(GORENGAN BPK.MUSTOFA)
OLEH :
JURUSAN GIZI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Setiap manusia hidup
membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup. Selain itu
pangan juga berfungsi sebagai sumber energi untuk manusia melakukan aktivitas
sehari-hari. Untuk menunjang semua aktivitas manusia tentunya dibutuhkan sumber
pangan yang sehat dan bergizi (PERSAGI, 2009).
Mutu pangan (food quality) merupakan hal utama yang harus diperhatikan
oleh setiap individu dan pengelola pangan dari skala rumah tangga maupun industri
pangan skala besar. Keamanan pangan (food safety) dibutuhkan guna membuat
produk pangan aman untuk dikonsumsi, misalnya tidak banyak mengandung sumber
penular penyakit (infectious agent) dan tidak mengandung bahan kimia beracun atau
mengandung benda asing (foreign objects) (Hariyadi, 2009).
B. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik mutu fisik dari beberapa produk makanan ( produk cair,
semi padat/pasta, dan padat) secara subyektif dan obyektif.
TINJAUAN PUSTAKA
A. MUTU PANGAN
Mutu pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor pada produk pangan
yang membedakan tingkat pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen.
Mutu pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek
mutu pangan tersebut antara lain adalah aspek gizi (kalori, protein, lemak, mineral,
vitamin, dan lain-lain); aspek selera (indrawi, enak, menarik, segar); aspek bisnis
(standar mutu, kriteria mutu); serta aspek kesehatan (jasmani dan rohani). Kepuasan
konsumen berkaitan dengan mutu. Peranan kelas mutu adalah sebagai keadilan mutu;
pelayanan pada konsumen; penggunaan produk yang berbeda; menghadapi
keragaman produk dan bidang usaha. Sedangkan unsur mutu dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu sifat mutu, parameter mutu, dan faktor mutu. Parameter mutu adalah
gabungan dari dua atau lebih sifat mutu yang menjadi suatu ukuran. Sedangkan faktor
mutu adalah sesuatu yang berkaitan dengan produk tetapi tidak bisa diukur dan
dianalisa oleh peralatan apapun juga. Ada enam sifat mutu, yaitu dasar penilaian
mutu; kepentingan (standarisasi, uji mutu, sertifikasi, dan penggunaan produk); sifat
subyektif (morfologi, fisik, mekanik, kimiawi, mikrobiologi, fisiologik, dan anatomi);
aspek penting (cacat, pencemaran/pemalsuan, sanitasi); serta sanitasi (merupakan
tiang mutu). Faktor mutu terbagi menjadi empat, yaitu asal daerah, varietas/ras, umur
panen, dan faktor pengolahan. Berdasarkan asal daerah, mutu terbagi lagi menjadi
nama jenis, nama mutu, serta kekhasan daerah (faktor iklim, produk primer dan
produk olahan). Berdasarkan varietas/ras dibedakan berdasarkan ciri-ciri khas,
varietas tanaman, ras hewan (ternak), sifat genetik dengan hibrida, dan sistem
sertifikasi ras/variasi. Hibrida adalah mengumpulkan beberapa sifat yang diinginkan
dan hanya berlaku pada generasi itu saja, sedangkan untuk generasi selanjutnya
sifatnya sudah hilang. Umur panen juga dibagi menjadi berdasarkan kepentingan,
tanda-tanda tepat panen, tak kenal umur panen, umur panen yang peka/kritis, serta
berdasarkan mutu. Semakin panjang umurnya, maka akan semakin bagus mutunya.
Mutu setelah proses akan terus turun, sehingga dicegah dengan berbagai hal sehingga
mutunya tidak terlalu cepat menurun. Berdasarkan faktor pengolahan dibedakan
menjadi berdasarkan pengertian, paten/rahasia, perubahan mutu dan pengeringan.
B. JENIS MUTU
Berbicara mengenai mutu bahan pangan, pasti tidak lepas dari berbagai jenis
perincian mutu. Segala garis besar mutu bahan pangan dapat dicirikan berdasarkan
mutu sensorik /indrawi /organoleptiknya, mutu kimianya, mutu fisiknya ataupun
mutu mikrobiologinya. Mutu Sensori Mutu sesorik merupakan sifat produk
/komoditas pangan yang diukur dengan proses pengindraan menggunakan penglihatan
(mata), penciuman (hidung), pencicipan (lidah), perabaan (ujung jari tangan), dan
pendengaran (telinga).
Fungsi uji sensori adalah sebagai alat pemeriksaan produk pangan,
pengendalian proses, dan pengamatan sifat mutu dalam penelitian. Contoh
pertanyaan dalam quality control di industri pangan yang dijawab dengan analisis
sensorik adalah mengenai apakah spesifikasi target itu, apakah produk selaras dengan
spesifikasi target, variasi kualitas apakah yang diharapkan, apa variasi normal pada
setiap atribut, serta apakah terdapat perbedaan yang terlihat antara uji dengan standar.
Beberapa parameter penting mutu sensorik antara lain bentuk, ukuran, warna, tekstur,
bau, dan rasa.
Kekhasan sifat sensorik adalah penggunaan manusia sebagai instrumen
pengukur. Dengan demikia hasil reaksinya bersifat fisikopsikologik dan seringkali
sulit di deskripsikan. Selain pengolahan informasi dalam uji ini pun bersifat spesifik.
Sifat mutu sensorik semata berisi sifat hedonik (suka – tidak suka; enak/lezat – tidak
enak) bersifat sangat subyektif dipengaruhi latar belakang, tradisi, kebiasaan,
pengalaman pendidikan, prestise, dan lain-lain. Sifat Fisik Beberapa sifat fisik penting
dalam bahan pangan adalah berat jenis, titik beku, titik gelatinisasi pati, bilangan
penyabunan, dan indeks bias. Dengan kata lain sifat fisik berhubungan dengan
karakteristik bahan dan komponennya. Salah satu karakter penting yang berhubungan
dengan sifat fisik adalah sifat fungsional dari bahan pangan atau komponennya.
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan setiap makhluk, khususnya
manusia yang telah memilih macam tumbuhan dan hewan yang mudah dipelihara,
mudah diolah, mudah disimpan dan diawetkan, serta mempunyai manfaat yang paling
banyak; rasanya yang enak dan wangi. Pembangunan pangan merupakan
pengembangan sistem pangan yang meliputi kegiatan produksi, pengolahan, distribusi
dan pemasaran, keterlibatan pelaku ekonomi dan kebijakan pemerintah. Pembangunan
ini dipadukan dengan perbaikan gizi untuk menjamin adanya ketahanan pangan dan
keamanan pangan. Hal lainnya untuk mengembangkan diversifikasi pangan yang
memperhatikan faktor-faktor seperti harga, penampakan atau kesegaran, rasa atau
selera, mutu gizi dan kaitannya dengan kesehatan atau penyakit tertentu. Pangan
merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati (organik), serta air dan
bahan tambahan makanan (non organik), baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam
konteks sistem pangan diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
pengaturan, pembinaan dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produks
pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia. Sistem
pangan mencakup keamanan pangan, mutu pangan, gizi pangan dan perdagangan
pangan.
BAB III
METEDOLOGI RAKTIKUM
B. Alat
- Kuisioner
- Pena
- Handphone
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat tulis dan buku catatan.
2. Memperkenalkan diri kepada pedagang.
3. Melakukan pengamatan dan sesi Tanya jawab.
4. Foto bersama dengan pedagang.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini dalam mata kuliah Pengawasan Mutu Pangan dengan
materi Sanitasi Higiene Pangan kami memilih melakukan kunjungan ke penjual
gorengan yaitu yang berada di samping SD Negeri 1 Hajimena Natar. kami
melakukan pengamatan di aspek Sanitasi Higiene Makanannya kami berkunjung ke
salah satu penjual gorengan yang mana Bapak penjualnya masih melakukan proses
pembuatan dan penggorengan langsung , bapak penjualnya bernama bapak Mustofa
berumur 49 tahun kami melakukan wawancara dan memberikan beberapa pertanyaan
untuk bapak Mustofa .
Kemudian fasilitas sanitasi, lokasi berjualan sangat dekat dengan jalan raya,
sehingga adanya pencemaran lintas transportasi. Tempat berjualan tidak dilengkapi
dengan fasilitas sanitasi air bersih (PAM). Dan yang terakhir, lokasi penjualan tidak
dilengkapi dengan penampungan sampah dengan tempat yang tertutup, penjual hanya
menggunakan kantong plastik besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mutu Objektif
Metode pengujian mutu dengan menggunakan alat dikenal dengan metode
pengujian mutu secara objektif. Jenis pengujian mutu secara objektif meliputi metode
fisik, uji kimia, uji fisiko-kimia, uji mikrobologi, uji mikro analitik dan histologis.
Untuk memonitor umur simpan produk pangan diperlukan korelasi antara hasil uji
sensori dengan hasil pengukuran mutu dengan alat atau instrumen.
Kalibrasi peralatan untuk pengukuran mutu dengan alat sangat penting, sebab
keakuratan dan kecermatan hasil pengukuran menjadi dasar kesahihan dan
menentukan dapat/tidaknya dipercaya hasil yang diperoleh pada semua jenis analisis.
Pada era globalisasi seperti saat ini diperlukan kesadaran dalam diri untuk
memilih produk bahan pangan yang akan di konsumsi. Semakin bertambahnya hari
semakin bertumbuh pula bakteri dan mikroorganisme penyebab penyakit. Oleh karena
itu memperhatikan mutu pada bahan pangan yang akan di konsumsi dalam tubuh kita
sangat baik di lakukan demi mencegah hal yang tidak kita inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/32212/2/BAB%20I.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/05/Pengawasan-Mutu-
Pangan_SC.pdf
LAMPIRAN