Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
(2009) pada benda uji balok beton bertulang dengan perkuatan lentur metode
retrofit menggunakan CFRP grid dan Polimer Cement Mortar (PCM) didapat
2) sebesar 264.62 %
3) sebesar 235.74 %
4) sebesar 273.65 %
5) sebesar 187 %
yang di pengaruhi oleh luas penampang serta spasi CFRP dan tebal PCM.
2. Pola retak yang terjadi pada benda uji adalah pola retak lentur, pola retak
geser,pola retak lentur dan geser . Pada balok yang mengalami retak,
5
6
Oleh karena CFRP Grid kurang dikenal oleh masyarakat dan harganya yang
mahal maka digunakan alternatif lain yaitu dengan menggunakan wiremesh dan SCC.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukakan oleh Hery Dualembang
(2014) pada benda uji balok beton bertulang dengan perkuatan lentur metode
retrofit menggunakan wiremesh dan Self Compacting Concrete (SCC) didapat
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Lapisan wiremesh dan SCC mampu meningkatkan kapasitas beban pada
balok WK sebesar 6.44 % dan untuk balok WB sebesar 40.06 % terhadap
balok normal.
2. Pola retak pada balok kontrol seluruhnya mengalami retak lentur akan
tetapi pola retak yang terjadi pada balok yang telah diberi perkuatan
mengalami retak lentur dan geser. Hal ini terjadi akibat lapisan wiremesh
dan SCC menyebabkan meningkatnya kekuatan pada balok dalam
menahan gaya lentur yang diberikan, namun peningkatan kekuatan ini
menyebabkan tulangan geser tidak mampu menahan gaya geser yang
terjadi.
3. Model kegagalan yang terjadi pada balok seluruhnya mengalami leleh
pada tulangan lentur akan tetapi pada balok WK terjadi putus pada
wiremesh karena tidak mampu menahan beban yang diberikan pada balok.
Hal ini menunjukkan bahwa lapisan SCC memberikan lekatan yang cukup
pada wiremesh maupun pada balok eksisting. Sedangkan pada balok WB,
wiremesh masih dalam keadaan utuh. Hal ini menunjukkan bahwa
wiremesh mampu menahan beban yang diberikan pada balok hingga inti
beton rusak karena tekanan yang diberikan.
Oleh karena perkuatan lentur dengan menggunakan wiremesh dan SCC
di daerah lentur menghasilkan peningkatan yang cukup baik maka dilakukan
penelitian dengan variasi overlapping tulangan yang berbeda.
7
2.3.1 Wiremesh
Wiremesh adalah jarring baja tulangan yang berbentuk persegi yang
dapat digunakan untuk penulangan beton terutama pada struktur pelat lantai beton
bertulang. Keuntungan menggunakan wiremesh adalah mempercepat proses
pembuatan bangunan dan konstruksi beton menjadi lebih akurat, bangunan jadi
lebih baik mutunya dengan yang biaya lebih hemat.
c. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi
dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran
12
2. Pada saat beban tekan melebihi 0,3.fc’ ̴ 0,4.fc’, retak – retak lekatan
mulai terbentuk. Pada saat ini mulai terjadi deviasi pada hubungan
tegangan – regangan dari kondisi linear.
3. Pada saat beban tekan mencapai 0,75.fc’ ̴ 0,90.fc’, retak – retak lekatan
tersebut merambat ke mortar sehingga terbentuk pola retak yang
kontinu. Pada kondisi ini hubungan tegangan – regangan beton semakin
menyimpang dari kondisi linear.
Gambar 2.1 juga menunjukkan bahwa pada saat beton akan runtuh ( kuat
tekan beton telah mencapai puncak fc’), maka tegangan beton turun ( menjadi
0,85. fc’ ) sedangkan regangan tekan tetap naik sampai mencapai batas retak (εcu’
sebesar 0,003 ). Kedua angka ini ( tegangan 0,85. fc’ dan regangan batas εcu’ =
0,003 ) sangat penting bagi perencanaan struktur beton bertulang. ( Asroni, 2010 )
2.4.2 Kuat Tarik Beton
Perilaku beton pada saat diberikan beban aksial tarik agak sedikit
berbeda dengan perilakunya pada saat diberikan beban tekan. Hubungan antara
tegangan dan regangan tarik beton umumnya bersifat linear sampai terjadinya
retak yang biasanya diikuti oleh keruntuhan beton, seperti gambar berikut.
Gambar 2.4 Hubungan antara Tegangan dan Regangan Tarik Baja Tulangan
18
P P
b
a a
L
(Bid. D)
(Bid. M)
I II III
Beban P (kN)
defleksi daerah III jauh lebih datar dibanding daerah sebelumnya. Ini
cukup banyak dan lebar sepanjang bentang. Jika beban terus ditambah
,maka regangan εs pada tulangan sisi yang tertarik akan terus bertambah
Dengan :
𝐸
𝑛 = 𝐸𝑠 ( 2.16 )
𝑐
Garis Netral :
𝑛.𝐴𝑠 2𝑏.𝑑
𝑦= [√(1 + 𝑛.𝐴 ) − 1] ( 2.17 )
𝑏 𝑠
𝑀 3 𝑀 3
𝐼𝑒 = ( 𝑀𝑐𝑟 ) 𝐼𝑔 + [1 − ( 𝑀𝑐𝑟 ) ] 𝐼𝑐𝑟 ( 2.18 )
𝑎 𝑎
Dengan :
𝑓𝑟 𝐼𝑔
𝑀𝑐𝑟 = ( 2.19 )
𝑦𝑡
𝑓𝑟 = 0.7√𝑓′𝑐 ( 2.20 )
dimana :
fr = Modulus retak beton
yt = Jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan
baja) ke serat tepi tarik
Ie = Momen inersia efektif
Icr = Momen inersia penampang retak transformasi
Ig = Momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat
penampang seluruh batang tulangan diabaikan
Ma = Momen maksimum pada komponenstruktur saat lendutan
dihitung.
Mcr = Momen pada komponen struktur saat terjadi retak pertama.
Lendutan pada komponen struktur merupakan fungsi dari panjang
bentang, perletakan dan kondisi ujung bentang, jenis beban baik beban terpusat
maupun beban merata dan kekakuan lentur komponen. Untuk menentukan
lendutan maksimum dapat diselesaikan dengan persamaan:
a. Untuk beban merata q sepanjang bentang
5𝑞𝐿4
∆ = 384 𝐸𝐼 ( 2.21 )
retak tidak dapat dicegah namun ukurannya dapat dibatasi dengan cara menyebar
atau mendistribusi tulangan.
Apabila struktur dibebani dengan suatu beban yang menimbulkan
momen lentur masih lebih kecil dari momen retak maka tegangan yang timbul
masih lebih kecil dari momen retak maka tegangan yang timbul masih lebih kecil
dari modulus of rupture fr = 0.7 √f’c. Apabila beban ditambahkan sehingga
tegangan tarik mencapai fr, maka retak kecil akan terjadi. Apabila tegangan tarik
sudah lebih besar dari fr, maka penampang akan retak.
Ada tiga kasus yang dipertimbangkan dalam masalah retak yaitu :
a. Ketika tegangan tarik ft<fr, maka penampang dipertimbangkan untuk
tudak terjadi retak. Untuk kasus ini Ig = 1/12 b.h3
b. Ketika tegangan tarik ft = fr , maka retak mulai timbul. Momen yang
timbul disebut momen retak dan dihitung dengan persamaan:
𝐼𝑔
𝑀𝑐𝑟 = 𝑓𝑟 𝑐 , dimana c = h/2 ( 2.23 )
c. Apabila momen yang bekerja sudah lebih besar dari momen retak, maka
retak penampang sudah meluas. Untuk perhitungan digunakan momen
inersia retak (Icr), transformasi balok beton yang tertekan dan
transformasi dari tulangan n.AS.
Pada dasarnya ada tida jenis keretakan pada balok (Gilbert.1990):
a. Retak lentur ( flexural crack ), terjadi di daerah yang mempunyai harga
momen lentur lebih besar dari gaya geser kecil. Arah retak terjadi hampir
tegak lurus pada sumbu balok.
b. Retak geser ( shear crack ), yaitu keretakan miring yang terjadi pada
daerah garis netral penampang dimana gaya geser maksimum dan
tegangan aksial sangat kecil.
c. Retak geser-lentur ( flexural shear crack ), terjadi pada bagian balok
yang sebelumnya telah terjadi keretakan lentur. Retak geser-lentur
merupakan perambatan retak miring dari retak lentur yang sudah terjadi
sebelumnya.
24
seperti ini terjadi pada penampang dengan rasio tulangan (ρ) yang kecil,
dan disebut under – reinforced.
Karena kerusakan terjadi pada baja tulangan yang menahan
beban tarik terlebih dahulu dan baja tulangan bersifat liat, maka
keruntuhan beton seperti ini disebut keruntuhan tarik atau keruntuhan
liat ( ductile failure ). Pada balok yang mengalami keruntuhan tarik,
pada saat baja tulangan mulai leleh, betonnya masih kuat ( belum
hancur ), sehingga dapat terjadi lendutan pada balok. Jika di atas balok
ditambah lagi beban yang besar, maka lendutan balok semakin besar
dan akhirnya dapat terjadi keruntuhan. Keadaan demikian ini dapat “
menguntungkan “ bagi kepentingan kelangsungan hidup manusia,
karena ada “ peringatan “ tentang lendutan membesar sebelum runtuh,
sehingga sistem perencanaan beton bertulang yang under – reinforced
ini lebih aman dan diperbolehkan. ( Asroni, 2010 )
2.11 Daktilitas
Daktilitas adalah kemampuan struktur atau komponen struktur untuk
mengalami deformasi inelastis bolak-balik berulang setelah leleh pertama, sambil
mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk mendukung
bebannya, sehingga struktur tetap berdiri walaupun sudah retak/rusak dan
diambang keruntuhan.
Faktor daktilitas struktur gedung μ adalah rasio antara simpangan
maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana pada saat mencapai
kondisi di ambang keruntuhan δm dan simpangan struktur gedung pada saat
terjadinya pelelehan pertama δy. Pada kondisi elastik penuh nilai μ = 1,0. Tingkat
daktilitas struktur dipengaruhi oleh pola retak atau sendi plastis, di mana sendi-
sendi plastis ini harus diusahakan terbentuk di ujung-ujung balok dan bukan di
kolom dan dinding yang memikulnya.
Menurut Paulay & Priestley (1992) daktilitas terbagi dalam :
1. Daktilitas regangan ( strain ductility ), adalah perbandingan regangan
maksimum dengan regangan leleh pada balok yang mengalami beban
aksial tarik atau tekan
27
𝜀𝑢
με = ( 2.24 )
𝜀𝑦
εy
N N
L εy
𝛥𝑢
μΔ = ( 2.26 )
𝛥𝑦
28