dan asetnya yang makin
berkualitas masing-masing sebesar 57 laporan dan 474 laporan.
Pendataan ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau yang merupakan
kerjasama dengan BPS dengan metode sensus, pembangunan website
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, penerapan pengembangan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 8


kawasan, penerapan ISO dan pelayanan rekomendasi untuk peningkatan
kualitas pelayanan.
Keberhasilan-keberhasilan tersebut mendorong indeks penerapan
nilai budaya kerja dan indeks kepuasan masyarakat semakin meningkat
dengan nilai mutu budaya kerja berklasifikasi baik dan indeks IKM juga
meningkat dengan nilai baik. Dari aspek regulasi Peraturan Perundang-
Undangan telah diselesaikan 5 Peraturan Pemerintah, satu Peraturan
Presiden, 45 Peraturan Menteri Pertanian dan 90 keputusan menteri
pertanian. Disamping itu telah dilakukan revisi Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2009 menjadi undang-undang nomor 41 tahun 2014 tentang
Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Untuk mengetahui potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam


pembangunan peternakan dan kesehatan hewan melalui kebijakan fungsi-
fungsinya dapat dikaji melalui eksplorasi dan analisis lingkungan internal dan
eksternal, yang mencakup aspek kekuatan (strengths), kelemahan
(weakneses), peluang (opportunity), dan ancaman (threats).
Analisis lingkungan terbagi atas lingkungan internal berupa aspek
kekuatan dan kelemahan, sedangkan analisis lingkungan eksternal berupa
peluang dan ancaman. Hasil analisis kedua factor tersebut dengan
menggunakan metode system thingking atau analisis system dynamic adalah
seperti ditunjukkan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Analisis Lingkungan Strategis


Aspek Internal Aspek Eksternal
Kekuatan Peluang
a. Kekayaan jenis plasma nuftah a. Pasar produk peternakan
b. Tersedianya biomas pakan b. Potensi sumber daya & penggerak
c. Kemampuan konservasi lahan pertumbuhan ekonomi
d. Tersedianya sumber pakan c. Political will kemitraan
lokal d. Kesadaran global (food safety,
e. Adanya keswan & kesmavet biosecurity, kesejahteraan hewan,
f. Bebas PMK dan kualitas lingkungan)
e. Perkembangan teknologi
Kelemahan Ancaman
a. Kelembagaan (efektifitas a. Persaingan dan liberalisasi pasar
kemitraan, peran koperasi, b. Ketergantungan sarana produksi dari
dukungan perbankan & impor
asuransi) c. Perubahan iklim yang berpengaruh

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 9


Aspek Internal Aspek Eksternal
b. Konsistensi kebijakan dan pada pengadaan pakan & keshatan
instrumentasi kebijakan hewan
c. Tumpang tindihnya peraturan d. Penurunan angkatan kerja di sektor
dalam produksi dan bisnis) peternakan
d. Ego sektoral e. Penyakit eksotik
e. Kemampuan SDM f. Kesepakatan internasional yang
f. Infrastuktur (kualitas RPH, tidak menguntungkan (terkait HKI
sarana transportasi) dan animal welfare)
g. Law enforcement , reward dan g. Persaingan dalam penggunaan lahan
punisment dan alih fungsi lahan

Kebutuhan Protein

+ Populasi
Modal Sosialisasi
- -
Konsumsi Daging +

B7 R3 B3
Protein Substitusi
+ +
+
Iklim Usaha +
B +
-
+ R4
Meat Inventory Handling/transport +
(kualitas ASUH) Harga Daging
+ Coverage - Perizinan/
- - B2 Sertifikasi
+
Sertifikasi dan B1
Registrasi Import Daging
+ +
+
Kapasitas + Jumlah Peternak
Produksi Daging
+

- + -
Penularan
Import Ternak Herd Inventory Zoonosis
B5 B6 vaksin&obat
+ R2 +
R6
- +
+
Kapasitas Lahan Kapasitas -
Pakan
+ Budidaya B4 Jumlah bibit +
Import Bibit ++
+ + + +
Kompos Produksi Kualitas Indukan
Benih
R1 +
Area R
+ R5
Kapasitas
Pertanian + Produksi Pakan
+ + Teknologi
+ Peternakan

Gambar 1.1. Peta Dinamika Sistem Faktor Strategis Lingkungan Tugas Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 10


Pada Tabel 1.4 melalui system dinamic akan tergambarkan hubungan
antar faktor-faktor tersebut yang ditunjukkan oleh causal loop keterkaitan
faktor strategis yang mengambil sudut pandang komoditi daging sebagai
proxy untuk ketahanan dan kemandirian pangan asal ternak. Hasilnya adalah
penggunaan total variabel yang diformulasikan dalam simulasi computer stock
flow diagram pada Gambar 1.1 Sedangkan manajemen pengelolaan
peternakan yang dilakukan oleh lima fungsi untuk memenuhi supply chains
dan divalidasi serta analisis strategi diperoleh kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman seperti pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Revaluasi Faktor Lingkungan Internal-Eksternal Strategis untuk


Analisis Strategi

Aspek Internal Aspek Eksternal


Kekuatan Peluang
a. Kekayaan jenis a. Pasar produk
b. Biomas pakan b. Kesadaran global
c. Pakan lokal
d. Keswan & kesmavet

Kelemahan Ancaman
a. Kelembagaan (kemitraan, a. Persaingan dan liberalisasi
koperasi, perbankan ) b. Ketergantungan impor produksi
b. Infrastuktur c. Penurunan angkatan kerja
d. Penyakit eksotik
e. Alih fungsi lahan

Analisis berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman


berdasarkan simulasi dengan berbagai skenario baik dengan parameter tunggal
maupun agregat dari parameter terpilih yang mempunyai leverage disampaikan
pada Tabel 1.6.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 11


Tabel 1.6. Analisis Lingkungan Strategis Untuk Analisis Strategi
Kekuatan: Kelemahan:
- Kekayaan jenis - Kelembagaan
- biomas pakan (kemitraan, koperasi,
- pakan lokal perbankan)
- keswan & kesmavet - Infrastuktur

Peluang: - Meningkatkan daya saing


- Pasar produk melalui pemanfaatan - Restrukturisasi pasar
- Kesadaran global sumber daya lokal peternakan
- Meningkatkan building - Penguatan kelembagaan
capacity ayam buras usaha peternakan dan
- Meningkatkan keswan
maksimum security - Mengembangkan system
- Memetakan lahan dan investasi
sentra ternak
Ancaman: - Pengembangan kawasan
- Persaingan dan - Pengembangan sistem
liberalisasi pendukung biobisnis
- Ketergantungan impor - Pengembangan peternakan
produksi peternakan bioindustri - Penyusunan transformasi
- Penurunan angkatan kerja berkelanjutan peternakan rakyat ke
- Penyakit eksotik - Pengembangan sistem industri
alih fungsi lahan kesehatan hewan - Penguatan kelembagaan
- Pengembangan system usaha peternakan dan
pendukung biobisnis keswan
peternakan - Memperlancar arus
- Mendistribusikan ternak produk peternakan
dari daerah padat ke - Memperkuat regulasi
daerah pakan berlimpah untuk kemandirian dan
- Mengembangkan kemapanan peternak
kawasan perbibitan - Memperkuat
berbasis kepulauan infrastruktur peternakan
- Mengembangkan sentra dan keswan
ternak dan pakan ternak - Merevitalisasi
berbasis tanaman kelembagaan usaha
menuju koperasi
- Memperkuat tataniaga
dan pemberian instensif

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 12


BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN


SASARAN

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 13


BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
Berdasarkan analisis internal dan eksternal serta menjaga konsistensi program,
maka, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, menyusun Visi,
Misi, Tujuan, dan Sasaran organisasi.

A. VISI

Terwujudnya Kedaulatan dan Keamanan Pangan Asal Ternak


Visi ini telah mempertimbangkan keselarasan dengan Visi Presiden yang
tertuang di dalam Nawa Cita yaitu Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian. Demikian juga Visi Kementerian Pertanian
yaitu Terwujudnya Sistem Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan Yang
Menghasilkan Beragam Pangan Sehat Dan Produk Bernilai Tambah Tinggi
Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Kedaulatan Pangan Untuk Kesejahteraan
Petani.
Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan (asal ternak) yang menjamin hak atas pangan
(asal ternak) bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk
menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Sedangkan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi.

B. MISI

Untuk mencapai visi terwujudnya kedaulatan dan keamanan pangan asal


ternak maka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
mempunyai misi:

1. Mewujudkan kedaulatan/ kemandirian pangan asal ternak


2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing ternak dan produk ternak.
3. Mengembangkan peternakan dan kesehatan hewan berbasis bioindustri
berkelanjutan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik bidang peternakan dan kesehatan
hewan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 14


C. TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penyelengaraan pembangunan peternakan


dan kesehatan, adalah:

1. Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak .


2. Meningkatkan kualitas komoditas ternak
3. Meningkatkan produk ternak yang ASUH dan berorientasi ekspor
4. Meningkatkan status kesehatan hewan.
5. Mengembangkan usaha peternakan yang terintegrasi
6. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak

D. SASARAN

Untuk mewujudkan, visi, misi dan tujuan pembangunan peternakan dan


keswan, sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Meningkatnya produksi pangan asal ternak


2. Meningkatnya daya saing peternakan
3. Meningkatnya kesejahteraan peternak

Masing-masing sasaran tersebut mempunyai indikator yang ingin dicapai


selama kurun waktu 2015 – 2019 yang selanjutnya disebut Indikator Kinerja
Utama (IKU). Adapun IKU tersebut dapat dirumuskan pada Tabel 2.1

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 15


Tabel 2.1. Indikator Kinerja Utama (IKU)

No Sasaran Indikator TARGET


Strategis 2015 2016 2017 2018 2019
1. Peningkatan a. Produksi daging 545,29 588,56 639,61 694,96 755,04
produksi sapi kerbau (000
pangan asal ton) 3.438,01 3.678,67 3.796,88 3.969,57 4.167,51
ternak b. Produksi daging
ternak lainnya
(000 ton)
c. Produksi telur 3.131,89 3.393,36 3.565,86 3.655,43 3.770,04
(000 ton)
d. Produksi susu 799,97 850,77 910,57 980,88 1.063,56
(000 ton)
2. Peningkatan a. Peningkatan status 70 73 76 78 80
daya saing kesehatan hewan
peternakan (terbebaskannya
dari target yang
telah ditetapkan)
%
b. Jumlah sertifikat 25.865 26.000 27.000 28.000 29.000
(volume)
c. Jumlah ekspor
obat hewan
(volume)
d. Jumlah ekspor
semen beku
(volume)
e. Jumlah ekspor
produk
peternakan
(volume)
f. Jumlah ekspor
ternak hidup
(volume)
3. Peningkatan Nilai Tukar 106,94 107,23 107,53 107,82 108,12
kesejahteraan Peternakan (indeks)
peternak

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 16


BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,


KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 17


BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA
REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Dalam kurun waktu 2015-2019 arah kebijakan yang ditempuh oleh Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengacu dengan arah kebijakan
jangka menengah pembangunan pertanian nasional. Kebijakan pembangunan
pertanian tersebut adalah mewujudkan sistem pertanian bioindustri
berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai
tambah tinggi berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan
kesejahteraan petani. Kementerian Pertanian telah menetapkan 8 tahapan
menuju pertanian industri. Tahapan periode tahun 2015-2019 dirumuskan
untuk kokohnya pondasi bioindustri yang berkelanjutan, sehingga pada tahun
2045 yaitu tahapan akhir pertanian bioindustri, dapat terwujud tahapan
pertanian Indonesia bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur.

Gambar 3.1. Tahapan Menuju Pertanian Bioindustri

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 18


Mengacu pada rumusan di atas, maka Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan pada 2015-2019 menetapkan arah kebijakan Terwujudnya
Kedaulatan dan Keamanan Pangan Asal Ternak mendukung kokohnya
pondasi bioindustri yang berkelanjutan.

Untuk mewujudkan Terwujudnya Kedaulatan dan Keamanan Pangan Asal


Ternak langkah yang akan ditempuh pembangunan pertanian adalah (i)
menjadikan komoditas ekspor, penyedia bahan baku bioindustri dan bio
energy dengan pendekatan kawasan, (ii) meningkatkan kualitas, nilai tambah
dan daya saing produk pertanian, (iii) menyediakan prasarana dan sarana dasar
pertanian, (iv) memberikan perlindungan dan pemberdayaan petani, dan (v)
meningkatkan tata kelola kepemerintahan yang baik.

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Selaras dengan arah kebijakan pembangunan pertanian maka Direktorat


Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan merumuskan strategi untuk
pemenuhan pangan asal ternak dan pembangunan agribisnis peternakan rakyat
sebagai berikut:
1. Pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal
Indonesia memiliki sumber daya plasma nutfah yang merupakan sumber
daya genetic local yang berlimpah. Oleh karena itu pelestarian dan
pemanfaatannya melalui berbagai program konversi dan pemuliabiakan
harus terus dilanjutkan dan menjadi strategi pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan. Untuk melindungi sumber daya genetic local pemerintah
telah menyusun pelestarian dan pemanfaatan ternak local yang berpotensi
untuk dikembangkan yaitu: ternak asli sapi yang meliputi 6 rumpun,
kerbau 6 rumpun asli, kambing 5 rumpun, domba 6 rumpun, ayam 7
rumpun, itik 13 rumpun dan kuda 1 rumpun asli. Pemerintah akan
mengatur dari sisi konsumsi ternak tersebut dan pelestariannya.
2. Penguatan kawasan dan kelembagaan peternakan
Pemerintahan Jokowi JK telah memutuskan untuk membangun dari
pinggiran. Oleh karena itu fokus pembangunan peternakan dan kesehatan
hewan diarahkan kepada pembangunan kawasan. Telah diputuskan
terdapat 100 kawasan pengembangan sapi potong, 13 kawasan
pengembangan kebau, 11 kawasan pengembangan kambing, 6 kawasan
pengembangan sapi perah, 5 kawasan pengembangan domba dan 9
pengembangan kawasan babi diberbagai kabupaten/kota di Indonesia.
Pengembangan kawasan akan memperkuat kelembagaan peternakan dan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 19


kesehatan hewan yang diharapkan dapat memperkuat simpul-simpul
pelayanan teknis pelayanan ekonomi lainnya.
3. Penguatan infrastruktur dan pelayanan teknis
Penguatan infrastruktur dan peningkatan pelayanan teknis merupakan
menjadi dua hal yang saling mendukung. Pelayanan teknis peternakan dan
kesehatan hewan menjadi optimal apabila ada infrastrukturnya. Oleh
karena itu dalam hal pelayanan teknis melalui fungsi-fungsi pembangunan
peternakan dan keswan yaitu pelayan perbibitan, budidaya, pakan,
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner dan pasca panen
masing-masing memerlukan infrastruktur sesuai dengan fungsinya.
Pelayanan fungsi-fungsi peternakan sangat memerlukan adanya unit
pelayanan teknis yang dapat menjangkau sampai ditingkat lapangan. Oleh
karena itu dalam kurun waktu 5 tahun mendatang diperlukan penguatan
UPT baik UPT pusat maupun UPT daerah. Ditingkat lapangan juga akan
diperkuat infrastruktur pelayanan fungsi yaitu pendirian village breeding
center, lumbung pakan, puskeswan, pos IB, sampai kepada sarana padang
penggembalaan terutama di wilayah timur Indonesia.
4. Pemberdayaan Peternakan dan Daya Saing
Pemberdayaan peternak sesuai yang diamanahkan dalam Peraturan
Pemerintah No.6 Tahun 2013 bahwa pemberdayaan peternak adalah segala
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
Kabupaten/Kota dan pemangku kepentingan di bidang Peternakan dan
Kesehatan Hewan untuk meningkatkan kemandirian, memberikan
kemudahan dan kemajuan usaha, serta meningkatkan daya saing dan
kesejahteraan Peternak. Dengan demikian pemberdayaan peternak
mencakup daya saingnya. Untuk ini akan dibuka akses dan kemudahan
peternak terhadap sumber pembiayaan, permodalan, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta informasi.
5. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas (kualitas) SDM
peternakan dan kesehatan hewan
Angkatan kerja peternakan dan kesehatan hewan menunjukkan
kecenderungan yang semakin menua. Hal tersebut menunjukkan bahwa
lapangan usaha peternakan dan kesehatan hewan mulai tidak menarik bagi
generasi muda. Data sakernas menunjukkan bahwa tenaga kerja subsektor
peternakan pada tahun 2013 didominasi oleh tenaga kerja laki-laki
sebanyak lebih dari 2,4 juta orang (58,7%) sedangkan komposisi tenaga
kerja perempuan lebih dari 1,7 juta orang (41, 3%) pada umumnya tenaga
kerja perempuan berpendidikan SD masih cukup dominan. Data sakernas
menunjukkan juga bahwa lebih dari 1,6 juta orang (37,1%) berpendidikan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 20


SD. Oleh karena itu, peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas SDM
peternakan dan kesehatan hewan menjadi kunci dari strategi lainnya.
Upaya peningkatan tersebut dilakukan melalui pendidikan formal maupun
informal. Melalui program pemerintah selalu terkait di dalamnya untuk
peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas SDM.

6. Penerapan Teknologi dan Sistem Informasi Peternakan dan


Kesehatan Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyadari bahwa
penerapan teknologi merupakan faktor terpenting untuk peningkatan
produksi dan produktivitas ternak. Saat ini tingkat kematian, angka
kesakitan, pertambahan berat badan, lamanya calving interval dan masalah
kurangnya pakan pada musim kemarau dan masih lemahnya penataan
pemotongan ternak (TPH) disadari dapat dipecahkan dengan penerapan
teknologi dibidang pembibitan, budidaya, pakan, kesehatan hewan, dan
kesehatan masyarakat veteriner melalui teknologi dan bioteknologi.
Penerapan teknologi dapat ditempuh dengan melakukan kerja sama dengan
lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Demikian juga untuk sistem
informasi akan ditempuh mengikuti perkembangan yang berbasis
computer, antara lain: dibidang perencanaan sudah mulai diterapkan e-
planning dan bidang pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement.
Dibidang teknis pelayanan dikembangkan sms gateway untuk pemotongan
ternak dan ISIKHNAS untuk kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, menjadi bagian e-government.
7. Penguatan Regulasi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Dalam hal regulasi penguatan akan terus dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Undang-Undang
No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan telah
direvisi menjadi Undang-Undang No. 41 tahun 2014 tentang Peternakan
Dan Kesehatan Hewan. Sebagai turunannya Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan telah banyak menyusun Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Pertanian. Sesuai dengan
perkembangan, berbagai peraturan tersebut akan mengalami penambahan,
revisi, atau pencabutan.
8. Mendorong insentif peternakan
Mendorong insentif peternakan akan dilakukan ditngkat peternak maupun
badan usaha berbentuk koperasi, BUMN, BUMD dan Perusahaan. Insentif
dapat diberikan dalam pemberian bantuan modal khususnya kepada
peternak sasaran, pembebasan bea masuk untuk bibit, pembebasan pajak

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 21


dan berbagai kemudahan lainnya untuk menarik investasi. Diakui bahwa
investasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan realisasinya masih
rendah tidak sesuai harapan. Dalam rangka menuju kemandirian dan
keamanan pangan menuju bioindustri peternakan dan kesehatan hewan
maka berbagai bentuk insentif akan dikembangkan sesuai dengan peraturan
perundangan. Insentif mengandung arti “perlindungan” terhadap petani
peternak dan sumber daya lokal. Oleh karena itu bentuk-bentuk insentif ini
akan berbeda dengan untuk korporasi.
9. Perbaikan Tata Niaga Ternak dan Produk Ternak
Mata rantai yang panjang komoditas ternak dan produknya sudah lama
disadari. Tata niaga ternak potong yang sangat panjang dari wilayah
produsen ternak di NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan ke Jakarta sebagai
wilayah konsumen menyebabkan peternak menerima margin keuntungan
yang kecil dibandungkan pedagang, distributor dan pengecer. Untuk
peternakan unggas khususnya ayam ras masalah tata niaga dan pemasaran
produknya terjadi sebagai akibat pertentangan antara peternak mandiri,
kemitraan dan perusahaan. Perusahaan cenderung mengusahakan dalam
usaha yang terintegrasi sehingga usahanya menjadi lebih efisien.
Dalam kurun waktu lima tahun kedepan Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan akan meningkatkan koordinasi lintas sektor
khususnya dengan Kementerian terkait. Dengan Kementerian Perhubungan
terus dijajaki adanya pengadaan kapal ternak untuk lebih meningkatkan
pendapatan peternak di daerah produsen sebagai akibat berkurangnya
kerugian pasca panen. Selain itu di daerah-daerah produsen ternak akan
dibangun rumah potong hewan (RPH) modern sehingga angkutan ternak
digantikan oleh mata rantai dingin untuk mengurangi perlakuan yang tidak
sesuai dengan kaidah animal welfare. Dengan Kementerian Perdagangan
terus akan dilakukan kerjasama dalam bentuk tim misalnya tim harga agar
harga tidak naik dan menyesuaikan dengan suplay ternak lokal.

C. KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Operasionalisasi dari kebijakan tersebut memerlukan piranti regulasi sehingga


kebijakan dapat terlaksana dengan baik di lapangan.
1. Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi adalah kebutuhan regulasi yang diperlukan dalam
rangka kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan kepentingan para stakeholder. Selama kurun waktu 2015 –
2019 regulasi yang dibutuhkan banyak terkait dengan peraturan daerah
yang mengatur: tataruang peternakan dan keswan; pengendalian

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 22


pemotongan betina produktif; penetapan kawasan peternakan;
pengembangan ternak dilahan sawit/hutan, pelayanan kesehatan
masyarakat veteriner dan pascapanen. Selain itu akan didorong dan
diarahkan badan, instansi dan berbagai perusahaan untuk mengembangkan
CSR/BKBL di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Tata ruang memerlukan regulasi di bidang lahan yaitu percepatan
penerbitan pergub/perbup untuk penyempurnaan peraturan daerah nomor
41/2009. Di bidang sarana dan prasarana serta pembiayaan diperlukan
regulasi sarana peternakan untuk pengembangan sistem perbenihan dan
mempercepat serta mempermudah persyaratan akses peternak pada skim
kredit. Untuk perlindungan peternak sebagai implementasi Undang-
Undang Nomor 19/2013 masih perlu dikembangkan beberapa peraturan
pemerintah dan peraturan menteri pertanian. Kebutuhan regulasi lainnya
terkait dengan bidang ekspor dan impor produk peternakan dan regulasi
untuk kemudahan investasi pada sector peternakan dan kesehatan hewan.
2. Kerangka Kelembagaan
Kelembagaan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
selama ini mengacu pada Permentan Nomor 61 Tahun 2010 sebagai bagian
dari organisasi Kementerian Pertanian, kelembagaan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan kurun waktu 2015 – 2019 akan terus
menyesuaikan dengan tuntutan pelayanan masyarakat. Saat ini dirasakan
perlunya tambahan organisasi atau unit kerja baru atau penggabungan unit
kerja.
Pelayanan yang dirasa mendesak adalah pelayanan untuk pembinaan dan
pengembangan rumah potong hewan dan perbibitan untuk memperbaiki
sistem yang sudah terbentuk. Di samping itu, sudah dirasakan adanya
tumpang tindih beberapa unit kerja dan beberapa kegiatan yang
dilaksanakan di lapangan. Oleh karena itu, kelembagaan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan akan menyesuaikan dengan
tuntutan perkembangan manajemen yang selalu berubah. Organisasi
maupun kelembagaan perubahan secara dinamis tersebut menyesuaikan
dengan organisasi dan kelembagaan lintas sektor atau lintas kementerian
serta lintas wilayah dengan pemda dan pihak swasta.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 23


BAB IV

PROGRAM DAN KEGIATAN

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 24


BAB IV
PROGRAM DAN KEGIATAN

A. PROGRAM

Dengan melihat berbagai permasalahan, potensi dan tantangan serta peluang


yang telah dianalisis berdasarkan analisis SWOT dengan pendekatan system
dynamic maka dalam tahun anggaran 2015-2019 Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan telah merumuskan programnya yaitu
Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat.
Terdapat 2 (dua) kata kunci dalam program tersebut, yaitu: pemenuhan pangan
asal ternak yang mengarah pada pencapaian peningkatan populasi dan produksi
ternak (daging, telur dan susu). Kata kunci kedua adalah agribisnis peternakan
rakyat yang m Terdapat 2 (dua) kata kunci dalam program tersebut, yaitu:
pemenuhan pangan asal ternak yang mengarah pada pencapaian peningkatan
populasi dan produksi ternak (daging, telur dan susu). Kata kunci kedua adalah
agribisnis peternakan rakyat yang mengarah pada peningkatan daya saing
peternakan dan kesehatan hewan.
Program ini dilakukan dengan pendekatan ekonomis, pendekatan agribisnis
dan pendekatan teknis. Dengan pendekatan ekonomis yaitu perbaikan tataniaga
ternak dan produk ternak, mendorong insentif peternakan dan pemberdayaan
peternak maka sasarannya adalah peningkatan produksi daging, telur dan susu.
Sasaran lainnya adalah pengembangan ekspor dan daya saing yang mencakup
komoditas kambing dan babi serta produk ternak berupa kulit, tanduk, semen
beku dan obat hewan. Nilai tukar peternak juga menjadi sasaran dengan
pendekatan ekonomis. Pendekatan agribisnis berupa penguatan kawasan dan
kelembagaan peternakan, regulasi peternakan dan kesehatan hewan serta
penerapan teknologi dan sistem informasi. Adapun yang menjadi fokus
komoditas dan lokasinya adalah pengembangan delapan komoditas peternakan
sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, ayam lokal, itik, babi dan
ayam ras yang mengarah pada pengolahan. Melalui pendekatan agribisnis juga
akan dikembangkan pengembangan kawasan dan peternakan komunal.
Pendekatan teknis yaitu penguatan infrastruktur pelayanan teknis peternakan
dan kesehatan hewan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetic lokal
serta peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas SDM peternakan dan
kesehatan hewan melalui kegiatan utama: produksi ternak, produksi pakan
ternak, produksi bibit ternak, peningkatan penanganan kesehatan hewan dan
penjaminan pangan yang ASUH dan pascapanen.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 25


Program dan kegiatan ini diarahkan untuk tercapainya produksi pangan asal
ternak untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan nasional.

B. KEGIATAN

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014


pasal 1 disebutkan bahwa pengertian Kegiatan adalah bagian dari program
yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja pada kementerian
Negara/lembaga atau unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian
sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia),
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka kegiatan utama yang akan
diimplementasikan dalam tahun 2015-2019 adalah kegiatan produksi bibit
ternak, produksi ternak, produksi pakan ternak, penanganan PHMS, jaminan
pangan yang ASUH dan kegiatan dukungan manajemen teknis. Hasil kinerja
utama fungsi kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang
ingin dicapai adalah:

1. Fungsi perbibitan.

a. Produksi Bibit Ternak, dengan indicator; Jumlah produksi semen


beku (dosis); Jumlah produksi embrio ternak (embrio);Jumlah
produksi bibit ternak ruminansia (ekor); Jumlah produksi bibit ternak
unggas dan babi (ekor);
b. Penguatan Kelembagaan Perbibitan, dengan indicator, Jumlah
kelompok pembibitan ternak yang menerapkan prinsip-prinsip
pembibitan; Jumlah penetapan wilayah sumber bibit dan
penetapan/pelepasan rumpun/galur ternak (Kepmentan); Jumlah
kelompok pembibitan yang berbadan hukum (kelompok); dan Jumlah
kelembagaan yang menerapkan manajemen mutu (unit);
c. Jaminan mutu bibit, dengan indicator Jumlah bibit bersertifikat
(sertifikat); Jumlah bibit ber SKLB.
2. Fungsi budidaya ternak
a. Perbaikan manajemen pemeliharaan ternak, dengan indicator:
Penurunan Calving Interval (bulan); Penurunan SC (rasio); Jumlah
kebuntingan hasil IB (ekor); Jumlah kebuntingan hasil Kawin Alam
(ekor); Jumlah kelahiran hasil IB dan Kawin Alam (ekor); Jumlah

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 26


kelahiran ternak lainnya (kambing, domba, babi) (ekor); Jumlah
ternak unggas siap potong (ekor); Jumlah telur yang dihasilkan (kg);
Jumlah surat keterangan atau sertifikat penerapan prinsip-prinsip GFP.
b. Penguatan Usaha dan Kelembagaan Peternak, dengan indikator
Jumlah kelompok ternak yang berbadan hukum (klpk); Jumlah
kelompok/gapoktan yang mampu mengakses sumber pembiayaan
(klpk); Jumlah kawasan peternakan yang terbangun (lokasi); Jumlah
plasma peternak unggas (peternak); Jumlah regulasi bidang budidaya
ternak.
3. Fungsi pakan ternak
a. Produksi HPT berkualitas, dengan indikator; jumlah produksi HPT
(ton/BK); Jumlah bibit/benih HPT (stek)
b. Produksi pakan olahan dan bahan pakan, dengan indikator; Jumlah
produksi pakan olahan dan bahan pakan (ton); peningkatan PBBH
(kg/ekor/hari); dan Peningkatan produksi susu (liter/ekor/hari)
c. Peningkatan mutu dan keamanan pakan, dengan indikator: penerbitan
sertifikat mutu, NPP dan CPPB
4. Fungsi kesehatan hewan
a. Peningkatan status kesehatan hewan, dengan indikator, Jumlah
wilayah kejadian penyakit berbasis surveilans (wilayah); Jumlah
wilayah pencegahan dan pemberantasan PHMS (wilayah); Jumlah
wilayah penanganan gangguan reproduksi (wilayah); Jumlah
pembebasan wilayah PHMS (wilayah); Jumlah wilayah bebas PHMS
(wilayah)
b. Jumlah sertifikat yang diterbitkan, dengan indicator: CPOHB; Nomor
pendaftaran obat hewan; Kompartemen bebas AI; Kesehatan hewan
ekspor-impor (SRP)
c. Peningkatan produksi vaksin dan bahan biologik serta obat hewan,
dengan indikator: Jumlah produksi vaksin, bahan biologik dan obat
hewan (dosis)
d. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan, dengan indikator: Jumlah
unit pelayanan kesehatan hewan
e. Penguatan sistem informasi kesehatan hewan nasional, dengan
indikator: Jumlah kabupaten/kota yang telah menerapkan iSikhnas

5. Fungsi kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen


a. Jaminan Keamanan Pangan Asal Ternak, dengan indikator; Jumlah
pengujian produk pangan asal ternak (sampel); Jumlah NKV (unit
usaha); Jumlah Sertifikat Pangan Asal Ternak (buah)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 27


b. Jumlah unit yang menerapkan prinsip pencegahan penularan zoonosis
(unit )
c. Jumlah unit yang menerapkan kesrawan (unit)
d. Pemenuhan persyaratan teknis produk ternak prospektif, dengan
indiKator: Jumlah sertifikat/surat Keterangan produk ternak
prospektif
6. Fungsi kesekretariatan
a. Implementasi SAKIP, dengan indicator penilaian SAKIP; kontribusi
opini BPK terhadap kinerja pembangunan
b. Sistem informasi, dengan indicator; sistem informasi yang terpelihara,
dan jumlah sistem informasi yang dibangun
c. Informasi capaian kinerja, dengan indicator, jumlah dan kualitas
capaian kinerja dan ketepatan waktu penyampaian informasi kinerja
d. NSPK dan regulasi, dengan indicator, jumlah NSPK yang diterbitkan,
jumlah regulasi yang diterbitkan
e. IPNBK dan IKM, dengan indicator: Indeks IPNBK dan IKM
f. Kualitas pelayanan informasi publik.

Untuk menghasilkan kinerja output fungsi tersebut, akan dilakukan berbagai


aktifitas kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, sebagai
berikut:

1. Meningkatkan produksi bibit ternak :


a. Meningkatkan produksi benih ternak (dosis)
b. Meningkatkan produksi bibit ternak (ekor)
c. Memperkuat kelembagaan perbibitan ternak (kelompok)
d. Memperkuat wilayah perbibitan

2. Meningkatkan produksi ternak :


a. Mengembangkan budidaya sapi potong, sapi perah dan kerbau yang
menerapkan GFP (kelompok)
b. Mengembangan ruminansia kecil yang menerapkan GFP (kelompok)
c. Mengembangakan budidaya ternak unggas dan aneka ternak yang
menerapkan GFP (kelompok)
d. Memperkuat kelembagaan peternak (kegiatan)
e. Optimalisasi IB dan gertak berahi (akseptor)

3. Meningkatkan produksi pakan ternak :


a. Mengembangkan HPT (stek)
b. Mengembangkan pakan olahan/bahan pakan (ton)
c. Mengembangkan mutu dan keamanan pakan (sampel)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 28


4. Meningkatkan penanganan PHMSZ :
a. Melaksanakan Pengendalaian, pencegahan dan pemberantasan
PHMSZ (dosis)
b. Melaksanakan Penyidikan dan pengujian penyakit hewan dan
sertifikasi obat hewan (sampel)
c. Memperkuat kelembagaan otovet (unit)
d. Memproduksi vaksin dan bahan biologis (dosis)
e. Memperkuat Siskeswanas (provinsi)

5. Peningkatan jaminan pangan yang ASUH :


a. Menerapkan penjaminan produk hewan yang ASUH (unit)
b. Mencegah penularan zoonosis (unit)
c. Melaksanakan penerapan Kesrawan (unit)
d. Melaksanakan pemenuhan pesyaratan teknis produk hewan prospektif
(unit usaha)

6. Peningkatan dukungan manajemen teknis dan kesekretariatan :


a. Melaksanakan penerapan SAKIP (Dokumen)
b. Melaksankan dukungan kesekretariatan lainnya

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 29


BAB V

PEMBIAYAAN DAN
INDIKATOR KINERJA
UTAMA

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 30


BAB V
PEMBIAYAAN DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

A. PEMBIAYAAN

Pembiayaan untuk pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dapat


berasal dari sektor pemerintah, swasta dan masyarakat. Dari sektor pemerintah
dapat dilakukan melalui dana APBN, APBD provinsi dan APBD
kabupaten/kota, sedangkan dari sektor swasta dapat berasal dari PMA dan
PMDN dan dari sektor masyarakat berupa swadaya masyarakat untuk
investasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Pembiayaan tersebut
diharapkan dapat menumbuhkan PDB peternakan dan membuka kesempatan
kerja.
1. Pembiayaan Dari Pemerintah (APBN dan APBD)
Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, maka
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan diharapkan dapat
merumuskan kebijakan dan melaksanakan kebijakan, menggerakkan
fungsi-fungsi peternakan dan kesehatan hewan di bidang pengembangan
perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner dan pascapanen serta meningkatkan kualitas
pelayanan publik dibidang peternakan dan kesehatan hewan.
Fungsi APBN diharapkan dapat menjadi faktor stabilisasi, distribusi dan
alokasi untuk mengungkit berbagai kegiatan yang ada di masyarakat.
Adapun pembiayaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
yang bersumberkan dari APBN selama tahun 2015 – 2019 disampaikan
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Pembiayaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2015 - 2019
Anggaran (Rp. Miliar) TOTAL
No FUNGSI
2015 2016 2017 2018 2019
1 Perbibitan 370,79 555,00 571,00 600,00 630,00 2.726,79
2 Budidaya 1.209,65 1.129,41 1.417,84 1.541,04 1.682,40 6.980,35
3 Pakan 887,63 746,13 800,43 874,00 980,00 4.288,18
4 Keswan 402,01 420,45 444,49 455,97 531,21 2.254,12
5 Kesmavet PP 178,90 192,30 201,22 210,78 220,80 1.004,02
6 Sekretariat 293,80 316,30 331,30 347,40 364,70 1.653,51
TOTAL 3.3342,78 3.359,59 3.766,28 4.029,20 4.409,11 18.906,96

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 31


Alokasi APBN tersebut yang tersedia untuk berbagai fungsi peternakan
dan kesehatan hewan diharapkan dapat menjadi pengungkit pertumbuhan
PDB peternakan, menggaet investasi, serta membuka kesempatan
lapangan kerja yang baru dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Pembiayaan dari APBD, jumlahnya diharapkan sebesar 30% dari APBN
dan bersinergi dengan aktifitas kegiatan yang muaranya mendukung
pencapaian target kinerja IKU dan fungsi kegiatan pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan.
2. Pembiayaan Dari Sektor Swasta
Pembiayaan dari sektor swasta baik berasal dari PMA dan PMDN harus
terus ditingkatkan terutama difokuskan di berbagai wilayah kawasan
Indonesia Timur karena selama ini penanaman modal masih
terkonsentrasi di kawasan barat Indonesia. Peluang dan potensi investasi
sektor swasta di Indonesia Timur terbuka luas terutama dengan
peternakan dan sistem ranch serta berbagai industri pendukungnya.
Kebijaksanaan pemerintah yang banyak memberikan kemudahan
investasi di Indonesia Timur dapat berupa kemudahan perijinan, hak guna
lahan, tax holiday, skim kredit khusus akan mendorong pihak swasta
menanamkan investasinya.
3 Pembiayaan Dari Masyarakat
Pembiayaan dari masyarakat dapat berbentuk investasi dibidang
pembibitan atau re-investasi ternak yang dimilikinya. Dibandingkan
dengan pembiayaan dari APBN dan swasta ternyata pembiayan dari
masyarakat cukup besar sehingga pembiayaan dari masyarakat
merupakan faktor utama dalam pembiayaan pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan.

B. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN ARSITEKTUR DAN


INFORMASI KINERJA (ADIK)

1. Indikator Kinerja Utama


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa perencanaan
adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat
melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia. Sedangkan program merupakan instrument kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan. Kegiatan adalah penjabaran

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 32


dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi eselon II/
Satker/Penugasan tertentu yang berisikan komponen untuk mencapai
keluaran dengan indikator kinerja yang terukur.
Sasaran program (outcome) adalah hasil yang akan dicapai dari suatu
program dalam rangka pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal
Peternakan dan Keswan yang mencerminkan pelaksanaan kinerja fungsi
atau berfungsinya keluaran (output). Outcome tersebut merupakan
agregasi dan atau sinergitas berbagai output fungsi kegiatan yang
mencerminkan kinerja fungsi dalam program tersebut. Ukuran
keberhasilan kinerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan dalam menjalankan fungsinya, dilihat dari Indikator Kinerja
Utama (IKU) program. Sedangkan pada level eselon II, ukuran kinerja
fungsi kegiatan, dicerminkan dalam Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
dan IKU. Adapun berdasarkan struktur posisi IKU dan IKK dapat
dicerminkan pada Gambar 5.1.

LEVEL ORGANISASI LEVEL FUNGSI


OUTPUT DAN OUTCOME DAN IKU
PKH INPUT AKTIFITAS PKH INDIKATOR ES I INDIKATOR

BIT INPUT BIT AKTIFITAS BIT OUTPUT ES II DAN


INDIKATOR

OUTPUT ES II DAN
BUD INPUT BUD AKTIFITAS BUD
INDIKATOR

PAK INPUT PAK AKTIFITAS PAK OUTPUT ES II DAN


INDIKATOR

KH INPUT KH AKTIFITAS KH OUTPUT ES II DAN


INDIKATOR

OUTPUT ES II DAN
KMV INPUT KMV AKTIFITAS KMV INDIKATOR

Komponen kegiatan
IKK

Gambar. 5.1 Struktur IKU dan IKK dalam ADIK

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 33


2. Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK)
Sesuai dengan undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang mengamanatkan agar penganggaran di Indonesia
menggunakan cara penganggaran berbasis kinerja dengan orientasi pada
outcome. Seiring dengan semangat untuk menerapkan secara penuh
performan base budgeting diperlukan penguatan rencana strategis dengan
penataan arsitektur kinerja dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian
dan Lembaga (RKAKL). Arsitektur kinerja tersebut menggunakan
pendekatan kerangka logika (logik model) program dengan basis pada
outcome yang komponennya terdiri atas outcome, output, aktivitas, input
dengan berbagai indikator dan target untuk masing-masing outcome dan
output.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah menyusun
kerangka logik model yang dituangkan dalam ADIK untuk tahun 2016 –
2019. Di dalam ADIK tersebut disebutkan sebagai input adalah anggaran,
SDM, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, prasarana dan sarana,
data dan informasi, NSPK dan organisasi kelembagaan peternakan dan
kesehatan hewan. Dengan input tersebut maka outcome yang diharapkan
adalah sasaran IKU berupa peningkatan produksi pangan asal ternak,
peningkatan daya saing peternakan, dan peningkatan kesejahteraan
peternak.
Memenuhi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara maka Direktorat Jenderal
Peternakan dan Keswan telah menyusun ADIK untuk tahun 2015 – 2019.
ADIK Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan disajikan pada Lampiran-
1.
Untuk mengetahui keterkaitan antara outcome dengan output maka
ditampilkan output masing-masing eselon II yang bersinergi untuk
menghasilkan output eselon I untuk menghasilkan outcome Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun keterkaitan masing-
masing output dan aktifitas eselon II untuk menghasilkan outcome
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disampaikan pada
Lampiran-2.
Rincian target kinerja program dan kegiatan serta alokasi dananya per
tahun dalam kurun waktu tahun 2015 – 2019 disajikan pada Tabel 5.2.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 34


Tabel 5.2 Indikator Kinerja dan Kebutuhan Pendanaan Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019

TARGET ALOKASI (Rp Miliar)


TOTAL ALOKASI
PRAKIRAAN MAJU PRAKIRAAN MAJU
NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 (Rp Miliar)
PROGRAM PEMENUHAN PANGAN ASAL 3.342,78 3.359,59 3.766,28 4.029,20 4.409,11 18.906,96
TERNAK DAN AGRIBISNIS PETERNAKAN
RAKYAT
1. Meningkatnya produksi pangan Produksi Daging Sapi/Kerbau (ribu 545,29 588,56 639,61 694,96 755,04
asal ternak ton)
Produksi Daging ternak lainnya 3.438,01 3.678,67 3.796,88 3.969,57 4.167,51
(ribu ton)
Produksi Telur (ribu ton) 3.131,89 3.393,36 3.565,86 3.655,43 3.770,04
Produksi Susu (ribu ton) 799,97 850,77 910,57 980,88 1.063,56

2. Meningkatnya daya saing Peningkatan status kesehatan 70 73 76 78 80


peternakan hewan (%)
Jumlah sertifikat (buah) 25.000 26.000 27.000 28.000 29.000

3. Meningkatnya kesejahteraan Nilai Tukar Peternak 106,94 107,23 107,53 107,82 108,12
peternak

1 Peningkatan Produksi Ternak 1.209,65 1.129,41 1.417,84 1.541,04 1.682,40 6.980,34


Meningkatnya Manajemen 0
001 Pemeliharaan Ternak Mendukung Pengembangan budidaya Ternak 1.075 1.075 1.136 1.167 2.909 621,226 467,863 668,017 687,785 708,115 3.153,01
Peningkatan Populasi dan Produksi Potong (kelompok)
002 Ternak Pengembangan ternak perah 111 122 134 148 163 54,667 40,507 46,822 54,335 63,307 259,64
(kelompok)
003 Pengembangan Budidaya Ternak 245 310 325 341 359 56,088 61,000 64,140 67,782 71,347 320,36
Unggas dan Aneka Ternak
(kelompok)
004 Penguatan Usaha dan 15 50 60 70 85 46,134 72,571 89,994 111,692 138,735 459,13
Kelembagaan Peternak (Kegiatan)
005 Optimalisasi IB dan Sinkronisasi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 431,540 487,470 548,869 619,447 700,892 2.788,22
Berahi (akseptor)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 35


TARGET ALOKASI (Rp Miliar)
TOTAL ALOKASI
PRAKIRAAN MAJU PRAKIRAAN MAJU
NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 (Rp Miliar)
2 Peningkatan Produksi Pakan Ternak 887,63 746,13 800,43 874,00 980,00 4.288,18
Meningkatnya ketersediaan pakan
ternak
001 Pengembangan Hijauan Pakan 5.368.000 10.000 11.000 12.000 13.000 659,718 480,375 518,275 557,575 604,500 2.820,44
Ternak (Ha)
002 Pengembangan Pakan 20.493 14.405 14.535 16.765 18.510 174,972 185,300 206,700 248,600 300,300 1.115,87
Olahan/Bahan Pakan (ton)
003 Pengembangan Mutu dan 6.700 7.600 7.850 8.100 8.350 52,937 80,450 75,450 67,825 75,200 351,86
Keamanan Pakan (sampel)

3 Pengendalian dan Penanggulangan 402,01 420,45 444,49 455,97 531,21 2.254,12


Penyakit Hewan Menular Strategis dan
Penyakit Zoonosis
Meningkatnya Status Kesehatan
Hewan
001 Pengendalian, pencegahan dan 4.276.556 4.800.000 5.400.000 6.000.000 7.100.000 212,319 123,563 132,803 135,945 173,368 778,00
pemberantasan Penyakit Hewan
Menular Strategis Zoonosis
(PHMSZ), Viral, Bakterial, parasit
dan gangguan reproduksi (dosis)
002 Pengujian Penyakit Hewan dan 131.600 284,575 188.800 225.000 270.000 60,722 101,613 108,679 111,679 115,940 498,63
sertfikasi obat hewan (sampel)
003 Penguatan Kelembagaan Otoritas 34 34 34 34 34 76,929 93,374 97,695 98,035 124,990 491,02
Veteriner (wilayah)
004 Produksi vaksin dan bahan biologik 8.377.775 8.500.000 8.550.000 8.600.000 8.700.000 18,910 86,148 88,414 93,414 100,746 387,63
(dosis)
005 Penguatan Sistem Kesehatan 34 34 34 34 34 33,130 15,753 16,895 16,895 16,162 98,84
Hewan Nasional
(SISKESWANNAS)/ wilayah

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 36


TARGET ALOKASI (Rp Miliar)
TOTAL ALOKASI
PRAKIRAAN MAJU PRAKIRAAN MAJU
NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 (Rp Miliar)
4 Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih 370,79 555,00 571,00 600,00 630,00 2.726,79
dan Bibit 35
Meningkatnya kualitas dan kuantitas
benih dan Bibit
001 Peningkatan Produksi Benih 4.803.800 5.050.000 5.150.000 5.400.000 5.650.000 83,279 87,267 91,500 93,733 94,386 450,16
Ternak (Dosis)
002 Peningkatan Produksi Bibit Ternak 460.676 535.000 565.000 595.000 630.000 219,167 291,702 293,573 304,653 315,276 1.424,37
(Ekor)
003 Penguatan Kelembagaan dan 3.756.065 4.050.000 4.150.000 4.350.000 4.550.000 68,343 176,031 185,927 201,614 220,338 852,25
Wilayah Perbibitan Ternak
(Sertifikat/SKLB)

5 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan 178,90 192,30 201,22 210,78 220,80 1.004,02
Berdaya Saing
Meningaktanya produksi hewan
yanga ASUH dan Berdaya Saing
001 Penjaminan Produk hewan yang 79 120 166 173 180 167,07 175,43 184,20 193,41 203,08 923,19
ASUH (unit)
002 Pencegahan penularan zoonosis 22 30 30 30 30 5,72 7,55 7,80 8,15 8,50 37,72
(unit)
003 Penerapan Kesejahteraan Hewan 29 40 40 40 40 4,29 7,10 7,10 7,10 7,10 32,69
(unit)
004 Pemenuhan Persyaratan Teknis 8 20 25 25 25 1,82 2,23 2,13 2,13 2,13 10,42
Produk Hewan Prospektif (unit)
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan 293,80 316,30 331,30 347,40 364,70 1.653,51
Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan
Keswan
Terjaminnya dukungan manajemen
teknis
001 Penerapan SAKIP (dokumen) 726 656 665 670 676 93,01 101,46 101,42 101,43 101,52 498,84
002 Kegiatan kesekretariatan lainnya 12 12 12 12 12 200,79 214,84 229,88 245,97 263,19 1.154,67
(bulan)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 37


36
C. PENGUKURAN KINERJA

Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan anggaran yang


dilakukan dengan memperhatikan antara pendanaan dengan output dan outcome
yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian output dan outcome
tersebut. Sesuai pasal 7, PP Nomor 21 Tahun 2004 Direktorat Jenderal
Peternakan dan Keswan diharuskan menyusun anggaran dengan mengacu
kepada indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja.

Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk mempermudah para perencana di pusat


dan daerah dalam menyusun rencana program/kegiatan dan rancangan outcome
dan outputnya. Selain itu juga bermanfaat untuk mempermudah pelaksana
dalam melaksanaakan program/kegiatan dan mempermudah evaluator dan
auditor dalam mengevaluasi kinerja dan audit kinerja. Oleh karena itu dalam
menetapkan pengukuran indicator kinerja dapat dilakukan dengan melengkapi
informasi indikator kinerja yang sekurangt-kurangnya terdiri dari 13 informasi
yang mencakup hal-hal seperti pada Tabel 5.3.

Sedangkan sebagai acuan dalam evaluasi keberkaitan variable teknis telah


disusun target per propinsi untuk sasaran populasi (Lampiran 3 s.d 12); sasaran
produksi daging (Lampiran 13 s.d 21); sasaran produksi telur (Lampiran 22 s.d
24); dan sasaran produksi susu (Lampiran 25).

Untuk menghasilkan evaluasi kinerja yang obyektif dan seragam, dalam


pelaksanaanya diperlukan standard pengukuran terhadap indicator kinerja yang
telah ditetapkan. Untuk itu perlu disusun Standard Baku Pengukuran Indikator
Kinerja (SBIK) yang disusun terpisah dari Dokumen Rencana Strategis
Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 38


Tabel. 5.3. Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja

NO INFORMASI INDIKATOR KETERANGAN


KINERJA
1. Nama Indikator Mengidentifikasi nama dan kategori
indicator (indicator output/outcome)
2. Tujuan/Kepentingan Menjelaskan apa yang ingin dicerminkan
dari sebuah indicator dan mengapa indikatir
itu oenting
3. Metode Penghitungan Menggambarkan cara menghitung indicator
4. Tipe Penghitungan Merupakan indicator kinerja yang bersifat
kumulatif atau non kumulatif
5. Indikator Baru Mengidentifikasi indicator baru atau
indicator lama yang berubah sasaran
kinerjanya di banding tahun sebelumnya.
6. Kinerja yang Diharapkan Mengidentifikasikan tingkat dan arah
kinerja yang diharapkan
7. Standart Indikator Mengidentifikasi kinerja yang dapat
diterima
8. Penanggungjawab Indikator Mengidentifikasi tanggung jawab secara
organisasi mengenai definisi, analisis data,
interpretasi dan pelaporan yang terkait
dengan indicator
9. Pengelola Data Indikator Mengidentifikasi unit organisasi
penanggungjawab dalam pengumpulan dan
penyediaan data indicator sesuai jadwal
10. Waktu Pelaksanaan Pengumpulan Tanggal/bulan yang ditetapkan untuk
Data Indikator memulai pengumpulan data indicator
11. Jadwal Pelaporan Mengidentifikasi apakah indicator
dilaporkan
pertigabulan,persemester/ataupertahun
12. Sumber/Pengumpulan Data Menggambarkan dari mana informasi di
dapat dan bagaimana pengumpulannya
13. Hambatan Pengumpulan Data Mengidentifikasi hambatan pengumpulan
data dan informasi terkait dengan
pengukuran kinerja

Pengukuran Indikator Kinerja program dan kegiatan Ditjen Peternakan dan


Keswan akan ditetapkan lebih lanjut dalam Pedoman Standard Baku
Pengukuran Indikator Kinerja (SBIK).

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 39


BAB VI

PENUTUP

36

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 40


BAB VI
PENUTUP
Rencana Strategis Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-
2019 merupakan dokumen perencanaan jangka menengah kurun waktu 5 (lima)
tahun yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan prioritas.
Dokumen Rencana Strategis tersebut merupakan panduan bagi pimpinan untuk
menghasiIkan rancangan program dan kegiatan yang konsisten sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, diharapkan dapat dijadikan
sebagai acuan dalam penyusunan standard dan rencana kerja serta evaluasi selama
tahun 2015-2019.

Implementasi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan


Kesehatan Hewan 2015-2019 setiap tahun masih harus disusun dokumen Rencana
Kerja Tahunan (RKT). Dokumen tersebut, masih dimungkinkan mengalami
penyesuaian berdasarkan kebutuhan menyesuaikan perubahan kebijakan,
permasalahan, dan hasil evaluasi pelaksanaan program pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan.

Menyadari bahwa pencapaian pembangunan peternakan dan kesehatan hewan


tidak mudah, maka hanya dengan tekad dan integritas para penyelenggara negara di
Lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, disertai dengan
intensitas koordinasi dengan pelaksana pembangunan di daerah dan Eselon I
lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi Terkait, maka tujuan dan sasaran
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan akan dapat dicapai.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 41


LAMPIRAN

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 42


Lampiran 1. Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan

INPUT AKTIFITAS OUTPUT OUTCOME


1. Anggaran 1. Meningkatkan Produksi 1.1 Peningkatan populasi 1. Peningkatan
2. SDM Bibit Ternak ternak Produksi Pangan
3. Gedung dan a. Meningkatkan Indikator: Asal Ternak
bangunan produksi benih a. Peningkatan Indikator:
4. Peralatan dan ternak (dosis) kelahiran a. Produksi
mesin b. Meningkatkan b. Penurunan kematian Daging
5. Prasana dan produksi bibit ternak 1.2 Peningkatan produksi Sapi/Kerbau
sarana (ekor) daging sapi/kerbau (ribu ton)
6. Data dan c. Memperkuat Indikator: b. Produksi
informasi kelembagaan a. Bobot potong Daging Ternak
7. NSPK perbibitan ternak b. Jumlah sapi/kerbau Lainnya (ribu
8. Kelembagaan (kelompok) siap potong ton)
Peternakan d. Memperkuat 1.3. Peningkatan produksi c. Produksi Telur
wilayah perbibitan daging ternak lainnya (ribu ton)
2. Meningkatkan Produksi Indikator: d. Produksi Susu
Ternak a. Pertumbuhan (ribu ton)
a. Mengembangkan produksi daging
budidaya sapi unggas (%)
potong, sapi perah b. Pertumbuhan
dan kerbau produksi daging
(kelompok/GFP) kado (%)
b. Mengembangan c. Pertumbuhan
ruminansia kecil produksi babi (%)
(kelompok/GFP) 1.4. Peningkatan produksi
c. Mengembangakan susu
budidaya ternak Indikator:
unggas dan aneka a. Produktifitas susu:
ternak liter/ekor/hari
(kelompok/GFP) b. Penambahan jumlah
d. Memperkuat induk siap produksi:
kelembagaan ekor
peternak (kegiatan) 1.5. Peningkatan produksi
e. Optimalisasi IB dan telur
Gertak berahi Indikator :
3. Meningkatklan Produksi a. Pertumbuhan
Pakan Ternak produki telur itik
a. Mengembangkan (%)
HPT (stek) b. Pertumbuhan
b. Mengembangkan produksi telur ayam
pakan olahan/bahan ras (%)
pakan (ton)
c. Mengembangkan
mutu dan keamanan
pakan (sampel)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 43


INPUT AKTIFITAS OUTPUT OUTCOME
Lanjutan…… 4. Meningkatkan 2.1 Prevalensi penyakit (%) 2. Peningkatan Daya
Penanganan PHMSZ a. Penyakit Brucellocis Saing Peternakan
a. Melaksanakan b. Prevalensi penyakit Indikator:
Pengendalaian, AI a. Peningkatan
pencegahan dan 2.2 Pembebasan wilayah Status Kesehatan
pemberantasan Penyakit (wilayah) Hewan (%)
PHMSZ (dosis) a. Wilayah Bebas b. Jumlah Sertifikat
b. Melaksanakan Penyakit Anthrax (Buah)
Penyidikan dan b. Wilayah bebas c. Jumlah ekspor
pengujian penyakit Hog obat hewan (ton)
penyakit hewan Cholera d. Jumlah Ekspor
dan sertifikasi c. Wilayah Bebas semen beku (ton)
obat hewan Penyakit AI e. Jumlah ekspor
(sampel) d. Wilayah Bebas produk
c. Memperkuat Penyakit Jembrana peternakan (ton)
kelembagaan e. Wilayah Bebas f. Jumlah ekspor
otovet (unit) Penyakit Rabies ternak hidup
d. Memproduksi 2.3 Sertikat dan Surat (ton)
vaksin dan bahan Keterangan (buah)
biologis (dosis) a. Jumlah Sertifikat 3. Peningkatan
e. Memperkuat NKV Kesejahteraan
Siskeswanas b. Jumlah sertifikat Peternak
(provinsi) Pangan Asal Ternak, Indikator :
5. Peningkatan Jaminan c. Jumlah Sertifikat a. Nilai Tukar
pangan yang ASUH Pengujian Mutu Peternak (NTP)
a. Menerapkan Pakan ternak
penjaminan d. Jumlah Nomor
produk hewan Pendaftaran Pakan
yang ASUH (unit) (NPP) buah
b. Mencegah e. Jumlah Sertifikat
penularan Cara Pembuatan
zoonosis (unit) Pakan yang Baik
c. Melaksanakan (CPPB) buah
penerapan f. Jumlah sertifikat
Kesrawan (unit) CPOHB
d. Melaksanakan g. Jumlah sertifikat
pemenuhan Kompartemen Bebas
pesyaratan teknis AI
produk hewan h. Jumlah Bibit
prospektif (unit bersertifikat
usaha) i. Jumlah SKLB
6. Peningkatan j. Jumlah kelompok
dukungan yang melaksanakan
manajemen teknis GFP
dan kesekretariatan 2.4 Produksi obat hewan,
a. Melaksanakan semen dan produk
penerapan peternakan
SAKIP a. Jumlah produksi obat
(Dokumen) hewan (dosis)
b. Melaksankan b. Jumlah produksi

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 44


kegiatan semen beku (dosis)
kesekretariatan c. Jumlah produksi
lainnya produk peternakan
(kg/ton)
3.1 Peningkatan skala Usaha
a. Jumlah kawasan
peternakan
b. Aksesbilitas
kelompok ke sumber
pembiayaan (Rp...)
(%)
3.2 Peningkatan
Kelembagaan Peternak
a. Jumlah kelompok
ternak yang berbadan
hukum (kelompok)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 45


Lampiran 2. Keterkaitan Output dan Aktifitas Masing-Masing Eselon II
1. Direktorat Budidaya Ternak

INPUT AKTIFITAS OUTPUT/INDIKATOR OUTCOME Es I


1. Anggaran 1. Melaksanakan perbaikan 1. Perbaikan manajemen 1. Peningkatan
2. SDM manajemen pemeliharaan pemeliharaan ternak Produksi Pangan
3. Gedung dan pengembangan usaha Indikator: Asal Ternak
bangunan ternak sapot, saper, a. Penurunan Calving 2. Peningkatan Daya
4. Peralatan dan kerbau, kambing, domba, Interval (bulan) Saing Peternakan
mesin unggas, babi dan aneka b. Penurunan SC (rasio)
5. Prasana dan ternak. c. Jumlah kebuntingan
sarana a. Melaksanakan hasil IB (ekor)
6. Data dan Pembinaan, bimbingan, d. Jumlah kebuntingan
informasi supervisi dan monev hasil Kawin Alam
7. NSPK pengembangan usaha (ekor)
Budidaya ternak sapot, saper, e. Jumlah kelahiran
Ternak kerbau, kambing, hasil IB dan Kawin
domba, unggas, babi Alam (ekor)
dan aneka ternak f. Jumlah kelahiran
b. Melaksanakan ternak lainnya
optimalisasi IB (kambing, domba,
(akseptor) babi) (ekor)
c. Meningkatkan g. Jumlah ternak unggas
intensifikasi kawin siap potong (ekor)
alam (ekor) h. Jumlah telur yang
d. Melaksanakan dihasilkan (kg)
penerapan prinsip- i. Jumlah surat
prinsip GFP pada keterangan atau
pelaku usaha budidaya sertifikat penerapan
ternak prinsip-prinsip GFP
2. Melaksanakan 2. Penguatan Usaha dan
pengembangan usaha Kelembagaan Peternak
budidaya ternak a. Jumlah kelompok
a. Melaksanakan ternak yang berbadan
pengembangan usaha hukum (klpk)
budidaya sapi potong b. Jumlah kelompok yang
b. Melaksanakan mampu mengakses
pengembangan usaha sumber pembiayaan
budidaya sapi perah (klpk)
c. Melaksanakan c. Berkembangnya
pengembangan usaha kemitraan usaha di
budidaya kerbau bidang budidaya
d. Melaksanakan ternak (kemitraan)
pengembangan usaha d. Data dinamika
budidaya kambing ketersediaan ternak
e. Melaksanakan (laporan)
pengembangan usaha e. Jumlah regulasi di
budidaya domba bidang usaha dan
f. Melaksanakan kelembagaan (buah)
pengembangan usaha

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 46


budidaya babi
g. Melaksanakan
pengembangan usaha
budidaya unggas lokal
h. Melaksanakan
pengembangan usaha
budidaya aneka ternak
3. Melaksanakan penguatan
usaha dan kelembagaan
peternak
a. Meningkatkan
kelembagaan
peternak menjadi
kelembagaan usaha
yang berbadan
hukum
b. Penilaian
Manajemen Usaha
Kelompok Peternak
dan Pelayanan
Petugas Teknis
c. Pengembangan
kelembagaan
peternakan (asoisasi,
himpunan, forum,
dll)
d. Memfasilitasi
pengembangan
jejaring usaha
peternakan
e. Mendorong
pengembangan
kemitraan usaha di
bidang budidaya
peternakan
f. Melakukan analisa
data dinamika
ketersediaan ternak
4. Dukungan manajemen
teknis budidaya ternak

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 47


2. Direktorat Perbibitan Ternak
INPUT AKTIFITAS OUTPUT/INDIKATOR OUTCOME Es I
1. Anggaran 1. Meningkatkan produksi 1. Produksi Bibit Ternak 1. Peningkatan
2. SDM benih ternak a. Jumlah produksi semen Produksi Pangan
3. Gedung dan a. Memproduksi semen beku (dosis) Asal Ternak
bangunan beku b. Jumlah produksi embrio 2. Peningkatan
4. Peralatan b. Memproduksi embrio ternak (embrio) Daya Saing
dan mesin ternak c. Jumlah produksi bibit Peternakan
5. Prasana dan 2. Meningkatkan produksi ternak ruminansia (ekor)
sarana bibit ternak d. Jumlah produksi bibit
6. Data dan a. Memproduksi bibit sapi ternak unggas dan babi
informasi potong (ekor)
7. NSPK b. Memproduksi bibit sapi 2. Penguatan Kelembagaan
8. Kelembaga perah Perbibitan Ternak
an c. Memproduksi bibit a. Jumlah kelompok
Perbibitan kerbau pembibitan ternak yang
d. Memproduksi bibit menerapkan prinsip-prinsip
kambing/domba pembibitan
e. Memproduksi bibit babi b. Jumlah penetapan wilayah
f. Memproduksi bibit sumber bibit dan
ayam penetapan/pelepasan
g. Memproduksi bibit itik rumpun/galur ternak
h. Memperkuat (Kepmentan)
pembibitan ternak c. Unit Usaha berbadan
dikelompok hukum yang berasal dari
i. Penguatan sapi/kerbau kelompok yang memiliki
betina bunting usaha pembibitan
3. Memperkuat kelembagaan d. Jumlah kelembagaan yang
dan wilayah perbibitan menerapkan manajemen
ternak mutu (unit)
a. Memperkuat perbibitan 3. Jaminan mutu bibit
di lokasi terpilih a. Jumlah bibit bersertifikat
b. Meningkatkan (sertifikat)
kelembagaan perbibitan b. Jumlah bibit ber SKLB
di daerah
c. Meningkatkan SDM
perbibitan
d. Meingkatkan penerapan
teknologi perbibitan
e. Meningkatkan
pengawasan mutu
benih dan bibit ternak
f. Melakukan pembinaan
sertifiikasi
g. Melakukan pembinaan
pembibitan
4. Dukungan manajemen
teknis perbibita

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 48


3. Direktorat Pakan Ternak
INPUT AKTIFITAS OUTPUT/INDIKATOR OUTCOME Es I
1. SDM 1. Meningkatkan produksi HPT 1. Produksi HPT berkualitas 1. Peningkatan
bidang berkualitas Indikator : Produksi Pangan
pakan a. Pengemb HPT di UPT a. Jumlah produksi HPT Asal Ternak
(aparatur, Pusat (ton BK) 2. Peningkatan Daya
b. Pengemb sumber
komisi ahli, b. Jumlah bibit/benih HPT Saing Peternakan
benih/bibit HPT di UPTD
wastukan) c. Pengemb sumber (stek)
2. Kelembaga benih/bibit HPT di klp 2. Produksi pakan olahan dan
an d. Pengemb Unit Usaha HPT bahan pakan
pendukung e. Pengemb padang Indikator :
kegiatan penggembalaan a. Jumlah produksi pakan
pakan f. Pemanfaatan lahan x- olahan dan bahan pakan
(BPTU- tambang (ton)
g. Pemeliharaan padang
HPT, b. Peningkt PPBH
penggembalaan
BPMSP, h. Integrasi tanaman- (kg/ekor/hr)
BVet) ruminansia c. Peningkt prod susu
3. Sapras i. Gerbangpatas (liter/ekor/hr)
pendukung 2. Meningkatkan produksi pakan 3. Peningkatan mutu dan
produksi olahan dan bahan pakan keamanan pakan
pakan a. UBP Indikator :
4. Anggaran b. UPP-R Penerbitan sertifikat
c. UPP-U
pakan pengujian mutu, NPP dan
d. LP-R
APBN e. Revit UPP/LP CPPB (buah)
5. NSPK f. Penguatan pakan konsentrat
bidang induk sapot
pakan g. Penguatan pakan konsentrat
sapi perah
h. Bahan pakan/FA ternak
gangrep
i. Penguatan pakan konsentrat
sapot gemuk
j. Penataan pakan konsentrat
di UPT Pusat
3. Meningkatkan mutu dan
keamanan pakan
a. Pengujian mutu &
sertifikasi
b. Pelayanan pengujan lab
pakan daerah
c. Pengujian keamanan
pakan/bahan pakan Bvet
d. Pengemb kualitas SDM
bidang pakan
e. Wastu dan keamanan
pakan/bahan pakan
f. Pengawasan peredaran
IP/PP atau FA/FS
g. Kortek pakan dekon
h. Bimtek & manajemen
pakan
i. Dukungan Pusat

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 49


4. Direktorat Kesehatan Hewan
INPUT AKTIFITAS OUTPUT/INDIKATOR OUTCOME Es I
1. Anggaran 1. Pencegahan dan 1. Peningkatan status 1. Peningkatan
2. SDM Pemberantasan Penyakit kesehatan hewan Produksi
3. Gedung dan Hewan Menular a. Jumlah wilayah kejadian Pangan Asal
bangunan Strategis dan penyakit berbasis Ternak
4. Peralatan Zoonosis/PHMSZ (dosis) surveilans (wilayah) 2. Peningkatan
dan mesin 2. Penyidikan dan b. Jumlah wilayah Daya Saing
5. Prasana dan Pengujian Penyakit pencegahan dan Peternakan
sarana Hewan dan Sertifikasi pemberantasan PHMS
6. Data dan Obat Hewan (sampel) (wilayah)
informasi a. Surveilans Penyakit c. Jumlah wilayah
7. NSPK Hewan penanganan gangguan
8. Kelembaga b. Pengujian dan reproduksi (wilayah)
an Sertifikasi Obat d. Jumlah pembebasan
Peternakan Hewan wilayah PHMS (wilayah)
dan 3. Peningkatan Produksi e. Jumlah wilayah bebas
Keswan Vaksin, Obat Hewan dan PHMS (wilayah)
Bahan Biologik (dosis) 2. Jumlah sertifikat
4. Penguatan Sistem a. CPOHB;
Kesehatan Hewan b. Nomor pendaftaran obat
Nasional (wilayah) hewan;
a. Optimalisasi jumlah c. Kompartemen bebas AI;
dan kapabilitas d. d.Kesehatan hewan
Puskeswan dan ekspor-impor (SRP)
Laboratorium 3. Peningkatan produksi
Veteriner (unit) vaksin dan bahan biologik
b. Penguatan serta obat hewan:
kelembagaan dan a. Jumlah produksi vaksin,
fungsi Otoritas bahan biologik dan obat
Veteriner (unit) hewan (dosis)
c. Penguatan sistem 4. Peningkatan pelayanan
data dan pelaporan kesehatan hewan
d. Dukungan a. Jumlah unit pelayanan
manajemen teknis kesehatan hewan
Keswan (laporan) 5. Penguatan sistem informasi
kesehatan hewan nasional
a. Jumlah kabupaten/kota
yang telah menerapkan
iSikhnas (pelaporan
penurunan angka
kesakitan dan kematian)

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 50


5. Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen
INPUT AKTIFITAS OUTPUT/INDIKATOR OUTCOME Es I
1. SDM bidang 1. Monitoring dan surveilanse 1. Jaminan Keamanan Pangan Peningkatan Daya
kesmavet residu Asal Ternak Saing Peternakan
(aparatut, 2. pembinaan dan koordinasi
penyediaan pangan ASUH a. Jumlah pengujian produk
komisi ahli,
3. Pembinaan dan Koordinasi pangan asal ternak (sampel)
medic dan Kesmavet dan Pasca Panen
paramedic b. Jumlah NKV (unit usaha)
4. Identifikasi,
veteriner) Pembinaan,Pengendalian c. Jumlah Sertifikat Pangan
2. Kelembagaan dan Penanggulangan Asal Ternak (buah)
pendukung penyakit Zoonosis dan 2. Jumlah unit yang
kegiatan Pembinaan Penerapan menerapkan prinsip
kesmavet Kesrawan pencegahan penularan
5. Pengawasan Sanitari
(BPMSPH, zoonosis (unit)
Keamanan Produk Hewan
BVet) 6. Fasilitasi Bangunan RPH 3. Jumlah unit yang
3. Sapras Ruminansia menerapkan kesrawan (unit)
pendukung 7. Fasilitasi Peralatan RPH
kesmavet Ruminansia 4. Pemenuhan persyaratan
4. Anggaran 8. Fasilitasi Alat Transportasi teknis produk ternak
kesmavet Daging prospektif
APBN 9. Penerapan Penjaminan PH
Indikator :
ASUH di RPH
5. NSPK bidang Jumlanak prospektif
10. Fasilitasi Unit Usaha dalam
kesmavet Proses Sertifikasi ASUH
11. Fasilitasi pemenuhan
persyaratan higiene sanitasi
unit usaha ekspor
12. Pengujian Mutu dan
Sertifikasi Produk Hewan
13. Monitoring dan Surveilans
Residu dan Cemaran
Mikroba
14. Fasilitasi Bimbingan
Sertifikasi Produk di Unit
Usaha
15. Pengembangan Kapasitas
SDM Bidang Kesmavet
16. Penguatan Manajemen Lab.
Kesmavet
17. Pengadaan Sarana dan
Prasarana Lab. Kesmavet
18. Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Lab. Kesmavet
Unit Respon Cepat
Pengawas Kesmavet
19. Peningkatan Kapasitas
SDM Pengawas Kesmavet
20. Koordinasi Teknis
Pengawasan Kesmavet
21. Pemutakhiran Data
Pemotongan

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 51


6. Sekretariat Direktorat Jenderal
INPUT AKTIFITAS OUTPUT/INDIKATOR OUTCOME Es I
1. Anggaran 1. Menyusun dokumen 1. Implementasi SAKIP 1. Peningkatan
2. SDM perencanaan Indikator : Produksi
3. Sarana dan program, anggaran Pangan Asal
a. Penilaian SAKIP
Prasarana dan kerjasama Ternak
4. Peralatan dan b. Opini laporan 2. Peningkatan
2. Melaksanakan
Mesin kegiatan kehumasan keuangan BPK Daya Saing
5. Prasarana dan dan informasi publik terhadap kinerja Peternakan
Sarana pembangunan 3. Peningkatan
3. Pengembangan
6. Data dan Kesejahteraan
kompetensi pegawai 2. Sistem Informasi
Informasi Peternak
7. NSPK 4. Melaksanakan Indikator :
8. Kelembagaan hubungan masyarakat a. Sistem informasi yang
Peternakan 5. Melaksanaan
terpelihara
dan pengelolaan keuangan
dan perlengkapan b. Jumlah sistem
Kesehatan
Hewan 6. Mengevaluasi dan informasi yang
menyempurnakan dibangun
organisasi dan 3. IPBNK dan IKM
tatalaksana Indikator :
7. Mengelola urusan a. Nilai IPNBK
kepegawaian
b. Nilai IKM
8. Evaluasi dan
pelaporan kegiatan c. Evaluasi SKP
bidang peternakan 4. NSPK dan Regulasi
dan keswan Indikator :
9. Penyajian dan a. Jumlah NSPK yang
pengembangan data diterbitkan
dan informasi
b. Jumlah regulasi yang
10. Pelaksanaan urusan
TU dan RT diterbitkan
11. Menyusun NSPK dan 5. Pengelolaan Data dan
Regulasi Informasi Publik
12. Pembinaan, Indikator :
koordinasi dan a. Jumlah dokumen data
Sosialisasi dan informasi yang
diterbitkan
b. Nilai pelayanan
informasi publik

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 52


Lampiran 3. Sasaran Populasi Sapi Potong Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 422.020 433.245 445.573 459.208 474.356
2 Sumatera Utara 546.318 560.850 576.809 594.460 614.070
3 Sumatera Barat 341.058 350.130 360.093 371.112 383.354
4 Riau 183.156 188.028 193.378 199.295 205.870
5 Jambi 124.224 127.529 131.157 135.171 139.630
6 Sumatera Selatan 225.462 231.459 238.045 245.330 253.423
7 Bengkulu 110.683 113.627 116.860 120.436 124.409
8 Lampung 598.735 614.661 632.151 651.495 672.987
9 Kepulauan Bangka Belitung 8.562 8.790 9.040 9.317 9.624
10 Kepulauan Riau 18.240 18.725 19.258 19.848 20.502
11 DKI Jakarta 2.201 2.259 2.324 2.395 2.474
12 Jawa Barat 399.811 410.446 422.125 435.042 449.394
13 Jawa Tengah 1.566.130 1.607.788 1.653.536 1.704.136 1.760.352
14 DI. Yogyakarta 284.806 292.382 300.701 309.903 320.126
15 Jawa Timur 3.744.642 3.844.247 3.953.633 4.074.618 4.209.031
16 Banten 48.100 49.379 50.784 52.338 54.065
17 Bali 499.200 512.479 527.061 543.189 561.108
18 Nusa Tenggara Barat 677.514 695.535 715.326 737.216 761.535
19 Nusa Tenggara Timur 838.828 861.140 885.644 912.745 942.855
20 Kalimantan Barat 146.378 150.271 154.547 159.276 164.530
21 Kalimantan Tengah 54.206 55.648 57.231 58.983 60.929
22 Kalimantan Selatan 120.309 123.509 127.024 130.911 135.229
23 Kalimantan Timur 82.578 84.774 87.187 89.854 92.819
24 Kalimantan Utara 14.620 15.008 15.436 15.908 16.433
25 Sulawesi Utara 110.501 113.441 116.669 120.239 124.205
26 Sulawesi Tengah 260.987 267.929 275.553 283.985 293.353
27 Sulawesi Selatan 1.027.366 1.054.693 1.084.704 1.117.897 1.154.774
28 Sulawesi Tenggara 240.507 246.904 253.929 261.700 270.333
29 Gorontalo 182.557 187.413 192.746 198.644 205.197
30 Sulawesi Barat 85.671 87.950 90.453 93.221 96.296
31 Maluku 77.193 79.246 81.501 83.995 86.766
32 Maluku Utara 68.929 70.763 72.776 75.003 77.477
33 Papua Barat 50.280 51.617 53.086 54.710 56.515
34 Papua 83.078 85.288 87.715 90.399 93.381
Indonesia 13.244.850 13.597.154 13.984.055 14.411.979 14.887.400

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 53


Lampiran 4. Sasaran Populasi Sapi Perah Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 26 27 27 28 29
2 Sumatera Utara 1.977 2.020 2.080 2.152 2.242
3 Sumatera Barat 1.145 1.170 1.204 1.247 1.299
4 Riau 277 283 291 301 314
5 Jambi 67 68 70 72 75
6 Sumatera Selatan 337 344 354 367 382
7 Bengkulu 190 194 200 207 216
8 Lampung 279 285 293 303 316
9 Kepulauan Bangka Belitung 424 433 446 462 481
10 Kepulauan Riau 5 5 5 6 6
11 DKI Jakarta 2.793 2.854 2.938 3.041 3.168
12 Jawa Barat 107.977 110.314 113.586 117.559 122.467
13 Jawa Tengah 107.937 110.274 113.544 117.516 122.422
14 DI. Yogyakarta 4.499 4.596 4.732 4.898 5.102
15 Jawa Timur 231.808 236.826 243.850 252.380 262.916
16 Banten 32 33 34 35 37
17 Bali 148 151 155 161 167
18 Nusa Tenggara Barat 19 19 20 20 21
19 Nusa Tenggara Timur 41 41 43 44 46
20 Kalimantan Barat 176 180 185 191 199
21 Kalimantan Tengah - - - - -
22 Kalimantan Selatan 162 166 171 177 184
23 Kalimantan Timur 29 30 31 32 33
24 Kalimantan Utara - - - - -
25 Sulawesi Utara 110 113 116 120 125
26 Sulawesi Tengah 10 11 11 11 12
27 Sulawesi Selatan 1.466 1.498 1.542 1.596 1.663
28 Sulawesi Tenggara - - - - -
29 Gorontalo 15 15 15 16 17
30 Sulawesi Barat 46 47 48 50 52
31 Maluku 1 1 1 1 1
32 Maluku Utara - - - - -
33 Papua Barat - - - - -
34 Papua 5 5 5 6 6
Indonesia 462.000 472.000 486.000 503.000 524.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 54


Lampiran 5. Sasaran Populasi Kerbau Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 113.097 113.702 114.408 115.215 116.224
2 Sumatera Utara 94.928 95.436 96.029 96.707 97.553
3 Sumatera Barat 87.214 87.681 88.226 88.848 89.626
4 Riau 32.567 32.741 32.945 33.177 33.468
5 Jambi 41.576 41.799 42.059 42.355 42.726
6 Sumatera Selatan 26.584 26.727 26.893 27.083 27.320
7 Bengkulu 17.964 18.060 18.172 18.301 18.461
8 Lampung 22.859 22.981 23.124 23.287 23.491
9 Kepulauan Bangka Belitung 213 214 216 217 219
10 Kepulauan Riau 12 12 12 12 12
11 DKI Jakarta 205 206 207 209 211
12 Jawa Barat 109.412 109.998 110.681 111.462 112.438
13 Jawa Tengah 62.667 63.003 63.394 63.841 64.400
14 DI. Yogyakarta 990 995 1.002 1.009 1.017
15 Jawa Timur 28.415 28.567 28.745 28.947 29.201
16 Banten 99.721 100.255 100.877 101.589 102.479
17 Bali 2.000 2.011 2.023 2.038 2.056
18 Nusa Tenggara Barat 80.913 81.346 81.852 82.429 83.151
19 Nusa Tenggara Timur 134.485 135.205 136.045 137.005 138.204
20 Kalimantan Barat 2.242 2.254 2.268 2.284 2.304
21 Kalimantan Tengah 9.909 9.962 10.024 10.095 10.183
22 Kalimantan Selatan 21.908 22.025 22.162 22.319 22.514
23 Kalimantan Timur 3.971 3.993 4.017 4.046 4.081
24 Kalimantan Utara 3.178 3.195 3.215 3.238 3.266
25 Sulawesi Utara - - - - -
26 Sulawesi Tengah 3.444 3.462 3.484 3.508 3.539
27 Sulawesi Selatan 91.570 92.060 92.632 93.286 94.103
28 Sulawesi Tenggara 2.092 2.103 2.116 2.131 2.150
29 Gorontalo 16 16 16 16 17
30 Sulawesi Barat 7.543 7.584 7.631 7.685 7.752
31 Maluku 17.966 18.062 18.174 18.303 18.463
32 Maluku Utara 779 783 788 793 800
33 Papua Barat 1 1 1 1 1
34 Papua 555 558 561 565 570
Indonesia 1.121.000 1.127.000 1.134.000 1.142.000 1.152.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 55


Lampiran 6. Sasaran Populasi Kambing Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 706.814 733.855 761.923 791.090 821.391
2 Sumatera Utara 915.777 950.812 987.179 1.024.969 1.064.228
3 Sumatera Barat 276.736 287.323 298.313 309.732 321.596
4 Riau 189.553 196.805 204.332 212.154 220.280
5 Jambi 442.928 459.873 477.463 495.740 514.729
6 Sumatera Selatan 356.184 369.811 383.955 398.653 413.923
7 Bengkulu 283.591 294.441 305.702 317.405 329.562
8 Lampung 1.350.943 1.402.626 1.456.274 1.512.021 1.569.936
9 Kepulauan Bangka Belitung 3.477 3.610 3.748 3.891 4.040
10 Kepulauan Riau 23.240 24.129 25.052 26.011 27.008
11 DKI Jakarta 7.143 7.416 7.700 7.995 8.301
12 Jawa Barat 2.759.446 2.865.014 2.974.595 3.088.465 3.206.763
13 Jawa Tengah 4.228.226 4.389.986 4.557.894 4.732.374 4.913.638
14 DI. Yogyakarta 398.582 413.831 429.659 446.106 463.194
15 Jawa Timur 3.167.246 3.288.416 3.414.191 3.544.889 3.680.669
16 Banten 877.460 911.029 945.874 982.083 1.019.700
17 Bali 70.209 72.895 75.683 78.581 81.590
18 Nusa Tenggara Barat 629.733 653.825 678.832 704.819 731.815
19 Nusa Tenggara Timur 638.590 663.021 688.380 714.732 742.108
20 Kalimantan Barat 180.540 187.447 194.616 202.066 209.806
21 Kalimantan Tengah 46.855 48.647 50.508 52.441 54.450
22 Kalimantan Selatan 71.278 74.004 76.835 79.776 82.832
23 Kalimantan Timur 53.979 56.044 58.188 60.416 62.730
24 Kalimantan Utara 12.105 12.568 13.049 13.549 14.068
25 Sulawesi Utara 51.941 53.928 55.991 58.134 60.361
26 Sulawesi Tengah 609.147 632.451 656.641 681.778 707.892
27 Sulawesi Selatan 645.976 670.689 696.342 722.998 750.691
28 Sulawesi Tenggara 157.184 163.197 169.439 175.926 182.664
29 Gorontalo 90.029 93.473 97.048 100.763 104.623
30 Sulawesi Barat 236.904 245.967 255.375 265.151 275.307
31 Maluku 287.770 298.779 310.207 322.082 334.418
32 Maluku Utara 112.378 116.677 121.140 125.777 130.594
33 Papua Barat 24.034 24.953 25.908 26.899 27.930
34 Papua 38.002 39.456 40.965 42.533 44.162
Indonesia 19.944.000 20.707.000 21.499.000 22.322.000 23.177.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 56


Lampiran 7. Sasaran Populasi Domba Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 179.059 191.153 204.069 217.858 232.573
2 Sumatera Utara 678.709 724.552 773.507 825.774 881.551
3 Sumatera Barat 6.311 6.737 7.192 7.678 8.196
4 Riau 5.401 5.766 6.155 6.571 7.015
5 Jambi 87.929 93.868 100.210 106.982 114.208
6 Sumatera Selatan 31.629 33.765 36.047 38.482 41.082
7 Bengkulu 5.638 6.019 6.426 6.860 7.323
8 Lampung 101.439 108.290 115.607 123.419 131.755
9 Kepulauan Bangka Belitung 136 145 155 165 176
10 Kepulauan Riau - - - - -
11 DKI Jakarta 1.338 1.428 1.525 1.628 1.738
12 Jawa Barat 10.703.566 11.426.533 12.198.579 13.022.850 13.902.492
13 Jawa Tengah 2.801.721 2.990.962 3.193.049 3.408.807 3.639.058
14 DI. Yogyakarta 178.773 190.848 203.743 217.510 232.202
15 Jawa Timur 1.351.079 1.442.337 1.539.790 1.643.835 1.754.869
16 Banten 726.235 775.289 827.672 883.598 943.282
17 Bali 43 46 49 53 56
18 Nusa Tenggara Barat 35.513 37.912 40.473 43.208 46.127
19 Nusa Tenggara Timur 72.800 77.718 82.969 88.575 94.558
20 Kalimantan Barat 259 276 295 315 336
21 Kalimantan Tengah 2.668 2.848 3.041 3.246 3.465
22 Kalimantan Selatan 2.727 2.912 3.108 3.318 3.542
23 Kalimantan Timur 261 279 297 318 339
24 Kalimantan Utara 50 54 57 61 65
25 Sulawesi Utara - - - - -
26 Sulawesi Tengah 8.817 9.412 10.048 10.727 11.452
27 Sulawesi Selatan 604 645 688 735 785
28 Sulawesi Tenggara 25 27 29 31 33
29 Gorontalo - - - - -
30 Sulawesi Barat - - - - -
31 Maluku 28.204 30.109 32.143 34.315 36.633
32 Maluku Utara - - - - -
33 Papua Barat 55 58 62 67 71
34 Papua 13 13 14 15 16
Indonesia 17.011.000 18.160.000 19.387.000 20.697.000 22.095.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 57


Lampiran 8. Sasaran Populasi Babi Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 4.257 4.356 4.458 4.562 4.669
2 Sumatera Utara 1.024.935 1.048.854 1.073.417 1.098.494 1.124.214
3 Sumatera Barat 33.114 33.887 34.681 35.491 36.322
4 Riau 48.678 49.814 50.981 52.172 53.393
5 Jambi 63.022 64.492 66.003 67.545 69.126
6 Sumatera Selatan 26.494 27.112 27.747 28.395 29.060
7 Bengkulu 5.805 5.940 6.079 6.221 6.367
8 Lampung 45.568 46.631 47.723 48.838 49.982
9 Kepulauan Bangka Belitung 25.494 26.089 26.700 27.323 27.963
10 Kepulauan Riau 338.754 346.659 354.777 363.066 371.566
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 7.641 7.819 8.002 8.189 8.381
13 Jawa Tengah 166.386 170.269 174.257 178.328 182.503
14 DI. Yogyakarta 14.220 14.552 14.893 15.241 15.598
15 Jawa Timur 48.267 49.393 50.550 51.731 52.942
16 Banten 26.081 26.690 27.315 27.953 28.607
17 Bali 892.568 913.398 934.789 956.627 979.025
18 Nusa Tenggara Barat 58.241 59.601 60.996 62.421 63.883
19 Nusa Tenggara Timur 1.834.531 1.877.344 1.921.308 1.966.193 2.012.229
20 Kalimantan Barat 433.035 443.141 453.519 464.114 474.980
21 Kalimantan Tengah 203.057 207.795 212.662 217.630 222.725
22 Kalimantan Selatan 4.256 4.355 4.457 4.561 4.668
23 Kalimantan Timur 64.381 65.884 67.427 69.002 70.617
24 Kalimantan Utara 31.672 32.411 33.170 33.945 34.740
25 Sulawesi Utara 417.283 427.021 437.021 447.231 457.702
26 Sulawesi Tengah 229.333 234.686 240.181 245.793 251.547
27 Sulawesi Selatan 666.577 682.134 698.108 714.417 731.144
28 Sulawesi Tenggara 45.685 46.751 47.846 48.964 50.110
29 Gorontalo 6.494 6.645 6.801 6.960 7.123
30 Sulawesi Barat 133.927 137.053 140.262 143.539 146.900
31 Maluku 301.594 308.632 315.860 323.239 330.807
32 Maluku Utara 60.093 61.495 62.935 64.406 65.914
33 Papua Barat 102.191 104.576 107.025 109.525 112.090
34 Papua 606.367 620.518 635.050 649.886 665.102
Indonesia 7.970.000 8.156.000 8.347.000 8.542.000 8.742.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 58


Lampiran 9. Sasaran Populasi Ayam Buras Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2.015 2.016 2.017 2.018 2.019
1 Aceh 6.065.434 6.070.881 6.076.328 6.081.797 6.087.266
2 Sumatera Utara 15.573.091 15.587.076 15.601.061 15.615.102 15.629.144
3 Sumatera Barat 4.928.124 4.932.550 4.936.975 4.941.419 4.945.862
4 Riau 3.169.390 3.172.237 3.175.083 3.177.940 3.180.798
5 Jambi 11.540.619 11.550.982 11.561.346 11.571.752 11.582.157
6 Sumatera Selatan 5.285.167 5.289.913 5.294.659 5.299.424 5.304.190
7 Bengkulu 2.994.797 2.997.486 3.000.175 3.002.876 3.005.576
8 Lampung 10.944.089 10.953.917 10.963.745 10.973.612 10.983.480
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.683.175 1.684.686 1.686.198 1.687.715 1.689.233
10 Kepulauan Riau 828.732 829.476 830.220 830.967 831.715
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 27.546.762 27.571.500 27.596.238 27.621.075 27.645.912
13 Jawa Tengah 39.383.886 39.419.254 39.454.622 39.490.131 39.525.641
14 DI. Yogyakarta 4.000.231 4.003.824 4.007.416 4.011.023 4.014.629
15 Jawa Timur 33.867.721 33.898.135 33.928.550 33.959.086 33.989.622
16 Banten 9.710.943 9.719.664 9.728.384 9.737.140 9.745.896
17 Bali 4.122.614 4.126.316 4.130.018 4.133.735 4.137.453
18 Nusa Tenggara Barat 5.496.004 5.500.939 5.505.875 5.510.830 5.515.786
19 Nusa Tenggara Timur 10.700.345 10.709.954 10.719.564 10.729.211 10.738.859
20 Kalimantan Barat 6.790.833 6.796.931 6.803.029 6.809.152 6.815.275
21 Kalimantan Tengah 3.172.910 3.175.760 3.178.609 3.181.470 3.184.330
22 Kalimantan Selatan 10.030.406 10.039.414 10.048.422 10.057.465 10.066.509
23 Kalimantan Timur 5.626.773 5.631.826 5.636.879 5.641.953 5.647.026
24 Kalimantan Utara 1.515.649 1.517.010 1.518.371 1.519.738 1.521.104
25 Sulawesi Utara 2.270.478 2.272.517 2.274.556 2.276.603 2.278.650
26 Sulawesi Tengah 4.953.538 4.957.986 4.962.434 4.966.901 4.971.367
27 Sulawesi Selatan 21.888.168 21.907.824 21.927.480 21.947.216 21.966.951
28 Sulawesi Tenggara 9.419.247 9.427.706 9.436.164 9.444.657 9.453.150
29 Gorontalo 1.376.655 1.377.891 1.379.127 1.380.368 1.381.610
30 Sulawesi Barat 4.608.213 4.612.351 4.616.490 4.620.645 4.624.800
31 Maluku 3.855.827 3.859.290 3.862.753 3.866.229 3.869.706
32 Maluku Utara 578.642 579.162 579.681 580.203 580.725
33 Papua Barat 1.399.850 1.401.107 1.402.365 1.403.627 1.404.889
34 Papua 1.945.688 1.947.435 1.949.182 1.950.936 1.952.691
Indonesia 277.274.000 277.523.000 277.772.000 278.022.000 278.272.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 59


Lampiran 10. Sasaran Populasi Ayam Petelur Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2.015 2.016 2.017 2.018 2.019
1 Aceh 313.065 344.372 378.808 416.691 458.359
2 Sumatera Utara 20.209.961 22.230.978 24.454.001 26.899.487 29.589.393
3 Sumatera Barat 10.964.295 12.060.736 13.266.769 14.593.493 16.052.819
4 Riau 189.776 208.754 229.629 252.592 277.851
5 Jambi 842.120 926.333 1.018.963 1.120.863 1.232.947
6 Sumatera Selatan 8.445.170 9.289.696 10.218.635 11.240.534 12.364.570
7 Bengkulu 99.726 109.699 120.668 132.736 146.009
8 Lampung 6.590.363 7.249.406 7.974.322 8.771.782 9.648.947
9 Kepulauan Bangka Belitung 327.030 359.733 395.705 435.277 478.804
10 Kepulauan Riau 538.956 592.852 652.135 717.351 789.085
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 16.578.251 18.236.094 20.059.641 22.065.676 24.272.208
13 Jawa Tengah 27.835.959 30.619.585 33.681.440 37.049.702 40.754.613
14 DI. Yogyakarta 4.214.468 4.635.919 5.099.496 5.609.463 6.170.400
15 Jawa Timur 55.422.327 60.964.619 67.060.875 73.767.197 81.143.799
16 Banten 6.385.570 7.024.134 7.726.524 8.499.204 9.349.110
17 Bali 5.605.701 6.166.278 6.782.885 7.461.197 8.207.305
18 Nusa Tenggara Barat 258.831 284.715 313.185 344.505 378.955
19 Nusa Tenggara Timur 253.780 279.159 307.074 337.782 371.560
20 Kalimantan Barat 3.185.979 3.504.580 3.855.026 4.240.542 4.664.589
21 Kalimantan Tengah 52.634 57.898 63.688 70.056 77.062
22 Kalimantan Selatan 4.160.627 4.576.694 5.034.348 5.537.800 6.091.571
23 Kalimantan Timur 1.538.808 1.692.690 1.861.954 2.048.156 2.252.968
24 Kalimantan Utara 40.489 44.538 48.991 53.890 59.279
25 Sulawesi Utara 1.765.287 1.941.817 2.135.992 2.349.599 2.584.555
26 Sulawesi Tengah 1.143.293 1.257.624 1.383.382 1.521.725 1.673.895
27 Sulawesi Selatan 10.685.340 11.753.886 12.929.235 14.222.204 15.644.401
28 Sulawesi Tenggara 190.223 209.245 230.169 253.187 278.505
29 Gorontalo 416.418 458.060 503.865 554.253 609.678
30 Sulawesi Barat 132.317 145.549 160.103 176.114 193.725
31 Maluku 14.103 15.514 17.065 18.771 20.648
32 Maluku Utara 55.543 61.097 67.207 73.928 81.320
33 Papua Barat 72.412 79.653 87.618 96.380 106.018
34 Papua 159.177 175.095 192.604 211.865 233.051
Indonesia 188.688.000 207.557.000 228.312.000 251.144.000 276.258.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 60


Lampiran 11. Sasaran Populasi Ayam Pedaging Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 5.672.529 6.126.330 6.299.634 6.589.320 6.929.240
2 Sumatera Utara 85.920.083 92.793.671 95.418.664 99.806.436 104.955.116
3 Sumatera Barat 28.644.148 30.935.674 31.810.797 33.273.598 34.990.072
4 Riau 68.883.548 74.394.217 76.498.717 80.016.466 84.144.248
5 Jambi 20.326.502 21.952.618 22.573.624 23.611.659 24.829.706
6 Sumatera Selatan 43.626.531 47.116.645 48.449.504 50.677.426 53.291.705
7 Bengkulu 11.096.904 11.984.653 12.323.681 12.890.379 13.555.350
8 Lampung 55.828.216 60.294.461 62.000.100 64.851.139 68.196.593
9 Kepulauan Bangka Belitung 17.758.392 19.179.060 19.721.607 20.628.493 21.692.648
10 Kepulauan Riau 14.995.218 16.194.833 16.652.960 17.418.737 18.317.311
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 1.203.492.833 1.299.772.003 1.336.540.594 1.398.000.642 1.470.118.818
13 Jawa Tengah 193.916.743 209.430.042 215.354.502 225.257.454 236.877.733
14 DI. Yogyakarta 11.276.546 12.178.668 12.523.184 13.099.055 13.774.792
15 Jawa Timur 302.717.403 326.934.731 336.183.222 351.642.413 369.782.469
16 Banten 114.208.756 123.345.432 126.834.688 132.667.108 139.510.960
17 Bali 13.394.436 14.465.988 14.875.209 15.559.237 16.361.886
18 Nusa Tenggara Barat 9.364.039 10.113.161 10.399.247 10.877.450 11.438.581
19 Nusa Tenggara Timur 1.325.572 1.431.617 1.472.116 1.539.810 1.619.244
20 Kalimantan Barat 23.400.984 25.273.058 25.987.995 27.183.038 28.585.320
21 Kalimantan Tengah 9.125.003 9.855.001 10.133.784 10.599.780 11.146.588
22 Kalimantan Selatan 96.731.410 104.469.903 107.425.199 112.365.084 118.161.623
23 Kalimantan Timur 81.701.579 88.237.688 90.733.799 94.906.141 99.802.031
24 Kalimantan Utara 8.159.886 8.812.675 9.061.972 9.478.682 9.967.655
25 Sulawesi Utara 4.292.273 4.635.653 4.766.789 4.985.987 5.243.198
26 Sulawesi Tengah 16.595.825 17.923.488 18.430.516 19.278.033 20.272.522
27 Sulawesi Selatan 44.858.725 48.447.413 49.817.918 52.108.766 54.796.883
28 Sulawesi Tenggara 9.226.681 9.964.814 10.246.703 10.717.892 11.270.792
29 Gorontalo 1.181.217 1.275.714 1.311.802 1.372.125 1.442.908
30 Sulawesi Barat 3.451.245 3.727.344 3.832.785 4.009.033 4.215.846
31 Maluku 15.854 17.123 17.607 18.417 19.367
32 Maluku Utara 116.238 125.537 129.089 135.025 141.990
33 Papua Barat 1.204.672 1.301.046 1.337.850 1.399.371 1.471.559
34 Papua 4.696.886 5.072.636 5.216.134 5.455.994 5.737.451
Indonesia 2.507.206.878 2.707.782.894 2.784.381.990 2.912.420.189 3.062.662.203

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 61


Lampiran 12. Sasaran Populasi Itik Tahun 2015 – 2019
(Ekor)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 2.396.116 2.461.121 2.527.892 2.596.481 2.666.890
2 Sumatera Utara 2.544.596 2.613.629 2.684.537 2.757.377 2.832.148
3 Sumatera Barat 1.231.814 1.265.232 1.299.558 1.334.819 1.371.015
4 Riau 256.869 263.838 270.996 278.349 285.897
5 Jambi 1.337.902 1.374.198 1.411.480 1.449.778 1.489.091
6 Sumatera Selatan 1.198.082 1.230.585 1.263.971 1.298.266 1.333.471
7 Bengkulu 116.190 119.342 122.580 125.906 129.320
8 Lampung 643.082 660.528 678.449 696.857 715.754
9 Kepulauan Bangka Belitung 55.122 56.617 58.153 59.731 61.351
10 Kepulauan Riau 127.756 131.222 134.782 138.439 142.193
11 DKI Jakarta 25.437 26.127 26.835 27.564 28.311
12 Jawa Barat 8.746.145 8.983.420 9.227.142 9.477.504 9.734.503
13 Jawa Tengah 5.889.127 6.048.893 6.213.002 6.381.580 6.554.628
14 DI. Yogyakarta 553.744 568.767 584.198 600.049 616.320
15 Jawa Timur 4.445.024 4.565.613 4.689.479 4.816.720 4.947.334
16 Banten 2.158.569 2.217.129 2.277.280 2.339.070 2.402.498
17 Bali 658.619 676.486 694.840 713.693 733.046
18 Nusa Tenggara Barat 1.148.186 1.179.335 1.211.331 1.244.198 1.277.936
19 Nusa Tenggara Timur 318.705 327.351 336.232 345.355 354.720
20 Kalimantan Barat 651.429 669.102 687.255 705.902 725.044
21 Kalimantan Tengah 275.685 283.164 290.846 298.738 306.839
22 Kalimantan Selatan 4.633.087 4.758.778 4.887.886 5.020.509 5.156.649
23 Kalimantan Timur 161.525 165.907 170.408 175.031 179.778
24 Kalimantan Utara 72.789 74.764 76.792 78.876 81.015
25 Sulawesi Utara 161.775 166.163 170.671 175.302 180.056
26 Sulawesi Tengah 572.293 587.819 603.767 620.149 636.965
27 Sulawesi Selatan 4.165.611 4.278.619 4.394.700 4.513.942 4.636.345
28 Sulawesi Tenggara 427.880 439.488 451.412 463.660 476.233
29 Gorontalo 51.230 52.620 54.047 55.514 57.019
30 Sulawesi Barat 453.620 465.927 478.567 491.552 504.882
31 Maluku 484.833 497.986 511.497 525.375 539.622
32 Maluku Utara 56.143 57.666 59.230 60.837 62.487
33 Papua Barat 33.995 34.917 35.864 36.837 37.836
34 Papua 60.021 61.649 63.322 65.040 66.804
Indonesia 46.113.000 47.364.000 48.649.000 49.969.000 51.324.000

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 62


Lampiran 13. Sasaran Produksi Daging Sapi Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 8,83 9,57 10,44 11,38 12,41
2 Sumatera Utara 18,61 20,17 22,00 23,99 26,15
3 Sumatera Barat 23,32 25,27 27,57 30,06 32,77
4 Riau 8,32 9,02 9,84 10,73 11,69
5 Jambi 4,43 4,80 5,23 5,71 6,22
6 Sumatera Selatan 14,64 15,86 17,30 18,86 20,56
7 Bengkulu 4,26 4,62 5,04 5,49 5,99
8 Lampung 14,23 15,42 16,82 18,35 20,00
9 Kepulauan Bangka Belitung 2,99 3,24 3,54 3,86 4,21
10 Kepulauan Riau 0,56 0,61 0,66 0,72 0,79
11 DKI Jakarta 18,19 19,71 21,51 23,45 25,56
12 Jawa Barat 72,57 78,63 85,78 93,54 101,96
13 Jawa Tengah 61,73 66,88 72,96 79,56 86,73
14 DI. Yogyakarta 8,72 9,45 10,31 11,24 12,25
15 Jawa Timur 101,68 110,16 120,18 131,05 142,85
16 Banten 37,03 40,12 43,77 47,73 52,02
17 Bali 9,05 9,80 10,70 11,66 12,71
18 Nusa Tenggara Barat 12,81 13,88 15,14 16,51 18,00
19 Nusa Tenggara Timur 11,19 12,12 13,23 14,42 15,72
20 Kalimantan Barat 8,15 8,84 9,64 10,51 11,46
21 Kalimantan Tengah 4,32 4,68 5,10 5,57 6,07
22 Kalimantan Selatan 9,86 10,69 11,66 12,71 13,86
23 Kalimantan Timur 8,67 9,39 10,24 11,17 12,17
24 Kalimantan Utara 0,63 0,69 0,75 0,82 0,89
25 Sulawesi Utara 4,61 4,99 5,45 5,94 6,47
26 Sulawesi Tengah 4,65 5,04 5,49 5,99 6,53
27 Sulawesi Selatan 14,66 15,88 17,33 18,89 20,59
28 Sulawesi Tenggara 3,89 4,21 4,59 5,01 5,46
29 Gorontalo 3,65 3,96 4,32 4,71 5,13
30 Sulawesi Barat 2,94 3,18 3,47 3,79 4,13
31 Maluku 2,71 2,94 3,21 3,50 3,81
32 Maluku Utara 0,88 0,96 1,05 1,14 1,24
33 Papua Barat 4,12 4,46 4,87 5,31 5,78
34 Papua 2,76 2,99 3,26 3,56 3,88
Indonesia 509,68 552,20 602,43 656,91 716,06

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 63


Lampiran 14. Sasaran Produksi Daging Kerbau Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 2,52 2,57 2,63 2,69 2,76
2 Sumatera Utara 3,20 3,26 3,34 3,41 3,50
3 Sumatera Barat 2,44 2,49 2,54 2,60 2,67
4 Riau 1,29 1,31 1,34 1,37 1,41
5 Jambi 2,64 2,70 2,76 2,82 2,89
6 Sumatera Selatan 0,77 0,78 0,80 0,82 0,84
7 Bengkulu 0,86 0,88 0,90 0,92 0,94
8 Lampung 0,25 0,25 0,26 0,26 0,27
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
10 Kepulauan Riau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 DKI Jakarta 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
12 Jawa Barat 3,20 3,27 3,35 3,42 3,51
13 Jawa Tengah 2,12 2,17 2,22 2,27 2,32
14 DI. Yogyakarta - - - - -
15 Jawa Timur 0,11 0,12 0,12 0,12 0,12
16 Banten 7,11 7,26 7,42 7,59 7,78
17 Bali 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
18 Nusa Tenggara Barat 3,00 3,06 3,13 3,20 3,28
19 Nusa Tenggara Timur 1,21 1,24 1,27 1,30 1,33
20 Kalimantan Barat 0,07 0,07 0,08 0,08 0,08
21 Kalimantan Tengah 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05
22 Kalimantan Selatan 0,78 0,79 0,81 0,83 0,85
23 Kalimantan Timur 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
24 Kalimantan Utara 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
25 Sulawesi Utara - - - - -
26 Sulawesi Tengah 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
27 Sulawesi Selatan 3,21 3,28 3,35 3,43 3,52
28 Sulawesi Tenggara 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
29 Gorontalo - - - - -
30 Sulawesi Barat 0,14 0,14 0,14 0,15 0,15
31 Maluku 0,40 0,41 0,42 0,43 0,44
32 Maluku Utara - - - - -
33 Papua Barat - - - - -
34 Papua 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Indonesia 35,61 36,36 37,18 38,05 38,98

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 64


Lampiran 15. Sasaran Produksi Daging Kambing Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 2,26 2,28 2,30 2,32 2,33
2 Sumatera Utara 3,52 3,55 3,58 3,61 3,64
3 Sumatera Barat 0,66 0,66 0,67 0,67 0,68
4 Riau 0,56 0,56 0,57 0,57 0,58
5 Jambi 0,73 0,74 0,74 0,75 0,76
6 Sumatera Selatan 2,26 2,27 2,29 2,31 2,33
7 Bengkulu 0,25 0,25 0,26 0,26 0,26
8 Lampung 2,50 2,52 2,54 2,56 2,58
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11
10 Kepulauan Riau 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
11 DKI Jakarta 1,28 1,29 1,30 1,31 1,32
12 Jawa Barat 7,27 7,33 7,39 7,44 7,50
13 Jawa Tengah 10,37 10,45 10,53 10,62 10,70
14 DI. Yogyakarta 1,51 1,53 1,54 1,55 1,56
15 Jawa Timur 15,74 15,87 15,99 16,11 16,24
16 Banten 3,30 3,32 3,35 3,37 3,40
17 Bali 1,71 1,72 1,73 1,75 1,76
18 Nusa Tenggara Barat 0,40 0,40 0,40 0,41 0,41
19 Nusa Tenggara Timur 3,69 3,72 3,75 3,77 3,80
20 Kalimantan Barat 0,52 0,53 0,53 0,53 0,54
21 Kalimantan Tengah 0,34 0,35 0,35 0,35 0,35
22 Kalimantan Selatan 0,67 0,68 0,68 0,69 0,69
23 Kalimantan Timur 0,38 0,39 0,39 0,39 0,40
24 Kalimantan Utara 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
25 Sulawesi Utara 0,40 0,40 0,41 0,41 0,41
26 Sulawesi Tengah 2,50 2,52 2,54 2,56 2,58
27 Sulawesi Selatan 1,62 1,63 1,64 1,65 1,67
28 Sulawesi Tenggara 0,27 0,27 0,27 0,28 0,28
29 Gorontalo 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19
30 Sulawesi Barat 0,28 0,28 0,28 0,28 0,29
31 Maluku 0,46 0,46 0,46 0,47 0,47
32 Maluku Utara 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
33 Papua Barat 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16
34 Papua 0,13 0,13 0,14 0,14 0,14
Indonesia 66,19 66,71 67,23 67,75 68,28

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 65


Lampiran 16. Sasaran Produksi Daging Domba Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 0,42 0,43 0,45 0,47 0,49
2 Sumatera Utara 2,16 2,24 2,33 2,43 2,52
3 Sumatera Barat 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
4 Riau 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Jambi 0,17 0,18 0,19 0,20 0,20
6 Sumatera Selatan 0,39 0,40 0,42 0,44 0,46
7 Bengkulu 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02
8 Lampung 0,09 0,09 0,10 0,10 0,10
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Kepulauan Riau - - - - -
11 DKI Jakarta 0,49 0,51 0,53 0,55 0,57
12 Jawa Barat 25,47 26,49 27,55 28,65 29,80
13 Jawa Tengah 6,24 6,49 6,75 7,02 7,30
14 DI. Yogyakarta 2,55 2,65 2,76 2,87 2,98
15 Jawa Timur 6,22 6,47 6,73 7,00 7,28
16 Banten 3,54 3,69 3,83 3,99 4,15
17 Bali - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
19 Nusa Tenggara Timur 0,44 0,45 0,47 0,49 0,51
20 Kalimantan Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
21 Kalimantan Tengah 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01
22 Kalimantan Selatan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
23 Kalimantan Timur 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
24 Kalimantan Utara - - - - -
25 Sulawesi Utara - - - - -
26 Sulawesi Tengah 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
27 Sulawesi Selatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
28 Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
29 Gorontalo - - - - -
30 Sulawesi Barat - - - - -
31 Maluku 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04
32 Maluku Utara - - - - -
33 Papua Barat - - - - -
34 Papua - - - - -
Indonesia 48,32 50,26 52,27 54,36 56,53

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 66


Lampiran 17. Sasaran Produksi Daging Babi Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 0,05 0,05 0,06 0,06 0,06
2 Sumatera Utara 44,00 46,61 49,38 52,30 55,41
3 Sumatera Barat 0,57 0,60 0,64 0,67 0,71
4 Riau 0,92 0,98 1,03 1,10 1,16
5 Jambi 0,25 0,26 0,28 0,29 0,31
6 Sumatera Selatan 0,64 0,67 0,71 0,76 0,80
7 Bengkulu 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04
8 Lampung 0,65 0,69 0,73 0,78 0,82
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,76 0,80 0,85 0,90 0,95
10 Kepulauan Riau 19,15 20,29 21,49 22,77 24,12
11 DKI Jakarta 9,71 10,29 10,90 11,54 12,23
12 Jawa Barat 1,10 1,16 1,23 1,30 1,38
13 Jawa Tengah 1,88 1,99 2,11 2,23 2,37
14 DI. Yogyakarta - - - - -
15 Jawa Timur 3,52 3,73 3,95 4,18 4,43
16 Banten 1,14 1,21 1,28 1,36 1,44
17 Bali 138,27 146,47 155,16 164,36 174,11
18 Nusa Tenggara Barat 0,63 0,66 0,70 0,74 0,79
19 Nusa Tenggara Timur 36,15 38,30 40,57 42,97 45,52
20 Kalimantan Barat 29,55 31,31 33,16 35,13 37,21
21 Kalimantan Tengah 2,73 2,89 3,06 3,25 3,44
22 Kalimantan Selatan 0,15 0,16 0,17 0,18 0,19
23 Kalimantan Timur 1,25 1,33 1,41 1,49 1,58
24 Kalimantan Utara 0,44 0,47 0,49 0,52 0,55
25 Sulawesi Utara 21,48 22,75 24,10 25,53 27,05
26 Sulawesi Tengah 2,67 2,83 3,00 3,18 3,36
27 Sulawesi Selatan 4,42 4,68 4,96 5,25 5,56
28 Sulawesi Tenggara 0,59 0,62 0,66 0,70 0,74
29 Gorontalo 0,10 0,10 0,11 0,12 0,12
30 Sulawesi Barat 0,38 0,41 0,43 0,46 0,48
31 Maluku 3,14 3,33 3,52 3,73 3,96
32 Maluku Utara 0,11 0,12 0,13 0,14 0,14
33 Papua Barat 1,42 1,50 1,59 1,69 1,79
34 Papua 7,03 7,45 7,89 8,36 8,85
Indonesia 334,89 354,76 375,80 398,09 421,70

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 67


Lampiran 18. Sasaran Produksi Daging Ayam Buras Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 12,99 13,13 13,28 13,43 13,59
2 Sumatera Utara 18,86 19,07 19,29 19,51 19,73
3 Sumatera Barat 6,17 6,24 6,31 6,38 6,45
4 Riau 3,38 3,42 3,46 3,49 3,53
5 Jambi 8,60 8,70 8,80 8,90 9,00
6 Sumatera Selatan 7,23 7,31 7,40 7,48 7,57
7 Bengkulu 0,49 0,50 0,50 0,51 0,51
8 Lampung 13,95 14,11 14,27 14,44 14,60
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,29 1,31 1,32 1,34 1,35
10 Kepulauan Riau 0,91 0,92 0,93 0,94 0,95
11 DKI Jakarta 34,14 34,53 34,93 35,32 35,73
12 Jawa Barat 27,77 28,09 28,41 28,73 29,06
13 Jawa Tengah 45,08 45,59 46,11 46,64 47,17
14 DI. Yogyakarta 5,62 5,69 5,75 5,82 5,88
15 Jawa Timur 39,46 39,91 40,37 40,83 41,29
16 Banten 9,08 9,18 9,29 9,39 9,50
17 Bali 4,79 4,85 4,90 4,96 5,02
18 Nusa Tenggara Barat 6,05 6,12 6,19 6,26 6,33
19 Nusa Tenggara Timur 11,70 11,83 11,97 12,10 12,24
20 Kalimantan Barat 13,83 13,99 14,15 14,31 14,48
21 Kalimantan Tengah 2,17 2,20 2,22 2,25 2,27
22 Kalimantan Selatan 6,12 6,19 6,26 6,33 6,40
23 Kalimantan Timur 6,35 6,42 6,50 6,57 6,65
24 Kalimantan Utara 1,71 1,73 1,75 1,77 1,79
25 Sulawesi Utara 2,50 2,53 2,56 2,59 2,62
26 Sulawesi Tengah 8,72 8,82 8,92 9,02 9,13
27 Sulawesi Selatan 6,48 6,55 6,63 6,70 6,78
28 Sulawesi Tenggara 10,37 10,49 10,61 10,73 10,85
29 Gorontalo 1,55 1,57 1,58 1,60 1,62
30 Sulawesi Barat 5,07 5,13 5,19 5,25 5,31
31 Maluku 0,42 0,43 0,43 0,44 0,44
32 Maluku Utara 0,88 0,89 0,90 0,91 0,92
33 Papua Barat 1,05 1,06 1,07 1,08 1,09
34 Papua 2,14 2,17 2,19 2,22 2,24
Indonesia 326,94 330,67 334,44 338,25 342,11

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 68


Lampiran 19. Sasaran Produksi Daging Ayam Petelur Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 0,25 0,28 0,30 0,33 0,37
2 Sumatera Utara 14,18 15,60 17,16 18,87 20,76
3 Sumatera Barat 7,96 8,76 9,63 10,60 11,66
4 Riau 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04
5 Jambi 0,81 0,89 0,98 1,08 1,19
6 Sumatera Selatan 6,10 6,71 7,38 8,12 8,93
7 Bengkulu 0,03 0,04 0,04 0,04 0,05
8 Lampung 2,55 2,80 3,08 3,39 3,73
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04
10 Kepulauan Riau 0,39 0,43 0,48 0,52 0,58
11 DKI Jakarta 0,69 0,76 0,84 0,92 1,01
12 Jawa Barat 9,62 10,58 11,64 12,80 14,08
13 Jawa Tengah 11,99 13,19 14,51 15,96 17,56
14 DI. Yogyakarta 3,33 3,66 4,03 4,43 4,87
15 Jawa Timur 23,75 26,13 28,74 31,62 34,78
16 Banten 2,75 3,03 3,33 3,66 4,03
17 Bali 3,04 3,34 3,67 4,04 4,45
18 Nusa Tenggara Barat 0,19 0,21 0,23 0,25 0,28
19 Nusa Tenggara Timur 0,04 0,05 0,05 0,06 0,06
20 Kalimantan Barat 3,20 3,52 3,87 4,25 4,68
21 Kalimantan Tengah 0,05 0,06 0,06 0,07 0,08
22 Kalimantan Selatan 1,96 2,15 2,37 2,61 2,87
23 Kalimantan Timur 0,69 0,76 0,84 0,92 1,01
24 Kalimantan Utara 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03
25 Sulawesi Utara 1,07 1,18 1,30 1,43 1,57
26 Sulawesi Tengah 0,85 0,93 1,03 1,13 1,24
27 Sulawesi Selatan 2,42 2,66 2,93 3,22 3,54
28 Sulawesi Tenggara 0,14 0,15 0,17 0,18 0,20
29 Gorontalo 0,30 0,33 0,37 0,40 0,44
30 Sulawesi Barat 0,10 0,11 0,12 0,13 0,14
31 Maluku 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
32 Maluku Utara 0,05 0,05 0,06 0,06 0,07
33 Papua Barat 0,06 0,06 0,07 0,08 0,09
34 Papua 0,12 0,13 0,14 0,15 0,17
Indonesia 98,77 108,65 119,51 131,46 144,61

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 69


Lampiran 20. Sasaran Produksi Daging Ayam Pedaging Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 6,82 7,37 7,57 7,92 8,33
2 Sumatera Utara 63,81 68,91 70,86 74,12 77,94
3 Sumatera Barat 28,17 30,42 31,28 32,72 34,41
4 Riau 71,77 77,51 79,70 83,37 87,67
5 Jambi 26,75 28,89 29,70 31,07 32,67
6 Sumatera Selatan 51,35 55,45 57,02 59,64 62,72
7 Bengkulu 3,51 3,79 3,89 4,07 4,28
8 Lampung 70,19 75,81 77,95 81,54 85,74
9 Kepulauan Bangka Belitung 23,94 25,85 26,58 27,80 29,24
10 Kepulauan Riau 12,30 13,28 13,66 14,28 15,02
11 DKI Jakarta 217,89 235,32 241,98 253,11 266,16
12 Jawa Barat 950,33 1.026,36 1.055,39 1.103,93 1.160,87
13 Jawa Tengah 208,65 225,34 231,72 242,37 254,88
14 DI. Yogyakarta 54,95 59,34 61,02 63,83 67,12
15 Jawa Timur 274,70 296,68 305,07 319,10 335,56
16 Banten 183,87 198,58 204,19 213,58 224,60
17 Bali 13,20 14,25 14,66 15,33 16,12
18 Nusa Tenggara Barat 7,68 8,29 8,53 8,92 9,38
19 Nusa Tenggara Timur 1,06 1,15 1,18 1,24 1,30
20 Kalimantan Barat 31,36 33,87 34,83 36,43 38,31
21 Kalimantan Tengah 12,38 13,37 13,74 14,38 15,12
22 Kalimantan Selatan 92,81 100,23 103,07 107,80 113,37
23 Kalimantan Timur 54,85 59,24 60,91 63,71 67,00
24 Kalimantan Utara 5,48 5,92 6,08 6,36 6,69
25 Sulawesi Utara 9,22 9,96 10,24 10,71 11,26
26 Sulawesi Tengah 13,61 14,70 15,11 15,81 16,62
27 Sulawesi Selatan 19,17 20,70 21,29 22,27 23,42
28 Sulawesi Tenggara 7,57 8,17 8,40 8,79 9,24
29 Gorontalo 0,97 1,05 1,08 1,13 1,19
30 Sulawesi Barat 2,83 3,06 3,14 3,29 3,46
31 Maluku 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02
32 Maluku Utara 0,11 0,12 0,12 0,13 0,13
33 Papua Barat 0,89 0,96 0,98 1,03 1,08
34 Papua 3,85 4,16 4,28 4,47 4,70
Indonesia 2.526,01 2.728,09 2.805,26 2.934,26 3.085,63

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 70


Lampiran 21. Sasaran Produksi Daging Itik Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 1,69 1,82 1,95 2,09 2,24
2 Sumatera Utara 2,39 2,56 2,75 2,94 3,15
3 Sumatera Barat 0,79 0,84 0,91 0,97 1,04
4 Riau 0,23 0,25 0,27 0,29 0,31
5 Jambi 0,18 0,19 0,21 0,22 0,24
6 Sumatera Selatan 1,48 1,59 1,70 1,82 1,95
7 Bengkulu 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
8 Lampung 0,34 0,37 0,39 0,42 0,45
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,05 0,06 0,06 0,07 0,07
10 Kepulauan Riau 0,09 0,09 0,10 0,11 0,11
11 DKI Jakarta 1,63 1,75 1,88 2,01 2,16
12 Jawa Barat 6,39 6,85 7,34 7,87 8,43
13 Jawa Tengah 3,90 4,18 4,48 4,80 5,14
14 DI. Yogyakarta 0,52 0,56 0,60 0,64 0,69
15 Jawa Timur 5,57 5,97 6,40 6,86 7,35
16 Banten 4,82 5,16 5,53 5,93 6,35
17 Bali 0,39 0,42 0,45 0,48 0,52
18 Nusa Tenggara Barat 0,78 0,84 0,90 0,96 1,03
19 Nusa Tenggara Timur 0,20 0,22 0,23 0,25 0,26
20 Kalimantan Barat 0,60 0,65 0,69 0,74 0,79
21 Kalimantan Tengah 0,16 0,18 0,19 0,20 0,22
22 Kalimantan Selatan 2,33 2,50 2,68 2,87 3,08
23 Kalimantan Timur 0,07 0,08 0,08 0,09 0,10
24 Kalimantan Utara 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04
25 Sulawesi Utara 0,11 0,12 0,13 0,14 0,15
26 Sulawesi Tengah 0,39 0,42 0,45 0,48 0,52
27 Sulawesi Selatan 0,85 0,91 0,97 1,04 1,12
28 Sulawesi Tenggara 0,29 0,31 0,34 0,36 0,39
29 Gorontalo 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
30 Sulawesi Barat 0,31 0,33 0,36 0,38 0,41
31 Maluku 0,09 0,09 0,10 0,11 0,12
32 Maluku Utara 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06
33 Papua Barat 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03
34 Papua 0,04 0,04 0,05 0,05 0,05
Indonesia 36,89 39,53 42,37 45,40 48,65

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 71


Lampiran 22. Sasaran Produksi Telur Ayam Buras Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 2,66 2,71 2,76 2,80 2,85
2 Sumatera Utara 13,14 13,37 13,60 13,83 14,07
3 Sumatera Barat 3,25 3,31 3,36 3,42 3,48
4 Riau 1,59 1,62 1,65 1,68 1,70
5 Jambi 5,62 5,71 5,81 5,91 6,01
6 Sumatera Selatan 3,38 3,44 3,50 3,56 3,62
7 Bengkulu 1,12 1,14 1,16 1,18 1,20
8 Lampung 9,28 9,44 9,60 9,77 9,94
9 Kepulauan Bangka Belitung 2,19 2,23 2,27 2,31 2,34
10 Kepulauan Riau 0,55 0,56 0,57 0,58 0,59
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 21,70 22,08 22,46 22,84 23,23
13 Jawa Tengah 37,72 38,37 39,03 39,70 40,38
14 DI. Yogyakarta 2,68 2,72 2,77 2,82 2,86
15 Jawa Timur 19,19 19,52 19,86 20,20 20,54
16 Banten 13,38 13,61 13,84 14,08 14,32
17 Bali 3,08 3,13 3,18 3,24 3,29
18 Nusa Tenggara Barat 3,63 3,69 3,75 3,82 3,88
19 Nusa Tenggara Timur 4,70 4,78 4,87 4,95 5,04
20 Kalimantan Barat 3,66 3,72 3,79 3,85 3,92
21 Kalimantan Tengah 2,79 2,83 2,88 2,93 2,98
22 Kalimantan Selatan 8,48 8,62 8,77 8,92 9,07
23 Kalimantan Timur 3,72 3,79 3,85 3,92 3,98
24 Kalimantan Utara 1,00 1,02 1,04 1,06 1,07
25 Sulawesi Utara 1,94 1,98 2,01 2,05 2,08
26 Sulawesi Tengah 3,31 3,37 3,43 3,49 3,55
27 Sulawesi Selatan 12,38 12,59 12,81 13,03 13,25
28 Sulawesi Tenggara 6,31 6,42 6,53 6,64 6,76
29 Gorontalo 1,05 1,07 1,09 1,11 1,13
30 Sulawesi Barat 3,08 3,13 3,19 3,24 3,30
31 Maluku 2,58 2,62 2,67 2,71 2,76
32 Maluku Utara 0,39 0,39 0,40 0,41 0,41
33 Papua Barat 0,50 0,51 0,51 0,52 0,53
34 Papua 1,30 1,32 1,35 1,37 1,39
Indonesia 201,36 204,82 208,34 211,92 215,56

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 72


Lampiran 23. Sasaran Produksi Telur Ayam Petelur Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 4,75 5,19 5,47 5,61 5,79
2 Sumatera Utara 304,05 332,45 350,56 359,09 370,43
3 Sumatera Barat 141,94 155,20 163,65 167,63 172,93
4 Riau 4,79 5,24 5,52 5,66 5,84
5 Jambi 15,84 17,32 18,27 18,71 19,30
6 Sumatera Selatan 127,72 139,65 147,25 150,84 155,60
7 Bengkulu 1,14 1,25 1,32 1,35 1,39
8 Lampung 111,04 121,41 128,03 131,14 135,28
9 Kepulauan Bangka Belitung 2,68 2,93 3,08 3,16 3,26
10 Kepulauan Riau 6,81 7,45 7,86 8,05 8,30
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 284,34 310,89 327,83 335,80 346,41
13 Jawa Tengah 441,58 482,82 509,13 521,51 537,99
14 DI. Yogyakarta 53,29 58,26 61,44 62,93 64,92
15 Jawa Timur 634,28 693,51 731,29 749,08 772,75
16 Banten 101,02 110,46 116,47 119,31 123,08
17 Bali 79,07 86,45 91,16 93,38 96,33
18 Nusa Tenggara Barat 3,35 3,66 3,86 3,96 4,08
19 Nusa Tenggara Timur 2,85 3,11 3,28 3,36 3,47
20 Kalimantan Barat 42,95 46,96 49,52 50,72 52,32
21 Kalimantan Tengah 0,62 0,67 0,71 0,73 0,75
22 Kalimantan Selatan 73,35 80,20 84,57 86,63 89,37
23 Kalimantan Timur 19,92 21,78 22,97 23,53 24,27
24 Kalimantan Utara 0,52 0,57 0,60 0,62 0,64
25 Sulawesi Utara 21,12 23,09 24,35 24,94 25,73
26 Sulawesi Tengah 14,46 15,81 16,67 17,07 17,61
27 Sulawesi Selatan 138,33 151,25 159,49 163,37 168,53
28 Sulawesi Tenggara 2,41 2,63 2,77 2,84 2,93
29 Gorontalo 5,27 5,76 6,07 6,22 6,41
30 Sulawesi Barat 1,67 1,83 1,93 1,98 2,04
31 Maluku 0,18 0,19 0,21 0,21 0,22
32 Maluku Utara 0,70 0,77 0,81 0,83 0,86
33 Papua Barat 1,69 1,85 1,95 2,00 2,06
34 Papua 2,01 2,20 2,32 2,38 2,45
Indonesia 2.645,74 2.892,81 3.050,42 3.124,61 3.223,32

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 73


Lampiran 24. Sasaran Produksi Telur Itik Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 9,74 10,11 10,50 10,90 11,32
2 Sumatera Utara 12,47 12,95 13,45 13,96 14,50
3 Sumatera Barat 6,91 7,18 7,45 7,74 8,04
4 Riau 1,90 1,97 2,05 2,13 2,21
5 Jambi 5,66 5,88 6,10 6,34 6,58
6 Sumatera Selatan 5,29 5,49 5,70 5,92 6,15
7 Bengkulu 0,48 0,50 0,52 0,54 0,56
8 Lampung 3,20 3,33 3,46 3,59 3,73
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,27 0,29 0,30 0,31 0,32
10 Kepulauan Riau 0,84 0,87 0,90 0,94 0,97
11 DKI Jakarta 0,18 0,19 0,19 0,20 0,21
12 Jawa Barat 58,59 60,84 63,18 65,61 68,13
13 Jawa Tengah 39,28 40,79 42,36 43,98 45,67
14 DI. Yogyakarta 3,63 3,77 3,91 4,07 4,22
15 Jawa Timur 28,67 29,77 30,92 32,11 33,34
16 Banten 16,67 17,31 17,98 18,67 19,38
17 Bali 4,20 4,36 4,53 4,71 4,89
18 Nusa Tenggara Barat 6,44 6,69 6,95 7,21 7,49
19 Nusa Tenggara Timur 1,54 1,59 1,66 1,72 1,79
20 Kalimantan Barat 3,51 3,65 3,79 3,93 4,08
21 Kalimantan Tengah 1,66 1,72 1,79 1,86 1,93
22 Kalimantan Selatan 32,46 33,71 35,01 36,35 37,75
23 Kalimantan Timur 0,91 0,94 0,98 1,01 1,05
24 Kalimantan Utara 0,41 0,42 0,44 0,46 0,47
25 Sulawesi Utara 1,06 1,10 1,15 1,19 1,24
26 Sulawesi Tengah 3,75 3,90 4,05 4,20 4,36
27 Sulawesi Selatan 25,87 26,86 27,90 28,97 30,08
28 Sulawesi Tenggara 2,81 2,91 3,02 3,14 3,26
29 Gorontalo 0,34 0,35 0,36 0,38 0,39
30 Sulawesi Barat 2,97 3,09 3,21 3,33 3,46
31 Maluku 2,12 2,20 2,29 2,37 2,46
32 Maluku Utara 0,37 0,38 0,40 0,41 0,43
33 Papua Barat 0,19 0,19 0,20 0,21 0,22
34 Papua 0,39 0,41 0,42 0,44 0,46
Indonesia 284,79 295,73 307,10 318,90 331,16

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 74


Lampiran 25. Sasaran Produksi Susu Tahun 2015 – 2019
(000 Ton)
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05
2 Sumatera Utara 1,39 1,48 1,58 1,71 1,85
3 Sumatera Barat 1,71 1,82 1,95 2,10 2,28
4 Riau 0,15 0,16 0,17 0,19 0,20
5 Jambi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Sumatera Selatan 0,33 0,35 0,38 0,40 0,44
7 Bengkulu 0,27 0,29 0,31 0,33 0,36
8 Lampung 0,22 0,23 0,25 0,27 0,29
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,61 0,65 0,69 0,75 0,81
10 Kepulauan Riau - - - - -
11 DKI Jakarta 5,35 5,69 6,09 6,56 7,12
12 Jawa Barat 259,81 276,31 295,73 318,57 345,42
13 Jawa Tengah 99,21 105,51 112,92 121,64 131,89
14 DI. Yogyakarta 4,99 5,31 5,68 6,12 6,64
15 Jawa Timur 423,36 450,25 481,90 519,11 562,86
16 Banten 0,07 0,08 0,08 0,09 0,10
17 Bali 0,14 0,15 0,16 0,17 0,18
18 Nusa Tenggara Barat 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04
19 Nusa Tenggara Timur 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05
20 Kalimantan Barat 0,26 0,28 0,30 0,32 0,35
21 Kalimantan Tengah - - - - -
22 Kalimantan Selatan 0,14 0,15 0,16 0,17 0,18
23 Kalimantan Timur 0,04 0,04 0,05 0,05 0,06
24 Kalimantan Utara - - - - -
25 Sulawesi Utara - - - - -
26 Sulawesi Tengah - - - - -
27 Sulawesi Selatan 1,70 1,81 1,93 2,08 2,26
28 Sulawesi Tenggara - - - - -
29 Gorontalo 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
30 Sulawesi Barat 0,07 0,07 0,07 0,08 0,09
31 Maluku - - - - -
32 Maluku Utara - - - - -
33 Papua Barat - - - - -
34 Papua - - - - -
Indonesia 799,97 850,77 910,57 980,88 1.063,56

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2019 75


Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Telepon: (021) 7815580 - 83, 7847319, Fax: (021) 7815583
Email: ditjennak@pertanian.go.id; Web: http://ditjennak.go.id

Anda mungkin juga menyukai