Anda di halaman 1dari 8

Konsep kecemasan

1. Pengertian umum
Kecemasan adalah respon psikologis terhadap stress yang
mengandung komponen fisiologis dan psikologis. Perasaan takut atau
tidak tenang yang sumbernya tidak diketahui. Kecemasan terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologis, misalnya harga
diri, gambaran diri, identitas diri (Stuart & Sundeen, 1991). Menurut Long
(1996) neurosa cemas adalah perasaan khawatir yang sebabnya tidak jelas
dan dapat menghebat menjadi panik, sering disertai adanya gejala-gejala
fisik.
Komponen psikologis dapat berupa : palpitasi, keringat dingin,
tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat, peristaltik bertambah.
Kecemasan sering terjadi pada klien yang akan mengalami pembedahan.
Hal ini terjadi adanya kekhawatiran ancaman terhadap dirinya. 90% pasien
yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan mulai tingkat ringan
sampai berat/panik (Carpenito, 2001).

2. Sumber kecemasan
Cemas merupakan reaksi stress yang umum. Cemas dapat dialami
secara sadar, bawah sadar dan tidak sadar. Cemas berbeda dengan takut
dalam empat hal yaitu:
a. Sumber cemas tidak dapat diidentifikasi, sedangkan sumber takut dapat
diidentifikasi.
b. Cemas berhubungan dengan masa depan karena itu untuk
mengantisipasi kejadian. Takut berhubungan dengan masa kini.
c. Cemas adalah suatu yang tidak jelas atau samar, sedangkan takut
adalah jelas/pasti

1
d. Cemas merupakan hasil dari konflik psikologis atau emosional,
sedangkan takut merupakan hasil dari keberadaan sesuatu secara fisik
atau secara psikologis benar-benar ada.
Semua orang mengalami cemas sepanjang waktu. Cemas yang
ringan atau sedang diperlukan untuk mencapai tugas perkembangan dan
motivasi tingkah laku yang mengarah pada tujuan. Pada kondisi ini, cemas
merupakan strategi koping yang efektif. Sebagai contoh, cemas ringan
memotivasi siswa untuk belajar. Akan tetapi, cemas yang berlebihan
kadang-kadang memiliki efek destruktif.
Kecemasan adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu
yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes, 2000). Kecemasan
merupakan ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul
karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan manifestasi kecemasan
dapat menyebabkan somatik dan psikologik (Maramis, 1998).
Tindakan pembedahan dapat mengakibatkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Reaksi stres fisiologis ada hubungan langsung dengan
pembedahan, lebih ekstensif bedah tersebut maka lebih besar respon
fisiologisnya. Operasi besar merupakan respon kepada tubuh dan memicu
respon neuroendokrin. Respon terdiri atas sistem saraf simpatis dan respon
hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cedera. Bila stres
terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan darah yang cukup banyak,
mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu berat dan akan mengakibatkan
syok. Respon metabolisme juga terjadi berupa penggunaan karbohidrat
dan lemak untuk energi dan katabolisme protein fisiologis (Stuart &
Sundeen, 1996).

2
Sedangkan pada respon psikologis yang muncul adalah kecemasan
sebelum tindakan pembedahan dilakukan. Kecemasan pre operasi ini
merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu ancaman terhadap
perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya sendiri
(Brunner & Suddarth, 2001). Sedangkan penyebab kecemasan secara
spesifik adalah takut oleh hal-hal yang belum diketahui
(kegawatan/kegagalan), takut anestesi, menganggap anestesi biasanya
adalah maut, tidur terus tidak bangun kembali, takut akan nyeri, perubahan
bentuk/penampilan, kurang pengetahuan tentang prosedur operasi dan
pengalaman/cerita dari orang lain yang mengerikan (Long, 1996).

3. Gambaran klinis
Gambaran klinik kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998)
antara lain: gejala psikologik, kekhawatiran akan nasib buruk, rasa takut,
kemarahan, panik, ketidaksabaran, kegelisahan, ketidakmampuan rileks,
sulit konsentrasi dan insomnia (Maramis, 1998). Sedangkan manifestasi
somatik yang biasanya menyertai cemas adalah:
a. gangguan kardiovaskuler (tekanan darah meningkat, palpitasi, jantung
berdebar, keringat dingin, sakit kepala), gangguan pernafasan (nafas
cepat, nafas dangkal, terengah-engah), gangguan neuromuskuler (reflek
meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang),
b. gangguan gastrointestinal (kehilangan nafsu makan, mual, diare, rasa
tidak nyaman pada abdomen, menolak makan),
c. gangguan traktus urinarius (tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih),
d. gangguan kulit (wajah kemerahan, wajah pucat, rasa panas dan dingin
pada kulit, berkeringat seluruh tubuh).

3
4. Klasifikasi cemas
Klasifikasi cemas dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
c. kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. panik, berhubungan dengan terperangah, kekuatan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, orang
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
Keadaan panic akan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan apabila
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang
sangat bahkan kematian (Stuart and Sundeen, 1998).

4
5. Faktor yang mempengaruhi
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) antara lain meliputi dua jenis situasi,
yaitu :
a. Intrinsik (faktor yang datang dari dalam diri seseorang) baik
fisik maupun psikologik, seperti :
1) Usia dan Jenis kelamin
Widayatun (1999), mengatakan bahwa sebagian besar kecemasan
terjadi pada umur 21–45 tahun. Perempuan lebih cemas daripada
laki-laki dengan perbandingan 2 : 1 (Hawari, 2002).
2) Pengalaman
Freud dalam Kaplan dan sadock (1997) mengatakan pengalaman
awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada
individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini
sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi
mental individu di kemudian hari. Bila pengalaman individu tentang
pembedahan kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan
kecemasan saat menghadapi operasi.
3) Konsep diri dan peran
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi
individu berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. ( kejelasan perilaku
dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon
orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan
antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya dan harapan
individu terhadap perilaku peran (Widayatun, 1999).

5
b. Ekstrinsik (faktor yang datangnya dari luar)
1) Kondisi medis (diagnosa penyakit)
Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi
medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi
untuk masing-masing kondisi medis, misalnya : pada pasien sesuai
hasil pemeriksaan maka akan mendapatkan diagnosa pembedahan,
hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan klien tersebut.
Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu
mempengaruhi tingkat kecemasan.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang cukup diharapkan akan lebih mudah dalam
mengidentifikasikan stresor dalam diri sendiri dan dari luar dirinya.
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman
terhadap stimulus (Jatman, 2000).
3) Informasi
Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pen-
dapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah
segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan
tindakan pembedahan terdiri dari tujuan pembedahan, proses
pembedahan, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang
tersedia, juga menyangkut anestesi yang digunakan serta proses
adminitrasi (Smeltzer dan Bare, 2001).
4) Adaptasi / hospitalisasi
Kozier and Oliveri (1991) mengatakan bahwa tingkat adaptasi
manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang
dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus
menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk
mendapatkan bantuan dari sumber-sumber di lingkungan dia berada

6
dan perawat merupakan sumber daya yang tersedia di lingkungan
rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk
dapat membantu pasien mengembalikan atau mencapai
keseimbangan dalam menghadapi lingkugan yang baru.
5) Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola gangguan
psikiatrik. Berdasarkan hasil penelitian Dunham (1964) diketahui
bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah prevalensi
psikiatriknya lebih banyak. Jadi keadaan ekonomi yang rendah atau
tidak memadai dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan pada
klien menghadapi pembedahan.
6) Jenis operasi
Adalah klasifikasi suatu tindakan terapi medis yang dapat
mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas
tubuh dan jiwa seseorang (Long, 1996). Semakin mengetahui jenis
bedah terutama bedah mayor akan mempengaruhi tingkat
kecemasan klien pre operasi.

6. Dampak kecemasan
Dampak cemas atau sress terhadap system saraf sebagai
neurotransmitter terjadi peningkatan sekresi kelenjar norepirefin,
serotonin,dan gama aminobuyric acid (GABA). Mengakibatkan gangguan
a. Fisik
1) Perubahan denyut jantung, suhu tubuh, pernapasan
2) Mual, muntah, diare, sakit kepala
3) Kehilangan nafsu makan
4) Berat badan menurun ekstrim
5) Kelelahan yang luar biasa

7
b. Gejala tingkah laku
1) Aktivitas psikomotorik bertambah atau berkurang
2) Sikap menolak
3) Berbicara kasar
4) Sukar tidur
5) Gerakan yang aneh-aneh
c. Gejala mental
1) Kurang konsentrasi, pikiran meloncat-loncat
2) Kehilangan kemampuan persepsi
3) Kehilangan ingatan
4) Phobia, ilusi dan halusinasi

7. Penilaian kecemasan
Penilaian kecemasan dapat dilakukan dua alat ukur yang sudah
dikembangkan di Indonesia yaitu dengan Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS) dan Tylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). Kedua alat ukur ini
mempunyai karaktristik sendiri-sendiri. Skala TMAS dikembangkan
pertama kali oleh Janet Tailor pada tahun 1953, skala ini berasal dari
MMPI (Minnesota Multi Phasie Inventory) yang dianggap para ahli
sebagai manifest anxiety.

Anda mungkin juga menyukai